Fisik-Biologis Psikososial
Defisiensi Nutrisi
↑stres oksidatif
↓fungsi imun
Kerusakan imun
↑HIV wasting
↑replikasi virus
↑infeksi sekunder
Gambar 7.1 Dampak Infeksi HIV terhadap Malnutrisi dan Dampak Malnutrisi terhadap
Perkembangan Infeksi HIV
Masalah nutrisi pda HIV/AIDS diatasi dengan memberikan makanan yang cukup
makronutrien (Karbohidrat, lemak, protein) serta mikronutrien (vitamin, mineral,
antioksidan, dan trace element) (World Health Organization, 2003 ). Kebutuhan energi
meningkat 10% akibat infeksi HIV, pada penderita HIV simtomatis dan AIDS kebutuhannya
meningkat 20-30%, sedangkan pada anak-anak kebutuhannya meningkat sebanyak 50-100%
(World Health Organization, 2003). Tidak ada bukti yang cukup kuat yang menunjukkan
perlunya asupan protein dan lemak lebih dari biasanya (World Health Organization, 2003).
WHO (2003) merekomendasikan asupan makronutrien yang adekuat karena bisa
menurunkan laju perkembangan penyakit dan memperbaiki imunitas pasien.
Syarat diet pada pasien HIV/AIDS yaitu :
1) Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% lebih banyak dari kebutuhan minimum yang
dianjurkan
2) Diberikan dalam porsi kecil tapi teratur
3) Disesuaikan dengan pnyakit infeksi yang menyertai
4) Mengkonsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna
5) Sayuran dan buah – buahan dalam bentuk jus
6) Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat
menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai.
7) Menghindari makana yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
8) Makanan yang bebas peptisida dan zat kimia
9) Bila pasien mendapatkan terapi ARV , pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal
minum obat yakni ada obat yang diberikan saat lambung kosong, saat lambung harus
penuh, atau diberikan bersama- sama dengan makanan
10) Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (mencegah mual)
11) Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguang saluran pencernaan
12) Rendah laktosa, dan lemak jika ada diare
13) Mengindari rokok, alkohol dan kafein
14) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma,
kandiasis oral), jika tidak bisa makan melalui oral berikan dalam bentuk enteral dan
parenteral secara aman (NGT atau IV).
Umumnya pasien mengkonsumsi zat gizi dibawah optimal (70% kalori dan 65% protein dari
total yang diperluakan oleh tubuh). Konsumsi yang demikian tidak dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi yang meningkat karena peningkatan proses metabolisme sehubungan
dengan infeksi akut. Kebutuhan kalori pasien sekitar 2.000-3.000 kkal/hari dan protein 1,5- 2
gram / kg BB/ hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan
memberikan makanan lengkap tiga kali ditambah makanan selingan tiga kali sehari.
Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari
medium chain trigliserida (MCT) agar penyerapan lebiha baiak dan mencegah diare.
Kebutuhan zat gizi makro tersebut diatas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat
badan yang drastis (DPM2, 2003).
1) Buah-buahan dan sayur mayur lokal yang dikonsumsi segera setelah diapanen, segar,
bersih, tanpa mengandung pengawet dan peptisida merupakan sumber vitamin, mineral,
air, serta antioksida yang sangat penting bagi pasien.
2) Tempe atau produknya mengandung protein dan vitanmin B12 untuk mencukupi
kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
3) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi
karena mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang mudah diserap dan tidak
menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunkan untuk pemebentukan
sel.
4) Wortel kaya kadungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
sebagai bahan pembentukan CD4. Vitamin C, vitamin E, dan beta karoten berfungsi
sebagai antiradikal bebas yang dihasilkan oleh perusakan HIV pada sel tubuh.
5) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6, B12 dan zat
gizi mikro yang berfungsi untuk pembentukan CD4, dan pencegahan pneumonia.
6) Buaha alpukat merupakan buah tinggi lemak sehingga dapat dikonsumsi sebagai bahan
makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk mufa (mono unsaturated fatty acid)
63% berfungsi sebagai antioksida dapat menurunkan HDL. Selain itu juga mengandung
glutation untuk menghambat replikasi HIV.
4.2 Nutrisi pada Pasien HIV dengan Anemia
Anemia adalah suatu keadaan ketika jumlag atau ukuran sel darah merah dalam darah
kurang. Infeksi, peradangan , penyakit ginjal kronis, efeksamping obat ARV (antiretoviral)
kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C atau protein bisa menyebabkan
anemia. Gejala anemia antara lain pucat, kelelahan, penurunan konsentrasi, sakit kepala, tidak
mampu mempertahankan pengaturan suhu tubuh secara optimal, napas pendek dan palpitasi.
ODHA dengan anemia sebaiknya tidak diberikan suplemen zat besi secara sembarangan
kecuali diketahui dengan pasti penyebab anemia karena kekurangan zat besi. Pengaturan
nutrisi yang dianjurkan untuk penderita antara lain mengkonsumsi cukup zat besi (hati,
daging, sereal, aprikot, kedelai, bayam, serta memasak makanan dalam panci atau wajan
besi), asam folat (hati, kacang, sayuran berdaun hijau, dan sereal dan diperkaya asam folat)
vitamin C (lemon, jus buah dan sayur, buah kiwi, stroberi, brokoli, kubis, dan lain-lain)
protein (semua jenis daging, telur, susu, kacang, dan lain-lain) (HRSA, 2002).
Selain itu, pasien sebaiknya menambah rasa dan menciptakan makanan yang menarik dan
mengundang selera makan. Meghindari makanan yang menghasilkan gas misalnya, kubis,
brokoli. Menjaga kebersihan mulut setiapa saat terutama sebelum waktu makan. Melakukan
latihan ringan yang tidak melelahkan dan disukai. Hindari alkohol karena dapat mengurangi
nafsu makan dan membuat tubuh lemah. Saat makan sebaiknya pasien makan ditempat yang
ruangannya berventilasi baik dan jauh dari bau tidak sedap serta didampingi keluarga atau
teman terdekat (WHO dan FAO, 2002).
Isfagia pasien dapar diatasi dengan memberikan makanana yang lembut, banyak
mengandung cairan, menggunakan sedotan untuk minum, mengunya potongan kecil makanan
untuk mengurangi disfagia dan nyeri mulut misalnya mangga, buah kiwi, atau pepaya hijau
(WHO dan FAO, 2002).
4.4 Nutrisi pada Pasien HIV dengan Demam
Menyebabkan kehilangan kaloro cairan, untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi
kecil tapi sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan minum air dua liter atau delapan gelas
sehari (DP2M, 2003).
Pada pasien yang diare, asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi meliputi :
1) Pemberian cairan yang adekuat, lebih dari delpan gelas sehari meliputi cairan redehidrasi
oral, jus buah, sup, cairan oralit dan lain-lain.
2) Tetap memberikan makanan pada pasien , terutama pilih makanan yang berair.
3) Mengkonsumsi banyaksayur dan buah lunak terutama pisang, mangga, pepaya, semangka,
labu, jus kentang dan wortel untuk mengganti kehilangan mineral.
4) Makan makanan yang mengandung serat terlarut misalnya nasi, maizena, roti putih, dan
kentang.
5) Mengupas dan memasak sayuran serta buah agar ditoleransi lebih baik, makan makanan
yang hangat, tidak terlalu panas dan dingin
6) Menghindari makanan yang mengandung lemak karena menyebabakan diare dan
memperburuk nausea (mual), buah hijau dan masam, kopi, teh dan alkohol yang
memperburuk dehidrasi serta makanan yang terlalu gurih dan mengandung banyak gas
(WHO dan FAO, 2002).
4.6 Nutrisi pada Pasien HIV dengan Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya. Pastikan
apakah ada infeksi opotunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak bisa makan secara
oral maka diberikan secera enternal. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi
protein secara bertahap dengan porsi kecil tepi sering serta padat kalori dan rendah serat
(DP2M, 2003).
Peningkatan berat badan dicapai dengan makan lebih banyak makanan, baik dengan
makan porsi lebih banyak, atau porsi tetap dengan frekuensi lebih sering. Peningkatan berat
badan bisa dicapai dengan cara berikut (FAO dan WHO, 2003).
1) Makan lebih banyak makanan pokok misalnya nasi, maizena, terigu, roti, kentang, ketela,
sagu, gandum, jagung, dan sebagainya.
2) Meningkatkan asupan kacang – kcangan , produk edelai, biji bunga matahari, kacang
tanah dan kacang jenis lain.
3) Makan protein secukupnya sperti daging, ikan dan telur.
4) Meningkatkan kandungan lemak dalam makanan dengan menggunkan lebih banyak lemak
dan minyak serta makan makanan yang berlemak misalnya alpukat, minyak tumbuhan,
dan daging berlemak. Jika timbul masalah karena asupan lemak berlebihan, misalnya
diare, kurangin asupan lemak sampai gejala berkurang dan secara bertahap tingkatkan
asupan lemak sampai yang b isa ditoleransi pasien.
5) Makanan kudapan diantara waktu makan, seb aiknya yang bersumber dari kacang, buah
yougurt, eotel, kripik singkong, sandwich dan kacang tanah.
6) Sebaliknya hindari kopi dan teh yang nutrisinya kurang dibandingkan susu.
7) Tambahkan gula, madu, selai, atau sirup pada makanan.
8) Selama tahap sakit pasien harus dianjrkan untuk tetap makan, meskipun mersa tidak ingin
makan untuk menghindari kehilangan berat badan.
4.7 Nutrisi pada Pasien HIV dengan Gangguan penyerapan lemak
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak. Pasien diberikan
sumber lemak nabati yang mengandung minyak tidak jenuh sperti minyak kedelau, minyak
jagung, dan minyak sawit serta tambahan vitamin larut lemak ( A,D,E dan K ) (DP2M, 2003).
1) Membatasi lemak dalam diet (kurangi atau tidak makan sama sekali gorengan, atau daging
yang sudah diproses seperti sosis dan salami).
2) Jika tidak ada pilihan lain selain makanan yang digoreng, maka makanlah sesedikit
mungkin lemak dengan mambuangnkulit ayam; buang kulit ikan bakar; dan buang semua
lmak yang terlihat pada makanan pada serat makan.
3) Konsumsi mayonaise dan margarin.
4) Batasi snack terutama yang mengandung lemak tinggi seperti potato chips, corn chips,
tortila chips, dan lain –lain.
5) Dalam mengkonsumsi produk olahan susu, pilihlah yang rendah lemak seperti yougurt
dan susu rendah lemak.
6) Batasi makanan seperti cola, soda, cokelat, permen, cookies, dan snack yang tinggi kalori
dan gula.
7) Tingkatakan olaraga, terutama olaraga pembangun otot untuk mencegah wasting. Prinsip
penting adalah jangan menggunkan cairan apapun sebagai pengganti makan, tetaplah
makan teratur, yang perlu anda lakukan hanyalah menguransi mengkonsumsi lemak.
4.10 Nurisi Pada Pasien HIV dengan Wasting Syndrome
Wasting Syndrome adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan berat badan
lebih dari 10% sehingga pada kedaan yang berat, ODHA akan tampak kurus kering (DP2M,
2003). Pasien dengan kondisi ini atau dengan penurunan berat badan harus segara mencapai
berat badan ideal. Beberapa cara untuk mencapai berat badan ideal antara lain dengan
memebrikan makanan tinggi kalori tinggi protein, memberikan suplemen nutrisi produk
komersial, menambahkan asupan kalori lebih dengan menambah bubuk susu, keripik kentang,
keju, serta memebrikan obat-obatan penambah nafsu makan. Jika pasien tidak ada nafsu
makan, makanan suplemen bisa dijadikan alternatif pilihan, pilihan makanan yang bisa
dikonsumsi antara lain adalah makanan bentuk cair, batang ( seperti kue kering), serta
makanan lain yang disukai pasien. Penting untuk diingat bahwa ODHA harus selalu makan
teratur minimal tiga kali sehari dan makan makanan kecil anatara waktu makan, serta selalu
menyediakan makanan favorit yang siap untuk dimakan.
4.11 Nutrisi Untuk Wanita dengan HIV/AIDS
Selain mengurus untuk dirinya sendiri, kebanyakan wanita juga mengurus keluarga dan
anak-anaknya,s ehingga nutrisi pada wanita dengan HIV/AIDS memeprlukan perhatian
khusus. Wanita dengan HIV/AIDS sebaiknya istirahat cukup, melakukan olaraga secara
teratur, lebih dari hanya sekedar jalan kakai, memakan makanan yang sehat, meminum obat
tepat waktu, menempatkan kebutuhan diri sendiri pada prioritas tinggi (HRSA, 2002).
Verikut bebrapa kondisi wanita yang memeperukan asupan nurisi khusus.
1) Wanita HIV/AIDS yang hamil dan menyusui
Kehamilan memerlukan lebih banyak nutrisi untuk ibu dan bayi, kekuranagn nutrisis
menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi. Pada saat hamil asupan gizi
ditingkatkan sebanyak 300 kalori dan 10 gram protein sehari. Sebaiknya berat badan
meningkat sebnyak 11-16 kg selama hamil. 2 kg pada trimester pertama, 4-7 kg pada
trimester kedua, dan 7-16 kg pad trimester ketiga. Asupan vitamin ekstra, mineral, ion,
cairan, serat juga diperlukan. Menghindari kopi, teh, coklat, alkohol, dan minuman
bersoda sperti coca cola, pepsi dan sebagainya. Wanita menyusui juga memerlukan lebih
banyak asupan makanan.
2) Wanita HIV/AIDS menstruasi dan syndrome pra-menstruasi
Menstruasi pada wanita penderita HIV mungkin mengubah siklus haid dan memperberat
sindrome pre-menstruasi misalnya kekakuan payudara, muda marah, depresi, kram, dan
sebagainya. Wanita pada kondisiini sebaiknya mengkonsumsi makanan rendah gula dan
tinggi serat selama fase sebelum dan saat menstruasi. Membatasi garam dan makanan
ringan mengurangi kram dan nyeri payudara. Selain itu, sebaiknya wanita tetap
melakukan latihan tertur dan istrirahat cukup (HRSA, 2002).
3) Wanita HIV/AIDS menopause
Wanita monopouse sebaiknya meningkatkan asupan kandungan kalsium dalam makanan
4-5 kali lebih banyak. Makanan ini misalnya susu, keju, yougurt, jus jeruk, mustard dan
sarden, serta sumber kalsium yang lain.
4) Wanita HIV/AIDS dengan infeksi dan masalah berat badan
Jika wanita mengalami kegemukan, maka berat badan harus diturunkan, sebaliknya kalau
sangat kurus harus ditingkatkan asupan nutrisinya. Pasien dengan infeksi juga harus
makan lebih banyak makanan terutma protein dan vitamin (KRSA, 2002).
4.12 Nutrisi Pasien yang Mendapatann ART
Asuhan gizi pada ODHA sangat penting bila mereka juga mengkonsumsi obat-obat ARV.
Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik.
Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi
(Ebissa, deyessa, dan Biadgilign, 2016; Friis dkk., 2017). Interaksi yang mungkin terjadi
antara zat gizi dan ARV yaitu makanan dapat mempengaruhi efektifitas ARV, ARV dapat
memepengaruhi penyeerapan zat gizi, efek samping ARV dapat memepengaruhi konsumsi
makanan, dan selanjutnyakombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
samping.
ART banyak menimbulkan efek samping dan mempengaruhi asupan makanan dan
penyerapan zat gizi. Dengan demikian, penentuan diet harus disesuaikan dengan kondisi
klinis, efek samping, penyakit penyerta dan status gizi pada ODHA.
8.2 Evaluasi
1) Jelaskan mengapa pasien HIV/AIDS cenderung mengalami malnutrisi
2) Jelaskan dampak malnutrisi pada pasien HIV/AIDS
3) Jelaskan cara pengukuran dan monitoring kecukupan gizi
4) Sebutkan beberapa prinsip diet pada pasien HIV/AIDS
5) Jelaskan cara menjaga keamanan makanan dan minuman
6) Jelaskan prinsip pemberian makanan pada pasien HIV anak-anak, ibu hamil, dan
menyusui, HIV dengan obesitas, HIV dengan wasting syndrom, dan pasien HIV yang
mendapatkan ART.
7) Sebutkan manfaat, tanda-tanda defisiensi, serta sumber vittamin (tiga macam) dengan
tepat.