Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI

OLEH

I MADE AGUS SUMARDIKA


209012408

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh (Hidayat, 2015). Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan
untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai
nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral.
Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka,
yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori.
Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula,
adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi (Potter &
Perry, 2010).
Nutrisi berasal dari kata nutrien artinya bahan gizi yang merupakan
proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting
untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Rahayu dan
Harnanto, 2016)
Pada nutrisi terdapat zat gizi/nutrient yang diperlukan untuk
pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikann tubuh, dimana zat gizi tersebut
terbagi atas makronutrien yaitu karbohidrat, lemak serta protein dan
mikronutrient yang terdiri atas vitamin dan mineral (Rosdahl dan
Kowalski, 2014). Nutrien adalah zat organik dan anorganik dalam
makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan
dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan
dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan
suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan
(Rahayu dan Harnanto, 2016)
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan metabolik yang dibutuhkan oleh tubuh
(Carpenito, 2012).
2. Etiologi
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi (Hidayat, 2015).
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa
daerah, tempe merupakan sumber protein yang paling murah, tidak
dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena
masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat
merendahkan derajat mereka (Hidayat, 2015).
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu dapat mempengaruhi status gizi (Wahyudi, 2016).
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup (Wahyudi, 2016).
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluargannya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah
(Hidayat, 2015).
6. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolism basa bertambah dengan
cepat hal ini sehubungan dengan faktor pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun
energi basal relative konstan (Wahyudi, 2016).
7. Jenis Kelamin
Kebutuhan metabolism basal pada laki-laki besar dibandingkan
dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan
pada wanita 0,9 kkal/kg BB/jam (Wahyudi, 2016).
8. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh,
semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran
panas sehingga kebutuhan metabolism basal tubuh juga menjadi
semakin besar (Wahyudi, 2016).
9. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang
nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat
(Wahyudi, 2016).
10. Faktor Psikologi serta stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi
individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan
mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (Wahyudi,
2016).
11. Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi
pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk
alcohol daripada makanan. Alkohol yang berlebihan juga
mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan
nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan
juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorbsi
zat gizi di dalam intestine (Wahyudi, 2016).
3. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan
makanan serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada
tingkat aktivitas, maka nutrisi dan kilokalori diperlukan sehingga tingkat
aktivitas akan meningkat atau menurun. Sementara, status penyakit dan
prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada
asupan makanan, pencernaan, absorbsi, metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zat
makanan tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat
menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal.
Penyakit-penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan.
Biasanya terjadi pada penyakit-penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi, gangguan
tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut
dapat menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan.
Diare dapat menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat.
Terhadap penyakit pada kandung empedu, di mana kandung empedu tidak
berfungsi secara wajar, empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak
menjadi tidak efektif.
4. Pathway

Tingkat aktivitas,
kemampuan daya beli dan
menyiapkan makanan serta
prosedur dan pengobatan
yang dilakukan

Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual, muntah

Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung (gesekan)

Produksi HCL meningkat

Asam lambung refleks

Berkurangnya pemasukan makanan

Intake makanan tidak adekuat

Defisit Nutrisi

5. Komplikasi
Wahyudi (2016) menuliskan secara umum gangguan kebutuhan
nutrisi terdiri dari atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,
malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker
dan anoreksia nervosa.
1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan
akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang
berlebihan.
7. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup
yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
9. Anoreksia Nervesa
Anoreksia Nervesa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi dan
kelebihan energi.

6. Manifestasi Klinis
1. Defisit nutrisi
a. Data mayor
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Data minor
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
2. Berat badan lebih
a. Data mayor
- IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan
lebih dari presentil 95 (pada anak 2-18 tahun)
b. Data minor
- Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Albumin
4-5,5 mg/100ml
2. Transferin
170-25 mg/100ml
3. Hemoglobin
Laki laki dewasa : 14-18 gr/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gr/dl
4. BUN (Blood Urea Nitrogen)
10-20 mg/100ml
5. Ekskresi kreatin
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/100ml
Perempuan : 0,5-1,0 mg/100ml

8. Penatalaksanaan
1. Penyuluhan masalah nutrisi pada pasien dan keluarga.
2. Penanganan fokus pada penyebab masalah pola nutrisi.
3. Pemberian asupan nutrisi : Oral
4. Kolaborasi : Pemasanan NGT dan Pemberian Nutrisi melalui NGT.
5. Pemberian obat pada penyebab masalah pola nutrisi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas
Identitas lengkap pasien dan keluarga sebagai penanggung jawab
pasien. Identitas mencakup nama, usia, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan gangguan pemenuhan nutrisi biasanya mengalami
pucat, lemas, lesu, mual dan muntah.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan perjalanan penyakit yang dialami
pasien, baik penyakit terdahulu ataupun penyakit yang dialami saat
ini.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga merupakan perjalanan penyakit yang
dialami keluarga pasien, baik penyakit terdahulu ataupun penyakit
yang dialami saat ini.
5. Pemeriksaan Fisik
Metode pengkajian ABCD (Tarwoto & Wartonah, 2006) :
a. A (Antropometri)
1) Berat badan
2) Tinggi badan
3) Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
BB (kg)
4) BMI (Body Mass Index):
TB × TB (m)
5) Lingkar pergelangan tangan
6) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Perempuan : 28,5 cm
Laki-laki : 28,3 cm
7) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Perempuan : 16,5 ─ 18 cm
Laki-laki : 12,5 ─ 16,5 cm
b. B (Biokimia)
1) Albumin
Nilai normal : 4─ 5,5 mg/100ml
2) Transferin
Nilai normal : 170 ─ 25 mg/100 ml
3) Hb (Hemoglobin)
Nilai normal: 12 mg %
4) BUN (Blood Area Nitrogen
Nilai normal : 10 ─ 20 mg/100ml
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam
Nilai normal Laki-laki : 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml
Perempuan : 0,5 ─ 1,0 mg/100 ml
c. C (Clinical)
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek
menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama
abnormal, tekanan darah  rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-
patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak
ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran
mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
d. D (Diet)
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar dan demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat.

3. Intervensi
No. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Dx Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan Obsevasi Observasi
asuhan keperawatan 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
selama 3x24 jam nutrisi nutrisi pasien
diharapkan defisit 2. Identifikasi alergi dan 2. Mengetahui alergi dan
nutrisi teratasi intoleransi makanan intoleransi makanan
dengan kriteria hasil: pada pasien
1. Adanya 3. Identifikasi makanan 3. Membantu memilih
peningkatan berat yang disukai makanan yang disukai
badan sesuai pasien
dengan tujuan 4. Identifikasi kebutuhan 4. Menentukan jumlah dan
2. Berat badan ideal kalori dan jenis jenis nutrien yang akan
sesuai dengan nutrien diberikan
tinggi badan 5. Menentukan
3. Mampu 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
mengidentifikasi penggunaan selang nasogastrik untuk
kebutuhan nutrisi nasogastrik membantu memberikan
4. Tidak ada tanda- nutrien
tanda nutrisi 6. Memantau asupan
5. Menunjukkan 6. Monitor asupan makanan pada pasien
peningkatan makanan 7. Mengetahui berat badan
fungsi dari 7. Monitor berat badan pasien
pengecapan dan 8. Membantu menentukan
menelan 8. Monitor hasil tindakan keperawatan
6. Tidak terjadi pemeriksaan
penurunan berat laboratorium Nursing
badan yang Nursing 1. Memberi rasa nyaman
berarti 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan pada
sebelum makan, jika pasien
perlu 2. Membantu pasien
2. Fasilitasi menentukan dalam melakukan diet
pedoman diet 3. Penyajian makanan
3. Sajikan makanan secara menarik dan
secara menarik dan suhu yang sesuai
suhu yang sesuai membantu pasien untuk
mengkonsumsi
4. Berikan makanan makanan
tinggi serat untuk 4. Membantu mengurangi
mencegah konstipasi konstipasi pada pasien
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan 5. Membantu kecukupan
tinggi protein nutrisi pasa pasien
6. Berikan suplemen
makanan 6. Membantu memenuhi
7. Hentikan pemberian kebutuhan nutrisi pada
makan melalui selang pasien
nasogastrik jika 7. Pemberian makan
asupan oral dapat melalui selang
ditoleransi nasogastrik diberikan
kepada pasien yang
tidak mampu mendapat
Edukasi asupan oral
1. Anjurkan posisi duduk Edukasi
1. Membantu memberikan
rasa nyaman pada
2. Ajarkan diet yang pasien
diprogramkan 2. Membantu pasien
memahami diet yang
Kolaborasi akan diberikan
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
medikasi sebelum 1. Membantu pasien
makan untuk memahami
nutrien ang akan
diberikan sebelum
2. Kolaborasi ahli gizi makan
untuk menentukan 2. Menentukan diet dan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang akan
jenis nutrien yang diberikan
dibutuhkan

4. Implementasi
Menyesuaikan dengan intervensi yang dibuat.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta:


EGC.
Hidayat, A. A. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan
Buku 3 Edisi 7. Jakarta: EGC.
Tarwoto, & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyudi, A. S. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai