Anda di halaman 1dari 10

INDUSTRI PETERNAKAN UNGGAS

Kasus Lapangan III: Contoh Bahan Imunostimulator dan Mekanisme Peningkatan


Respon Imun

Disusun Oleh:
Kelompok 3

2009511081 I Made Indra Palaguna


2009511085 Ni Kadek Kamala Dewi
2009511086 Lefira
2009511091 Tifano Pratista Ramandika Nur Husodo
2009511093 Dave Almendo Nyolanda
2009511098 Olivia Okky Ardana
2009511100 Citra Widiawati
2109511016 I Putu Heru Darawinata
2109511038 Ni Putu Surya Wiradnyani

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
I. DEFINISI
Bahan-bahan yang dapat mendorong peningkatan kerja komponen sistem imun
disebut sebagai imunostimulator. Imunostimulator bekerja dengan mengaktivasi sistem
imun melalui berbagai cara, seperti meningkatkan aktivitas sel NK (Natural Killer), sel
limfosit T, dan makrofag. Selain itu, imunostimulator juga melepaskan interleukin dan
interferon (Puspitasari, dkk. 2012).

II. BAHAN IMUNOSTIMULATOR DAN MEKANISME


a. Temulawak dan Kunyit
Temulawak dan kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang
tumbuh, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Tanaman obat ini tidak
hanya dapat dimanfaatkan untuk manusia saja, tetapi juga dapat untuk
meningkatkan produksi ternak melalui perbaikan fisiologi produksinya.
Ketika unggas terkena Avian Influenza (AI) akan menyebabkan sistem
kekebalan unggas menjadi lemah sehingga pada awal infeksi tubuh akan
membentuk kekebalan melalui peningkatan sitokin, sedangkan sitokin sendiri
dalam tubuh memiliki banyak macam, seperti sitokin yang bersifat antagonis.
Sitokin antagonis ini akan mengakibatkan gagal pernapasan dan pneumonia
akut.
Pemberian temulawak dan kunyit ini mampu menekan sitokin, sehingga
secara tidak langsung menekan AI. Menurut Nidom (2005) bahwa pemberian
temulawak dapat menekan jumlah sitokin dan menghambat perkembangan
virus saat virus bereplikasi. Penekanan sitokin ini dapat dilakukan dengan cara
menekan ekspresi protein membran yang bekerja memberikan sinyal stimulasi
yang diperlukan untuk aktivasi sel T.
Temulawak dan kunyit dapat meningkatkan nafsu makan,
meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan sekresi empedu, dan
memperbaiki tampilan limfosit darah, serta menyembuhkan penyakit hepatitis
atau memperbaiki fungsi hati karena memiliki kandungan fitokimia kurkumin.
Kandungan zat fitokimia inilah yang berfungsi memperbaiki fungsi hati dan
juga diketahui bahwa tanaman obat bekerjasama memperkuat sel terhadap
serangan virus pada berbagai lini, mulai dari penetrasi, mencegah multiplikasi
hingga mencegah keluarnya virus dari dalam sel.

2
Selain itu, temulawak dan kunyit dapat berfungsi sebagai
imunostimulator fagositosis dan meningkatkan kemampuan limfosit untuk
mencegah kerusakan sel hati sehingga metabolisme lancar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Endrini (2007) yang mengatakan bahwa flu burung dapat
ditanggulangi dengan pemberian obat tradisional yang bersifat imunostimulan
karena memiliki efek konstruktif (memperbaiki jaringan atau kelenjar yang
rusak).

b. Daun Ashitaba (Angelica keiskei)


Daun ashitaba merupakan tanaman yang berasal dari Pulau Hachijo
daerah tropis di Jepang. Di Indonesia sendiri daun ini dapat tumbuh subur di
daerah yang bersuhu dingin. Daun ashitaba mengandung klorofil cukup tinggi
sehingga dapat meningkatkan produksi darah serta meningkatkan sistem
imunitas tubuh dalam melawan berbagai penyakit infeksi dan kanker
Tanaman ashitaba pada bagian batang, daun maupun umbi jika dipotong
akan mengeluarkan getah berwarna kuning yang disebut chalcones (Ogawa et
al., 2005). Chalcones termasuk dalam golongan senyawa flavonoid yang
bermanfaat untuk meningkatkan produksi sel darah merah, produksi hormon
pertumbuhan serta meningkatkan pertahanan tubuh untuk melawan penyakit
infeksi (Hida, 2007).
Chalcones yang mengandung metabolit sekunder golongan flavonoid
yaitu 4-hydroxyderricin dan xanthoangelol yang dianggap sebagai senyawa
aktif utama karena fungsi fisiologisnya (Nakamura et al., 2012; Akihisa et al.,
2003). Flavonoid dapat memengaruhi respons sistem imun dan memiliki efek
imunstimulator (Middleton et al., 2000). Penelitian membuktikan secara
laboratorik senyawa flavonoid dalam daun ashitaba dapat meningkatkan
produksi interleukin-2 (IL-2) dan meningkatkan proliferasi dan diferensiasi
limfosit T, limfosit B dan sel Natural Killer/NK (Saifulhaq, 2009).

c. Ekstrak Daun (Meniran Phyllanthus niruri linn)


Daun meniran merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat,
seperti antikanker, antiviral (seperti SARS), dan mampu menginduksi antibodi
atau immunostimulator (Handayani dan Nurfadillah, 2016). Meniran biasanya
tumbuh di semak belukar yang bisa ditemukan pada daerah tropis di Amazon,

3
Asia Tenggara, India Selatan, dan Cina. Terdapat lebih dari 600 spesies meniran
di dunia, dua diantaranya yang sering digunakan ialah P.niruri dan P. urinaria.
Ekstrak daun meniran mengandung senyawa flafonoid, saponin, steroid, tannin,
dan fenolik yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan yang kuat.
Senyawa flavonoid yang terkandung dalam tanaman meniran dapat
memacu proliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T dan meningkatkan
aktivitas IL-2 (Sakamoto etal., 1999). Kandungan zat flavonoid merupakan
salah satu golongan fenol yang terdapat pada meniran (Mangunwardoyo et al.,
2009). Menurut Ma‘at (1996) ekstrak P. niruri L. mengandung senyawa
kompleks seperti lectin yang yang dapat merangsang sel imuno kompeten
dengan cara mengikat molekul gula di permukaan sel imuno kompeten.
Molekul ekstrak P. niruri L. berikatan dengan galaktosa dari reseptor
oligosakarida di permukaan makrofag, sehingga mampu mengaktifasi sel
makrofag tersebut.
Ekstrak P. niruri L. dapat meningkatkan proliferasi limfosit B melalui
molekul CD23. Molekul tersebut dikenal dengan nama The C Type lectin
P.niruri L. berikatan dengan reseptor pada molekul CD23 dan mengaktivasi sel
Limfosit B.
Rahmahani, 2021 menyebutkan bahwa penggunaan dosis yang tepat
pada ekstrak meniran sebagai immunostimulator pada vaksinasi ND
menunjukkan hal positif yaitu terjadinya peningkatan titer antibodi melawan
penyakit ND.

d. Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb)


Rimpang temu kunci mengandung beberapa jenis senyawa golongan
minyak atsiri yaitu metilsinamat, kamper, sineol, dan terpena. Di samping
minyak atsiri, temu kunci mengandung saponin dan flavonoid (Sjamsudin dan
Hutapea in Chairul et al., 1996). Fraksi etil asetat ekstrak temu kunci juga
mampu meningkatkan Ig-Y anti AI pada ayam petelur. Temu kunci memiliki
aktivitas imunostimulator melalui hasil penelitian pada ekstrak perasan jus temu
kunci terhadap burung puyuh dengan perlakuan selama 3 bulan sebesar 4 ml
secara in vivo mampu meningkatkan titer antibodi IgY pada burung puyuh
petelur (Miftah et al., 2012).

4
Temu kunci memiliki kandungan utama senyawa golongan flavonoid,
minyak atsiri dan saponin yang memiliki efek meningkatkan respon imun
melalui mekanisme sesuai dengan kandungan senyawa didalamnya. Adanya
berbagai macam kandungan senyawa yang terdapat pada temu kunci, maka
terdapat berbagai mekanisme dari temu kunci sebagai imunostimulator. Namun
dalam hal ini diduga kandungan yang paling banyak terkandung dalam fraksi
etil asetat yaitu flavonoid. Flavonoid diketahui memiliki aktivitas antimikroba
yang bersifat lipofilik sehingga mampu merusak membran mikroba, mereduksi
infektivitas serta memperlihatkan efek inhibitor terhadap berbagai virus (Naim,
2004 dalam Abdullah, 2008).
Flavonoid yang terdapat pada suatu tanaman bisa meningkatkan IL-2
dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4,
kemudian menyebabkan sel TH1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan
mempengaruhi molekul-molekul termasuk IFN-ɣ yang dapat mengaktifkan
makrofag, sehingga makrofag mengalami peningkatan metabolik, motilitas dan
aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam membunuh, bakteri
atau mikroorganisme patogen (Ukhrowi, 2011).
Dari berbagai macam mekanisme peningkatan sistem imun, dapat
diambil salah satu mekanismenya melalui kandungan senyawa flavonoid yang
terkandung di dalam temu kunci, dimana flavonoid dapat meningkatkan sistem
imun melalui peningkatan IL-2 dan proliferasi limfosit maka temu kunci
memiliki aktivitas peningkatan sistem imun melalui mekanisme biologi
pembentukan limfokin atau interleukin.

e. Jus Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.)


Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan titer IgY anti-AI adalah
dengan memberikan paparan antigen vaksin subtipe H5N1 sehingga mampu
menginduksi antibodi pada unggas. Selanjutnya penambahan imunostimulator
jus lidah buaya akan meningkatkan respon imun yang berdampak pada
peningkatan produksi IgY pada unggas tersebut.
Acemannan yang diduga sebagai kandungan aktif dalam jus daun lidah
buaya bekerja meningkatkan Respiratory Burst (RB) dan fagositosis oleh
makrofag. Peningkatan fungsi makrofag berasosiasi dengan Binding
mannosylated Bovine Serum Albumin (m-BSA) terhadap reseptor mannose-

5
makrofag. Apabila kemampuan fagositosis meningkat, maka diperkirakan
produksi sitokin-sitokin yang mengaktivasi makrofag juga meningkat.
Acemannan diketahui dapat meningkatkan aktivitas limfosit dan
makrofag serta meningkatkan maturasi sel limfosit T-helper CD4+ menjadi sel
Th1 sehingga memproduksi dan melepas sitokin, interleukin (IL)-1, IL-6, IL-12
dan tumor necrosis factor alpha (TNFα). Letak peran IL-1, IL-6, dan IL-12
adalah ikut menjadi agen pendukung dalam proses terbentuknya antibodi
melalui pengaktifan sel β. Acemannan yang terkandung dalam jus daun lidah
buaya diduga dapat meningkatkan kemampuan rangsangan komponen imunitas
tubuh puyuh dalam memicu pengaktifan sel β. Selanjutnya Sel β akan
berdiferensiasi membentuk antibodi IgY pada serum puyuh yang diinduksi
vaksin AI subtipe H5N1.

f. Echinacea Purpurea
Echinacea purpurea tergolong famili Asteraceae yang banyak
ditemukan tumbuh liar di Amerika Utara dan dikenal sebagai tanaman yang
berkhasiat meningkatkan ketahanan tubuh, dan telah diuji untuk terapi kanker,
AIDS, dan mengatasi kelelahan kronis (Rahardjo, 2004). Manfaat Echinacea
dalam penyakit infeksi disebabkan kemampuannya untuk berperan sebagai anti
inflamasi dan imunostimulan. Echinacea dapat memacu aktifitas limfosit,
meningkatkan fagositosis dan menginduksi produksi interferon (Baratawidjaja,
2004).
Echinacea dapat meningkatkan imunitas tubuh dengan cara
mengaktifkan fagositosis oleh makrofag, menstimulasi sel-sel fibroblas,
meningkatkan aktivitas respirasi, dan meningkatkan mobilitas leukosit (James
dan Hudson, 2012). Bergner (1997) menambahkan bahwa Echinacea dapat
memacu makrofag untuk menghasilkan sitokin yang akan membantu regulasi
sistem imun. Pada hasil kultur makrofag yang mendapat stimulasi Echinacea
menunjukkan peningkatan produksi sitokin dibandingkan dengan yang tidak
distimulasi. Kandungan senyawa flavonoid dan chichoric acid yang terdapat
pada Echinacea dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi limfosit sel T,
sel B, sel NK serta menunjukkan kemampuan dalam memberikan efek
imunostimulan pada manusia dan hewan (meningkatkan produksi sel interferon
dan aktivitas sel NK) (Cushnie dan Lamb, 2005).

6
Pembuatan air minum untuk perlakuan dilakukan dengan cara
melarutkan ekstrak Echinacea purpurea ke dalam 1/5 kebutuhan air minum
ayaam broiler. Pemberian ekstrak Echinacea purpurea (Radix) yang dilarutkan
ke dalam air minum dapat menjaga keseimbangan sistem imun dan dapat
meningkatkan titer antibodi broiler betina karena Ekstrak Echinacea purpurea
mengandung senyawa atau kombinasi dari senyawa dengan kemampuan untuk
berinteraksi secara khusus dengan virus dan mikroba. Selain itu, Echinacea
purpurea dapat mempengaruhi berbagai jalur sinyal sel epitel dan menghambat
virus/bakteri yang disebabkan sekresi sitokin/kemokin dan mediator inflamasi
lainnya.

g. Buah Delima Putih


Delima putih (Punica granatum L.) mempunyai antioksidan yang kuat,
yaitu fenolik, flavonoid, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut terkandung
bukan hanya dalam buah, tetapi terdapat juga pada kulit dan juga dalam fraksi
biji delima putih. Delima putih juga memiliki antioksidan yang lebih kuat
dibandingkan dengan anggur merah dan juga teh hijau. Selain sebagai
antioksidan, buah delima juga dapat digunakan sebagai imunostimulant.
Peningkatan aktivitas imun yang disebabkan oleh buah, biji, dan kulit delima
dapat merangsang respon imun humoral dengan menghambat serta
meningkatkan titer antibodi.
Senyawa yang terdapat pada buah delima yaitu ellagitannin, granatin A,
dan granatin B dapat merangsang respon imun humoral limfosit B (sel B). Sel
B berkembang dalam bursa fabrisius yang timbul dari epitel kloaka. Setelah
matang, sel B akan bergerak ke organ-organ seperti limpa, kelenjar limpoid, dan
tonsil. Sel B atas pengaruh antigen melalui sel T akan berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk dan melepas Ig
dengan spesifitas yang sama seperti reseptor yang ada pada permukaan sel
prekusornya. Sel B yang matang sebagai sel B memori akan memberikan respon
imun yang lebih cepat. 5%-15% dari jumlah seluruh limfosit dalam sirkulasi
merupakan sel B, dimana fungsi utamanya adalah memproduksi antibodi.
Pembuatan ekstrak kulit buah delima adalah dengan cara memasukkan
serbuk kulit delima putih sebanyak 500 gram ke dalam toples kaca dan
dimasukkan etanol 96% sebanyak kurang lebih 1,5 liter, kemudian dilakukan

7
pengadukan sebanyak 2x24 jam. Larutan ekstrak kemudian disaring dengan
corong buchner dengan menggunakan vaccum pump. Setelah itu larutan ekstrak
dipindahkan ke rotary evaporator dengan suhu 60ºC sampai didapatkan cairan
menjadi kental dan berwarna kecoklatan. Ekstrak kental dibiarkan pada suhu
ruangan selama 2 minggu untuk menguapkan etanol yang terdapat dalam
ekstrak.

h. Daun Katuk (Sauropus androgynus L Merr)


Daun katuk mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan
senyawa metabolit sekunder yang dimungkinkan memiliki efek
imunostimulator. Menurut Chiang dkk. (2003), flavonoid memiliki aktivitas
sebagai imunostimulator, oleh sebab itu pada penelitian ini dilihat efek
imunostimulator dari daun katuk terhadap aktivitas makrofag serta
mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak
etanol daun katuk.
Ekstrak etanol daun katuk memiliki efek imunostimulator terhadap
aktivitas fagositosis makrofag dikarenakan adanya senyawa flavonoid yang
terdapat pada ekstrak daun katuk yang dapat meningkatkan respon imun seluler
(meningkatkan efektivitas proliferasi limfokin). Flavonoid berpotensi bekerja
terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan merangsang sel-sel
fagosit untuk melakukan fagositosis.
Ekstrak etanol daun katuk diperoleh dengan metode maserasi. Pertama
masukkan 300 g serbuk kering daun katuk ke dalam maserator, kemudian
ditambahkan dengan cairan penyari etanol 70% sebanyak 1,5 liter dan diaduk.
Campuran tadi dibiarkan termaserasi selama 2 hari dalam maserator tertutup
dan lakukan pengadukan setiap hari selama 30 menit. Setelah itu maserat
disaring dari ampasnya dengan menggunakan kain putih, kemudian maserat
ditambah etanol 70% sebanyak 1,2 liter dan diendapkan selama 2 hari. Maserat
dipindahkan dari endapan dengan hati-hati, dan diuapkan pada cawan porselen
di atas penangas air dengan pemanasan pada suhu 70ºC sehingga diperoleh
ekstrak kental dari daun katuk.

8
III. DAFTAR PUSTAKA
Anjar M. K. dan Diniatik. 2013. Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Daun Katuk
(Sauropus androgynus L Merr) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Miftah, Z., Miftah R., Ely M. L., Micki K., Fitrianisa F., 2012, Uji Aktivitas
Imunostimulator Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb)) Pada Coturnix
coturnix yang Terinduksi Vaksin AI(Avian Influenza) Subtipe H5N1 Melalui
Pengukuran Titer Antibodi, PKM-P PIMNAS ke-25, Yogyakarta : Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pradnyandika, dkk. Pemberian Jamu Daun Ashitaba pada Ayam Kampung Tidak
Memengaruhi Respons Antibodi terhadap Flu Burung Subtipe H5N1. Indonesia
Medicus Veterinus, 9(4): 604-612.
Rahmah, P. K., Woelansari, E. D., dan Puspitasari, A. 2019. Efektivitas
Imunostimulator Daun Alfalfa (Medicago sativa) Terhadap Jumlah Sel Monosit
Pada Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Karagenin. Analis Kesehatan
Sains, 8(1): 696-703.
Rahmahani, J., Ernawati, R., dan Handijatno, D. 2021. Aktivitas Ekstrak Meniran
(Phyllanthus niruri linn) Sebagai Immunostimulator pada Ayam yang Divaksin
Penyakit Tetelo. Jurnal Veteriner, 22(1): 125 – 132.
Rahmawati, A., Wijaya, N.S., Purnama, M.T.E., Rahmadani, J., Yudhana, A., Yunita,
M.N., 2018, Pengaruh Ekstrak Kulit dan Jus Buah Delima Putih (Punica
granulatum L.) Terhadap Titer Antibodi Ayam Kampung Super yang Divaksin
Newcastle Disease. Jurnal Medik Veteriner, 68-73.
Sutarto, Nuryati T. 2020. Pemberian Ekstrak Temulawak dan Kunyit Untuk
Meningkatkan Produktivitas dan Sebagai Immunostimulator Avian Influenza
Pada Ayam Broiler. Article Ziraa'ah, 45(1): 1-9.
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I Depkes
RI, Jakarta, 92- 93.

Trisnawati, Winda. 2014. Uji Aktivitas Imunostimulator Jus Daun Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Mill.) terhadap Produksi Antibodi Spesifik (igY Anti-AI) pada
Cortunix japonica yang Terinduksi Vaksin Avian Influenza Subtipe H5N1.
Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9
Ukhrowi, 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upas (Merremia
mammosa) Terhadap Fagositosis Makrofag dan Produksi Nitrit Oksida (NO)
Makrofag, Tesis, Magister Ilmu Biomedik, Universitas Diponegoro, Semarang.
Widyaningsih, dkk. 2020. Titer Antibodi Ayam Kampung yang Diberikan Jamu Daun
Ashitaba (Angelica keiskei) Menurun Pascavaksinasi Penyakit Tetelo. Indonesia
Medicus Veterinus, 9 (3): 446-455.

10

Anda mungkin juga menyukai