DISKUSI IMUNOMODULATOR
1. Akhir-akhir ini sedang tren suplemen dan obat-obatan yang berasal dari bahan alam.
Apakah untuk imunomodulator sendiri selain dari bahan kimia ada yang berasal
dari bahan alam? Bisa sebutkan contohnya?
Jawab:
Benar, saat ini mulai banyak orang beralih dari bahan kimia ke bahan alam,
tak terkecuali imunomodulator. Masyarakat lebih memilih menggunakan
imunomodulator dari berbagai jenis tumbuhan yang sudah terbukti meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Beberapa tanaman obat yang berfungsi sebagai
imunomodulator adalah:
a. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Secara empiris meniran digunakan sebagai obat infeksi saluran kencing,
batu ginjal, demam, sakit perut, sakit gigi, diabetes dan disentri. Jenis meniran
yang banyak digunakan adalah P. niruri dan P. urinaria. Komponen aktif
metabolit sekunder dari meniran adalah flavonoid, lignan, isolignan dan
alkaloid. Komponen yang bersifat imunomodulator adalah flavonoid, yang
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mampu melawan serangan
infeksi virus, bakteri maupun mikroba lainnya.
b. Sambiloto (Andrographis paniculata)
Sambiloto sangat dipengaruhi kondisi agroekologi karena sambiloto yang
ditanam di dataran tinggi mempunyai kadar sari laut yang larut dalam air lebih
tinggi dibandingkan di dataran rendah. Komponen aktif dari sambiloto yaitu
andrographolide, 14 deoxyandrographolide dan 14-deoxy-11, 12-
didehydroandrographolide yang diisolasi dari ekstrak metanol mempunyai efek
imunomodulator dan dapat menghambat induksi sel penyebab HIV.
Komponen-komponen tersebut meningkatkan proliferasi dan induksi IL-2
limfosit perifer manusia. Mekanisme kerja sambiloto mempunyai efek ganda
yaitu sebagai imunostimulan dan imunosupresan.
c. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Tanaman mengkudu telah lama digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit dan penggunaan paling umum adalah mencegah dan mengobati
kanker. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa jus mengkudu
dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan membantu memperbaiki
kerusakan sel, tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
(Siregar, 2015)
4. Berikan penjelasan mengapa bisa terjadi autoimun pada seseorang? Lalu mengapa
imun tubuh orang tersebut malah menyerang dirinya?
Jawab:
Autoimun sendiri adalah suatu respon imun terhadap antigen jaringan
sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau keduanya. Potensi autoimun
ditemukan pada semua individu oleh karena limfosit yang dapat mengeskresikan
reseptor spesifik untuk banyak self antigen. Autoimun dapat terjadi karena self-
antigen dapat menimbulkan aktivasi, proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif
menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ.
Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan dalam patogenesis
penyakit autoimun (Purwaningsih, 2013).
Penyakit autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang
terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau sel tubuh
manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi
adanya penyakit autoimun tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh
dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat
kekebalan yang terbentuk. Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh
memerlukan ketahanan berupa respon imun untuk melawan substansi tersebut
dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yg potensial menyebabkan
penyakit (Purwaningsih, 2013).
6. Kenapa orang yang terkena imunodefisiensi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri dan
virus?
Jawab:
Orang yang terkena imunodefisiensi lebih mudah terinfeksi karena pada
orang yang terkena imuno defisiensi, sistem imun/kekebalan tubuhnya tidak
bekerja dengan semestinya. Dalam keadaan normal, sistem imun membantu tubuh
untuk melawan infeksi oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus atau jamur. Oleh
karena itu, orang dengan imunodefisiensi lebih rentan untuk terkena infeksi
dibandingkan dengan orang lain. Imunodefisiensi juga dapat mengakibatkan tubuh
menyerang dirinya sendiri, hal ini disebut autoimun. Hal ini mengakibatkan
berbagai gejala seperti nyeri atau pembengkakan pada sendi (artritis), ruam kulit
dan kurangnya sel darah merah (anemia). Beberapa penyakit imunodefisiensi berat
mengakibatkan timbulnya gejala yang berat yang segera terlihat setelah lahir.
Misalnya sindrom DiGeorge dapat mengakibatkan malformasi muka, penyakit
jantung dan masalah dengan sistem saraf yang timbul setelah lahir. Riwayat
keluarga dengan penyakit imunodefisiensi atau gejala seperti penyakit
imunodefisiensi dan pemeriksaan darah rutin dapat memberikan informasi yang
berguna (Ipopi, 2012).
Agusni, I., Wulan, I., 2015. Immunomodulators for a Variety of Viral infections of
the Skin. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 27(1), 66-67.
Alquraisi, R.H.A., Pramiastuti, O., Listina, O., 2021. A Literature Review: Aktivitas
Imunomodulator Vitamin C. Pharmacy Medical, 4(1), 34.
Daramatasia, W., 2012. Peran Vitamin D dalam Regulasi Sistem Imunitas Melalui
Sel Dendritik. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 1(1), 56-60.
Hartanti, D.H., Dhiani, B.A., Charisma, S.L., 2020. The Potential Roles of Jamu for
COVID-19: A Learn from the Traditional Chinese Medicine.
Pharmaceutical Sciences and Research, 7(4), 12–22.
Ipopi., 2012. Diagnosis Imunodefisiensi Primer. International Patient Organisation
For Primary Immunodeficiencies, Portugal, pp.3-5.
Kusnul, Z., 2020. Infeksi COVID-19 dan Sistem Imun: Peran Pengobatan Herbal
Berbasis Produk Alam Berkhasiat. Jurnal Ilmiah Pamenang, 2(2), 26-31.
Purwaningsih, E., 2013. Disfungsi Telomer Pada Penyakit Autoimun. Jurnal
Kedokteran Yarsi, 21(1).
Siregar, M.L., 2015. Buku Prosiding Temu Ilmiah: Konsep Mutakhir Tatalaksana
Berbagai Persoalan Medis, in: Bakhtiar., Liansyah, T.M., Marisa.,
Wahyuniati, N. (Eds.), Peran Imunomodulator pada Penyakit Infeksi.
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, pp. 81-84.
Yani, F.F., 2019. Peran Vitamin D pada Penyakit Respiratori Anak. Jurnal
Kesehatan Andalas, 8(1), 168-170.