FARMAKOGNOSI
Dosen Pengampu :
Apt. M. Iqbal, S. Farm., M. Sc
Apt. Ramadhan Triyandi, S. Farm., M.Si
Oleh :
Nama : Ariza Anggun Maharani
NPM : 2218031019
Puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kehadirat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul Potensi
Tumbuhan Kumis Kucing Sebagai Bahan Obat Alami : Simplisia, Ekstrak dan
Pemanfaatan dalam Pengobatan Tradisional untuk memenuhi tugas Project Based
Learning mata kuliah Farmakognosi ini dengan baik dan tepat waktu.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Apt. M. Iqbal, S. Farm.,
M. Sc dan Apt. Ramadhan Triyandi, S. Farm., M.Si selaku dosen pengampu di mata
kuliah Farmakognosi.Saya juga berterima kasih kepada para pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini juga dengan diri saya sendiri.Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang saya miliki. Maka dari itu saya mengharapkan segala bentuk
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.Saya berharap dengan
adanya makalah ini dapat memberikan manfaat tersendiri bagi siapapun
yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
2.1 Simplisia Ekstrak dan Senyawa Murni Kumis Kucing ................................ 4
2.1.1 Tumbuhan Kumis Kucing..................................................................... 4
2.1.2 Simplisia Kumis Kucing ...................................................................... 5
2.1.3 Ekstrak Kumis Kucing ......................................................................... 6
2.1.4 Senyawa Murni Kumis Kucing............................................................. 8
2.2 Penyiapan Simplisia dan Ekstrak .............................................................. 10
2.2.1 Penyiapan Simplisia ........................................................................... 10
2.2.2 Penyiapan Ekstrak .............................................................................. 15
2.3 Standarisasi Simplisia dan Ekstrak............................................................ 16
2.4 Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik ............................................ 19
2.5 Metode Penentuan Aktivitas Biologis Tanaman Kumis Kucing ................. 21
2.6 Aktivitas Biologis Tanaman Kumis Kucing ............................................... 22
2.7 Pemanfaatan Tumbuhan Kumis Kucing dalam Pengobatan Alternatif dan
Komplemen .................................................................................................... 24
BAB III.............................................................................................................. 26
PENUTUP ......................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 26
3.2 Saran ........................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau leluhur
yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah,
mengurangi, menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka dan
mental pada manusia atau hewan.Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (BPOM, 2014). Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat,
Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi: (1) jamu, (2) obat
herbal terstandar, dan (3) fitofarmaka (BPOM, 2004). Perbedaan antara
ketiga kategori ini didasarkan pada persyaratan mereka.
1
antihipertensi, diuretik, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi,
antibakteri, antijamur, radang amandel, epilepsi, gangguan menstruasi,
ginjal, batu empedu, edema, influenza, dan hepatitis (Ameer et al., 2012;
Adnyana et al., 2013).Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) telah
lama dikenal sebagai salah satu sumber potensial bahan obat alami.Dalam
Makalah ini akan dibahas mengenai aspek penting dari kumis kucing
sebagai bahan obat alami mulai dari simplisia (bagian tanaman yang
digunakan), ekstrak, hingga pemanfaatannya dalam pengobatan tradisional.
Analisis mendalam terhadap kandungan kimia dan potensi terapeutik
tanaman ini menjadi kunci untuk memahami kontribusinya dalam alternatif
pengobatan yang ramah lingkungan dan efektif.
2
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
tempat-tempat terbuka, seperti lahan pertanian dan tempat yang agak
terllindungi. Tumbuhan ini sangat mudah tumbuh pada iklim yang
memiliki intensitas hujan yang ideal serta terpapar dengan cahaya
matahari penuh (Rukmana, 2014).
Ada dua jenis kumis kucing yang dikenal: Orthosiphon stamineus
yang berbunga ungu dan Orthosiphon aristatus yang berbunga putih
(Victoria Cyntia Yogya Astuti, 2012)
5
yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya,
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
6
tersebut diatas disesuaikan dengan kepentingan dan kandungan
senyawa yang diinginkan (Amanda, Windi Zulmi.2020)
a. Maserasi
Merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
b. Soxhletasi
Merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik
dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya
masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa
sifon.
c. Perkolasi
Adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.
d. Destilasi uap
Adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman.Metode destilasi uap air
7
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai
titik didih tinggi pada tekanan udara normal (Victoria Cyntia
Yogya Astuti, 2012)
Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi, tetapi
kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara perkolasi. Dalam
pabrik ekstrak umumnya, perkolasi digunakan untuk melepaskan zat
aktif dari obat (Mycek M. J., Harvey R. A.,Champe P. C,2001)
8
Daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) mengandung senyawa
kimia yang mempunyai daya hambat antibakteri yaitu, alkaloid,
saponin, tannin, flavonoid. Hal ini dibuktikan dengan muncul
diameter zona hambat pada bakteri Gram Positif seperti
Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae (Amanda,
Windi Zulmi.2020)
9
Menghambat Na+ / D-glucose
cotransport system (SGLUT) di
membran brush border intestinal
Garam Kalium Metabolisme energi
Katalisator sintesis glikogen dan
protein
Myoinosittol Aktivitas lipotropik
Mengatur respon sel terhadap
rangsang dari luar
Transmisi saraf
Pengaturan aktivitas enzim
10
tempat tumbuh, kehalusan serbuk dan tahapan-tahapan pembuatan
serbuk. Karena hal ini akan mempengaruhi kandungan kimia aktif dari
simplisia tersebut. Kandungan kimia bahan baku yang berupa
glikosida, alkaloid, minyak atsiri, karbohidrat, flavonoid, steroid,
saponin dan tanin, mudah terurai karena berbagai hal seperti
suhu,keasaman, sinar matahari, kelembaban, kandungan anorganik
tempat tumbuh dan mikroorganisme pengganggu
(Parwata,Adi.O.M.I,2016)
11
dari tanaman atau tumbuhan tersebut. Faktor luar antara lain
tempat tumbuh, iklim, ketinggian tanah, pupuk, pestisida, dll.
Faktor dalam meliputi genetik yang terdapat dalam tumbuhan
tersebut. Hal ini mengakibatkan variasi kandungan kimia yang
cukup tinggi.
12
Bagian yang dipanen dari kumis kucing adalah bagian vegetatif.
Pemanenan kumis kucing umumnya dilakukan petani dengan
cara dipangkas pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah.
Bagian hasil pangkasan tersebut menjadi biomassa yang
kemudian menjadi simplisia. Pengaturan ketinggian panen
penting agar tanaman dapat mempertahankan kondisinya
sehingga produksi pada panen-panen berikutnya tidak
terganggu. Hermansyah et al. (2009) menyatakan bahwa
pemangkasan pada nilam yang menyisakan sisa cabang satu dan
dua pada panen kedua akan menghasilkan jumlah daun yang
lebih banyak pada pertumbuhan berikutnya dibandingkan
dengan pemangkasan yang tidak menyisakan cabang (Delyani,R
et al.2017)
13
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang
segar sebanyak dengan pemeliharaan yang intensif, akan
dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2
ton/ha daun kering.
b) Penyortiran Basah
Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara
memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah
selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan
dalam wadah plastik untuk pencucian.Pencucian dilakukan
dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang
terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus
dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak
mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan
dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa
air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan
dalam wadah plastik/ember.
c) Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar
matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan
selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%.
Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau
rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama
pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali
agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air,udara
yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa
mengkontaminasi.Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu
50oC - 60oC. Daun yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven
dan alasi dengan kertas Koran danpastikan bahwa daun tidak
14
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbangjumlah daun
yang dihasilkan.
d) Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah
mengalami pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari
benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah
bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
e) Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang
bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat
berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada
wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari
tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil,
berat bersih dan metode penyimpanannya.
f) Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30oC, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan
lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang
menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki
penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung),
serta bersih dan terbebas dari hama gudang (Rukmana R. 2014)
15
dapat mempengaruhi kandungan senyawa aktifnya, sebagai akibat
proses hidrolisis akibat panas tersebut. Ukuran partikel atau kehalusan
serbuk harus disesuaikan dengan bahannya, proses ekstraksi,cairan
penyari, dan lain-lain. Ukuran bahan baku (mesh) sudah tercantum
dalam Farmakope (Parwata,Adi.O.M.I,2016).
16
dengan pasti). Bila digunakan senyawa karakter pada upaya standardisasi,
maka dalam hal ini hanyalah bertujuan untuk dapat membantu menentukan
kualitas bahan obat tersebut. Senyawa karakter yang dipakai haruslah
spesifik dan digunakan selama senyawa aktif belum diketahui dengan pasti.
Standardisasi dapat dilakukan seara fisika, kimia, maupun biologik
(Parwata,Adi.O.M.I,2016).
Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan daun kumis kucing menjadi
sediaan obat bahan alam untuk terapi antidiabetes maka dilakukan
standardisasi yaitu Standardisasi suatu sediaan obat (ekstrak atau simplisia)
adalah suatu persyaratan yang dapat diwujudkannya reprodusibilitas
terhadap kualitas farmasetik maupun terapetik. untuk menjamin keajegan
efek terapetik daun kumis kucing berdasarkan metode yang telah ditetapkan
oleh Farmakope Herbal Indonesia.
17
organoleptik, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, dan pola
kromatografi.
18
yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C
sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes
RI, 2000).
e. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol
Bahan uji dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol 95%
dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam
pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam,kemudian disaring.
Filtrat diuapkan sebanyak 20 mL sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
1. Daun kumis kucing memiliki kadar sinensetin tidak kurang dari 0,10%
2. Susut Pengeringan: Tidak lebih dari 12%
3. Kadar abu total: Tidak lebih dari 10,2% (Depkes RI 2008); tidak lebih
dari 12% (Depkes RI 1978).
4. Kadar abu yang tidak larut dalam asam: Tidak lebih dari 3,4 (Depkes RI
2008);tidak lebih dari 2% (Depkes RI 1978).
5. Kadar sari yang larut dalam air: tidak kurang dari 10,2% (Depkes RI
2008); tidak kurang dari 1%(Depkes RI 1978).
6. Kadar sari yang larut dalam etanol: Tidak kurang dari 3,2% (Depkes RI
2008); tidak kurang dari 4%(Depkes RI 1978).
19
pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk
yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung
dari bahan awal,proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan,
peralatan dan personalia yang menangani (BPOM 2005& BPOM 2013).
20
1. Personil yang terkualifikasi dan terlatih
2. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadaiPeralatan dan sarana
penunjang yang sesuai
3. Bahan, wadah dan label yang benar
4. Prosedur dan instruksi yang disetujui, dan
5. 6.Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
21
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap data positif dari pemeriksaan
keberadaan senyawa flavonoid (Pratiwi,Putri et al,2010).
22
mengandung flavonoid. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan di mana
senyawa flavonoid pada tanaman obat memiliki aktivitas antioksidan yang
tinggi. Antioksidan ini melindungi tubuh untuk melawan kanker dan
penyakit degeneratif (S. Sankhalkar,2014).
23
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan wewangian /parfum, produk make
up, bahan pengawet dan aditif pada makanan ataupun sebagai obat alami,
aromatherapy, antioksidan dan antimikroba.
b. Diuretik
Kumis kucing diyakini memiliki sifat diuretik, yang berarti dapat
meningkatkan produksi urin dan membantu dalam pengeluaran zat-
zat sisa dari tubuh. Hal ini bisa membantu dalam mengatasi masalah
kesehatan seperti edema (pembengkakan akibat penumpukan
cairan) dan masalah ginjal atau saluran kemih.Ekstrak air kumis
kucing pada dosis 5 dan 10 mg / kg menunjukkan aktivitas diuretik
(dose-dependent), namun ekskresi Na+ dan Cl−tidak meningkat
secara signifikan, tetapi ekskresi K+ meningkat secara signifikan
(Fahrauk ,Faramayuda,2021).
24
c. Antihipertensi
50 % ekstrak methanol dan ekstrak air dari kumis kucing pada dosis
1000 mg/kg dapat menurunkan tekanan darah secara spontan pada
tikus (Manshor NM, Dewa A, et al,2013).
d. Antiinflamasi
Kumis kucing telah digunakan secara tradisional untuk membantu
mengurangi peradangan dalam tubuh.Ekstrak etanol 50 % daun
kumis kucing dengan dosis 50, 100, 200 dan 400 mg / kg BB secara
signifikan menekan peradangan akut dan kronis pada tikus (Tabana
YM, et al,2016).
e. Antioksidan
Ekstrak kumis kucing mengandung senyawa antioksidan, seperti
flavonoid, yang membantu melawan kerusakan akibat radikal bebas
dan mengurangi risiko penyakit degeneratif.Berbagai fraksi daun
kumis kucing menggunakan model in-vitro dari penangkap radikal
bebas 1,1-difenil-2-pikrillhidrazil memiliki potensi antioksidan
yang sebanding dengan beberapa antioksidan standar, termasuk
kuersetin dan butylated hydroxylanisole (BHA) (Fahrauk
,Faramayuda,2021).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan. Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai
obat tradisional adalah kumis kucing. Kemapuan kumis kucing sebagai obat
adalah karena adanya senyawa bioaktif yang terkandung didalamnya.
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Simplisia
dapat berupa simplisia nabati, hewani dan pelikan atau mineral.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrasi zat aktif
dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Pada umumnya pelarut
yang sering digunakan adalah etanol.Metode dasar ekstraksi adalah
maserasi, perkolasi dan sokhletasi dan destilasi uap. Pemilihan terhadap
ketiga metode tersebut diatas disesuaikan dengan kepentingan dan
kandungan senyawa yang diinginkan. Ekstrak kumis kucing adalah ekstrak
yang terbuat dari tanaman Orthosiphon stamineus atau dikenal juga dengan
teh jawa atau kumis kucing.
Kandungan Senyawa murni kumis kucing diantaranya memiliki kandungan
mineral hingga 12% yang komponen utamanya adalah kalium. Selain itu,
daun kumis kucing mengandung saponin, polifenol, flavonoid, alkaloid,
myoinositol, orthosipon glikosida, dan minyak atsiri.
Pada Proses penyiapan atau pembuatan simplisia terdiri dari beberapa
tahapan meliputi pemanenan, sortasi basah, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan serta pemeriksaan mutu.
Pada proses penyiapan ekstrak ukuran bahan baku atau kehalusan serbuk
simplisia akan mempengaruhi proses pembuatan ekstrak, karena semakin
halus serbuk akan memperluas permukaan dan semakin banyak bahan aktif
tanaman tertarik pada pelarut pengekstraksi.
26
Standardisasi suatu sediaan obat (ekstrak atau simplisia) adalah suatu
persyaratan yang dapat diwujudkannya reprodusibilitas terhadap kualitas
farmasetik maupun terapetik.Dalam standarisasi digunakan parameter
spesifik dan non-spesifik.
Salah satu kandungan senyawa murni dari tanaman kumis kucing adalah
flavonoid yang emmeiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.Dalam
penentuan senyawa murni digunakan metode DPPH. Metode DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). dapat dilakukan untuk menentukan aktivitas
biologis yaitu untuk uji aktivitas antioksidan. Metode DPPH berfungsi
untuk mengukur elektron tunggal seperti transfer hidrogen sekaligus juga
untuk mengukur aktivitas penghambatan radikal bebas.Selain itu aktivitas
biologis lain yang dihasilkan dari senyawa murni yang terkandung dalam
tanaman kumis kucing yaitu dapat digunakan untuk diuretik, untuk
mengobati rematik, diabetes, gangguan saluran kemih, edema, demam,
influenza,hepatitis, penyakit kuning, batu empedu, dan Hipetensi.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap dapat menyelesaikannya
dengan baik namun tanpa dipungkiri dalam kenyataannya makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan dan perlu diperbaiki dikarenakan
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh sebab itu adanya kritik maupun saran yang membangun sangat
diharapkan oleh penulis dari pembaca untuk mengevaluasi pembuatan
makalah ke depannya. Bagi pembaca, hasil penulisan makalh ini diharapkan
dapat menambah wawasan pengetahuan terkait potensi dan manfaat kulit
manggis dalam pengobatan tradisional dan modern.
27
DAFTAR PUSTAKA
Delyani,Rista, Ani Kurniawati, Maya Melati, dan Didah Nur Faridah. 2017.
Produksi Simplisia Kumis Kucing dengan Perbedaan Cara Pemupukan
dan Ketinggian Pangkas pada Rotasi Panen Tiga Minggu.J. Hort.
Indonesia 8(3): 209-217.
28
Mohamed EAH, Yam MF, Ang LF, Mohamed AJ, S. Sankhalkar. 2014.
”Antioxidant enzyme activity, phenolics and flavonoid content in
vegetative and reproductive parts of Moringa oleifera,” Am J Pharmatechs
Res, Vol. 4, 255-270.
Ningsih, N. F., Ratnasari, E., dan Faizah, U.2016. Pengaruh Ekstrak Daun Kumis
Kucing (Orthisiphon aristatus) terhadap Mortalitas Hama Wereng Coklat
(Nilaparvata lugens). LenteraBio Vol. 5 No. 1, 14-19.
29