TINJAUAN PUSTAKA
Setiap orang yang telah terinfeksi HIV memiliki kebutuhan khusus terhadap
nutrisi baik sebelum menjalani terapi ataupun sedang menjalani terapi ARV.
2011). HIV dapat memberikan beberapa perubahan dalam beberapa hal seperti
dibawah ini.
yang terinfeksi HIV disebabkan karena rasa sakit pada mulut, faring,
yang terjadi pada infeksi penyakit lainnya. Penurunan nafsu makan ini
2001; Tsehaye 2010). Hal lain yang dapat memperparah rendahnya konsumsi
1
makanan pada Odha adalah kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga
(Joshua 2006).
diare juga dapat menurunkan penyerapan viramin A, E dan zat besi (Tsehaye
pada malnutrisi merupakan hal yang sangat umum dialami oleh odha. Hal ini
terjadi karena rusaknya villi pada permukaan usus (Suttajit 2007; Tsehaye
2010).
c. Perubahan Metabolisme
HIV, tubuh akan melepaskan citokines, jaringan otot akan rusak sehingga
menghasilkan asam amino untuk sintesa protein dan ensim (Tsehaye 2010).
kebutuhan terhadap energi sebanyak 10%, dan pada Odha yang symptomatic
kesehatannya, dibandingkan orang yang tidak terinfeksi HIV pada umur dan
2
Perbaikan dalam hal status gizi pada Odha dapat memperkuat sistem
Dengan demikian pasien yang berstatus HIV positif tidak berkembang menjadi
AIDS (Suttajit 2007; Serrano et al. 2010). Selain itu nutritional care and support
hidup serta kepercayaan dirinya (Castleman et al. 2004). Dengan kata lain, Odha
yang memiliki status gizi yang baik memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik
FANTA(2004).
Good Nutrition
Strengthening of the
(konsumsi makanan immune system
dan mikronutrien
(kemampuan untuk
yang cukup, berat melawan HIV dan
badan dan jaringan infeksi lainnya)
otot terpelihara.
Management of
HIV-related
Increased resistance
complications
to disease
(malabsorpsi,
(seperti diare, TB,
menurunnya nafsu
infeksi pernafasan)
makan dan
kehilangan BB
3
Perubahan status gizi pada pasien HIV/AIDS dapat dinilai dengan adanya
perubahan IMT selama menjalani pengobatan. IMT sering juga disebut Quetele’s
index merupakan cara yang paling lazim digunakan untuk menentukan rasio berat
dengan tinggi badan pada orang dewasa. Penggunaan IMT dalam mengukur
komposisi tubuh sangat luas digunakan oleh para klinisi untuk mengukur status
gizi seseorang (Tsehaye 2010). Hal ini dikarenakan untuk dapat mengukur status
gizi seseorang tidak perlu menggunakan alat ataupun teknologi yang mahal
objektif karena menggunakan standar yang telah ditetapkan (Folasire et al. 2015).
Walaupun sebenarnya IMT tidak dapat membedakan antara masa lemak dengan
masa otot. Seperti halnya yang terjadi pada binaragawan dan orang yang obesitas
mereka bisa saja memiliki IMT yang sama. WHO mengklasifikasikan rentang
Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( )
berat badan dan tinggi badan akan dikaji lebih lanjut mengenai asupan makanan
dan minumnya, adanya kehilangan berat badan, efek samping obat yang
(Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan hal diatas maka dibuatkanlah perskripsi gizi
4
yang sesuai dengan keadaan pasien tersebut. Penentuan kebutuhan gizi pada Odha
juga didasarkan pada stadium klinis pasien saat itu (Kemenkes RI, 2010). Berikut
tubuh, terdiri dari kombinasi dari minimal tiga obat yang berbeda, sering juga
disebut antiretroviral therapy (ART) atau HAART. Kombinasi ini terdiri dari
(NRTI) dapat meningkatkan prognosis dari pasien yang telah terinfeksi HIV
(Egger et al. 2002). Terapi ini dapat menekan replikasi HIV namun harus
dikonsumsi secara teratur sesuai dengan waktu yang ditentukan selama seumur
hidup. Seorang yang telah didiagnosa terinfeksi HIV dapat memulai terapinya
Kini semakin banyak orang yang terdeteksi HIV Positif telah mau menjalani
5
terapi ARV. Menurut Kemenkes RI (2014) dari 105.363 orang yang terdeteksi
positif HIV, sebanyak 81.518 orang (77,4%) telah menjalani terapi. Peningkatan
jumlah orang terinfeksi HIV yang mau mengikuti pengobatan ARV merupakan
suatu keberhasilan dalam program konseling bagi pengidap HIV yang belum
bulan sejak dimulainya terapi, diharapkan ada perkembangan klinis dan imunologi
kearah yang lebih baik, namun tidak menutup kemungkinan adanya proses
toksisitas obat. Sehingga masa enam bulan pertama merupakan masa yang kritis
mengalami perbaikan (Jansel dan fangel, 2004). Tujuan akhir dari pemberian
terapi ARV adalah adanya peningkatan status gizi dan kualitas hidup pasien
(Folasire et al. 2015; Boodram & Plankey 2009). Prognosis ini terlihat dengan
berupa CD4 dan peningkatan berat badan atau status gizi (Yasin 2011). Perbaikan
status gizi pada Odha, dinyatakan memiliki hubungan dengan pemakaian terapi
ARV dan pola makannya (Tsehaye 2010; Vorster & Kruger 2004). Hal ini
dikarenakan oleh kombinasi dari beberapa ARV bekerja lebih baik dalam
6
pengobatan dan konseling gizi, diharapkan setiap pasien dapat memperbaiki pola
makannya menjadi lebih berkualitas dari pada hanya sekedar memenuhi kuantitas
yang melihat hubungan antara peningkatan IMT dan CD4, mendapatkan rerata
IMT pada awal pengamatan sebesar 19,46; setelah pengamatan enam bulan, 12
dan 18 bulan, rerata IMT mengalami peningkatan menjadi 20,84; 21,54; 22,26
(Fitriani et al 2013). Penelitian lain yang dilakukan di salah satu rumah sakit
peningkatan berat badan pada enam bulan pertama bahkan 41% diantaranya
2011).
Berikut ini diuraikan beberapa prediktor dari peningkatan IMT pada Odha
dilakukan.
Pemenuhan nutrisi dalam jumlah dan kualitas yang cukup sangat berperan
dalam peningkatan status gizi pasien HIV/AIDS yang sedang menjalani terapi
maupun yang belum memulai terapinya. Dalam rangka menjaga status gizi tetap
baik seorang pasien HIV/AIDS memerlukan asupan nutrisi dengan jumlah yang
7
Variasi dalam hal konsumsi bahan makanan merupakan salah satu indikator
dalam hal ini berarti makanan yang dikonsumsi lebih dari satu jenis makanan
karena tubuh kita memerlukan makanan dalam jumlah yang cukup dan dengan
terapinya (Tsehaye 2010). Pengaturan gizi yang baik selama menjalani terapi akan
menjadikannya lebih sehat dan hasil akhirnya adalah adanya peningkatan status
Dalam hasil studi yang dilakukan oleh Bukusuba et al. (2007) tentang
ketahanan pangan pada Odha di Uganda didapatkan bahwa sebagian besar dari
mereka mengkonsumsi makanan dengan variasi yang kurang dimana menu harian
mereka didominasi oleh satu jenis makanan saja yaitu sereal. Studi lain yang
1. Jenis Kelamin
8
Dalam sebuah penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian obes dan underweight pada Odha di Brasil didapatkan jenis
yang signifikan pada kelompok pria dengan perempuan (Tsehaye 2010). Hal ini
disebabkan karena secara alamiah, perempuan memiliki lemak yang lebih banyak
normal (sakit) sekalipun (Tsehaye 2010). Selain itu perempuan lebih banyak
menjalani tes karena mengikuti program PMTCT dan sekaligus menjalani terapi
2. Umur
yang memiliki umur lebih dari 40 tahun lebih sering mengalami perubahan dalam
kelompok umur yang lebih muda. Melambatnya proses metabolisme dan tidak ada
peningkatan IMT. Menurut Mariz (2011) didapatkan Odha yang berumur diatas
3. Status Pendidikan
9
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap besarnya stresor
kesehatan. Salah satu perubahan perilaku yang diharapkan adalah perubahan pola
makan untuk dapat meningkatkan status gizi selama menjalani terapi. Menurut
Mariz (2011) didapatkan faktor pendidikan tidak berhubungan dengan IMT pada
pasien HIV positif. Sedangkan menurut Tiyou et al. (2012) yang melakukan
dasar atau lebih rendah, memilik risiko 3,1 kali lebih tinggi untuk mengalami food
(Kartikasari 2009)
dalam keluarga. Kondisi menyandang status HIV positif pada seseorang akan
2010) . Seseorang yang telah mengidap HIV tanpa menjalani pengobatan akan
menyebabkan dirinya sering terserang penyakit. Keadaan lain yang dapat terjadi
10
adalah diskriminasi dalam lingkungan kerjanya. Kedua hal ini dapat menyebabkan
keluarga terhadap makanan yang bernutrisi tinggi. Tentunya hal ini dapat
Di sisi lain Odha memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Orang yang terinfeksi HIV harus
kebutuhan nutrisi. Asupan ini berupa makanan yang tinggi energi dan protein
termasuk buah dan sayuran. Peningkatan jumlah dan frekuensi makan ini
Menurut Tsehaye (2010) yang meneliti perubahan komposisi tubuh dan pola diet
pada Odha, menemukan justru dengan adanya stigma yang berhubungan dengan
status HIV positif dan memiliki badan yang terlalu kurus, Odha akan memiliki
keinginan untuk meningkatkan berat badan sampai mencapai berat badan normal
pendapatan rata-rata ≤ 100 USD memiliki risiko 13,1 kali untuk mengalami food
makanan yang kurang beragam memiliki risiko 2,18 kali untuk mengalami food
5. Tempat Tinggal
11
Seseorang yang tinggal di daerah perkotaan akan mendapatkan informasi
tentang tempat untuk VCT yang dapat diakses dengan mudah dan cepat.
terhadap penyakitnya (Ayele et al. 2015; Chu & Selwyn 2011). Akses yang
mudah untuk mendapatkan layanan informasi pemenuhan gizi dan terapi akan
meningkatkan status gizi serta respon imun pasien selama pengobatan. Menurut
Mariz et al. (2011) mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara tempat tinggal dengan kejadian obesitas maupun underweight pada Odha di
Brasil.
pengobatan ARV lebih awal diharapkan peningkatan status gizi dan kualitas hidup
pemberian ARV pada pasien yang memiliki kadar CD4 ≤ 350 sel/mm 3 tanpa
melihat ada ataupun tidaknya gejala klinis pada pasien sedangkan Odha dengan
gejala klinis yang berat (Stadium klinis 3 atau 4) berapapun jumlah CD4 nya
12
2.3.3.Faktor Klinis
1. Kadar Hemoglobin
Anemia adalah komplikasi yang sering terjadi pada Odha dimana sekitar
20%-80% dari mereka mengalami anemia (Balperio & Rhew 2004). Anemia
yang signifikan pada hasil klinis dan kualitas hidup. Kejadian anemia pada Odha
Kadar hemoglobin secara signifikan lebih rendah pada orang yang terinfeksi HIV
dibandingkan pada orang yang tidak yang terinfeksi HIV (Vorster & Kruger
1,33-2,50; p<0,001)
mekanisme autoimun (Wasif, 2001). Dengan memberikan terapi pada pasien serta
hidup pasien. Dengan demikian intervensi untuk mencegah terjadinya anemia dan
13
2. Jumlah CD4
Jumlah CD4 dalam darah pasien dipakai sebagai gold standart dalam
replikasi virus dan rendahnya respon imun dalam tubuhnya. Seiring dengan
dilakukannya terapi dapat memperbaiki kondisi imun yang secara langsung akan
yang dilakukan di Brasil mendapatkan peningkatan berat badan pada pasien HIV
berhubungan erat dengan CD4 (Leite et al. 2010). Menurut Yasin (2011) CD4
korelasi yang lemah dengan r= 0,284 dan nilai p=0,031. Sedangkan oleh Mariz
tersebut.
pada saat menilai status gizi saat inisiasi terapi ARV. Penurunan kadar albumin
pada Odha dapat terjadi karena peningkatan sitokin inflamasi yang menghambat
sintesa protein dan kurang adekuatnya intake nutrisi. Menurut Mariz (2011) Odha
14
yang memiliki kadar serum albumin < 3,5 g/dL berhubungan secara signifikan
yang drastis sehingga sangat mudah menderita satu atau bahkan beberapa infeksi
Vorster & Kruger 2004; Tsehaye 2010). Selain terjadi penurunan intake nutrisi,
makronutrient dalam usus seperti yang terjadi pada penderita diare (Tsehaye
2010). Hal serupa juga dikemukakan oleh (Nasronudin 2007) dimana seorang
diare, dermatitis, herpes simplek, herpes zoster, meningitis, dan sepsis akan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mariz et al. (2011) pasien yang
balita yang berada di Kota Padang didapatkan bahwa diare tidak berhubungan
15
TB dan kandidiasis sebagai IO utama dimana kandidiasis 46,48%; TB
40,85% (Yasin et al. 2011). Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat
umum pada orang terinfeksi HIV. Infeksi ini merupakan salah satu IO utama pada
pengidap HIV yang disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut
kandida. Jamur ini biasa menyebabkan infeksi pada mulut, esofagus dan vagina
namun yang berhubungan dengan peningkatan status gizi pasien HIV adalah
kandidiasis pada mulut dan esofagus. Penyakit ini dapat menyebabkan sakit
kerongkongan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan. Hal ini
Status gizi pasien HIV/AIDS dapat dilihat dari IMT ataupun berat badan pada
saat memulai terapi ARV. Dalam sebuah penelitian dengan metode kohort
awal pengamatan mencapai IMT normal pada akhir pengamatan (Leite et al.
2010). Pada penelitian lain dengan metode penelitian kohort prospektif yang
dilakukan pada 107 pasien HIV/AIDS yang baru memulai terapi di Nigeria
didapatkan 53,13% pasien yang memulai terapi dengan status underweight dapat
mencapai IMT normal (Denue et al. 2013). Selain itu hasil yang lebih rendah pula
didapatkan pada penelitian dengan design kohort retrospektif yang dilakukan pada
al. 2013).
16
6. Stadium Klinis
Pasien yang terinfeksi HIV dengan stadium klinis III dan IV memiliki
sindrom ditandai dengan adanya penurunan berat badan yang melebihi 10%
disertai dengan adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum dan
RSUP Dr Kariadi Semarang, didapatkan tidak ada hubungan antara stadium klinis
(Alliance 2007; Weiser et al. 2010). Hal ini terjadi pada awal terapi ARV dimana
tubuh mulai membangun sel dan jaringan sehingga memerlukan energi yang
didapat melalui asupan nutrisi. Selain efek yang bersifat positif ada beberapa
gejala seperti mual, hilangnya selera makan, ulserasi pada mulut, nyeri perut,
konstipasi, perut kembung, sakit kepala, diare, muntah merupakan keluhan yang
umum dirasakan pada awal terapi (FANTA, 2004; Hoffmann et al. 2013).
pertama adalah mual, muntah dan gangguan pencernaan lainnya (Chen et al,
17
antara IMT dengan penggunaan regimen terapi ARV. Dibawah ini dijelaskan
beberapa regimen ARV serta efek samping yang dapat terjadi pada pengguna
terapi tersebut
Regimen ARV Efek Samping pada Nutrisi (diadaptasi dari FANTA, 2004)
Sumber: National Antiretroviral treatment and care guidelines for adults and
children (MOH, 2003).
18