Pertemuan : II
A. Pendahuluan
Epidemiologi berasal dari kata Epi = pada permukaaan, di atas, supervisal, menimpa. Demos
= populasi, manusia, masyarakat/penduduk, Logos = Ilmu. Gizi senyawa yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup manusia atau suatu zat terdapat
di dalam makanan dan minuman yang mempunyai manfaat bagi tubuh. Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat
populasi. Dengan demikian maka Epidemiologi Gizi diartikan suatu fenomena/ kejadian yang
terkait dengan gizi yang terdapat pada kelompok manusia. Defenisi lain tentang
epidemiologi gizi adalah kajian secara dalam terhadap- besar masalah, sebaran atau distribusi
dan faktor penyebab/determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk
mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. Sedang menurut Gibney, dkk (2002), Byers
(1999) dalam A Siagian (2010) epidemiologi gizi telah melakukan harmonisasi pengetahuan
yang diturunkan dari penelitian gizi untuk pengujian dugaan sementara/hipotesis tentang
asupan zat gizi dan penyakit pada kita tentang kaitan antara gizi dengan kesehatan. Sebelum
membahas lebih lanjut, penulis memposisikan bahwa Epidemiologi Gizi sebagai bahasa lebih
lanjut dari dua kajian besar, pertama kajian epidemiologi baik epidemiologi deskriptif
maupun epidemiologi analitik. Kedua kajian bidang gizi baik kajian dasar-dasar ilmu gizi
maupun kajian ilmu gizi lanjut.
Dalam membahas epidemiologi maka ktia selalu berpegang teguh pada tiga kata kunci, yakni
frekuensi, distribusi dan determinan. Pertama, frekuensi membahas lebih lanjut tentang
kerapan atau keseringan terjadinya sautu kasus-kasus bidang gizi (kasus = setiap kejadian
yang terjadi pada setiap individu, dalam bidang gizi adalah “gizi salah” maupun salah yang
diakibatkan karena kekurangan atau defisiensi (under) maupun salah karena kelebihan (over)
yang terjadi pada masyarakat. Kedua, distribusi dimaksudkan epidemiologi mempelajari
populasi mana terjangkit penyakit serta kapan dan dimana terjangkitnya yang diperlukan
untuk mengetahui besarnya masalah penyakit dan keadaan kesehatan populasi. Ketiga,
derminan atau faktor risiko atau faktor penyebab dimaksudkan bahwa epidemiologi
mempejari faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya penyakit dam keadaan lainya
yang tidak normal pada populasi. Menegaskan kembali bahwa sasaran epidemiologi adalah
populasi manusia, artinya epideiologi membuat tafsiran dan kesimpulan riset bedasarkan
pengamatan pada sejumlah besar subjek penelitian.
B. Definisi
· Epidemiologi Gizi adalah ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan
masalah gizi dan penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam
kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik.
· Epidemiologi gizi memadukan pengetahuan yang diturunkan dari penelitian gizi, untuk
menguji hubungan diet penyakit pada masyarakat atau individu yang hidup bebas
(masyarakat atau individu yang tidak teratur dietnya)
Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab-akibat: Masalah
gizi dihubungkan dengan:
Faktor yang menyebabkan masalah gizi (agent) : Asupan makanan dan penyakit yang
dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan
Faktor yang ada pada pejamu (host) : karakteristik individu yang ada kaitannya
dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin, suku bangsa dll)
Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment) : lingkungan (rumah, pekerjaan,
pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi
b. Menggambarkan distribusi dan ukuran masalah penyakit pada populasi manusia
d. Untuk menyediakan informasi penting untuk mengelola dan merencanakan layanan
untuk pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit terkait gizi
Pengukuran diet kurang akurat dan kurang spesifik, terutama untuk memperkirakan
konsumsi pangan. (untuk menilai efek paparan makanan, diperlukan pengukuran
asupan makanan. Pengukuran asupan makanan merupakan hal yang rumit. Suatu hal
yang tidak dapat dihindarkan bahwa ukurang yang diperoleh bukan gambaran dari
asupan yang sebenarnya.
Asupan zat gizi berkorelasi kuat, dan pengatributan penyebab terhadap satu zat gizi
dapat menimbulkan salah kaprah.
Efek biologis zat gizi dalam jaringan bisa saja tidak akurat dan tidak meyakinkan. Hal
ini merefleksikan asupan makanan karena pengaturan biologis dari efek tersebut
bersifat rumit dan dapat dipengaruhi oleh kadar zat gizi lain.
Sebagian besar penelitian tidak memperhitungkan atau mempertimbangkan efek
karakteristik pangan (misalnya jeruk sebagai suatu kesatuan buah atau sebagai jus,
bagaimana pangan diolah atau disiapkan) pada aktivitas metabolik dari komponen
penyusun pangan.
Secara analitik mempelajari : Hubungan kausal tertentu antara faktor penyebab dengan
kejadian/kelainan yang diakibatkannya (biasanya diperlukan penelitian khusus dengan
rancangan kohort ataupun kasus-kontrol)
Secara intervensi mempelajari : Dampak ataupun efek dari suatu program yang telah
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah gizi (biasanya dapat dimanfaatkan untuk
memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program/kebijakan gizi).
Pada awalnya epidemiologi gizi lebih memfokuskan diri pada kaitan antara kekurangan zat
gizi dengan timbulnya penyakit. Misalnya anemia zat besi adalah penyakit yang timbul akibat
kekurangan zat gizi besi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan
kesejahteraan manusia yang pada akhirnya mengubah gaya hidup, focus epidemiologi gizi
pun bergeser dari penyakit akhibat defisiensi gizi ke penyakit akibat kelebihan gizi yang
umumnya muncul secara kronis (penyakit kronis). Contoh penyakit kronis terkait gizi adalah
penyakit jantung coroner, diabetes melitus, hipertensi dan sebagainya. Penyakit
kardiovasculer merupakan penyakit kronis pertama yang diketahui memiliki etiologi diet.
Penemuan inilah kemungkinan merupakan contoh palingg baik dari penggabungan
epidemiologi dengan gizi pada penyakit jantung.
H. Pendekatan Epidemiologi Terhadap Diet dan Penyakit
Konsep, hipotesis dan Teknik epidemiologi gizi diturunkan dari berbagai sumber. Sebagai
contoh adalah biokimia, melalui biokimia ini diberikan bukti bahwa zat gizi tertentu
berfungsi sebagai antioksidan yang dapat melindungi komponen sel kritis dari kerusakan.
Bukti ini banyak ditemukan pada efek perlindungan sel atau jaringan terhadap kanker.
Selanjutnya percobaan hewan dilaboratorium memberikan informasi mengenai efek diet pada
munculnya penyakit. Akhirnya kajian metabolic dan biokimia pada subjek manusia
menghasilkan informasi penting pada efek fisiologis dari factor diet. Oleh karena itu
pendekatan epidemiologi dibutuhkan untuk mengetahui hubungan diet dengan penyakit
seccara langsung pada manusia.
SEMOGA BERMANFAAT