Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Home Care Layanan Geriatri

Dosen : Narmawan, S.Kep., Ns.,M.Kep

ASKEP LANSIA DIRUMAH DENGAN MASALAH HIPERURISEMIA PENDEKATAN


ASKEP KELUARGA

Kelompok VIII

JASMAWATI ( P222037)
NI PUTU SANTIANI ( P222045)
PUTRI ASRIANI EKA PRATIWI ( P222050
NENING
YULIANA
ANDI ASRIAWAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan karunianya penyusun
dapat menyelesaikan Askep yang berjudul ” Askep Lansia Dirumah Dengan Masalah Hiperurisemia Pendekatan
Askep Keluarga”. Askep ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Home Care Layanan Geriatri.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah yang
bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu
persatu.Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa penyusun mengharapkan semoga makalah inidapat berguna bagi penyusun pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Kendari, 25 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................................................................3
A. Definisi ..............................................................................................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................................................................................3
C. Patofisiologi ......................................................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................................................................4
E. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................................................5
F. Penatalaksaan..................................................................................................................................................5
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

iii
PENDAHULUAN
BAB I

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut (WHO) merupakan keadan sejahtra badan ,jiwa dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Hal ini merupakan kesehatan
seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan social, tetapi juja dapat di ukur dari aspek
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Kesehatan penting
bagi lansia karena semakin meningkatnya jumlah lansia, akan berdampak pada kurangnya pendapatan,
pendidikan, dukungan social dan keluarga, serta akses kesehatan yang sulit diterima ( Kompas.com, 2022).
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk memperatahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan
Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia menjadi empat, yaitu usia
pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun. lanjut usia tua (old)
adalah 75-90, usia sangat tua (very old) adalah diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang
No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah
memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih (Nugroho, 2008).
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Departemen Kesehatan
Repubik Indonesia (Depkes RI, 2010) Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Kholifah & Widagdo,
2017). Keperawatan keluarga dilakukan kepada anggota yang membutuhkan asuhan keperawatan
dikarenakan ketidakberdayaannya dalam memenuhi kebutuhan, Salah satu penyakit yang timbul seperti
Arthritis gout atau disebut dengan asam urat.
Dewasa ini kelebihan asam urat dalam darah (hiperurisemia) menjadi masalah serius dan
merupakan penyakit degenerasi yang mengganggu kesehatan yang dapat mengakibatkan cacat secara
fisik (Artini et al., 2012). Kadar asam urat berlebih biasanya menyebabkan timbulnya penyakit yang dikenal
dengan nama arthritis gout (Weaver, 2008).

1
Asam urat merupakan penyakit yang menyerang daerah persendian. Hal ini disebabkan oleh kadar
asam urat yang tinggi yang diakibatkan oleh faktor genetik atau keturunan dan pola hidup yang sering
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Zat purin merupakan bagian inti protein, dan
protein banyak di peroleh pada makanan jeroan, daging dan kacang-kacangan (Megayanti, 2018). Pada
lansia khususnya yang berumur >60 tahun diperlukannya asuhan keperawatan yang profesional untuk
dilakukan pengkajian yang lebih komprehensif melalui pendekatan proses asuhan keperawatan gerontik
dalam mengatasi masalah Asam Urat pada lansia dengan adanya peran keluarga maupun orang terdekat
untuk merawat lansia yang mengalami atau menderita Asam Urat tinggi.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu untuk Mengidentifikasi dan memberikan asuhan keperawaan geriatric pada lansia dengan
hiperurisemia
b. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan Pengertian Hiperurisemia
b) Menjelaskan etiologi hiperurisemia
c) Menjelaskan patofisiologi hiperurisema
d) Mengindentifikasi asuhan keperawatan ada lansia dengan hiperurisemia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Asam Urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Asam Urat yang beredar didalam
tubuh manusia diproduksi sendiri oleh tubuh (asam urat endogen) dan berasal dari makanan (asam urat
eksogen). Sekitar 80-85% Asam Urat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari
makanan. Asam Urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari metabolisme nukleotida purin
endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP), dan adenic acid/AMP (Lingga Lanny, 2016).
Asam Urat merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian.
Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal
Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat
di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Asam Urat ini
akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun
Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Asam Urat adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah.
Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam
Urat di dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).

B. Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulkan dari penimbunan
kristal di sendi oleh monosodium (MSU) dan kalsium pirofosfat dihidrat (CCPD), dan pada tahap yang lebih
lanjut terjadi degenarasi tulang rawan sendi (Nurarif dan Kusuma, 2016). Gejala arthritis akut disebabkan
oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia (Sya’diyah 2018). Hiperurisemia pada
penyakit ini terjadi karena:
a. Pembentukan asam urat yang berlebih
1) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang berlebih
2) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena penyakit lain, seperti
leukimia, terutama bila diobati dengan sitotistika psoarisis, polisetemia vera dan mielofibrosis
b. Kurang asam urat melalui ginjal
1) Gout primer renal terjadi karena ekseresi asam urat ditubuli distal ginjal yang sehat.
2) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau
gagal ginjal kronis.

3
C. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung Asam Urat
tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang
berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk
dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi (Sudoyo, dkk,
2009).
Makanan tinggi purin yang dikonsumsi secara berlebihan akan membuat purin di dalam darah
meningkat. Purin yang melebihi batas normal (konsumsi normal purin 600-1000 mg/dl setiap harinya) akan
menganggu metabolisme purin dalam tubuh. Metabolisme purin yang terganggu akan menimbulkan
peningkatan Asam Urat dalam darah dan meningkatkan ekskresi Asam Urat. Hal ini akan meningkatkan
resiko hiperurisemia. Penyebab lain dari hiperurisemia adalah obatobatan, konsumsi obat-obatan secara
berlebihan bahkan melebihi dosis yang dianjurkan memiliki efek meningkatkan ekskresi urin tetapi juga
meningkatkan absorbsi Asam Urat oleh ginjal. Absorbsi Asam Urat yang meningkat membuat kadar Asam
Urat dalam darah meningkat karena Asam Urat yang seharusnya dikeluarkan malah diserap kembali oleh
tubuh.
Hiperurisemia dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat, peningkatan atau
penurunan Asam Urat secara mendadak dapat menyebabkan serangan Gout Arthritis. Apabila kristal urat
mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan Gout
Arthritis pun dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-ulang, akan mengakibatkan penumpukan kristal
natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh, seperti jari kaki, tangan, dan
telinga. Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan imunoglobulin igG. Selanjutnya
imunoglobulin yang berupa igG akan meningkat fagositosis kristal, dengan demikian akan memperlihatkan
aktivitas imunologik (Wurangian Mellynda, Bidjuni Hendro, 2015).

D. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis Asam Urat jika tidak segera diobati (Nuranif, 2015) diantaranya
1. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini asam urat meningkat dan tanpa
gejala selain dari peningkatan aam urat serum.
2. Stadium kedua Gout arthritis akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri luar biasa,
biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatasofalangeal.
3. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis akut adalah tahap interkritikal. Tidak terdapat gejala –
gejala pada tahap ini, yang terdapat berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan
orang mengalami serangan Gout Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

4
4. Stadium empat adalah Gout Arthritis kronis, dengan timbunan asm urat yang terus meluas selama
beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai, peradangan kronis akibat Kristal - Kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar asam urat meningkat
b. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
c. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
d. Analisi cairan synovial dari sendi terinflamasi atau trodi menunjukkan Kristal urat monosodium yang
membuat diagnosis
e. Sinar x sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.

F. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi penanganan serangan
Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada jaringan, terutama
persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
 Terapi Non Farmakologi Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi diet, mengurangi
asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
 Terapi Farmakologi Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1. Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200 mg/hari
atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam menangani serangan Gout
Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena
eksresi Aspirin berkompetisi dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis
Akut. Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien, 28 misalnya adanya
penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada saat yang sama dan
fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut (Nurarif, 2015).

5
2. Serangan Kronis
Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah
terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu Asam Urat.

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien gout arthritis atau klien dengan
gangguan muskuloskeletal adalah pasien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena,
adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas. Ada beberapa
pengkajian nyeri yang dapat dilakukan (Muhlisin, 2018).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat darinyerinya umumnya
seperti pegal/ ditusuk-tusuk/ panas/ ditarik-tarik 33 dan nyeri yang dirasakan terus-menerus
atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama
dan sampai mengganggu pergerakan pada gout arthritis kronis didapatkan benjolan atau Tofy
pada sendi atau jaringan sekitar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya,
riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit
muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, an, riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama karena
faktor genetik/ keturunan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).

7
3. Intervensi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan Bahwa Nyeri Berkurang Dengan Mengguna Kan Manajemen Nyeri.
2. Mampu Mengenali Nyeri (Skala, Intensitas, Frekuensi Dan Tanda Nyeri).
3. Menyatakan Rasa Nyaman Setelah Nyeri Berkurang.
Intervensi Keperawatan :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi
dan kualitas nyeri.
2. Pantau kadar asam urat.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
4. Ajarkan teknik non farmakologi rileksasi napas dalam.
5. Posisikan klien agar merasa nyaman, misalnya sendi yang nyeri diistarahatkan dan diberikan
bantalan.
6. Kaloborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.

 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).


Kriteria Hasil :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi. dengan alat bantu
3. Memperagaan penggunaan alat bantu.
Intervensi :
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan.
2. Kaji tingkat mobilisasi klien.
3. Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif maupun rentan gerak pasif pada sendi.
4. Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kursi roda, walker, kruk).
5. Latih klien dalam pemenuhan kebetuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.

 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).


Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol kecemasan.
2. 2. Status lingkungan yang nyaman.
3. Dapat mengontrol nyeri.
4. Kualitas tidur dan istirahat adekuat.

8
Intervensi Keperawatan :
1. Identifikasi tingkat kecemasan.
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
3. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian.
5. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
6. Instruksikan klien menggunakan teknik rileksasi.
7. Kaloborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan
informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program
yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah Nurul., 2019. “Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di Panti
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri”.
Novitasari B.,2018. “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L Dengan Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Magelang Tengah Kota Magelang”.
Siregar Arifin., “Asuhan Keperawan Gerontik Pada Pasien Tn.S Gangguan Muskuloskeletal : Hiperurisemia
Dengan Pemberian Air Rebusan Daun Salamterhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada
Lansia”.
Rahmania S.N., 2022. Asuhan Keperawatan Gerontikpada Penderita Gout Arthritis Dengan Pendekatan
Keluarga Binaan.
Ulpah., Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Dengan Arthritis Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Joang Tahun 2021.

10

Anda mungkin juga menyukai