Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INFEKSI SALURAN

KEMIH
MAKALAH ISS SISTEM UROLOGI SEMESTER II

Disusun oleh:
1 201501109DWI SET DWI SETYO INDRABEKTI
2 201501110 EDY SUKACA
3 201501115 GIGIH TRI PURNA WARDHANA
4 201501119 MARIA SAFE PAKAE
5 201501125 NUNUNG SRI ASTUTI
6 201501132 SLAMET HIDAYAT
7 201501133 SULIS TRI ULANDARAI
8 201501138 YORLI A NABU
9 201501141 ASTRI PUSPITARINI

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA PARE -KEDIRI
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas dalam Mata kuliah Sistem UROLOGI,
disusun oleh Kelompok 2 MAKALAH INFEKSI SALURAN KEMIH

Mahasiswa Stikes Karya Husada Kediri Program Studi Alih Jenjang S1 Ilmu Keperawatan.

1 201501109DWI SET DWI SETYO INDRABEKTI


2 201501110 EDY SUKACA
3 201501115 GIGIH TRI PURNA WARDHANA
4 201501119 MARIA SAFE PAKAE
5 201501125 NUNUNG SRI ASTUTI
6 201501132 SLAMET HIDAYAT
7 201501133 SULIS TRI ULANDARAI
8 201501138 YORLI A NABU
9 201501141 ASTRI PUSPITARINI

Dosen pembimbing

DWI SETYORINI, S.Kep.Ns.,M.BioMed

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada
perempuan setelah infeksi saluran kemih. Dalam setiap tahun, 15% perempuan
mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan.
Perubahan mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan
risiko keadaan yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya
peningkatan hormon progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan
berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan
awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya
ISK pada kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan
kebersihan daerah sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit
dipantau pada perempuan hamil akan mempermudah ISK. (Tessy, Ardaya,
Suwanto, 2001)
Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang
ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang
keluar sewaktu buang air besar, dan jika bakteri berkembang biak akan
menjalar ke saluran kencing dan naik ke kandung kemih dan ginjal, inilah yang
menyebabkan ISK. (Prodjosudjadi, 2003).
Biasanya proses ISK tanpa gejala dan tanda yang spesifik, namun apabila
kandung kemih telah terinfeksi maka mulai timbul gejala seperti nyeri di
bawah perut dan susah kencing atau keluar hanya sedikit. Keadan yang sangat
serius apabila telah terjadi infeksi pada ginjal (pielonefritis), ini sering
dijumpai pada usia kehamilan 20 28 minggu, ditandai dengan gejala demam,
lemah, mengigil, nyeri pinggang, mual dan muntah. (Susan Martin Tucker,
dkk, 2005).
Infeksi pada ginjal merupakan komplikasi ISK pada kehamilan dan
menyebabkan kelainan serius baik pada ibu maupun janin, seperti persalinan
premature, anemia, hipertensi dan preeklamsi. Jika bayi lahir juga bisa
membuat berat badannya rendah. Untuk itu penting bagi perempuan hamil
1
untuk berupaya menjaga kebersihan alat kelamin luarnya, selain itu perlu
segera konsultasi ke doktkter untuk mendapatkan pemeriksaan segera apabila
dirasa sulit kencing atau nyeri di bawah perut. (Prodjosudjadi, 2003)

B. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian Infeksi Saluran Kemih
2. Untuk mengetahui etiologi dari Infeksi Saluran Kemih
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Infeksi Saluran Kemih
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Infeksi Saluran Kemih
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Infeksi Saluran Kemih
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Infeksi Saluran Kemih
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Infeksi Saluran Kemih
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Susan Martin
Tucker, dkk, 2005).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada usia lanjut. Akan tetapi,
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi kurang lebih 5-15%. (Susan
Martin Tucker, dkk, 2005).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari urethra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi akan menunjukkan adanya
abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius. (Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi
dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian
tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli
: resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia.
(Susan Martin Tucker, dkk, 2005).
A. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: (Enggram,
Barbara, 2001)
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: (Enggram, Barbara, 2001)
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

C. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK,
asending dan hematogen. Secara asending yaitu: (Prodjosudjadi, 2003)

1. masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: faktor anatomi


dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen,
yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung
kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. System imunnitas yng menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang
sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. (Nugroho, Wahyudi. 2000).

Pathway
Etiologi
1.mikroorganisme
o Pseudomonas, Proteus, Klebsiella :
penyebab ISK complicated
o Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK
uncomplicated (simple) Tanda dan Gejala
o Enterobacter, staphylococcus epidemidis, 1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
enterococci, dan-lain-lain o Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, o Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
antara lain: o Hematuria
o Nyeri punggung dapat terjadi
o Sisa urin dalam kandung kemih yang
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
meningkat akibat pengosongan kandung
o Demam Pemeriksaan
kemih yang kurang efektif ISK
o Mobilitas menurun o Menggigil 1. Urinalisis
o Nutrisi yang sering kurang baik o Nyeri panggul dan pinggang 2. Bakteriologis
o Sistem imunitas menurun, baik seluler o Nyeri ketika berkemih 3. Kultur urine
o Malaise
maupun humoral
o Pusing
4. Hitung koloni
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi o Mual dan muntah 5. Metode tes
prostat
Penatalaksanaan klasifikasi Pemeriksaan penunjang
Terapi antibiotika 1. Kandung kemih (sistitis) 1. Urinalisis
2. Uretra (uretritis)
2. Bakteriologis
3. Prostat (prostatitis)
3. Kultur urine
4. Ginjal (pielonefritis)
4. Hitung koloni
5. Metode tes

Diagnosa keperawatan Pengkajian


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan 1. Identitas
inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur 2. Riwayat kesehatan
traktus urinarius lain. Asuhan 3. Riwayat pekerjaan/kebiasaan
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi Keperawatan Pada 4. pemeriksaan fisik
mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus 5. pola fungsi kesehatan
urinarius lain.
Klien dengan ISK
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi.
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri 2. Perubahan pola eliminasi 3. Kurangnya pengetahuan tentang
berhubungan dengan inflamasi dan berhubungan dengan obstruksi kondisi, prognosis, dan kebutuhan
infeksi uretra, kandung kemih dan mekanik pada kandung kemih pengobatan berhubungan dengan
struktur traktus urinarius lain. ataupun struktur traktus urinarius kurangnya sumber informasi.
Kriteria Hasil : lain. KriteriaHasil : menyatakan mengerti
o Nyeri berkurang / hilang saat dan Kriteria Hasil : tentang kondisi, pemeriksaan
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi diagnostik, rencana pengobatan, dan
sesudah berkemih
tanda-tanda gangguan berkemih tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
(urgensi, oliguri, disuria) Intervensi:
o Pantau perubahan warna urin, pantau pola Intervensi:
berkemih, masukan dan keluaran setiap 8
o Berikan waktu kepada pasien untuk
o Awasi pemasukan dan menanyakan apa yang tidak di ketahui
jam dan pantau hasil urinalisis ulang
pengeluaran karakteristi urin tentang penyakitnya.
o Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10)
nyeri.
o Kaji ulang proses penyakit dan
1. Dorong meningkatkan harapan yang akan datang
o Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan. pemasukan cairan
o Berikan informasi tentang: sumber
o Berikan perawatan perineal 2. Kaji keluhan pada kandung
kemih infeksi, tindakan untuk mencegah
o Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 penyebaran, jelaskan pemberian
kali per hari. 3. Observasi perubahan tingkat
kesadaran antibiotik, pemeriksaan diagnostik:
o Alihkan perhatian pada hal yang 4. Kolaborasi: tujuan, gambaran singkat, persiapan
menyenangkan i. Awasi pemeriksaan ynag dibutuhkan sebelum
laboratorium; elektrolit, BUN, pemeriksaan, perawatan sesudah
kreatinin pemeriksaan.
ii. Lakukan tindakan untuk o Anjurkan pasien untuk menggunakan
memelihara asam urin: obat yang diberikan, minum sebanyak
tingkatkan masukan sari buah kurang lebih delapan gelas per hari..
berri dan berikan obat-obat o Berikan kesempatan kepada pasien
untuk meningkatkan aam urin. untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.

D. Manifestasi klinik
1. Uretritis
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis. Biasanya
memperlihatkan gejala : (Susan Martin Tucker, dkk, 2005).
a. Mukosa memerah dan edema.
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada urethra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Nyeri dipagi hari
f. Adanya nanah pada awal miksi.
g. Nyeri pada saat miksi.
h. Kesulitan untuk memulai miksi.
i. Nyeri pada abdomen bagian bawah.
2. Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat
urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin. (Susan Martin Tucker, dkk, 2005).
3. Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi
yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit
pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah. (Susan Martin Tucker, dkk, 2005).

E. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
a. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari
utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sistoskop. (Nugroho, Wahyudi. 2000).
b. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai
gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae
dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang
tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum (Nugroho, Wahyudi. 2000).
c. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal. (Nugroho,
Wahyudi. 2000).
Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.
ISK ini terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut :
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan
prostatitis.
Kelainan faal ginjal : GGA maupun GGK Gangguan daya tahan tubuh Infeksi
yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang memproduksi
urease.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat
urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

F. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap
flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interaksi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
G. Komplikasi
1. Pyelonefritis :Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal. (Nugroho, Wahyudi. 2000).
2. Gagal Ginjal :Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan
kronik. (Nugroho, Wahyudi. 2000)
H. Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung
kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a. Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
b. Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang
c. Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
d. Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
e. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
Imobilisasi dalam waktu yang lama.
Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya
ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah urgensi?
Adakah resistancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
Adakah nyeri pinggang biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
II. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul
A. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis
2. Hipertermia b.d penyakit
3. Gangguan Eliminasi Urin b.d infeksi saluran kemih

B. NOC dan NIC

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Analgesic Adiministration
b.d agen keperawatan selama 1x8 jam 1. Tentukan lokasi karakteristik,
cedera nyeri klien teratasi dengan kualitas, dan derajat nyeri
biologis kriteria hasil melaporkan sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang
bahwa nyeri berkurang dengan
jenis obat, dosis dan frekuensi
manajemen nyeri
3. Tentukan pilihan analgesic
Pain Level tergantung tipe dan beratnya
Pain Control
Comfort Level nyeri
4. Berikan analgesic tepat waktu
Kriteria hasil :
terutama saat nyeri hebat
1. Tanda vital dalam rentang
Pain Management 16
normal
1. Lakukan pengkajian secara
2. Mampu mengontrol nyeri
3. Melaporkan bahwa nyeri komprehensif atau menyeluruh
2. Tingkatkan istirahat
berkurang dengan
3. Monitor penerimaan pasien
menggunakan manajemen
tentang manajement nyeri
nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan
4. Mengikuti program
nyeri
farmakologi 5. Ajarkan teknik non
farmakologi
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment
b.d penyakit keperawatan selama 1x8 jam 1. Monitor suhu sesering
hipertermia klien teratasi mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
dengan kriteria hasil suhu
3. Monitor nadi, tekanan darah
tubuh, nadi dan RR dalam
dan RR
rentang normal 4. Monitor intake dan output
5. Berikan pengobatan untuk
Thermoregulation
mengatasi penyebab demam
Kriteria hasil : 6. Berikan antiperitik jika
1. Suhu tubuh, nadi dan RR diperlukan
klien dalam rentang normal
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Urinary Elimination
eliminasi keperawatan selama 3x8 jam Management
urin b.d gangguan eleminasi urin klien 1. Monitor eliminasi urin
infeksi Urinary Elemination (frekuensi, konsistensi, bau,
saluran Kriteria hasil : volum dan warna)
2. Kumpulkan spesimen urin
kemih 1. Tidak ada residu urin >100-
untuk urinalisis
200 cc 3. Ajarkan pasien untuk minum
2. Tidak ada spasme bladder
3. Balance cairan seimbang 2365 ml cairan pada saat
makan, diantara waktu makan
dan di awal petang

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering dijumpai pada
perempuan setelah infeksi saluran kemih. Dalam setiap tahun, 15% perempuan
mengalami ISK. Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. Perubahan
mekanis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan meningkatkan risiko keadaan
yang membuat urin tertahan di saluran kencing. Juga adanya peningkatan hormon
progesterone pada kehamilan akan menambah besar dan berat rahim serta
mengakibatkan pengenduran pada otot polos saluran kencing.
Perubahan-perubahan tersebut mencapai puncak pada akhir trimester dua dan
awal trimester tiga yang merupakan factor yang memudahkan terjangkitnya ISK pada
kehamilan. Saluran kencing yang pendek pada perempuan dan kebersihan daerah
sekitar kelamin luar yang menjadi bagian yang sulit dipantau pada perempuan hamil
akan mempermudah ISK.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit infeksi saluran kemih. Dan bagi perawat sendiri diharapkan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang
di rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan


Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:


pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai