Anda di halaman 1dari 42

BAB I

LAPORAN KASUS

A. ASESSMENT
1) Anamnesis
a) Identitas Pasien

Tabel. 1
Identitas Pasien

Nama : Tn.A No.RM :-


Umur : 30 Tahun Ruang : Isolasi
Sex : Laki-laki Tgl Masuk : -
Pekerjaan : Wiraswasta Tgl Kasus : -
Pendidikan : SMP Diagnosis Medis : B20 Stadium III
+ Kandidiasis Oral
Agama : Kristen Alamat : Liang
Suku/Bangsa : Ambon Dokter yang merawat :
dr. Jz. Sp.Pd.

b) Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Tabel. 2
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama Demam dan tubuh lemas selama
berkepanjangan (kurang lebih selama
2 minggu
Keadaan umum Lemas
Riwayat Penyakit sekarang B20 Stadium III + Kandidiasis Oral
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat penyakit Keluarga -
Riwayat Gizi Dahulu -

c) Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Tabel. 3
Riwayat Gizi
Sum Data sosial Ekonomi Seorang laki-laki berusia 30 Tahun
Aktifitas fisik SMRS : Ringan
Kesim Di RS : Ringan
pula Masalah Mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan
Gastrointestinal kurang (-) dan nyeri perut (+)
Penyakit Jenis penyakit : B20 Stadium III +
Kandidiasis Oral
Modifikasi diet : TETP
Kesehatan Mulut Sariawan (-), sulit menelan (-).
Kesimpulan :

Berdasarkan tabel hasil Anamnesis, disimpulkan bahwa pasien


Masuk rumah sakit dengan keluhan, demam dan tubuh lemas selama
berkepanjangan (kurang lebih selama 2 minggu dengan diagnosis dokter
yaitu, B20 Stadium III + Kandidiasis Oral.

Pasien dirawat di ruang isolasi, pasien menerima diet dari rumah


sakit yaitu, Diet TETP.

2. Antropometri
Tabel. 4
Antropometri
TL LILA BBI % LILA
48 Cm 22 Cm 54 Kg 67,4 %
Kesimpulan:

Berdasarkan tabel antropometri diatas, dapat dilihat bahwa


pasien dengan LILA 22 Cm dan TL 48 Cm, mempunyai Berat Badan
Ideal yaitu 54 Kg serta hasil persentil LILA 67,4% sehingga pasien
dalam status gizi kurang.
3. Pemeriksaan Biokimia
Tabel. 6
Hasil Pemeriksaan Biokimia

Data Kategori
Pemeriksaan Nilai Normal
Laboratorium Hasil

Serologi HIV Reaktif Negatif -


Rapid 1 dan 2
Leukosit 12.000 uL Tinggi ( ) 4,5 – 11,0 x
103/ Ul
Hemoglobin 10,5 g/dl Rendah ( ) 13.8 - 17.4
g/dl
Kesimpulan :

Berdasarkan tabel diatas, Hasil pemeriksaan biokimia pasien dapat


diketahui adanya peningkatan nilai laboratorium yang berhubungan
dengan B20 Stadium III + Kandidiasis Oral yang ditandai dengan hasil
pemeriksaan laboratorium Serologi HIV, Leukosit dan Hemoglobin
sehingga pasien didiagnosa dokter yaitu B20 Stadium III + Kandidiasis
Oral.
4. Pemeriksaan Fisik Dan Klinis

Tabel. 7
Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Hari I-III
Hari/Tgl Pemeriksaan Hasil
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/80 mmHg
08 Mei 2020 Nadi 88 x/menit
Suhu 39,5 oC
RR 20 x/menit
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/80 mmHg
09 Mei 2020
Nadi 85 x/menit
Suhu 38 oC
RR 22 x/menit
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/90 mmHg
10 Mei 2020
Nadi 87 x/menit
Suhu 37 oC
RR 25 x/menit

Kesimpulan :
Hari Pertama : Berdasarkan data pemeriksaan fisik klinik hari
pertama keadaan pasien lemah, dengan tekanan darah pasien 100/80
mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 39 oC, dan RR 20 x/menit.

Hari Kedua : Berdasarkan data pemeriksaan fisik klinik hari kedua


keadaan pasien masih lemas dan Tekanan darah masih tetap 100/80
mmHg, namun terdapat perubahan pada Nadi 85 x/menit, Suhu 38 oC,
dan RR 22 x/menit.

Hari Ketiga : Berdasarkan data pemeriksaan fisik klinik hari ketiga


keadaan pasien sudah mulai membaik, dengan Tekanan darah
pasien 100/90 mmHg, Nadi 87 x/menit, Suhu 37 oC, dan RR 25 x/menit.

5. Asupan zat gizi


1. Hasil Recall Asupan Hari I
Tanggal : 08 Mei 2020
Bentuk Makanan : Lunak

Tabel. 8
Hasil Recall Asupan Zat Gizi Hari I
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan oral 699.1 30.8 12.8 117.1
Kebutuhan 2300 92 64 340
% Asupan 30% 33% 20% 34%
Keterangan Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan:

Berdasarkan hasil recall hari pertama, asupan energi 30%,


protein 33%, lemak 20%, dan KH 34%. Kebutuhan pasien masih
dalam kategori kurang, hal ini karena keadaan pasien yang masih
lemah, dan tidak nafsu makanan.

2. Hasil Recall Asupan Hari II


Tanggal : 09 Mei 2020
Bentuk Makanan : Lunak
Tabel. 9
Hasil Recall Asupan Zat Gizi Hari II
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan oral 779.4 33.5 17.2 125.0

Kebutuhan 2300 92 64 340

% Asupan 70% 60% 18% 20%

Keterangan Cukup Kurang Kurang Kurang


Kesimpulan:

Hasil recall hari kedua asupan energi 70%, protein 60%,


lemak 18%, dan KH 20%. Kebutuhan pasien masih dalam kategori
kurang. Hal ini karena pasien dalam keadaan lemas dan kurang
nafsu makan.

3. Hasil Recall Asupan Hari III


Tanggal : 10 Mei 2020
Bentuk Makanan : Lunak
Tabel. 10
Hasil Recall Asupan Zat Gizi Hari III
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan oral 937.5 42.4 36.0 109.2
Kebutuhan 2300 92 64 340
% Asupan 50% 40% 10% 30%
Keterangan Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan:

Hasil recall hari ketiga asupan energi 50%, protein 40%,


lemak 10%, dan KH 30%. Kebutuhan pasien masih dalam kategori
kurang. Dari hasil pengamatan dari hari pertama hingga hari ke tiga
asupan oral pasien masih dikategorikan kurang , hal ini dapat dilihat
dengan pola makan pasien dalam keadaan lemas dan nafsu makan
berkurang.

6. Terapi Medis
Tabel.11
Jenis Pemberian Obat
Jenis

Hari I Hari II Hari III


Cotrimoxazole √ √ √

Nystatin √ √ √

Clindamycin √ √ √

Kesimpulan:

Berdasarkan tabel terapi medis diatas, dari hasil jenis pemberian


obat dokter yang merawat, obat tersebut untuk mempercepat
penyembuhan dengan makanan yang di konsumsi.

B. DIAGNOSIS GIZI

Tabel.12
Diagnosa Gizi
Domain Problem Etiologi Sign & Symptom
( NI ) Peningkatan Disebabkan oleh Ditandai dengan
Domain kebutuhan energi adanya infeksi Leukosit tinggi 12.000
Intake dan peningkatan Ul dan Suhu tubuh
suhu tubuh 39,5 oC

Kekurangan Disebabkan oleh Ditandai dengan


intake peningkatan demam dengan
makanan kebutuhan suhu 39,5 oC, HIV
dan energi dan stadium III
minuman penyakit infeksi simtomatik dan
oral recall 24 jam
pemenuhan
kebutuhan energy <
10% dari total
kebutuhan

(NC) Berat badan Disebabkan oleh Ditandai dengan


Domain kurang penyakit infeksi status gizi kurang
Clinical kronik (HIV) dan dengan % LILA
tidak ada nafsu 67,4% dan hasil
makan dalam recall menunjukan
jangka waktu pemenuhan
yang cukup lama kebutuhan energi ±
50% dari total
kebutuhan

(NB) Gangguan Disebabkan oleh ditandai dengan


Domain pola makan efek penyakit anoreksia/tidak nafsu
Behavior (HIV) makan dengan hasil
recall menunjukan
pemenuhan
kebutuhan energi ±
50% dari total
kebutuhan

Kesimpulan:

Berdasarkan tabel diagnosa gizi dapat dilihat bahwa pasien mempunyai


masalah–masalah gizi yaitu:

1) Domain Intake
a) (NI 1.2)
Peningkatan kebutuhan energi yang berhubungan dengan adanya infeksi
dan peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan Leukosit tinggi (12.000
uL) dan Suhu tubuh 39,5 oC.
b) (NI 2.1)
Kekurangan intake makanan dan minuman oral yang berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan energi dan penyakit infeksi yang ditandai
dengan demam dengan Suhu 39,5 oC, HIV Stadium III Simtomatik dan
recall 24 jam pemenuhan kebutuhan energy <10% dari total kebutuhan.
2) Domain Clinik (NC 3.1)
Berat badan kurang yang berhubungan dengan penyakit infeksi kronik (HIV)
dan tidak nafsu makan dalam jangka waktu cukup lama yang ditandai
dengan status gizi kurang dengan %LILA 67,4% dan hasil recall menunjukan
pemenuhan kebutuhan energi ± 50% dari total kebutuhan.
3) Domain Behavior (NB 1.5)
Gangguan pola makan yang berhubungan dengan efek penyakit HIV yang
ditandai dengan anoreksia/tidak nafsu makan dengan hasil recall
menunjukan pemenuhan kebutuhan energi ± 50% dari total kebutuhan.

C. INTERVENSI GIZI
1. Planning
a) Jenis Diet : Diet TETP
b) Bentuk Makan : Lunak
c) Tujuan Diet :
- Memperbaiki/meningkatkan status gizi
- Meningkatkan asupan makanan
d) Prinsip diet:
- Tinggi energi
- Tinggi protein
- Lemak cukup
e) Syarat dietnya :
- Energi tinggi dengan mempertimbangkan penambahan 30%
energi karena pada masa simtomatik
- Protein tinggi yaitu 1,7 g/kg BB untuk meningkatkan massa otot
- Lemak cukup yaitu diberikan sebesar 60% sebagai sisa
perhitungan kebutuhan energi dari protein dan karbohidrat
- Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan AKG
- Cairan diberikan sesuai kebutuhan, yaitu 35 ml/kg BB/hari atau
setara dengan 1900 ml dengan memperhatikan pemberian cairan
yang mengandung elektrolit yang hilang karena diare.
- Pemberian suplementasi oral dalam bentuk makanan cair padat
energi dan protein untuk meningkatkan asupan energi dan zat gizi
- Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan mudah cerna serta
frekuensi kecil, tetapi sering karena pasien mengalami sariawan
dan nyeri perut jika makan terlalu banyak.

D. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Tabel .13
Rencana Monitoring dan Evaluasi

Anamnesis Yang diukur Pengukuran Evaluasi/target


Antropometri BB/TB 3 kali sehari Meningkatkan
(dalam 3 hari) status gizi hingga
mencapai status
gizi normal

Biokimia Leukosit ↑ Diperlukan Dalam Batas


(kolaborasi dengan Normal
tenaga kesehatan
lain)
Klinik Tekanan darah Setiap hari Dalam batas
130/90 mmHg normal
(↑)

Nadi 82x/menit

RR 22/menit

Suhu 36˚C

Asupan zat Asupan Setiap hari Membaik atau


gizi makanan yang Dalam batas
di berikan (E, normal
P, L, dan KH)

1. Rencana Konsultasi Gizi


a. Masalah gizi :
- Adanya penyakit infeksi (HIV/AIDS)
- Konsumsi asupan zat gizi tidak sesuai dengan kebutuhan
b. Tujuan :
Mengetahui permasalahan gizi pasien terutama makan dengan
asupan yang rendah dan membantu pasien untuk dapat
meningkatkan asupan makan dengan menyusuaikan kondisi pasien
1. Sasaran : Pasien dan keluarga
2. Waktu : 20 menit
3. Tempat : Ruang Rawat pasien
4. Metode : Wawancara dan tanya jawab
5. Alat bantu : Leaflet
6. Materi :
a. Pengertian HIV AIDS
b. Tanda dan gejala HIV AIDS
c. Pencegahan HIV AIDS
d. Penatalaksanaan HIV AIDS

PERHITUNGAN KEBUTUHAN

BEE = 66,5 + (13,8 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

= 66,5 + (13,8 x 54) + (5 x 160) – (6,8 x 30)

= 1441,7 kkal
TEE = BEE x Aktivitas Fisik

= 1815 x 1,2

= 1730 kkal

Peningkatan kebutuhan energi karena simtomatik :

= TEE + ( 30 % x TEE )

= 1730+(30 % x 1730)

= 1730+519

= 2300 kkal

Keb. Protein = 1,7 g/kg BB

= 1,7 x 54

= 92 gram( 16 %)

Keb. Lemak = 25 % x Total keb . energi

= 25 % x 2300

= 575 kkal

= 64 gram

Keb. Karbohidrat = (100−16−25 % 64 %)

= 59 % × Total keb . energi

= 59 % x 2300

= 1357 kkal
= 340 gram
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. HIV/AIDS
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki
penenda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS
(acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi
immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi
HIV (Kapita Selekta, 2014).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang
berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel
pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi
pejamu.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit
virus yang menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi
immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita
kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin, 2009).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat
HIV (Hasdianah dkk, 2014).
2. Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah
terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat
meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap
HIV belum terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase
kedua ini individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala
sakit. Sudah dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3
hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala
AIDS. Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang
berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan
kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan
berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat badan terus
berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul
penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC,
infeksi paru – paru yang menyebabkan radang paru – paru dan
kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau
sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah
berminggu – minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan
mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi, 2014).
3. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu :
a. Periode jendela : lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut : lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala
flu like illness.
c. Infeksi asimtomatik : lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala
tidk ada.
d. Supresi imun simtomatik : diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor
pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis.
4. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan.
Seiring pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel
limfosit CD 4+ akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV
dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun.
Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti
demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati,
dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten yang
asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit
CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS
akibat defisiensi imun (berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi
klinis lain dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas,
dan potensi keganasan (Kapita Selekta, 2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah
sel – sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan
menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun
– tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel per ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per
ml darah, 2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar
ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik)
(Susanto & Made Ari, 2013).
5. Manifestasi Klinik
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4
golongan, yaitu :
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi
yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala
limfadenopati umum
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan
gangguan sistem imun atau kekebalan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis
yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial,
hepatomegali, splenomegali, dan kandidiasis oral yang disebabkan
oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi.
Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi
sekunder (Soedarto, 2009).
Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi
HIV terkonfirmasi menurut WHO :
1) Stadium 1 (asimtomatis)
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata
2) Stadium 2 (ringan)
a. Penurunan berat badan < 10%
b. Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis, ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi
popular pruritic
c. Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis,
faringitis, otitis media
3) Stadium 3 (lanjut)
a. Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas
b. Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
c. Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1
bulan
d. Kandidiasis oral persisten
e. Oral hairy leukoplakia
f. Tuberculosis paru
g. Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi
tulang/sendi, meningitis, bakteremia
h. Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
i. Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (<
0,5×109/L) tanpa sebab jelas, atau trombositopenia kronis (<
50×109/L) tanpa sebab yang jelas
4) Stadium 4 (berat)
a. HIV wasting syndrome
b. Pneumonia akibat pneumocystis carinii
c. Pneumonia bakterial berat rekuren
d. Toksoplasmosis serebral
e. Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
f. Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar
getah bening
g. Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau visceral
h. Leukoensefalopati multifocal progresif
i. Mikosis endemic diseminata
j. Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
k. Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru
l. Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren
m. Tuberculosis ekstrapulmonal
n. Limfoma atau tumor padat terkait HIV : Sarkoma Kaposi,
ensefalopati HIV, kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk
meningitis, isosporiasis kronik, karsinoma serviks invasive,
leismaniasis atipik diseminata
o. Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIV
simtomatis (Kapita Selekta, 2014).
6. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau
ensefalitis. Dengan efek: sakit kepala, malaise, demam, paralise
total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri (Susanto & Made Ari, 2013).
7. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh
seperti darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya
seseorang tergantung pada status imunitas, gizi, kesehatan umum dan
usia serta jenis kelamin merupakan faktor risiko. Seseorang akan berisiko
tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan orang yang terinfeksi,
pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada pengguna
narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan
tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam
saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat
didalam air mata dan keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko
HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat. Selain
melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui :
a. Ibu Hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-
29%
5) Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian
pada dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak
awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah
beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan
HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari
penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan
angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV
dari ibunya selama 6-15 bulan.
b. Jarum Suntik
1) Prevalensi 5-10% Penularan
2) HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena
penyalahgunaan obat
3) Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana)
dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi
HIV, di Bogor 25% dan di Bali 53%.
c. Transfusi darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung
menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur penasun
(pengguna narkoba suntik) (Widoyono, 2011)
8. Pencegahan Penularan
a. Secara umum
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E)
yaitu: A: Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks
berisiko tinggi, terutama seks pranikah B: Be faithful – saling setia C:
Condom – menggunakan kondom secara konsisten dan benar D:
Drugs – menolak penggunaan NAPZA E: Equipment – jangan pakai
jarum suntik bersama
b. Untuk pengguna Napza
Pecandu yang IDU dapat terbebas dari penularan HIV/AIDS jika :
mulai berhenti menggunakan Napza sebelum terinfeksi, tidak memakai
jarum suntik bersama.
c. Untuk remaja
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, menghindari
penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik,
tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
yang sudah terpapar HIV, menghindari perilaku yang dapat mengarah
pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab
(Hasdianah & Dewi, 2014).
9. Pengobatan
a. Farmakologi
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat
yang ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat
antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti
HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang
termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine.
Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit
yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang
penting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat
sesuai jenis penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll (Hasdianah
dkk, 2014).
b. Terapi Nutrisi
Nutrisi untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu
secara oral, enteral (sonde), dan parenteral (infus). Asupan makan
secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi,
dianjurkan pemberian makanan enteral atau parenteral sebagai
tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet yang
direkomendasikan yaitu Diet AIDS I,II, dan III
1) Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengan
gejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak napas
berat, diare akut, kesadaran menurun atau segera setelah pasien
dapat diberi makan. Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien,
dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan,
makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk
kombinasi kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan
sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komesial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi dapat
ditambahkan glukosa primer (misalnya polyjoule)
2) Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS I
setalah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk
saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya
dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan
atau sebagai makanan utama.
3) Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II
atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk
makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Diet ini tinggi energi, protein, vitamin, dan mineral. Apabila
kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi
penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan
sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.
10. Diagnosis
Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV meliputi :
a. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) Sensitivitasnya tinggi
yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini memberikan hasil positif 2-
3 bulan setelah infeksi.
b. Western blot Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%.
Pemeriksaannya cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar
24 jam.
c. PCR (Polymerase Chain Reaction) Tes ini digunakan untuk :
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada padabayi
yang dapat menghambat pemeriksaan secara serologis.
2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok berisiko tinggi
3) Tes pada kelompok tinggi sebelum terjadi serokonversi.
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas
rendah untuk HIV-2 (Widoyono, 2014)
11. Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi merupakan perbandingan Antara konsumsi zat
gizi dengan keadaan gizi seseorang, biasanya dilakukan perbandiangan
pencapaian zat gizi individu terhadap angka kecukupan zat gizi (AKG).
Tingkat komsumsi di tentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan .
kualitas hidangan menunjukan adanya kualitas semua zat gizi yang
diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya yang
satu terhadap yang lain kuantitas menujukan suatu kuantum masing
masing kebutuhan zat gizi terhadap kebutuhan tubuh, jika susunan
hidangan memenuhi kebutuhnan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun
kuantitasnnya dan jumlah memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut
kualitas maupun sudut kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi
kesahatan gizi yang sebaik baiknnya, disebut konsumsi adekuat. Jika
konsumsi baik kualitasnya dan jumlah melebihi kebutuhan tubuh,
dinamakan konsumsi berlebihan, maka akan terjadi suatu keadaan
lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitas maupun
kuantitasnnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang
atau kondisi defesiensi (Sediaoetama 1989).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah
pengetahuan, psikologis, sosial budaya, pendapatan, dan jarak kelahiran
yang terlalu rapat. Kriteria tingkat konsumsi dihitung berdasarkan
rumus:
intake
Tingkat konsumsi = x 100%
kebutuhan
Tabel. 14
Kriteria Konsumsi

No Kategori Range
1 Sangat baik >100%
2 Baik >80 %
3 Cukup 51 - 80 %
4 Kurang/buruk <51 %

Sumber :Rosalind Gibson (Principles of Nutrition Assesment 2nd Edition, 2005


BAB IV

PEMBAHASAN

A. MONITORING EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


1. Antropometri
Berdasarkan data perhitungan antropometri Tn. A dengan LILA 22 cm

dan Tinggi Lutut 48 cm, setelah dihitung, hasil persentil LILA 67,4%
sehingga pasien dalam status gizi kurang.
2. Biokimia
Selama pengamatan 3 hari dari tanggal 08 Mei sampai dengan 10 Mei
2020, pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Mei 2020, terdapat ada
perubahan nilai laboratorium. Hasil laboratorium dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel. 15
Hasil Laboratorium
Hasil
Data Kategori
Pemeriksaan Nilai Normal
Laboratorium Hasil
Lab
Leukosit 10.000 Ul Normal 4,5 – 11,0 x 103/ Ul

Hb 11 g/dl Rendah ( ) 13.8 - 17.4g/dl

Berdasarkan tabel diatas pemeriksaan laboratorium dilakukan selama


3 hari, pemeriksaan pada tanggal 10 Mei 2020, yang didiagnosa dokter
yaitu B20 Stadium III + Kandidiasis Oral, pemeriksaan laboratorium
dilakukan selama 3 hari monitoring dan nilai laboraturim mengalami
penurunan.

3. Fisik Klinis

59
Perkembangan fisik klinis pasien dapat dilihat pada pemeriksaan
pasien yang dimana keadaan umum pasien dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik klinik pasien
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel. 16
Fisik klinis selama III Hari
Hari/Tgl Pemeriksaan Hasil
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/80 mmHg
08 Mei 2020 Nadi 88 x/menit
Suhu 39,5 oC
RR 20 x/menit
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/80 mmHg
09 Mei 2020
Nadi 85 x/menit
Suhu 38 oC
RR 22 x/menit
KU Lemas
Kesadaran Normal
TD 100/90 mmHg
10 Mei 2020
Nadi 87 x/menit
Suhu 37 oC
RR 25 x/menit
Berdasarkan tabel diatas, Dari hasil pemeriksaan fisik klinis terlihat
bahwa pasien dalam keadaan sadar (Compos Mentis), keadaan fisik
klinis pasien terjadi penurunan tekanan darah serta keadaan umum
pasien. Hal ini menunujukan keadaan fisik klinis pasien dalam keadaan
stabil.

4. Terapi Diet

60
Terapi diet yang diberikan pada pasien ditunjukan untuk memberikan
diet sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien yaitu disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Untuk memberikan porsi sesuai kebutuhan
makan pasien diberikan makanan dalam bentuk lunak.
a) Rencana Terapi
Pada kasus yang ditemukan, pasien diberikan Diet TETP,
tujuannya agar pasien dapat meningkatkan status gizinya dan
mengembalikan kepulihannya dalam arti membaik, dan kebutuhan
yang harus diberikan yaitu Energi 2300 Kkal, Protein 92 gr, Lemak 64
gr dan Karbohidrat 340 gr.

b) Tingkat konsumsi dan zat gizi selama 3 hari pengamatan


Tabel. 17
Hasil Monitoring Intake Dan Zat Gizi Pasien Selama 3 Hari

61
Zat – zat gizi
Energi Protein Lemak KH
Hari/Tanggal Intake
(kal) (gr) (gr) (gr)
Hari I 699.1 30.8 12.8 117.1
Asupan oral
08 Mei 2020 Kebutuhan 2300 92 64 340

Tk. Konsumsi % 30% 33% 20% 34%


Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang

Hari II 1794 33.5 17.2 125


Asupan oral
09 Mei 2020 Kebutuhan 2300 92 64 340
70% 60% 18% 20%
Tk. Konsumsi %
Kategori Cukup Kurang Kurang Kurang

Hari III 935 42.4 36.0 109


Asupan oral
10 Mei 2020 Kebutuhan 2300 92 64 340
50% 40% 10% 30%
Tk. Konsumsi %
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan:

Berdasarkan hasil recall hari pertama, asupan energi 30%, protein


33%, lemak 20%, dan KH 34%. Kebutuhan pasien masih dalam kategori
kurang, hal ini karena keadaan pasien yang masih lemah, dan tidak nafsu
makanan.

Hasil recall hari kedua asupan energi 70%, protein 60%, lemak 18%,
dan KH 20%. Kebutuhan pasien masih dalam kategori kurang. Hal ini
karena pasien dalam keadaan lemas dan kurang nafsu makan.

Hasil recall hari ketiga asupan energi 50%, protein 40%, lemak 10%,
dan KH 30%. Kebutuhan pasien masih dalam kategori kurang. Dari hasil
pengamatan dari hari pertama hingga hari ke tiga asupan oral pasien

62
masih dikategorikan kurang , hal ini dapat dilihat dengan pola makan
pasien dalam keadaan lemas dan nafsu makan berkurang.

c) Hasil Intake/Asupan Dan Tingkat Konsumsi Pasien Hari I-III


1. Intake/Asupan Energi Hari I-III
Berdasarkan hasil perhitungan menurut kebutuhan
energi zat gizi pasien dengan menggunakan rumus Perkeni,
diketahui kebutuhan Energi pasien yaitu 1750 kkal/hari.

Gambar. 2 Diagram Asupan Makan


Selama Recall 3 Hari 1600
1400
1200
1000
Energi
800
Protein
600 Lemak
Karbohidrat
400
200
0
Hari I Hari II Hari III

Asupan makan Ny. Nanuru selama recall 3 hari


menurut dari hari pertama sampai hari ketiga, asupan energi
terjadi penaikan pada hari pertama dan hari kedua ketiga
terjadi penurunan, sedangkan asupan karbohidrat terjadi
peningkatan dari hari pertama hari kedua dan ketiga terjadi
penurunan dan untuk protein mengalami peningkatan pada
hari pertama tapi mengalami penurunan pada hari ketiga,
lemak terjadi penurunan hari pertama sampai hari ketiga.

63
Gambar. 3
a. Asupan Energi selama 3 hari Recall
2000
1800
1600
1400
1200
1000 Asupan
Kebutuhan
800
600
400
200
0
Hari I Hari II Hari III

Asupan energi selama 3 hari tergolong kurang dari


kebutuhan yang diharapkan, untuk hari pertama 1317 kkal,
hari kedua 300 kkal dan hari ketiga 408 kkal.

Gambar.4
b. Asupan Protein selama 3 hari Recall

64
60

50

40

30 Asupan
Kebutuhan
20

10

0
Hari I Hari II Hari III

Asupan protein selama 3 hari recall adalah cukup.


Untuk hari pertama 49 gr/hari, hari kedua 11 gr/hari dan hari
ketiga 9 gr/hari. Akan tetapi terjadi penaikan pada asupan
protein untuk hari pertama, dan penurunan pada hari kedua
dan ketiga.

Gambar. 5
c. Asupan Lemak selama 3 hari Recall

50
45
40
35
30
25 Asupan
20 Kebutuhan
15
10
5
0
Hari I Hari II Hari III

65
Asupan lemak selama 3 hari recall kurang dari
kebutuhan yang diharapkan, terjadi penurunan untuk hari
pertama 3.6gr/hari, dihari kedua 3.9 gr/hari dan dihari ketiga
4.2 gr/hari.

Gambar. 6
d. As
300
up

250 an

200

150 Asupan
Kebutuhan
100

50

0
Hari I Hari II Hari III

Karbohidrat selama 3 hari Recall

Asupan karbohidrat selama 3 hari recall hari pertama


terjadi penaikan 284 gr/hr, hari kedua dan ketiga terjadi
penurunan 55 gr/hari, hari kedua 57 gr/hari.

5. Terapi Medis

Tabel.18

66
Jenis Pemberian Obat
Jenis

Hari I Hari II Hari III


Omeprazole √ √ √

Antacida √ √ √

ISDN √ √ √

Novorapid √ √ √
Sumber : Data Primer RSUD dr. M. Haulussy Ambon, 2019

Kesimpulan:

Berdasarkan tabel terapi medis diatas, dari hasil jenis pemberian


obat dokter yang merawat, obat tersebut untuk mempercepat
penyembuhan dengan makanan yang di konsumsi.

6. Diagnosa gizi
Tabel.19

67
Diagnosa Gizi
Domain Problem Etiologi Sign & Symptom
( NI ) Peningkatan Disebabkan oleh Ditandai dengan
Domain kebutuhan energi adanya infeksi Leukosit tinggi 12.000
Intake dan peningkatan Ul dan Suhu tubuh
suhu tubuh 39,5 oC

Kekurangan Disebabkan oleh Ditandai dengan


intake peningkatan demam dengan
makanan kebutuhan suhu 39,5 oC, HIV
dan energi dan stadium III
minuman penyakit infeksi simtomatik dan
oral recall 24 jam
pemenuhan
kebutuhan energy <
10% dari total
kebutuhan

(NC) Berat badan Disebabkan oleh Ditandai dengan


Domain kurang penyakit infeksi status gizi kurang
Clinical kronik (HIV) dan dengan % LILA
tidak ada nafsu 67,4% dan hasil
makan dalam recall menunjukan
jangka waktu pemenuhan
yang cukup lama kebutuhan energi ±
50% dari total
kebutuhan

(NB) Gangguan Disebabkan oleh ditandai dengan


Domain pola makan efek penyakit anoreksia/tidak nafsu
Behavior (HIV) makan dengan hasil
recall menunjukan
pemenuhan
kebutuhan energi ±
50% dari total
kebutuhan

Kesimpulan:

68
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan diagnosa gizi sebagai berikut :

1) Domain Intake
a) (NI 1.2)
Peningkatan kebutuhan energi yang berhubungan dengan adanya
infeksi dan peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan Leukosit
tinggi (12.000 uL) dan Suhu tubuh 39,5 oC.
b) (NI 2.1)
Kekurangan intake makanan dan minuman oral yang berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan energi dan penyakit infeksi yang
ditandai dengan demam dengan Suhu 39,5 oC, HIV Stadium III
Simtomatik dan recall 24 jam pemenuhan kebutuhan energy <10%
dari total kebutuhan.
2) Domain Clinik (NC 3.1)
Berat badan kurang yang berhubungan dengan penyakit infeksi kronik
(HIV) dan tidak nafsu makan dalam jangka waktu cukup lama yang
ditandai dengan status gizi kurang dengan %LILA 67,4% dan hasil recall
menunjukan pemenuhan kebutuhan energi ± 50% dari total kebutuhan.
3) Domain Behavior (NB 1.5)
Gangguan pola makan yang berhubungan dengan efek penyakit HIV
yang ditandai dengan anoreksia/tidak nafsu makan dengan hasil recall
menunjukan pemenuhan kebutuhan energi ± 50% dari total kebutuhan.
7. Perbandingan Kasus dan Dasar Teori
a) Kasus
Kasus yang ditemukan pasien dengan LILA 22 cm, 48 cm, Umur
30 Tahun, dengan keluhan demam dan tubuh lemas selama
berkepanjangan (kurang lebih selama 2 minggu). di B20 Stadium III +
Kandidiasis Oral. Di diagnosa B20 Stadium III + Kandidiasis Oral
Karena dilihat dari nilai laboratorium, Serologi HIV Rapid 1 dan 2
sehingga perlu diberikan diet TETP.
b) Teori
a. Pengertian

69
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan
berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu
akibat HIV (Hasdianah dkk, 2014).
b. Tujuan Diet
1) Membantu meningkatkan status gizi.
2) Membantu menormalkan kadar leukosit dan HB.
3) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui
gizi yang optimal
c. Prinsip
1) Tinggi energi
2) Tinggi protein
3) Lemak cukup
d. Syarat
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 2300 kkal/hr.
2. Protein diberikan 16% dari kebutuhan energi yaitu 92 gr/hr.
3. Lemak diberikan 25% dari kebutuhan energi yaitu 64 gr/hr.
4. KH sisa dari kebutuhan energi total yaitu 1357 gr/hr.

BAB V

KESIMPULAN

70
A. Kesimpulan
1. Diagnosis medis pasien adalah Penyakit B20 Stadium III + Kandidiasis Oral.
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus disebabkan oleh ditandai
dengan ketidaknormalan kadar leukosit 12.000 Ul.
2. Kebutuhan zat gizi pasien selama monitoring tiga hari diketahui hari pertama
energinya 142 kkal, protein 30.8 gram/hari, lemak 6.4 gram/hari dan
karbohidrat 162 gram/hari. Hari kedua energinya 165 kkal/hari, protein 7.0
gram/hari, lemak 6.4 gram/hari, karbohidrat 118 gram/hari. Sedangkan pada
hari ketiga energinya 150 kkal/hari, protein 7.7 gram/hari, lemak 0.6
gram/hari dan karbohidrat 169 gram/hari.
3. Terapi diet yang diberikan kepada pasien yaitu diet TETP , pemberian secara
oral dalam bentuk makanan lunak.
4. Rata-rata tingkat konsumsi pasien selama monitoring tiga hari yaitu energi,
protein, lemak dan karbohidrat tergolong kategori kurang.
5. Data fisik dan klinis pasien saat pengambilan kasus, keadaan pasien secara
umum sedang dan sadar. Pemeriksaan klinis aktifitas pasien dapat duduk
walau kadang pasien masih merasa lemah .
6. Konseling yang diberikan untuk pasien tentang bahan makan yang
dianjurkan dan bahan makanan yang batasi, selain itu tentang jumlah atau
kebutuhan energi, protein, lemak serta KH yang harus dikonsumsi setiap
harinya dan diet TETP.
B. Saran

71

Anda mungkin juga menyukai