Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease-19) yang menyebar hampir diseluruh


belahan dunia ini telah merenggut nyawa banyak orang. Covid-19 menjadi penyakit
pandemik sejak Desember 2019 lalu yang berasal dari Wuhan China. Kementrian
kesehatan (Kemenkes) mencatat sejak tanggal 27 November 2021 telah masuk varian
baru Covid-19 yaitu Omicron ke Indonesia. Hingga pada 20 September 2022 kasus
Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 22.039 kasus. Kasus ini meningkat
secara mingguan sebesar 3,9 persen. Dengan jumlah tersebut, menempatkan posisi
Indonesia berada di urutan pertama di Asia Tenggara. Kemenkes terus menghimbau
kepada masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan dan selalu menjaga
imunitas tubuh agar terhindar dari gejala Covid-19 varian Omicron. Karena varian ini
membawa beberapa mutasi lonjakan yang dapat meningkatkan transmisibilitas jika
dibandingkan dengan varian delta (Abdelnabi et al., 2022). Gejala Omicron secara umum
antara lain sakit tenggorokan/radang, flu, batuk dan demam (Kemenkes RI, 2022).
Pemerintah telah menerapkan kebijakan new normal demi memulihkan semua
bidang yang terdampak Covid-19. Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Percepatan
Penanganan Covid-19, Bapak Wiku Adisasmito, New normal adalah perubahan perilaku
untuk tetap beraktivitas normal dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah
penularan Covid-19. Kebijakan New normal, diharapkan bisa memberikan dampat positif
dari segala bidang di Indonesia, akan tetapi sebagian masyaraat resah akan penularan
Covid-19 yang masih ada. Untuk mencegah penularan Covid-19 dapat menerapkan 5M
(mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi
mobilitas), penerapan pola hidup bersih dan meingkatkan sistem imun tubuh dari pola
konsumsi yang sehat, bergizi dan penambahan asupan pangan fungsional yang baik bagi
kesehatan (WHO, 2020).
Selain perlindungan diri, cara terbaik untuk mencegah penularan Covid-19 adalah
dengan meningkatkan imunitas tubuh. Imunitas (immunocompetence) adalah sistem
kekebalan tubuh yang berada di dalam tubuh manusia untuk menjaga diri dari berbagai
macam penyakit. Selain buah dan sayur, ternyata tanaman herbal juga dapat dipercaya
untuk meningkatkan imunitas tubuh. WHO telah mendorong inovasi di seluruh dunia
untuk penggunaan obat herbal dan pengembangan terapi untuk mencari potensi
pengobatan Covid-19. Diharapkan bahwa sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan
dengan pengobatan herbal. Salah satu tanaman yang dipercaya mampu meningkatkan
imunitas tubuh, namun banyak masyarakat yang belum mengetahui kandungan kimia
yang ada didalamnya yaitu tanaman Miana (Coleus scutellariorides). Selama ini
masyarakat hanya mengenal Miana sebagai tanaman hias, padahal menurut Kementrian
Pertanian, Miana termasuk tanaman biofarmaka yang kaya manfaat.
Miana banyak tumbuh diberbagai tempat, baik dataran tinggi hingga rendah
sehingga populasinya sangat banyak, namun populasi yang banyak ini minim
dimanfaatkan sebagai obat karena masyarakat hanya mengetahui bahwa Miana hanya
dapat digunakan sebagai tanaman hias saja. Padahal tanaman Miana banyak memiliki
kandungan yang bermanfaat bagi tubuh, seperti vitamin C (0,11 mg), vitamin E (2,93
mg), dan zat aktif seperti flavonoid (437,2 ppm), saponin, dan tannin yang berperan akif
sebagai antibakteri, antioksidan (816,03 ppm), antiinflamasi, antijamur, dan
imunomodulator. Kandungan kimia tersebut merupakan senyawa matebolit sekunder
tumbuhan yang berguna bagi tumbuhan sendiri dan bagi lingkungannya, termasuk
memiliki khasiat obat untuk manusia (Supriyatna, 2012). Antioksidan mempertahankan
fungsi memadai dari sel kekebalan terhadap gangguan yang disebabkan oleh stress
oksidatif. Karena itu sistem kekebalan merupakan indikator penting bagi kesehatan tubuh
manusia. Antioksidan memainkan peran penting dalam perlindungan sistem untuk
menjaga tubuh tetap sehat hingga masa tua (Fuente, 2002). Fungsi antioksidan ini sangat
dibutuhkan di masa pandemi Covid-19 karena kekebalan tubuh pada masa pandemik
sangat rentang terhadap penyakit. Antioksidan juga membantu meredekan sakit pada
tenggorokan/radang, demam, flu dan batuk.
Melihat permasalahan dan potensi tersebut, tim mengolah daun Miana yang kaya
akan manfaat menjadi sebuah produk fungsional berupa sirup. Produk sirup berbahan
dasar daun Miana dipilih karena minim competitor dan memiliki bentuk yang menarik
sehingga mampu bersaing dan memperluas target pasar. Produk berbentuk sirup sudah
banyak dipasarkan sehingga diharapkan untuk diterima pasar tinggi, apalagi produk yang
ditawarkan berbahan dasar Miana yang merupakan bahan unik dan jarang ditawarkan
dari sebuah sirup. Hal tersebut sekaligus menjadi bagian dari pemanfaatan tanaman yang
tidak hanya menjadikan Miana tanaman hias saja melainkan tanaman yang bisa
dikonsumsi dengan beragam manfaat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kandungan antioksidan Miana ?


2. Bagaimana metode pembuatan sirup berbahan dasar Miana?
3. Bagaimana upaya mewujudkan kreativitas dan inovasi pasca pandemic?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengkaji kandungan antioksidan Miana.


2. Mengkaji pola pemanfaatan Miana selain sebagai tanaman hias.
3. Menganalisis metode pembuatan Sirup Miana.
4. Menciptakan produk Sirup berbahan dasar Miana untuk meningkan imunitas
tubuh.

D. Manfaat Penulisan

1. Diketahui kandungan antioksidan Miana.


2. Diketahui pola pemanfaatan Miana selain sebagai tanaman hias.
3. Diketahui metode pembuatan sirup Miana.
4. Dihasilkan produk sirup berbahan dasar Miana untuk meningkatkan imunitas
tubuh.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/20/update-omicron--total-di-
indonesia-ada-22039-kasus-selasa-20-september-2022

Anda mungkin juga menyukai