Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TREND DAN ISSUE GANGGUAN IMUNOLOGI

OLEH:
Ni Putu Dewi Ermawati (NIM. 21131110018)
Ni Luh Putu Santi Sriningsih (NIM. 21131110019)
Ni Kadek Ayu Indah Diah Lestari (NIM. 21131110020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITA MEDIKA TABANAN
2021/2022
TREND DAN ISSUE GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI

HIV/AIDS
PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency  Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004).

PERBEDAAN ANTARA HIV DENGAN AIDS


Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau
gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah HIV- positif
atau mempunyai penyakit HIV tanpa gejala. Apabila gejala mulai muncul, orang disebut
mempunyai infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV lanjutan. Pada stadium ini seseorang
kemungkinan besar akan mengembangkan infeksioportunistik. AIDS merupakan definisi
yang diberikan kepada orangterinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat. AIDS
didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 ;dan/atau terjadinya satu atau lebih infeksi
oportunistik tertentu. IstilahAIDS terutama dipakai untuk kepentingan kesehatan
masyarakat,sebagai patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan
gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan padastatistik sebagai kasus, dan status ini
tidak diubah walau kita menjadi sehatkembali. Orang terinfeksi HIV yang mempunyai
semakin banyakinformasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal
penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ARV) yang
sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan HIV; obat lain
dapat mencegah atau mengobatiinfeksi yang disebabkan HIV (Kannabus, 2008).

GAMBARAN DAN MANAJEMEN DARI HIV PADA KLINIK SEHARI-HARI


Dampak epidemic HIV/AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah koinfeksi
pada orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit infeksi lainnya
mendorong penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi tidak saja dapat memperburuk
status kesehatan orang dengan HIV, juga HIV itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk
infeksi lainnya.Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadiAIDS
menjadi dapat diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme ujiterbaru HIV seroconversi
(STARHS) yang merupakan cara untukmenganalisa sampel HIV positif untuk menentukan
apakah infeksinya baruterjadi atau sudah berjalan. Umumnya tenaga profesi kesehatan di
Indonesia belum siapmenghadapi epidemi HIV dengan problema koinfeksinya,
sehinggadiperlukan peningkatan kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali
danmenangani koinfeksi HIV dengan pathogen lainnya. Selain itu penularanHIV semakin
meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya.

TREN METODE PENCEGAHAN HIV


Metode pencegahan HIV dapat secara luas diklasifikasikan sebagai metode perilaku
dan biologi. Metode pencegahan perilaku klasik yangdikenal sebagai ABC meliputi
Abstinence (pantang), Behavioural Changes (Perubahan perilaku) dan Condom Usage
(Penggunaan kondom) masihterus menjadi andalan pencegahan. Telah dilakukan penelitian
besar selama bertahun-tahun pada pilihan biologis seperti vaksin, mikrobisida, sunatlaki-laki,
dan profilaksis. Untuk vaksin, belum tersedianya vaksin HIVyang efektif untuk
pemberantasan dan pencegahan HIV/AIDS. Penelitiandr. Aswini yang diambil dari jurnal
infeksi HIV/Aids, vaksin HIV telahmenghadapi banyak kemunduran dengan hasil yang
mengecewakan dari percobaan VaxGen fase III , kegagalan AD5 dan uji coba HVTN
505.Sampai saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan untukmengembangkan vaksin
HIV.Selain vaksin, sunat pada laki-laki telah terbukti menurunkan penularan HIV terlepas
dari hubungan keagamaan yang terkait dengan itu.Pengobatan pasien terinfeksi HIV dengan
anti-retroviral juga berfungsisebagai salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi
transmisisekunder. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan program
PencegahanTransmisi Ibu ke Anak (Prevention Mother To Child Transmission), dimana
dalam mengurangi penularan penyakit langsung dari ibu kepada bayi dengan menggunakan
obat anti retroviral sebagai strategi pencegahan.

TREN MANAJEMEN HIV


Pengobatan HIV kini telah menjadi lebih sederhana dan lebih murah karena
ketersediaan kombinasi dosis tetap dan obat generik yang murah. Ada banyak golongan obat
antiretroviral dengan banyak tambahan yang baru yang ditujukan untuk mengurangi mutasi
dan resistensi terhadap obat. Karena keberhasilan ARV dalam mencapai penekanan virus,
harapan hidup pasien meningkat dan terjadinya penurunan angka kejadian AIDS secara
substansial. Memulai ARV awal selama fase akut dari infeksi juga dapat membantu untuk
mencapai kesembuhan dengan membatasi pertumbuhan virus HIV. Namun, karena
meningkatnya harapan hidup dan penuaan dini yang disebabkan oleh obat antiretroviral,
banyak isu-isu terkait usia muncul pada populasi ini mengarah ke fenomena “Greying
AIDS”. Orang yang terinfeksi HIV dan mendapat terapi ARV terbukti berada pada risiko
tinggi untuk berbagai penyakit “non AIDS” kondisi seperti penyakit hati, penyakit jantung,
gangguan ginjal, kanker non-AIDS, osteoporosis, penurunan neurokognitif, dll. Salah satu
keterbatasan ARV (obat antiretroviral) adalah penggunaan obat seumur hidup. Oleh karena
itu ke depannya akan dikembangkan strategi untuk menyembuhkan HIV dengan
menggunakan transplantasi sumsum tulang dan terapi gen.
Berdasarkan laporan kasus Berlin dan Boston yang menyorot tentang transplantasi
sumsum tulang, diperoleh adanya peningkatan harapan hidup pasien kanker dengan HIV
setelah dilakukannya transplantasi sumsum tulang. Perkembangan ilmu kedokteranakan terus
dikembangkan baik dari segi diagnosis klinis untuk mendiagnosis kasus HIV/AIDS secara
cepat dan akurat maupun terapi termutakhir dalam pengobatan HIV/AIDS untuk
meningkatkan angka harapan hidup.
Selain itu upaya untuk pembuatan vaksin atau strategi yang efektif untuk
menyembuhkan HIV perlu dikembangkan untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS. Namun
ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperlambat perkembangan penyakit ini.
Teknik Yoga untuk HIV dan AIDS adalah pilihan yang layak. Yoga telah berhasil digunakan
untuk mengobati berbagai macam isu yang berbeda selama berabad-abad. HIV dan AIDS
adalah pendatang baru relatif dalam penyakit dunia , yang pada gilirannya telah membuat
mereka lebih sulit untuk mengobati. Namun demikian Yoga telah terbukti bermanfaat bagi
mereka yang memiliki HIV dan AIDS, yang mengarah ke tingkat kebugaran fisik,
meningkatkan kekebalan, tingkat stres yang lebih rendah dan rasa yang lebih besar
kedamaian batin. Sementara hampir semua pose yoga akan membuktikan bermanfaat, ada
beberapa yang dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk penyakit tertentu. Hal ini
diyakini bahwa inversi mungkin baik bagi mereka dengan AIDS dan HIV karena mereka
mengarahkan aliran darah dan energi ke timus. Timus adalah kelenjar endokrin besar yang
membantu mengatur dan mengontrol sel T dalam sistem kekebalan tubuh. Karena HIV dan
AIDS menyerang sel T, yang mendukung kelenjar yang mengontrol mereka tampaknya
seperti cara yang logis untuk membantu tubuh melawan penyakit ini. Meningkatkan efisiensi
timus dan pada gilirannya system kekebalan tubuh tentu tidak ada salahnya. Komunitas
medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi mereka dengan AIDS, dan
mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke masa depan. Berkat inovasi-inovasi
baru dalam pengobatan, mereka dengan AIDS hidup lebih lama daripada sebelumnya.
Pasangan obat canggih dengan kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga menyebabkan efek
sinergis, yang menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan lebih bahagia bagi
mereka dengan AIDS.
ISU MENGENAI HIV/AIDS
1. HIV bisa sembuh pada kasus tertentu
Walaupun HIV tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan, ada beberapa
kasus tertentu yang menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi bisa sembuh. Akan
tetapi, tentu kasusnya tidak banyak dan termasuk sedikit dibandingkan jumlah pasien
yang saat ini masih menderita HIV. Dilansir dari Avert, situs web tentang informasi
dan edukasi perihal HIV dan AIDS, ada beberapa berita tentang pasien yang terinfeksi
HIV bisa sembuh dari virus tersebut. Perlu diingat bahwa kasus-kasus HIV tidak
sembuh dengan sendirinya melainkan terjadi setelah menjalani pengobatan dan masih
dalam tahap laporan penyembuhan.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat ditangani jika menjalani
perawatan dengan baik. Mulai dari terapi antiretroviral (ART) hingga mengonsumsi
obat-obatan dapat membantu membuat tubuh penderitanya lebih sehat, tetapi perlu
dilakukan seumur hidup. Perawatan dan pengobatan yang dijalani oleh para pasien
HIV memang tidak bertujuan untuk ‘menyembuhkan’ tubuh mereka dari virus
tersebut. Namun, metode ini dilakukan agar tubuh penderita tetap fit menjalani
aktivitas sehari-hari. Sampai saat ini memang belum ada obat dan terapi yang
membuat penderita HIV sembuh total. Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan HIV
bisa sembuh dengan sendirinya belum dapat dipastikan karena para peneliti pun masih
dalam tahap mengembangkan obatnya.

2. Tanaman di Indonesia berpotensi menjadi obat HIV/AIDS


Banyak tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai obat HIV/AIDS, tetapi
belum diuji skrining hingga menjadi obat yang diakui. Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga itu mencontohkan beberapa tanaman di Indonesia yang
berpotensi menjadi obat HIV/AIDS seperti kunyit, lidah buaya, sambiloto, meniran,
mengkudu, bratawali dan ekstrak jambu biji (psidium guajava) sebagai penghambat
virus HIV dan meringankan efek samping penderita HIV.
Kementerian Kesehatan tidak merekomendasikan masyarakat menggunakan
ramuan/obat herbal untuk pengobatan HIV/AIDS. Pasalnya, sampai saat ini belum
ada penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan obat herbal ampuh untuk
mengatasi penyakit yang mematikan ini.

Anda mungkin juga menyukai