Anda di halaman 1dari 56

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN


STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

Sebagai Salah Syarat

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan

Pada Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun dan Diajukan Oleh:

AMANCE HARUN RUMODAR

NIM : PO7131017002

PROGRAM STUDI GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
ii

Karya Tulis Ilmiah ini telah diseminarkan dihadapan Tim penguji

Usulan Penelitian pada Program Studi Gizi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku, pada tanggal 23 Desember 2019 dan dinyatakan telah

diterima dan dapat dilanjutkan menjadi Karya Tulis Ilmiah.

Susunan Tim Penguji

Ketua,

Rahwan Ahmad.SKM.,M.Kes
NIP: 197601172000121001

Anggota

Junieni.S.Gz.,M.Si Inamah.SKM.,M.Kes
NIP: 197908062010122001 NIP: 19760508081999032003
KATA PENGANTAR
iii

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

anugerahnya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Gambaran

Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dan Status Gizi Bayi Usia 6-12

Bulan” dengan baik.

Terima kasih juga penulis ucapkan dengan rasa hormat kepada

ibu pembimbing Inamah.SKM.,M.Kes yang telah membimbing dan

menuntun penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, serta selalu

memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Hairudin Rasako,S.KM.,M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mendaptakan ilmu dari Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku

2. Mahmud,S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku serta sebagai Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

3. Rahwan Ahmad,SKM.,M.Kes. selaku Penguji I yang telah membimbing

dan memberikan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


iv

4. Junieni,S.Gz.,M.Si. selaku Penguji II yang telah membimbing dan

memberikan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah (Haruna Rumodar)

Ibu (Ngatmiatun Rumodar), dan Semua keluarga yang selalu

membimbing dan selalu memberikan perhatian serta sebagai

penyemangat bagi penulis.

6. Terima Kasih juga bagi Sahabat penulis, Jindan, Mochtar,Claudia,

Fauzia, Susy, Sulis, Suratmi, Sumarni, Sita, Firamita, Jihan, Arma, dan

teman-teman seangkatan Jurusan Gizi yang sudah memberi

semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi menuju kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata,

penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, 2020

Pen

ulis
v

ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN


STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

Amance Harun Rumodar*), Inamah**)

Latar Belakang ASI merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting pada
anak usia 6-23 bulan. ASI memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi
pada anak usia 6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak
usia 12-24 bulan. Pemberian ASI dapat menurunkan risiko penyakit infeksi
akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza,
meningitis, dan infeksi saluran kemih. Bayi yang tidak diberi ASI akan rentan
terhadap penyakit infeksi. Data Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018, menyatakan bahwa di provinsi Maluku bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif berdasarkan jenis kelamin laki-laki 38,7% dan perempuan
35,9%. Dan prevalensi status gizi di Indonesia secara angka nasional
dengan kategori gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 mencapai
(13,8%). Status gizi pendek dan sangat pendek mencapai (30,8%). Status
gizi kurus dan sangat kurus (10,2%) dan gemuk mencapai (8,0%).
Sedangkan di Maluku status gizi buruk dan kurang mencapai 17,7%, pendek
dan sangat pendek mencapai 30,8% dan kurus dan gemuk mencapai 10,2%.
Tujuan Penelitian Ini adalah untuk menjelaskan Gambaran Pengetahuan ibu
tentang ASI Eksklusif dan Status Gizi Bayi usia 6-12 bulan.
Metode Penelitian Yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, yaitu studi dengan objek penelitiannya berupa karya-karya
kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam media massa,
maupun data-data statistika.
Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki
pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklsuif. Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu yang masih tergolong rendah. Dan
sebagian besar responden berkategori gizi baik. Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu tergolong cukup baik.
Kesimpulan Berdasarkan hasil literatur pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif dari tahun 2015 sampai dengan 2020 dapat disimpulkan bahwa,
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI
eksklusif. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu yang
masih tergolong rendah. Dan status gizi bayi dari tahun 2015 sampai dengan
2019 dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden berkategori gizi
baik. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu tergolong
cukup baik.
Saran Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan
penelitian ini dengan meneliti variabel lain yang mempengaruhi pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan dan status sosial ekonomi, sehingga dapat melengkapi hasil
penelitian.
Kata Kunci : Pengetahuan, ASI Eksklusif, Status Gizi
vi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………... ii
ABSTRAK……………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………... iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL…………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 6
A. Pengetahuan……………………………………………….. 6
B. ASI Ekskluasif………………………………………………. 13
C. Status Gizi…………………………………………………... 22
D. Kerangka Konsep………………………………………….. 27
BAB III METODE PENELITIAN………………………………….... 28
A. Jenis Penelitian…………………………………………….. 28
B. Tahapan Studi Literatur……………………………………. 28
C. Populasi Sampling dan Sampel Penelitian…………….... 29
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data……………… 32
vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………... 35


A. Hasil…………………………………………………………. 35
B. Pembahasan………………………………………………... 40
BAB V PENUTUP…………………………………………………... 44
A. Kesimpulan ………………………………………………… 44
B. Saran………………………………………………………... 44
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 46
viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Klasifikasi Status Gizi..................................................... 26
2 Hasil Literatur Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif. 35
3 Hasil Literatur Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan……….. 38
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan sumber energi dan nutrisi terpenting pada anak

usia 6-23 bulan. ASI memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi

pada anak usia 6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada

anak usia 12-24 bulan. ASI juga merupakan sumber nutrisi yang

penting pada proses penyembuhan ketika anak sakit. (World Health

Organization 2013). Pemberian ASI dapat menurunkan risiko penyakit

infeksi akut seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus

influenza, meningitis, dan infeksi saluran kemih. Bayi yang tidak diberi

ASI akan rentan terhadap penyakit infeksi. Kejadian bayi dan balita

menderita penyakit infeksi yang berulang akan mengakibatkan

terjadinya balita dengan gizi buruk dan kurus.

Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu merupakan faktor

yang penting untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif pada bayi,

karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai nilai yang diperkenalkan

(Fikawati, 2012).
2

Persentase bayi yang diberikan ASI eksklusif di dunia hanya

mencapai angka 39%. Secara global, lebih dari 10 juta anak dengan

usia dibawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya. Penyebab kematian

tersebut karena pemberian ASI eksklusif yang tidak memadai (Teka,

2014).

Menurut WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia

hanya sekitar 36% selama periode 2007-2016. Berdasarkan hasil

Riskesdas (2012), cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia

sebesar 54,3%, dimana persentase terendah di Provinsi Maluku

sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

Di Indonesia bayi yang telah mendapatkan cakupan ASI eksklusif

sampai usia enam bulan adalah sebesar 29,5% (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017). Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman

bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan kualitas sumber daya manusia

secara umum (Rahman, 2017).

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

menyatakan bahwa di provinsi Maluku bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif berdasarkan jenis kelamin laki-laki 38,7% dan perempuan

35,9%. Masalah utamanya adalah rendahnya pemberian ASI Eksklusif

di Maluku adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan

ibu, keluarga dan masyarakat.


3

Data dunia Secara nasional, prevalensi status gizi secara global

adalah terdiri dari (19,6%) gizi buruk, (13,9%) gizi kurang, pendek

(37,2%), sangat pendek (19,2%), sangat kurus (15,3%), dan kurus

sebesar (12,1%).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,

prevalensi status gizi di Indonesia secara angka nasional dengan

kategori gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2018 mencapai

(13,8%). Status gizi pendek dan sangat pendek mencapai (30,8%).

Status gizi kurus dan sangat kurus (10,2%) dan gemuk mencapai

(8,0%). Sedangkan di Maluku status gizi buruk dan kurang mencapai

17,7%, pendek dan sangat pendek mencapai 30,8% dan kurus dan

gemuk mencapai 10,2%.

Penelitian ini adalah penelitian menggunakan studi literatur,

penelitian studi literatur adalah sebuah proses atau aktivitas

mengumpulkan data dari berbagai literature seperti buku dan jurnal

untuk membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu dengan yang

lain ( Manzilati,2017). Tujuan penelitian studi literatur ini adalah untuk

mendapatkan landasan teori yang bisa mendukung pemecahan

masalah yang sedang diteliti dan mengungkapkan berbagai teori-teori

yang relevan dengan kasus, lebih khusus dalam penelitian ini peneliti

mengkaji gambaran pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status

gizi bayi usia 6-12 bulan.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana gambaran pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengkaji gambaran pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

b. Untuk mengkaji status gizi bayi usia 6-12 bulan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan tambahan referensi tentang gambaran

pengetahuan para ibu tentang ASI eksklusif serta sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

1) Peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori yang telah

diperoleh selama perkuliahan.

2) Sepanjang penelitian ini dilakukan dapat menjadi

pengalaman yang berharga dalam rangka menambah


5

wawasan keilmuan serta pengembangan diri peneliti

khususnya dibidang penelitian lapangan.

b. Bagi Institusi

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah

pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan Poltekes

Kemenkes Maluku khususnya Prodi Gizi dan dapat dijadikan

bahan masukan bagi penelitian selanjutnya


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang

mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui

tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dan Nurroh 2017).

Menurut Notoatmodjo dan Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh

seseorang melalui panca indera.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Sulaiman (2015) tingkatan pengetahuan terdiri dari 4

macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal,

pengetahuan normatif dan pengetahuan esensial. Pengetahuan

deskriptif yaitu jenis pengetahuan yang dalam cara penyampaian

atau penjelasannya berbentuk secara objektif dengan tanpa adanya

unsur subyektivitas. Pengetahuan kausal yaitu suatu pengetahuan

yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat. Pengetahuan


7

normatif yaitu suatu pengetahuan yang senantiasa berkaitan dengan

suatu ukuran dan norma atau aturan. Pengetahuan esensial adalah

suatu pengetahuan yang menjawab suatu pertanyaan tentang

hakikat segala sesuatu dan hal ini sudah dikaji dalam bidang ilmu

filsafat. Sedangkan menurut Daryanto dan Yuliana (2017),

pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang

berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam tingkatan

pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan). Seseorang

dituntut untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar

dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui.

3) Penerapan (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang

diketahui pada situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponenkomponen yang terdapat dalam suatu objek.


8

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis

menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Penilaian (evaluation)

Penilaian Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan

pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam memperoleh pengetahuan

dibagi dalam 2 kelompok :

1) Cara Tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistemik dan logis. Cara – cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain, meliputi :

a) Cara Coba–Salah (Trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.


9

Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini

banyak membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan

manusia kearah yang lebih sempurna.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemuka

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Para pemegang

otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun

ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara

tidak langsung melalui pernyataan–pernyataan yang

dikemukakan dan dicari hubungannya sehingga dapat diambil

kesimpulan.
10

2) Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

dewasa ini lebih sistematis, logis dan murah.Cara ini disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih popular (research

methodology). Setelah diadakan penggabungan antara proses

berpikir deduktif–induktif maka lahirlah suatu penelitian yang

dikenal dengan metode penelitian ilmiah.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang

menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan seperti berikut:

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%

3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%


11

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani dan Yuliana (2017), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang

tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini

menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan

menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan

tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain

maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan.

2) Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek

(immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan


12

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana

komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3) Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut

terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon

sebagai pengetahuan.

5) Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.


13

6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan

daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh

akan semakin banyak.

B. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan pertama,utama dan terbaik

bagi bayi yang bersifat alamiah, dan mengandung berbagai zat gizi

yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

bayi. (Notoatmodjo, 2014). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI

pada bayi tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat,

misalnya, pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim atau

makanan lain selain ASI. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk

jangka setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6

bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan

dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai

bayi berusia 2 tahun atau lebih dan bahkan lebih dari 2 tahun

(Nurkhasanah, 2015).
14

2. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian hanya asi saja selama enam

bulan tanpa tambahan cairan apapun seperti, susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih, dan tanpa pemberian makanan tambahan

lain, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur atau nasi tim.

Setelah bayi berusia enam bulan, barulah bayi diberikan makanan

pendamping asi dengan asi tetap diberikan hingga bayi berusia 2

tahun atau lebih (Widji, 2015).

3. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif

Menurut (Roesli, 2015). Tujuan pemberian asi eksklusif selama

enam bulan berperan dalam pencapaian tujuan Millenium

development goals (MDGs) tahun 2015 yaitu :

a. Membantu mengurangi kemiskinan

Jika seluruh bayi yang dilahirkan di Indonesia disusui ASI secara

eksklusif selama 6 bulan maka akan mengurangi pengurangan

biaya akibat pembelian formula.

b. Membantu mengurangi kelaparan

Pemberian asi eksklusif membantu mengurangi angka kejadian

kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya

terjadi sampai usia 2 tahun.


15

c. Membantu mengurangi angka kematian anak balita

Berdasarkan penelitian WHO 2013, di enam negara

berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat

40% jika bayi tersebut tidak di susui.

4. Manfaat Air Susu Ibu (ASI)

a. Bagi Bayi yaitu :

1) ASI sebagai Nutrisi

ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan

enzim yang dibutuhkan oleh bayi sehingga ASI akan cukup

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai bayi

berusia 6 bulan.

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan

lebih jarang sakit, karena ASI mengandung berbagai zat

kekebalan.

3) ASI meningkatkan kecerdasan

Pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6

bulan akan tumbuh lebih optimal karena di dalam ASI

mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam

lemak ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6).

Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada

susu sapi.
16

4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya akan

meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. Bayi yang

sering menyusu dan berada dalam dekapan ibu akan

merasakan kasih sayang dan perasaan terlindungi yang

akan menjadi dasar untuk perkembangan emosi bayi dan

membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual

yang baik.

b. Bagi Ibu yaitu :

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan

resiko perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu

yang menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin

menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga

perdarahan akan lebih cepat terhenti.

2) Mengurangi terjadinya anemia

Menyusui dapat mengurangi perdarahan sehingga

dapat mengurangi terjadinya anemia atau kekurangan

darah.

3) Menunda kehamilan

Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat


17

kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai

Metode Amenorea Laktasi (MAL).

4) Mengecilkan rahim

Ibu yang menyusui akan meningkatkan kadar oksitosin

yang akan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum

hamil.

5) Ibu lebih cepat langsing kembali

Pemberian ASI eksklusif akan mengurangi berat badan

ibu, jumlah kalori yang terbakar adalah sebesar 200-500

kalori perhari, sehingga dapat membantu mengurangi berat

badan.

6) Lebih ekonomis/ murah

Ibu yang memberikan ASI berarti menghemat

pengeluaran untuk membeli susu formula dan perlengkapan

menyusui.

7) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat diberikan kapan saja dalam keadaan siap

minum tanpa harus menyiapkan atau memasak air serta

tanpa menunggu agar suhunya sesuai karena ASI dalam

suhu yang selalu tepat .

8) Memberi kepuasan bagi ibu

Pada saat ibu menyusui, tubuh ibu akan melepaskan

hormon-hormon seperti oksitosin dan prolaktin yang


18

memberikan perasaan rileks dan membuat ibu merasa lebih

merawat bayinya.

5. Jenis-jenis ASI

ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandunganyang

berbeda beda, terdapat 3 jenis ASI yang diproduksi oleh ibu :

1) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang diproduksi

pada hari pertama hingga keempat dengan kandungan protein

dan zat tiinfeksi yang tinggi serta berfungsi sebagai pemenuhan

gizi dan proteksi bayi baru lahir (Astutik, 2014).

2) ASI peralihan (Transitional milk)

ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah

kolostrum. ASI peralihan diproduksi 8-20 hari dengan kadar

lemak,laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, dan kadar

protein,mineral lebih rendah (Astutik, 2014).

3) ASI matang (Mature milk)

ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21hari

setelah melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk

hidrasi bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan lemak

untukperkembangan bayi (Austik, 2014). ASI matang memiliki

dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk diproduksi pada

awal menyusui dengan kandungan tinggi protein, laktosa dan

nutrisilainnya namun rendah lemak, serta komposisi lebih encer.


19

Sedangkan hindmilk diproduksi menjelang akhir menyusui

dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014)

6. Kandungan Gizi dalam ASI

Menurut Utami Wulandari 2014, ASI mengandung lebih dari 200

unsur pokok,antara lain zat putih telur ,lemak, karbohidrat, vitamin,

mineral, faktor pertumbuhan, hormon,enzim,zat kekebalan dan sel

darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai

keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu simfoni nutrisi

bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan

manusia. Komposisi ASI antara lain :

1) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang

jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan lebih banyak

dari PASI. Rasio jumlah dalam laktosa dalam ASI dan PASI

adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan

PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI

dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Hidrat arang

dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam

pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja

sel-sel saraf, mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya,

serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain

(Wulandari 2014).
20

2) Protein

Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang

terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri atas protein whey dan

casein. Didalam ASI lebih banyak terdapat protein whey yang

lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein

cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi, yang banyak

terkandung dalam susu sapi. ASI mempunyai jenis asam

amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi, yaitu taurin.

Asam amino jenis ini banyak ditemukan di dalam ASI yang

sangat penting perannya bagi perkembangan otak. ASI juga

kaya nukleotida yang berperan meningkatkan pertumbuhan

dan kematangan usus, meningkatkan penyerapan besi, dan

meningkatkan daya tahan tubuh (Wulandari 2014).

3) Lemak

Lemak pada ASI merupakan lemak penghasil energi utama.

ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi.

Lemak adalah zat gizi yang berperan penting dalam proses

metabolisme. Kadar lemak dalam ASI juga lebih mudah

diuraikan dan diserap oleh tubuh dibandingkan lemak yang

terdapat di dalam air susu sapi. Lemak ASI terdiri dari

beberapa jenis antara lain: DHA,ALA,AA dan lain sebagainya.

DHA merupakan zat yang penting untuk membantu

pertumbuhan, perkembangan, serta mempertahankan fungsi


21

kerja jaringan otak. Selain itu, lemak dalam ASI juga

berpengaruh untuk membentuk kulit sehat (Wulandari, 2014).

4) Mineral

Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan

mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat

dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi

adalah kalsium yang berguna bagi pertumbuhan jaringan otot

dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah.

Walaupun kadar kalsium dalam ASI lebih rendah dari pada

susu sapi, namun penyerapannya lebih besar. Bayi yang

mendapat ASI esklusif sangat kecil resikonya kekurangan zat

besi, meskipun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini

dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI lebih mudah

diserap dari pada susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat

dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah

selenium, yang berfungsi mempercepat pertumbuhan anak

(Wulandari, 2014).

5) Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti

semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama

kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Vitamin D yang larut

air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini, perlu diketahui

bahwa vitamin D yang larut lemak dan jumlah vitamin A, tiamin,


22

dan vitamin C bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi

oleh ibu (Wulandari, 2014).

6) Air

Kira-kira 88% ASI terdiri dari air, yang berguna untuk

melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya yang sekaligus

juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi (Wulandari,

2014).

C. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok

yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat

gizi yang diperoleh dari zat pangan atau makanan yang dampak

fisiknya dapat diukur dengan antropometri. (Supariasa, 2015).

2. Penilaian Status Gizi

a. Penilaian Secara Langsung yaitu :

1)Antropometri

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang

melibatkan berat badan, tinggi/ panjang badan, serta tekanan

darah. Pengukuran dengan antropometri dapat menggunakan

tiga indikator yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Dalam melakukan

pengukuran tinggi/panjang badan serta berat badan dengan

antropometri harus dikonversikan nilai standar (Z-score) WHO


23

2005 (Riskesdas, 2017). Penggunaan antropometri adalah

untuk pengukuran ketidakseimbangan konsumsi karbohidrat

dan protein terkait dengan pertumbuhan fisik serta jaringan

tubuh seperti lemak, otot, maupun kandungan air di dalam

Tubuh.(Supariasa, 2015).

2)Klinis

Penilaian klinis biasanya digunakan jika mengalami

ketidakseimbangan gizi pada jaringan epitel yaitu rambut, kulit,

mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid. Penilaian klinis

digunakan untuk melakukan deteksi cepat mengenai tanda

klinis secara umum dari kelebihan maupun kekurangan gizi

(Supariasa, 2015).

3)Biokimia

Penilaian biokimia merupakan penilaian dengan diuji

didalam laboratorium, jaringan tubuh yang digunakan dalam

penilaian ini yaitu otot, darah, hati, tinja serta urine. Penilaian

biokimia biasanya dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi

secara spesifik (Supariasa, 2015).

4)Biofisik

Penilaian biofisik digunakan dalam melihat kemampuan

fungsi seperti perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaannya biasanya pada kondisi tertentu antara lain

pada kasus rabun senja (Supariasa, 2015).


24

b. Penilaian Secara tidak Langsung yaitu :

1)Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan merupakan cara yang dapat

digunakan dengan melihat jenis maupun jumlah dari nutrisi

yang biasa dikonsumsi. Biasanya dapat dimanfaatkan dalam

mengidentifikasi kekurangan maupun kebutuhan dari zat gizi

(Supariasa, 2015).

2)Statistik vital

Statistik vital digunakan dalam menganalisis beberapa data

statistik seperti umur, angka kesakitan dan angka kematian.

Pengukuran ini digunakan untuk indikator pengukuran status

gizi masyarakat (Supariasa, 2015).

3)Ekologi

Penilaian dengan ekologi penting dilakukan untuk tahu akan

penyebab kejadian malnutrisi dalam masyarakat. Malnutrisi

merupakan kombinasi dari faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya (Supariasa, 2015).

3. Indikator Antropometri

Indikator penilaian status gizi menurut Depkes 2015 dapat

dilakukan dengan tiga rumus, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. BB/U

menyajikan keadaan gizi secara umum dikarenakan berat badan

berhubungan positif dengan usia maupun tinggi badan. TB/U

menyajikan tentang ada atau tidaknya indikasi gangguan gizi kronis


25

yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dalam jangka waktu lama,

antara lain keadaan kemiskinan, kebiasaan hidup yang tidak sehat,

serta pola asuh yang tidak tepat sejak lahir. Indeks yang terakhir

adalah BB/TB menyajikan indikasi gangguan gizi bersifat akut yang

diakibatkan oleh suatu kondisi yang singkat misalnya adalah wabah

penyakit dan bencana kelaparan (Depkes 2015).

4. Klasifikasi Status Gizi

Status gizi diklasifikasikan berdasarkan tiga rumus, yang pertama

adalah BB/U digunakan untuk mengklasifikasifikasikan gizi buruk,

gizi kurang (underweight), gizi baik, maupun gizi lebih (overweight).

Kedua adalah BB/TB yang digunakan untuk mengklasifikasikan

kurus sekali, kurus (wasting), serta gemuk (obesitas). Terakhir

adalah TB/U yang digunakan untuk menentukan sangat pendek,

pendek (stunting), dan tinggi normal. Klasifikasi tersebut mengacu

pada standar Z-score WHO 2005. Penilaian status gizi berdasarkan

Zscore adalah sebagai berikut :

Z-score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan


Nilai Simpang Baku Rujukan
Keterangan :

Z-score : Skor standar WHO 2005 dalam Kemenkes 2010

Nilai individu subjek : BB balita


Nilai median baku rujukan : Nilai standar WHO-NCHS
Nilai simpang baku rujukan : Selisih nilai median dengan
nilai baku rujukan
26

Tabel 1

Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Score Berdasarkan


BB/U, TB/U, BB/TB

Indeks Kategori Ambang Batas


Status Gizi Z-Score
Berat Badan Gizi Lebih >2 SD
menurut Umur
(BB/U) Gizi Baik
- SD s/d 2 SD
Gizi Kurang
- 3 SD s/d < - 2 SD
Gizi Buruk

< - 3 SD
Tinggi Badan Tinggi >2 SD
menurut Umur
(TB/U) Normal
- SD s/d 2 SD
Pendek
- 3 SD s/d < - 2 SD
Sangat Pendek

< - 3 SD
Berat Badan Gemuk >2 SD
menurut Tinggi
Badan (BB/TB) Normal
- SD s/d 2 SD
Kurus
- 3 SD s/d < - 2 SD
Sangat Kurus

< - 3 SD
Sumber : WHO 2005
27

D. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan
ibu tentang ASI
Eksklusif

Status gizi bayi usia


Tingkat pekerjaan 6-12 bulan

Tingkat pendidikan

Sosial Budaya

Gambar 1. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Independen

= Dependen
2828

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan, yaitu studi dengan objek penelitiannya berupa karya-

karya kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam media

massa, maupun data-data statistika. Kepustakaan tersebut akan

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang diajukan

oleh penulis yang dalam hal ini adalah gambaran pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan. Adapun sifat

dari studi yang dilakukan adalah deskriptif analisis yaitu memberikan

edukasi dan pemahaman kepada pembaca, serta jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

B. Tahapan Studi Literatur

Tahapan studi literatur yang pertama adalah identifikasi masalah

yaitu proses dan hasil pengenalan atau inventarisasi masalah.

Masalah penelitian (research problem) merupakan sesuatu yang

penting di antara proses yang lain, dikarenakan hal tersebut

menentukan kualitas suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

mengkaji permasalahan melalui jurnal-jurnal penelitian internasional

dengan melakukan penelusuran artikel publikasi pada google, dengan

kata kunci yang dipilih yaitu “gambaran pengetahuan ibu tentang ASI
29

eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan”. Kemudian setelah itu

dilakukan screening atau penyaringan data yang gunanya untuk

memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik. Dalam

penelitian ini ektraksi data menggunakan kata kunci judul “gambaran

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12

bulan”, tahun terbit dari tahun “2015 sampai dengan 2020” dan topic

permasalahan. Setelah dilakukan screening didapatkan hasil 10 jurnal

yang akan dianalisis untuk mendapatkan landasan teori yang bisa

mendukung pemecahan masalah yang sedang diteliti. Proses terakhir

adalah kesimpulan penelitian yaitu pernyataan singkat tentang hasil

analisis deskripsi berasal dari fakta- fakta atau hubungan yang logis

dan berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada bagian

rumusan masalah. Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada ruang

lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban disesuaikan dengan rumusan

masalah yang diajukan. (Handayani, 2017).

C. Populasi Sampling dan Sampel Penelitian

1.Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2015). Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah jurnal internasional yang

berkaitan dengan gambaran pengetahun ibu tentang ASI eksklusif

dan status gizi bayi usia 6-12 bulan.


30

2.Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-

cara yang digunakan dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,

2015). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan

cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan kehendaki

peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel

dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui

sebelumnya (Nursalam, 2015). Berdasarkan karakteristik populasi

yang sudah diketahui sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam

kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini :

a. Kriteria Inklusi

Menurut Notoatmodjo (2010 : 130) kriteria inklusi adalah

kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai

sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1)Jurnal internasional yang berkaitan dengan gambran

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi

usia 6-12 bulan.

2)Jurnal update 5 tahun terakhir (2015-2019)


31

b. Kriteria eksklusi

Nursalam (2015) mendefinisikan kriteria eksklusi adalah

menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi

kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah :

1)Jurnal yang tidak sesuai dengan topic penelitian.

2)Jurnal yang update dibawah tahun 2014

3. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. Terdapat dua syarat

yang harus dipenuhi dalam menetapkan sampel yaitu, pertama

representatif dimana sample dapat mewakili populasi yang ada dan

yang kedua sampel harus cukup banyak (Nursalam, 2015). Menurut

Notoatmodjo (2010), sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih

untuk menjadi subjek dalam sebuah penelitian atau sebagai jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sugiyono (2014)

menyebutkan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi

karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang representatif. Sampel dalam penelitian

ini adalah 10 jurnal internasional yang berkaitan dengan gambaran


32

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12

bulan.

D. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

1.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan

sebagainya. Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan

mesin pencari google dengan kata kunci : Gambaran Pengetahuan

Ibu tentang ASI eksklusif dan Status Gizi Bayi usia 6-12 Bulan.

2.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar check-list

klasifikasi bahan penelitian, skema/peta penulisan dan format

catatan penelitian.

3.Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Analisa data

dilakukan dengan tujuan agar informasi data akan menjadi lebih

jelas. Analisis data dalam penelitian menggunakan analisa deskriptif

kualitatif yaitu merangkum sekumpulan data dalam memberikan

informasi yang disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk mendiskripsikan satu atau lebih variabel penelitian


33

secara mendalam tanpa untuk mengetahui perbedaan atau

hubungan nilai atau data antar variabel (Sosila & Suyanto, 2014).

a. Pengumpulan Data (Data Colettion)

Data yang didapatkan dari hasil penelusuran menggunakan

internet pada google dengan kata kunci gambaran pengetahuan

ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan

didapatkan 10 jurnal. 10 jurnal tersebut kemudian dikumpulkan

menjadi satu buah folder dan diurutkan agar mempermudah

dalam menganalisis.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemfokusan,

penyederhanaan dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah

dengan membuat ringkasan atau uraian singkat, mengolong-

golongkan ke dalam pola-pola dengan membuat tabel penelitian

untuk mempertegas, membuang yang tidak penting

mempermudah mengambil kesimpulan.

c. Display Data (Data Display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusuan

sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan agar sajian data tidak menyimpang dari

pokok permasalahan. Sajian dalam penalitian ini diwujudkan

dalam sebuah tabel yang berisikan judul jurnal, tujuan jurnal,


34

populasi sampel, teknik sampling, variabel, instrument, analisa

data dari jurnal dan hasil kesimpulan.

d. Penarikan kesimpulan (Conclusions/Verifying)

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau

memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan. Kesimpulan

di analisis adalah isi dari jurnal yang tersurat, tampak, bukan dari

makna yang dirasakan oleh peneliti guna menjawab jawaban dari

rumusan masalah dan tujuan penelitian.


35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil studi literatur Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI

Eksklusif dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan

Tabel 2

Hasil Literatur Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

No Penulis, Judul Tujuan Jenis Instrumen Hasil


Tahun Penelitian/Artikel Penelitian
1 Asta Gambaran Tingkat Untuk Deskriptif Kuesioner Pengetahuan
Kartika. Pengetahuan, dan mengetahui ibu tentang ASI
dkk, pendidikan Ibu gambaran eksklusif dari 48
(2015) Tentang Asi tingkat responden
Eksklusif pengetahuan dengan kategori
dan baik, sejumlah
pendidikan 32 responden
ibu tentang dengan
ASI Eksklusif persentase
(66.66%),
kategori cukup
sejumlah 6
responden
dengan
persentase
(12.51%) dan
kategori kurang
sejumlah 10
responden
dengan
persentase
(20.83%).
2 Nova Hubungan Tingkat Untuk Observasioal Kuesioner Pengetahuan
Rachmania, Pengetahuan Ibu mengetahui analitik ibu tentang ASI
(2016) Tentang ASI adanya dengan eksklusif dari 72
dengan Tindakan hubungan pendekatan responden
ASI Eksklusif antara tingkat cross dengan
pengetahuan sectional kategori baik 15
ibu tentang responden
ASI dengan dengan
tindakan ASI persentase
Eksklusif. (20.83%),
kategori cukup
25 responden
dengan
36

persentase
(34.72%) dan
kategori kurang
32 responden
dengan
persentase
(44.45%).
3 Elfrida, Hubungan Tingkat Untuk Observasiona Kuesioner Pengetahuan
(2017) Pengetahuan Ibu mengetahui l dengan ibu tentang ASI
Tentang Asi hubungan desain Eksklusif dari 70
Eksklusif tingkat penelitian responden
Terhadap pengetahuan cross dengan kategori
Pemberian Asi Ibu tentang sectional baik 27
Eksklusif ASI Eksklusif responden
terhadap (38.57%),
pemberian kategori cukup
ASI Eksklusif 32 responden
dengan
persentase
(45.71%) dan
kategori kurang
11 responden
(15.72%).
4 Titiek Hubungan Untuk Cross Kuesioner Pengetahuan
Anggareni, Pengetahuan Dan mengetahui sectional ibu tentang ASI
(2019) Pekerjaan Ibu hubungan Eksklusif dari 43
Dengan tingkat responden
Pemberian Asi pengetahuan dengan kategori
Eksklusif dan baik 10
pekerjaan Ibu responden
dengan dengan
pemberian persentase
ASI Eksklusif (23.25%),
kategori cukup
13 responden
dengan
persentase
(30.23%) dan
kategori kurang
20 responden
dengan
persentase
(46.52%).

5 Sumarni, Gambaran tingkat Untuk Deskriptif Kuesioner Pengetahuan


(2020) pengetahuan ibu mengetahui ibu tentang ASI
dan pemberian Gambaran eksklusif dari 23
ASI Eksklusif tingkat responden
pada bayi usia 6- pengetahuan dengan
12 bulan ibu dan kategori baik 5
pemberian responden
ASI Eksklusif dengan
pada bayi persentase
usia 6-12 (21.79%),
bulan kategori cukup
8 responden
dengan
persentase
37

(34.74%) dan
kategori kurang
10 responden
dengan
persentase
(43.47%).

Tabel 3

Hasil Literatur Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan

No Penulis, Judul Tujuan Jenis Instrumen Hasil


Tahun Penelitian/Artikel Penelitian
1 Parti , Hubungan Untuk Case Kuesioner Dari 58 bayi yang
(2015) pemberian ASI mengetahui control menjadi
Eksklusif dengan hubungan responden, 18
Status Gizi Bayi pemberian bayi dengan
usia 6-12 Bulan ASI dengan ketegori gizi
status gizi kurang dengan
38

bayi usia 6-12 persentase


bulan (31.03%), dan 40
bayi dengan
kategori gizi baik
dengan
persentase
(68.97%).
2 Bayu Hubungan Untuk Deskriptif Kuesioner Dari 72 bayi yang
Prasetyo, pengetahuan Ibu mengetahui analitik menjadi
(2016) mengenai ASI dan adanya Observasio responden, 9 bayi
pemberian ASI hubungan nal dengan ketegori
eksklusif terhadap antara gizi lebih dengan
status gizi bayi usia pengetahuan presentase
6-12 bulan ibu mengenai (12.5%), 56 bayi
ASI dan dengan ketegori
pemberian gizi baik dengan
ASI Eksklusif presentase
terhadap (77.79%), 3 bayi
status gizi dengan kategori
bayi usia 6-12 gizi kurang
bulan dengan
persentase
(4.16%), dan 4
bayi dengan
kategori gizi buruk
dengan
persentase
(5.55%).
3 Leni Perbedaan Status Untuk Komparatif Kuesioner Dari 25 bayi yang
Helmina , Gizi Bayi Usia 6-12 mengetahui dengan menjadi
(2017) Bulan Antara Bayi perbedaan rancangan responden, bayi
yang mendapatkan status gizi cross dengan ketegori
ASIEksklusif dan bayi usia 6-12 sectional gizi lebih sejumlah
Tidak Eksklusif bulan antara 3 bayi dengan
bayi yang presentase
mendapatkan (12.0%),
ASI Eksklusif sedangkan
dan Tidak ketegori gizi baik
Eksklusif sejumlah 6 bayi
dengan
presentase
(24.0%), dan
kategori gizi
kurang sejumlah
16 bayi dengan
persentase
(64.0%),
4 Rahayu Hubungan Untuk Kuantitatif Kuesioner Dari 55 bayi yang
Seni, Pengetahuan,sikap menganalisis dengan menjadi
(2019) ,perilaku, dan pengetahuan, desain responden 15 bayi
Karakteristik Ibu sikap, observasio dengan kategori
Terhadap Asi perilaku dan nal gizi kurang
Ekslusif dengan karakteristik dengan
Status Gizi Bayi Ibu terhadap persentase
ASI eksklusif (27.28%), 33 bayi
dengan status dengan kategori
gizi bayi gizi baik dengan
persentase
(60.0%), dan 7
bayi dengan
kategori gizi lebih
dengan
39

persentase
(12.72%)
5 Septriani , Gambaran Tingkat Untuk Deskriptif Kuesioner Dari 39 bayi yang
(2019) Pengetahuan Ibu mengetahui menjadi
Tentang Pemberian Gambaran responden 3 bayi
ASI Eksklusif tingkat dengan kategori
Dengan Status Gizi pengetahuan gizi kurang
Bayi Usia 6-12 tentang dengan
bulan berdasarkan pemberian persentase
indeks BB/U ASI Eksklusif (7.69%),
dengan sedangkan 32
Status Gizi bayi dengan
Bayi usia 6- kategori gizi baik
12 bulan dengan
berdasarkan persentase
Indeks BB/U (82.06%), dan 4
bayi dengan
kategori gizi lebih
dengan
persentase
(10.25%)

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian Asta Kartika, dkk pada tahun 2015

dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif,

dengan kategori baik, yaitu sejumlah 32 responden (66.66%),

kategori cukup sejumlah 6 responden (12.51%) dan kategori


40

kurang sejumlah 10 responden (20.83%). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Nova Rachmania pada tahun 2016 dapat dilihat

bahwa tingkat pengetahuan responden dengan kategori baik, yaitu

sejumlah 15 responden (20.83%), kategori cukup sejumlah 25

responden (34.72%) dan kategori kurang sejumlah 32 reponden

(44.45%). Sedangkan penelitian Elfrida pada tahun 2017 dapat

dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden dengan kategori baik,

yaitu sejumlah 27 responden (38.57%), kategori cukup sejumlah 32

responden (45.71%) dan kategori kurang sejumlah 11 responden

(15.72%). Penelitiannya sejalan dengan penelitian Titiek Anggareni

pada tahun 2019 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

responden dengan kategori baik, yaitu sejumlah 10 responden

(23.25%), kategori cukup sejumlah 13 responden (30.23%) dan

kategori kurang sejumlah 20 responden (46.52%). Sedangkan

penelitian Sumarni pada tahun 2020 dapat dilihat bahwa tingkat

pengetahuan responden dengan kategori baik, yaitu sejumlah 5

responden (21.79%), kategori cukup sejumlah 8 responden

(34.74%) dan kategori kurang sejumlah 10 responden (43.47%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan

ibu tentang ASI Eksklusif rata-rata masih tergolong kurang. Hal ini

dilihat dari tahun 2015 sampai 2020 tidak mengalami perubahan.

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan


41

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca

indera manusia yaitu penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa

dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Menurut penulis Pengetahuan mempunyai peran yang sangat

penting dalam perilaku ibu karena melalui pengetahuan akan

membawa pemahaman yang mendalam pada ibu tentang manfaat

ASI dan memberikan ASI secara eksklusif. Seterusnya,

pemahaman ini yang akan menjadi dasar bagi ibu untuk berperilaku

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

2. Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian Parti pada tahun 2015 dapat

dilihat bahwa status gizi bayi usia 6-12 bulan dengan kategori gizi

kurang sejumlah 18 bayi (31.03%) dan status gizi baik sebanyak 40

bayi (68.97%). Penelitin ini sejalan dengan penelitian Bayu

Prasetyo pada tahun 2016 dapat dilihat bahwa responden dengan

kategori gizi buruk sejumlah 4 bayi (5.55%), gizi kurang sejumlah 3

bayi (4.16%), gizi baik sejumlah 56 bayi (77.79%) dan gizi lebih

sejumlah 9 bayi (12.5%). Penelitiannya sejalan dengan penelitian

Leni Helmina pada tahun 2017 dapat dilihat bahwa responden

dengan kategori gizi kurang sejumlah 16 bayi (64.0%), gizi baik

sejumlah 6 bayi (24.0%) dan gizi lebih sejumlah 3 bayi (12.0%).

Sedangkan penelitian Rahayu Seni pada tahun 2019 dapat dilihat


42

bahwa responden dengan kategori gizi kurang sejumlah 15 bayi

(27.28%), gizi baik sejumlah 33 bayi (60.0%) dan gizi lebih

sejumlah 7 bayi (12.72%) penelitian ini sejalan dengan penelitian

Septriani dapat dilihat bahwa responden dengan kategori gizi

kurang sejumlah 3 bayi (7.69%), gizi baik sejumlah 32 bayi

(82.06%) dan gizi lebih sejumlah 4 bayi (10.25%).

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun

2016 sampai 2019 masih ditemukannya angka kejadian gizi buruk,

gizi kurang dan gizi lebih.

Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan

oleh keseimbangan kebutuhan zat gizi.Status gizi sangat

ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan

dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar

berkembang dan berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan

oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan faktor yang

menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan

zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012). Bayi dan balita merupakan

kelompok umur yang rentan terhadap masalah gizi oleh karena itu

indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat

dengan melalui status gizi balita (Notoatmodjo,2003).

Menurut penulis dari hasil penelitian yang telah diuraikan di

atas dapat dibuktikan bahwa rata-rata responden memiliki

pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklsuif. Hal ini


43

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang rendah tentang ASI

eksklusif dan tidak mendukung ASI eksklusif akan berpengaruh

terhadap status gizi anak.

Dari Penelitian studi literatur tersebut menunjukkan bahwa

adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dengan status gizi bayi. Hal ini menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI

dengan status gizi pada bayi. Tingkat pengetahuan yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi perilakunya, sebagaimana teori

yang dikemukakan oleh Green yang menyatakan bahwa

pengetahuan seseorang merupakan faktor predisposisi untuk

bertindak.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
44

Berdasarkan uraian pembahasan studi literatur tentang gambaran

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil literatur pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dari tahun 2015 sampai dengan 2020 dapat disimpulkan bahwa,

sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang

tentang ASI eksklusif. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

dan pekerjaan ibu yang masih tergolong rendah.

2. Berdasarkan hasil literatur status gizi bayi dari tahun 2015 sampai

dengan 2019 dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar responden

berkategori gizi baik. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

yang dimiliki ibu tergolong cukup baik.

B. Saran

1. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan

penelitian ini dengan meneliti variabel lain yang mempengaruhi

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status gizi bayi seperti

tingkat pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi, sehingga

dapat melengkapi hasil penelitian.

2. Diharapkan kepada ibu-ibu agar dapat meningkatkan pengetahuan

tentang ASI Eksklusif .

3. Diharapkan bagi institusi agar dapat mengembangkan teori dan

literatur tentang ASI Eksklusif dan status gizi.


45

DAFTAR PUSTAKA

Astutik,2014. Jenis-jenis ASI. Jurnal Universitas Muhammadiyah


Semarang. http://repository.unimus.ac.id.
Asta Kartika. dkk.2015. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi
Eksklusif Di Desa Butuh Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Hal. 15 Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.
46

Bayu Prasetyo, 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian


Asi Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Hal. 30
Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Balitbangkes,2018. Cakupan ASI Eksklusif di Dunia. Indonesian Journal
of Human Nutrition. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Esa Unggul.
Depertemen Kesehatan, (2015). Pencapaian ASI Eksklusif di Indonesia..
Jakarta.
Dudung, 2018. Indonesian Journal Of Human Nutrition, Hubungan
pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Tanah
Merah Kabupaten Tangerang. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Esa Unggul Jakarta.
Elfrida, 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Asi Eksklusif
Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Semarang. Hal. 29 Jurnal Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Endang Suprihatin, 2018. Kuesioner Penelitian. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Fikawati, 2017.Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan dalam mendukung
keberhasilan ASI Eksklusif. Jakarta.
http://pengetahuandanpendidikan.ac.id.
Handayani 2017 Metodologi Penelitian Literature Review Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Notoadmojo, Konsep dasar Pengetahuan. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. http://konsepdasarpengetahuan.ac.id. Dipublikasikan
oleh : Donsu, 2017.
Nova Rachmania, 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Asi
Dengan Tindakan Asi Eksklusif. Hal 25-26. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nursalam 2015 Populasi Sampling dan Sampel Penelitian Jurnal
Universitas Muhammadiyah Malang. Hal 30 Vol.16 Edisi IV .
Nurkhassanah,2016. Hubungan tingkat pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Tentang Manfaat ASI Eksklusif. Jurnal Fakultas Kesehatan UMP.
47

Rahman, 2017. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Data
dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
http://profilkesehatanindonesia.ac.id.com.
Rahayu Seni, 2019. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Dan
Karakteristik Ibu Tentang Asi Ekslusif Terhadap Status Gizi Bayi.
Hal. 26. Jurnal Action : Aceh Nutrition Journal, Mei 2019
Roesli, 2015. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Sosila & Suyanto 2014 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Jurnal
Universitas Muhammadiyah Malang. Hal 32 Vol 16. Edisi IV
Sugiyono 2014 Metode Literature Review Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sumarni, 2020. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu dan Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Puskesmas Nania
Kecamata Baguala Kota Ambon.
Suriasumantri & Nurroh, 2017. Konsep dasar pengetahuan. Jurnal
Universitas Muahammadiyah Malang.
Sulaiman, 2017. Tingkat Pengetahuan. Jurnal Universitas
Muahammadiyah Malang.
Teka, Persentase ASI Eksklusif di Dunia. Fakultas Keperawatan
Maternitas Universitas Andalas.
http://keperawatanmaternitas.ac.id.com. Jakarta, 2014.
Titiek Anggreni, 2019. Hubungan Pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Posyandu Lestari Handayani
Desa Jembungan Kabupaten Boyolali. Hal. 27 Infokes, Vol 6 No 1,
Juli 2019.
UNICEF & WHO,2018. Rekomendasi ASI untuk mengurangi Angka
kesakitan dan kematian Bayi. Jakarta.
Utami Wulandari, 2014. Komposisi zat gizi dalam ASI. Jurnal Politeknik
Negeri Jember. Dipublikasikan oleh : Puspito Arum dan Agartha
Widyawati. http://www.reseachgate.net/publication. Oktober, 2018.
WHO, 2018. Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI). Jurnal S1 Kebidanan FK
Universitas Andalas. Jakarta.
WHO, 2015. Rekomendasi Program ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan. http://kemenkes.ac.id.com. Jakarta.
48

Widji, 2015. Pengertian ASI Eksklusif. Jurnal Universitas Muhammadiyah


Purwokerto. Vol. 3:51

Anda mungkin juga menyukai