Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
“MENGEMBANGKAN TANAMAN TOGA (TANAMAN OBAT
KELUARGA) MENJADI PRODUK BIOENTREPRENEURSHIP (KOPI
MENGKUDU) GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN”

BIDANG KEGIATAN :
PKM-KEWIRAUSAHAAN

DIUSULKAN OLEH :
1. Rizqon Jadidah Perangin Angin NIM :1203111134/PGSD/Angkatan:2020
2. Ki Hajar Dewantara NIM :4203111113/Pendidikan Matematika/Angkatan:2020
3. Arif Anhar NIM : 4201111003/Pendidikan Matematika/Angkatan:2020
4.Vian Anotona Giawa NIM:4202111010/Pendidikan Matematika/Angkatan:2020
5. Sriwinda Sembiring NIM :1203311002/PGSD/Angkatan:2020

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mulai dari Maret, 2020 beberapa negara di dunia salah satunya negara
Indonesia digemparkan oleh sebuah virus, yakni covid-19 yang menyebabkan
Pandemi. Bermula dari kota Wuhan tepatnya di Tiongkok, virus Covid-19 ini
telah menyebar ke berbagai belahan negara di dunia termasuk Indonesia yang
paling parah merasakan dampaknya. Tak hanya merugikan dari sisi kesehatan
saja, dilansir dari Prudential.co.id, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa
virus corona sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia. Beberapa
dampak akibat virus covid-19 antara lain sebagai berikut.
 Beberapa barang menjadi langka untuk ditemukan.
 Jemaah Indonesia batal berangkat umroh.
 Kunjungan para wisatawan macanegara menurun.
 Merusak tatanan ekonomi di Indonesia.
 Impor barang menjadi terhambat.
Untuk memperbaiki kondisi akibat dampak dari covid-19 ini terutama dalam
tatanan memperbaiki/meningkatkan tatanan perekonomian negara Indonesia.
Diperlukan suatu usaha yang dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satunya adalah memanfaatnkan sumber daya alam yang tersedia untuk
dijadikan produk-produk yang memiliki manfaat dan nilai jual.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan.
Berbagai macam sayuran, buah-buahan, dan sumber daya alam lainnya tersedia di
Indonesia. Dikarenakan melimpahnya sumber daya alam di Indonesia ini, maka
diperlukan suatu usaha pemanfaatan sumber daya alam menjadi produk-produk
yang memiliki khasiat yang tinggi dan memiliki nilai jual agar produk-produk
tersebut dapat memperbaiki/meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya
pada pedesaan. Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan menjadi produk
yang memiliki khasiat dan nilai jual adalah tanaman TOGA (tanaman obat
keluarga). Menurut Heyne dalam Lestari (2016), menyatakan bahwa Negara
Indonesia memiliki tidak kurang dari 1000 jenis tanaman obat yang tergabung
dalam 150 jenis famili.
Tanaman toga yang dapat menghasilkan manfaat yang besar telah
digunakan secara luas oleh masayarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dari
berbagai penyakit. Tanaman toga ini merupakan kebutuhan pokok dalam
memenuhi tuntutan kesehatan disamping obat-obatan farmasi. Kenyataannya
bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan
menggunakan tanaman toga sebagai penyembuhan dan perawatan bukan
merupakan hal yang asing lagi. Salah satu tanaman toga yang dapat
digunakan/diubah menjadi produk yang memiliki khasiat beserta nilai jual adalah
buah Mengkudu (Morinda Citrifolia).
Buah mengkudu merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah pada
ketinggia 1500 m. tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga
bongkol berwarna putih. Ciri khas dari buah ini adalah memiliki totol-totol pada
seluruh bagian buahnya. Banyak masyarakat yang menyangka bahwa mengkudu
merupakan buah yang menjijikan, disamping rasanya yang aneh dan aroma
menyengat yang tidak enak ketika mengkudu sudah tua. Ternyata buah mengkudu
ini memiliki khasiat dan manfaat yang begitu besar. Secara keseluruhan
mengkudu merupakan buah bergizi lengkap. Mengandung zat nutrisi yang
diperlukan tubuh, seperti proteinm vitamin, dan mineral penting, tersedia dalam
jumlah yang cukup pada satu buah mengkudu. Selenium, slah satu mineral yang
terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis
senayawa yang terkandung dalama mengkudu : xeroine, plant, sterois, alizarin,
lycine, sosium, caprylic acid, arginie, proexeroine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll. Untuk itu diperlukan sebuah pemanfaatan yang
tepat untuk membuat sebuah produk berbahan dasar buah mengkudu yang kaya
akan khasiat. Pada proposal kali ini, kami akan membuat sebuah produk Kopi
Buah Mengkudu.
Berbeda dengan kopi biasanya, kopi dari buah mengkudu ini tidak
mengandung kafein. Karena buah mengkudu ini tidak dicampurkan ke dalam
bubuk kopi untuk penyajiannya. Melainkan melalui proses pengeringan yang
kemudian membuat mengkudu itu berbentuk bubuk. Meminum kopi ini dapat
membuat tubuh menjadi sehat, karena kandungan yang terdapat pada buah
mengkudu ini dapat menyembuhkan sakit kepala, mencegah anker, asam urat,
batuk, diabetes, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti :
1. Apa itu tanaman toga ?
2. Apa itu Bioentrepeurship?
3. Bagaimana memanfaatkan tumbuhan obat ?
4. Bagaimana proses pengolahan kopi mengkudu menjadi produk yang kaya akan
khasiat dan ekonomis ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis penelitian ini sebagai berikut :
1. Sebagai suatu upaya untuk mengatasi/memperbaiki tatanan ekonomi masayarakat
khususnya masyarakat pedesaan terdampak Covid-19.
2. Membuat sebuah inovasi produk yang bemanfaat, dekat dengan masyarakat, dan
memiliki nilai ekonomis.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kopi mengkudu.
1.4 Kegunaan
Kegunaan penulisan karya tulis penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Masyarakat
1. Memberi informasi bahwa buah mengkudu dapat dimanfaatkan menjadi produk
yang memiliki nilai ekonomis.
2. Meningkatkan tatanan ekonomi masyarakat.
b. Bagi Pemerintah
1. Tatanan perekonomian terdampak covid-19 menjadi lebih baik.
BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

2.1 Covid-19
Pada awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru
yaitu Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan
penyakitnya yang disebut Corona virus disesase 2019 (Covid-19) yang pertama
kali muncul di Kota Wuhan, China. Pandemi Covid-19 yang telah menyebar yang
akhirnya membawa risiko yang sangat buruk bagi perekonomian dunia termasuk
Indonesia khususnya dari sisi pariwisata, perdagangan serta investasi.
Perlambatan pada kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020.
Pandemi menimbulkan efek domino dari kesehatan ke masalah sosial dan
ekonomi, termasuk pelaku usaha. Badan Pusat Statistik telah mencatat laju
pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I (Januari-Maret) 2020 hanya tumbuh 2,97%.
Angka ini melambat dari 4,97% pada Kuartal IV 2019.
Pandemi covid-19 berdampak pada semua aspek kehidupan, tidak hanya
bidang kesehatan, tetapi juga bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Pada bidang
ekonomi dan bisnis, hampir seluruh entrepreneur di dunia ini ikut terkena dampak
pandemi covid-19. Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat,
bioentrepreneurship diperkenalkan secara lebih dalam kepada masyarakat yang
bertujuan untuk memberikan edukasi dan solusi kepada masyarakat yang sedang
memulai bisnis atau entrepreneur yang terkena dampak covid-19.
Bioentrepreneurship merupakan integrasi antara ilmu biologi dengan ilmu bisnis
yang melibatkan seluruh aspek makhluk hidup. Bioentrepreneurship dapat
dipraktikkan di rumah selama pandemi covid-19 sebagai upaya meningkatkan
kreativitas dan alternatif bisnis yang menjanjikan, seperti pembuatan jamu atau
empon-empon anti corona, skin care organik dan sebagainya. Pengembangan
bioentrepreneurhsip di Indonesia dapat memberikan peluang startup baru bagi
masyarakat. Sehingga selama pandemi covid-19 ini, masyarakat tetap aktif, kreatif
dan produktif. PAR (Participatory Action Research) yang melibatkan pertisipasi
aktif dari semua pihak/stakeholder dalam melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik. Perlu dipahami bahwa PAR memiliki tiga tindakan yang saling
berkaitan yaitu partisipasi, riset dan aksi.
2.2 Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Salah satu visi besar Presiden Republik Indonesia adalah komitmen untuk
membangun Indonesia melalui desa. Melalui laman Kementerian Pertanian
Republik Indonesia (2017), empat Program Prioritas Pembangunan Desa Tahun
2017 juga telah digencarkan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi di mana salah satu programnya adalah PRUKADES
(Produk Unggulan Kawasan Perdesaan). Eko Putro Sandjojo (Mendes PDTT)
juga telah mendorong para kepala daerah untuk mengembangkan program
tersebut karena diharapkan program ini akan menjadi daya dorong masyarakat
untuk meningkatkan perekonomian.
Menteri Eko juga menjelaskan bahwa produk ekonomi dari desa baik dari
sektor pertanian, perkebunan, maupun perikanan selama ini tidak begitu bernilai
secara ekonomi karena hanya dikembangkan dalam skala kecil. Oleh karena itu,
apabila produk-produk ekonomi tersebut dikembangkan dalam skala besar, tentu
akan menarik para investor sehingga akses pasar dan sarana pascapanen bisa
terbuka. Melihat pentingnya produk unggulan yang dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat, pembudidayaan tanaman obat keluarga (TOGA) dapat
dijadikan sebagai salah satu solusi untuk merealisasikan salah satu Program
Prioritas Pembangunan Desa tersebut.
Dikutip dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat,
tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan tanaman berkhasiat yang ditanam di
lahan pekarangan dan dikelola oleh keluarga dalam rangka memenuhi keperluan
keluarga akan obat-obatan tradisional. Menurut Amir Hidayatullah dkk (2018),
selain bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan secara tradisional dan
mandiri, pembudidayaan tanaman obat keluarga (TOGA) juga bermanfaat untuk
menunjang perekonomian masyarakat dengan cara mengembangkan tanaman obat
keluarga tersebut menjadi racikan obat-obatan yang bervariasi seperti makanan
dan minuman sehat kemudian mendistribusikannya ke pasar, rumah sakit, industri
obat, dan tempat lainnya untuk berwirausaha.
Adanya pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini berdampak pada seluruh
aspek kehidupan, dengan memanfaatkan lahan baik yang belum terawat dengan
baik maupun lahan kosong. Selain itu, masyarakat yang belum memiliki
pengetahuan tentang tata cara pembudidayaan tanaman obat keluarga (TOGA)
yang benar sehingga mendorong kami untuk membantu mereka dalam
mempraktikkan pembudidayaan tanaman obat keluarga (TOGA) untuk aktivitas
pertanian sehari-hari di tengah pandemi Covid-19. Pelaksanaan ini rencananya
akan diterapkan pada lahan yang ada. Melalui PKM ini, kami ingin mewujudkan
pemanfaatan lahan greenhouse dan penerapan budidaya tanaman obat keluarga
(TOGA) secara maksimal serta mampu meningkatkan kesejahteraan dari segi
perekonomian dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Dengan melakukan
usaha produktif di dalam desa maupun perkotaan.
2.3 Bioentrepreneurship
Kasus pertama covid-19 diumumkan pada bulan Maret tahun 2020 dan
jumlah kasus penderita covid-19 semakin meningkat setiap bulannya. Sejak saat
itulah Indonesia mengalami pandemi yang berdampak pada semua aspek
kehidupan, tidak hanya bidang kesehatan, tetapi juga bidang pendidikan, sosial
dan ekonomi. Hal tersebut memunculkan banyak fenomena sosial di masyarakat,
mulai adanya bisnis masker oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
hingga melemahnya kurs rupiah terhadap Dollar. Pemerintah pun mengeluarkan
kebijakan social distancing untuk mengurangi penyebaran covid-19. Aktivitas
pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi dilakukan secara daring.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, aktivitas bisnispun dibatasi hingga para
entrepreneur terpaksa menutup usahanya karena penurunan pendapatan yang
signifikan dan tidak bisa survive pada situasi dan kondisi tersebut. Hingga saat ini
kondisi ekonomi pun belum sepenuhnya stabil, bahkan Indonesia terancam
mengalami resesi. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan sumber daya alam
dengan sebaik mungkin untuk dapat memperbaiki kondisi ekonomi akibat
pandemi ini. Pemanfaatan sumber daya alam bisa menjadi produk terbarukan
apabila kita dapat mengaplikasikan ilmu biologi dan teknologi dengan baik.
Biologi berasal dari kata bios yang artinya hidup dan logos yang artinya
ilmu, maka Biologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
makhluk hidup. Biologi merupakan salah satu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
kajiannya sangat luas, karena membahas makhluk hidup di seluruh permukaan
bumi. Cakupan Ilmu Biologi yang sangat luas, maka dibagi dalam beberapa
cabang ilmu. Salah satu cabang ilmu Biologi adalah Bioentrepreneurship.
Bioentrepreneurship merupakan integrasi antara ilmu biologi dengan ilmu bisnis
yang melibatkan seluruh aspek makhluk hidup.
Menurut Anwar (Sisnodo, 2015) bioentrepreneurship berasal dari kata
“bio” yang artinya makhluk hidup dan “entrepreneurship” yang artinya
kewirausahaan, yaitu segala hal yang berkaitan dengan sikap, tindakan, dan proses
yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan, dan
mengembangkan usaha mereka. Bioentrepreneurship dapat diartikan sebagai
pemanfaatan makhluk hidup yang dapat diolah menjadi produk usaha, dan dapat
dipasarkan sehingga menghasilkan ekonomi produktif. Menurut Brown dan Kant
(2009), bioentrepreneurship tidak hanya penting untuk komersialisasi teknologi
dan penciptaan usaha tetapi sangat berharga bagi sebagian besar karir di bidang
biomedis, termasuk ilmu akademik.
Berkaitan dengan entrepreneurship, La Hatani menyatakan kewirausahaan
adalah kemampuan diri seseorang untuk menentukan dan mengevaluasi peluang-
peluang usaha dengan mengelola sumber daya yang ada (Roni Afriadi, 2018).
Kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara keberadaan manusia di
dunia merupakan makhluk utama dan titik sentral berkembangnya peradaban
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat 4 elemen pokok yang perlu
disadari akan eksistensi keberadaan manusia dalam memahami falsafah/hakekat
wirausaha yaitu sebagai berikut :
- Hakekat keberadaan manusia adalah pekerja dan tanpa bekerja fungsi manusia di
permukaan bumi akan kehilangan makna, dengan demikian bekerja adalah
indikator eksistensi manusia.
- Kewajiban manusia dalam hidup, manusia dalam hidup wajib bekerja artinya
bekerja disini agar kehidupan yang lebih beradap karena manusia bekerja untuk
mempertahankan hidup atau keberlangsungan hidupnya. Dengan bekerja hidup
lebih bergairah, dinamis dan menyenangkan sehingga keberadaan diri manusia
menjadi lebih bernilai.
- Etos kerja, merupakan salah satu inner dynamic factor (faktir dinamika yang
berada dalam diri manusia). Bekerja berarti menghasilkan sesuatu baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Dalam hal ini terdapat dua variable yang
saling berhubungan yaitu manfaat kegunaan dan produktivitas.
- Kebutuhan hidup, manusia bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup dan
keberlangsungan hidupnya. Dari perjalanan tahapan kehidupan manusia,
kebutuhan manusia selalu mengalami proses perkembangan dan sangat beragam.
Menurut Sagoro (Roni Afriadi, 2018) kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah proses menciptakan nilai dengan mengumpulkan beberapa sumber daya
manusia yang bersifat unik oleh seseorang untuk digunakan sebagai modal untuk
mengambil kesempatan bisnis yang ada atau kemampuan seseorang untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan kreativitasnya bertujuan mencari
keuntungan. Dengan kata lain, wirausahawan (entrepreneur) adalah mereka yang
selalu mencari perubahan, berusaha mengikuti dan menyesuaikan perubahan itu,
mampu mengambil peluang, serta berani mengambil risiko dalam setiap peluang
yang di ambil. Wirausahawan selalu mampu berinovasi (innovative) dengan
berbagi kreativitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh karena itu, adanya bioentrepreneurship merupakan salah satu alternatif bisnis
yang inovatif dan efektif dilakukan di masa pandemi.
Produk bioentrepreneurship yang dapat dikembangkan dan banyak
diminati masyarakat saat ini yaitu budidaya tanaman hias, jamu atau empon-
empon anti-corona dan organik skin care. Setiap pembuatan jenis produk tersebut
membutuhkan pengetahuan dari ilmu biologi, karena melibatkan tanaman dan
juga ada yang melibatkan mikroorganisme. Oleh karena itu, pemahaman akan
ilmu biologi dalam pengembangan produk bioentrepreneurship sangat diperlukan,
sehingga para entrepreneur bisa terus berinovasi dan berkreasi dalam bidang
tersebut.
Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mengurangi banyaknya
dampak yang akan ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan
pemerintah yang dilakukan tentunya bertujuan untuk meminimalisir dari adanya
penularan wabah tersebut agar peningkatan kasus positif Covid-19 tidak terus
massif terjadi. Salah satu langkah kebijakan pemerintah adalah ditetapkannya
kebijakan praktik social distancing. Namun penerapan adanya kebijakan ini juga
membawa dampak pada beberapa sektor, baik sektor pendidikan, sosial maupun
ekonomi.
Pada sektor pendidikan, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring
dari rumah masing-masing. Hal ini merupakan gaya belajar-mengajar baru yang
harus dilakukan oleh seluruh peserta didik dan pendidik di Indonesia.
Pembelajaran daring memiliki banyak kendala terutama dalam hal sarana dan
prasarana. Berdasarkan pengamatan di lapangan, 50% peserta didik dan pendidik
terkendala oleh konektivitas jaringan internet dan 30% peserta didik terkendala
fasilitas pembelajaran seperti tidak tersedianya laptop dan handphone di rumah.
Selain itu, masalah yang tidak kalah penting adalah menurunnya keaktifan dan
kreativitas peserta didik dalam hal ini mahasiswa dalam belajar.
Di sisi lain, dari sektor ekonomi banyaknya penutupan pabrik maupun
kegiatan produksi yang menjadikan PHK semakin meningkat. Selain itu,
menurunnya daya beli masyarakat akibatnya jumlah konsumsi barang menurun.
Beragam strategi sudah banyak dilakukan oleh para entrepreneur agar bisa survive
di masa pandemi covid-19 ini, namun tidak dapat dipungkiri bahwa strategi yang
sudah direncanakan dan dilaksanakan akhirnya gagal juga. Oleh karena itu, perlu
adanya alternatif bisnis yang inovatif dan efektif dilakukan di masa pandemi ini,
alternatif tersebut adalah bioentrepreneurship. Bioentrepreneurship merupakan
integrasi antara ilmu biologi dengan ilmu bisnis yang melibatkan seluruh aspek
makhluk hidup.
a. Bioentrepreneurship Sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas
Bioentrepreneurship berkontribusi untuk meningkatkan kreativitas karena
kita dapat belajar secara kontekstual dengan adanya pembuatan produk. Produk
yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar. Hasil studi
oleh Asikin & Junaedi (2013) mengemukakan bahwa hal-hal yang bersifat
kontekstual dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berkomunikasi. Jika
diterapkan oleh mahasiswa, maka mahasiswa akan mampu mengungkapkan ide
dan memecahkan masalah lingkungan. Proses pembuatan produk memberi
kebebasan bagi para entrepreneur untuk menentukan solusi untuk suatu masalah,
membangun pengetahuan mereka sendiri, dan membuat pekerjaan nyata. Produk
yang dihasilkan harus unik, inovatif, ramah lingkungan, dan bernilai jual.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), orisinalitas ide,
pemikiran, dan keputusan dapat diperoleh dengan ekstensif wawasan dan
kemampuan untuk melihat peluang. Aspek orisinalitas dapat ditingkatkan dengan
memberikan kebebasan untuk menentukan produk yang ingin diproduksi sesuai
dengan keahlian masing-masing individu. Selain itu, pengalaman dalam mencoba
hal baru bisa juga meningkatkan aspek orisinalitas. Hal ini karena orisinalitas
muncul dari kemampuan untuk selalu mengekspresikan imajinasi, keinginan untuk
tampil beda atau selalu manfaatkan perbedaan dan memiliki sikap mental positif.
Menurut Mahmudi (2018) kemampuan pemecahan masalah (problem
solving) sering dipandang sebagai keterampilan yang bersifat mekanistis,
sistematis, dan abstrak. Namun, seiring berkembangnya teori-teori belajar
kognitif, pemecahan masalah lebih dipandang sebagai aktivitas mental yang
kompleks yang memuat berbagai keterampilan kognitif. Oleh karena itu, berpikir
kreatif bisa menjadi syarat bagi tumbuhnya kemampuan pemecahan masalah.
Begitu pula sebaliknya, kemampuan pemecahan masalah dapat menjadi sarana
untuk menumbuhkan kreativitas.
Pada masa pandemi ini aktivitas berpikir menjadi tantangan baru tidak
hanya bagi para peserta didik, tetapi juga bagi masyarakat umum. Setiap lapisan
masyarakat selalu dihimbau untuk melakukan social distancing guna
meminimalisir penularan virus covid-19, untuk itu banyak kegiatan yang
dilakukan dari rumah. Bioentrepreneurship dapat menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan aktivitas berpikir secara kontekstual sehingga meskipun di rumah
saja, masyarakat tetap aktif, kreatif dan produktif.
b. Bioentrepreneurship Sebagai Alternatif Bisnis Di Masa Pandemi
Bioentrepreneurship telah mengalami perkembangan yang pesat di
beberapa negara maju. Jepang telah menjadi salah satu contoh negara maju yang
telah mengembangkan bioentrepreneurship dengan teknologi yang maju.
Pemerintah Jepang telah mengakui bioteknologi sebagai sebuah industri strategis.
Secara internasional, Jepang menempati peringkat ke-13 dalam hal negara yang
paling mungkin untuk berhasil dalam bidang industri yang berdasar dari
pengetahuan. Jepang juga mempromosikan pembentukan perusahaan bioteknologi
baru, disebut bioventures. Sampai awal abad ke-21, masih sangat sedikit
bioventure di Jepang, karena produksinya dibatasi oleh beberapa faktor
kelembagaan yang berkaitan dengan bioentrepreneurship dan menjadikan
penelitian akademis ke komersialisasi (Linskey, 2004).
Bioentrepreneurship merupakan pioneer di Indonesia. Peluang
bioentrepreneurship di Indonesia dapat memberikan potensi startup yang baru dan
besar jika dikembangkan. Banyak contoh pemanfaatan bioentreprenurship seperti
pembuatan jamu atau empon-empon anti corona, budidaya tanaman dan juga
industri skin care organik yang bisa dikembangkan secara home industry. Oleh
karena itu, bioentrepreneurship memiliki peluang yang sangat besar khususnya di
era new normal ini.
Budidaya tanaman merupakan salah satu peluang usaha yang tepat pada
masa pandemi ini karena masyarakat banyak mengisi waktu di rumah. Budidaya
tanaman yang dilakukan yaitu dapat berupa kreasi tanaman hias. Masyarakat harus
kreatif dan dapat melakukan uji coba menggabungkan tanaman hias satu dengan
yang lainya untuk mendapatkan tanaman hias yang bernilai seni dan bermanfaat
untuk kesehatan/ lingkungan. Selain itu, tanaman juga bisa dibentuk sesuai dengan
kemampuan kreator menjadi tanaman yang memiliki nilai seni yang indah dan
ekonomis. Sebagai contoh yaitu tanaman Epipremnum aureum (sirih gading).
Tanaman Epipremnum aureum (sirih gading) merupakan tanaman hias yang tahan
banting karena cocok ditanam di media tanam apapun dan mudah dirawat. Selain
itu, tanaman ini memiliki manfaat yang sangat baik jika dijadikan tanaman dalam
rumah karena dapat menyerap racun di udara.
Jamu atau empon-empon anti corona menjadi salah satu hal yang viral
semenjak pandemi covid-19 dan banyak diminati masyarakat. Tanaman herbal
atau empon-empon yang dimanfaatkan menjadi jamu dikenal mampu
meningkatan sistem imun atau daya tahan tubuh. Menurut Jeanne Marrazzo selaku
Direktur Divisi Penyakit Menular di Universitas Alabama, AS, menyatakan bahwa
orang yang daya tahan tubuhnya rendah sangat rentan terinfeksi virus corona. Hal
tersebut tentu membuat banyak masyarakat yang menginginkan khasiat tanaman
herbal atau empon-empon dalam mencegah penularan virus corona. Beberapa
saran BPOM dalam memilih tanaman herbal atau empon-empon untuk membantu
memelihara daya tahan tubuh diantaranya yaitu Andrographis paniculata
(sambiloto), Phyllanthus urinaria (meniran), Curcuma zanthorrhiza (temulawak),
Curcuma longa (kunyit) dan Zingiber officinale (jahe) (Saputra, 2020).
Pada industri skin care organik, pembuatan skin care memanfaatkan
ekstrak tanaman atau ekstrak bunga yang bersifat alami, essential oil atau bisa
juga dengan menggunakan mikroorganisme seperti Galactomyces yang memiliki
banyak manfaat untuk kulit. Galactomyces ferment filtrate menjadi salah satu
komposisi utama salah satu produk skin care asal Jepang yang berhasil
berkembang secara internasional. Selain itu, saat ini masyarakat khususnya kaum
perempuan lebih selektif memilih produk skin care dan tertarik pada produk
berbasis organik karena berasal dari bahan-bahan alami dan aman digunakan
dalam jangka panjang. Produk skin care organik jika dikemas secara menarik
dapat meningkatkan ketertarikan konsumen sehingga dapat meningkatkan daya
beli konsumen.
Terdapat tiga pilar bioentrepreneurship menurut Schoemaker (1999) yaitu
tim manajemen yang berkualitas, keuangan atau modal yang memadai, dan
teknologi dalam pembuatan produk. Pilar bioentrepreneurship yang pertama
adalah tim manajemen yang berkualitas. Penjualan produk tidak akan berjalan
baik tanpa adanya kemampuan manajerial yang terampil. Pada masa pandemi ini,
kemampuan manajerial perlu diimbangi dengan kemampuan dalam bidang digital
marketing, karena kegiatan jual beli sekarang ini banyak dilakukan secara online.
Pandemi covid-19 tidak berdampak negatif pada perkembangan teknologi,
justru sebaliknya masyarakat harus dapat beradaptasi dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat. Seperti memanfaatkan platform jual beli hingga
jasa transportasi yang dapat dilakukan hanya menggunakan smartphone, sehingga
konsumen dapat ataupun tidak harus bertemu dengan produsen untuk melakukan
transaksi. Perkembangan teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam menjadi produk terbarukan yang dapat membuka
lapangan pekerjaan dan di masa pandemi covid-19 dapat membantu para
entrepreneur untuk survive.
Bioentrepreneurship menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
aktivitas berpikir secara kontekstual sehingga meskipun di rumah saja, masyarakat
tetap aktif, kreatif dan produktif. Selain itu, bioentrepreneurship merupakan salah
satu alternatif bisnis ditengah pandemi covid-19 sehingga masyarakat dapat keluar
dari permasalahan ekonomi di era new normal. Banyaknya bisnis yang gulung
tikar menjadikan masyarakat lebih selektif dalam memilih bisnis. Oleh karena itu,
bioentrepreneurship dapat menjadi pilihan berbisnis di Indonesia, karena bisa
memberikan potensi startup yang baru dan besar jika dilakukan dengan baik dan
benar.
2.4 Buah Mengkudu
Mengkudu yang dalam bahasa latinnya Morinda citrifolia (noni) adalah
tumbuhan untuk obat-obatan yang banyak sekali tumbuh di Indonesia tepatnya di
Kepulauan Maluku dan sekitarnya. Mengkudu berasal dari wilayah daratan Asia
Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti,
Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba. Pada tahun 100 SM,
penduduk Asia Tenggara bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia,
mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup
di tempat baru. Tanaman-tanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain
untuk bahan pakaian, bangunan, jajanan dan obat-obatan,

Gambar 1. Buah Mengkudu

Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman


ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga),
ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi). Tanaman ini tumbuh di
dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon mengkudu
mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya merupakan
buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki
totoltotol dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam
(Djauhariya et al. 2006).
Mengkudu sejak zaman dahulu sebenarnya telah dikenal dan banyak
dipergunakan sebagai bahan sayuran atau pengobatan, namun kemudian tersisih
dengan kemajuan zaman. Beberapa publikasi menyatakan bahwa buah mengkudu
berkhasiat untuk mengobati aterosklerosis, diabetes, tekanan darah tinggi, radang
tenggorokan, batuk, serta mencegah penyerapan lemak dan melancarkan air seni.
Selama ini buah mengkudu hanya dijadikan jus dan kurang diminati warga.
Padahal, buah mengkudu juga dapat diolah menjadi produk menyerupai kopi.
a. Kandungan Mengkudu
Mengkudu atau Noni memiliki banyak zat aktif yang sangat berkhasiat
dalam mencegah dan mengatasi berbagai penyakit. Berikut adalah kandungan
senyawa berkhasiat yang terdapat dalam mengkudu menurut wikipedia: a)
Senyawa Terpenoid. Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik
yang juga terdapat pada lemak atau minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis
lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam
proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh (Solomon 1999).
b. Zat Anti-bakteri
Acubin, Asperuloside, Alizarin dan beberapa zat Antraquinon telah
terbukti sebagai zat anti bakteri. Zat-zat yang terdapat di dalam buah mengkudu
telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan bakteri infeksi:
Pseudonmonas aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis dan Escherichia coli (Waha 2000; Winarti 2005). Zat anti-bakteri dalam
buah mengkudu dapat mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan
(patogen), yaitu Salmonella dan Shigella. Penemuan zat- zat anti bakteri dalam
sari buah mengkudu mendukung kegunaannya untuk merawat penyakit infeksi
kulit, pilek, demam dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri
(Winarti 2005).
c. Beberapa Jenis Asam
Asam askorbat yang ada di dalam buah mengkudu adalah sumber vitamin
C yang luar biasa. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang hebat.
Antioksidan bermanfaat untuk menetralisir radikal bebas (partikel-partikel
berbahaya yang terbentuk sebagai hasil sampingan proses metabolisme yang dapat
merusak materi genetik dan merusak sistem kekebalan tubuh). Asam kaproat,
asam kaprilat dan asam kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam kaproat dan
asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah
mengkudu (Winarti 2005).
d. Scopoletin
Pada tahun 1993, peneliti universitas Hawaii berhasil memisahkan zat-zat
scopoletin dari buah mengkudu. Zat-zat scopoletin ini mempunyai khasiat
pengobatan dan para ahli percaya bahwa scopoletin adalah salah satu di antara zat-
zat yang terdapat dalam buah mengkudu yang dapat mengikat serotonin, salah
satu zat kimiawi penting di dalam tubuh manusia (Waha 2000). Scopoletin
berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan
dan melancarkan peredaran darah. Selain itu scopoletin juga telah terbukti dapat
membunuh beberapa tipe bakteri, bersifat fungisida (pembunuh jamur) terhadap
Pythium sp. dan juga bersifat anti-peradangan dan anti-alergi (Heinicke 2001
dalam Nuryati 2003).
e. Xeronine dan Proxeronine
Salah satu alkaloid penting yang terdapat dalam buah mengkudu adalah
xeronine. Xeronine dihasilkan juga oleh tubuh manusia dalam jumlah terbatas
yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di
dalam sel. Xeronine ditemukan pertama kali oleh Dr. Ralph Heinicke (ahli
biokimia). Walaupun buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tetapi
mengandung bahan-bahan pembentuk (prekursor) xeronine, yaitu proxeronine
dalam jumlah besar (Solomon 1999). Proxeronine adalah sejenis asam koloid yang
tidak mengandung gula, asam amino atau asam nukleat seperti koloidkoloid
lainnya dengan bobot molekul relatif besar, lebih dari 16.000. Apabila
mengkonsumsi proxeronine maka kadar xeronine di dalam tubuh akan meningkat.
Di dalam tubuh manusia (usus) enzim proxeronase dan zat-zat lain akan
mengubah proxeronine menjadi xeronine. Fungsi utama xeronine adalah mengatur
bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-protein spesifik yang terdapat di dalam
sel. Hal ini penting mengingat bila protein-protein tersebut berfungsi abnormal
maka tubuh akan mengalami gangguan kesehatan (Heinicke 2001 dalam Nuryati
2003).
2.5 Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
diolah dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari
Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh
masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya,
yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Hamni,2013).
Dalam rangka pemanfaatan buah mengkudu, diolah menjadi teh noni dan
kopi mengkudu sebagai ramuan untuk mendukung percepatan kesembuhan suatu
penyakit yang telah dirangsang dengan pijat refleksi. Pengertian dari teh noni dan
kopi mengkudu, bukan berarti gabungan buah mengkudu dengan daun teh, atau
dengan buah kopi, namun yang dimaksud adalah olahan buah mengkudu yang
dikeringkan sehingga dibentuk menjadi seperti teh (semi serbuk) dan menjadi
bubuk/serbuk seperti kopi.
Menurut Sjabana dan Bahalwan (2002), buah mengkudu mengandung
sederetan antioksidan diantaranya scopoletin, nitric oxide, vitamin C (asam
askorbat), dan vitamin A (βkaroten). Ditambahkan oleh Casimir dan David
(1998), scopoletin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki aktifitas
antioksidan. Selain senyawa-senyawa tersebut Bangun dan Sarwono (2002),
menyebutkan bahwa dalam buah mengkudu terdapat silenium yang merupakan
salah satu mineral dalam mengkudu dan merupakan antioksidan yang hebat.
Sedangkan pada kayu manis, menurut Purseglove et al. (1991) terdapat eugenol
dan kaumarin dari golongan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan.
Dari hasil pemaparan di atas dari banyak sekali manfaat maupun khasiat
mengkudu (noni), akan tetapi masyarakat belum banyak mengetahuinya, sehingga
dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi petani sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain dapat meningkatkan jumlah
pendapatan masyarakat, tanaman mengkudu (noni) ini relatif lebih mudah dalam
penanaman maupun perawatannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka melalui PKM ini Kami bermaksud untuk
"Menanam dan mengembangkan tanaman toga (tanaman obat keluarga) menjadi
produk bioentrepreneurship guna meningkatkan perekonomian". Yang menjadi
titik fokusnya yaitu tumbuhan buah mengkudu sehingga menjadi kopi mengkudu.
Dalam program ini akan memberikan pelatihan dan pembinaan terkait
pengolahan Kopi Mengkudu sebagai upaya meningkatkan pendapatan
masyarakat. Adapun bentuk pelatihan dan pembinaan pegolahan kopi Mengkudu
ini berupa pemberian pengetahuan dan pemahaman terkait analisa peluang usaha,
teknik dan proses pengolahan, serta memasarkannya kepada konsumen dan
khalayak ramai atau lebih luas lagi sampai ke mancanegara dan djpasarkan di
seluruh dunia. Kopi Mengkudu sekaligus memberikan pendampingan pada saat
praktik pengolahan kopi mengkudu (noni) serta pengemasan. Kegiatan ini hanya
berlangsung selama ± 1 bulan. Namun, untuk menanam tumbuhan buah
mengkudu ini membutuhkan waktu cukup lama sekitar 1 tahun untuk berbuah dan
dipanen. Setelah itu, buah mengkudu dapat dipanen di sepanjang musim.
Melalui PKM ini, kami ingin mewujudkan pemanfaatan lahan kosong atau
lahan yang kurang diperhatikan dalam penerapan budidaya tanaman obat keluarga
(TOGA) secara maksimal serta mampu meningkatkan kesejahteraan dari segi
perekonomian dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Dengan melakukan
usaha produktif di dalam desa maupun perkotaan.
2.6 Budidaya Tanaman Buah Mengkudu
Alat dan Bahan :
- Cangkul
- Pisau
- Media tanam (menyemai bibit)
- Air
- Tanah
- Pupuk
Membudidayakan tanaman dilakukan dengan memperhatikan seluruh
aspek kultur teknis yang mencakup semua faktor-faktor pertumbuhan tanaman
yang bersifat internal dan eksternal. Memperhatikan setiap aspek dalam budidaya
merupakan tindakan bijaksana karena merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan menyangkut keberhasilan di akhir
budidaya. Masalah pertanian yang umumnya berupa terbatasnya pertumbuhan dan
produksi yang rendah dikarenakan secara teknis budidaya kurang memperhatikan
dan menyiapkan faktor pertumbuhan secara maksimal bagi tanaman, sedangkan
interaksi secara baik dari berbagai faktor pertumbuhan sangat dibutuhkan untuk
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman (Mardjuki, 1994).
Membudidayakan tanaman umumnya dilakukan dengan pengadaan
tanaman muda (bibit) yang dapat dimulai dengan menyemai biji (secara generatif)
maupun menggunakan bagian tanaman induknya (secara vegetatif). Sebelum bibit
ditanam di lapangan (lahan budidaya) maka dipelihara terlebih dulu pada sistem
pembibitan.
Hal ini memerlukan pertimbangan dan ketepatan tindakan untuk
menyediakan dan mengelola media tanam karena cukup menentukan keberhasilan
pertumbuhan, pemeliharaan, dan produksi tanaman.
Teknis budidaya tanaman yang harus diperhatikan salah satunya berupa
pengelolaan media tanam, berupa komposisi perbandingan bahan-bahan penyusun
media tanam yang secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan
kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dibudidayakan. Tanah dan
campurannya (media tanam) dalam budidaya tanaman tidak hanya sebagai tempat
menanam, berdirinya tanaman, rumah perakaran dan sebagainya, namun lebih dari
itu merupakan sumber nutrisi yang semestinya cukup dan berkelanjutan bagi
tanaman. Oleh karena itu pengelolaan media tanam dan penyediaan media tanam
dengan baik akan menghindari kelemahan-kelemahan budidaya dan resiko serta
kerugian dapat ditekan (AAK, 1995).
Berawal dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman tersebut, maka salah satu tindakan berupa pengelolaan tanah (media
tanam) yang meliputi teknik penyediaan media tanam dengan baik diharapkan
dapat mendukung pertumbuhan dan hasil yang baik pula bagi tanaman budidaya.
Begitu juga dengan media tanam yang baik, akan memudahkan dalam
pemeliharaan tanaman budidaya untuk segala jenis tanaman menggunakan pot
maupun di lahan.
Sehubungan dengan pengelolaan media tanam, penyediaan tanaman muda
untuk budidaya tanaman mengkudu juga perlu dilakukan teknis penyemaian dan
pembibitannya.
Tadjoedin dan Iswanto (2002) menjelaskan bahwa media semai dan media
pembibitan yang baik dianjurkan berupa media yang subur, mengandung cukup
humus, drainasenya baik, dan kelembapannya sesuai. Media dapat berupa
campuran tanah liat halus, pasir, kompos atau pupuk kandang. Sedangkan media
di pembibitan sangat menentukan kualitas bibit yang akan dilakukan perawatan.
Dikarenakan bibit tanaman mengkudu merupakan tanaman muda yang masih
rentan terkena stress akibat mengalami perubahan lingkungan, maka media tanam
yang baik akan membantu memberikan lingkungan yang baik pula berupa
perubahan perbaikan suhu, kelembapan, dan tidak mudah mengalami kekeringan
yang tiba-tiba.
Untuk mendukung cepatnya maupun keberhasilan penyemaian biji (benih)
mengkudu dan memenuhi penyediaan unsur hara serta mempercepat pertumbuhan
bibit mengkudu di pembibitan maka beberapa komposisi media diharapkan dapat
mengkaji kebutuhan dan sebagai media tanam yang efektif bagi semaian dan bibit
tanaman mengkudu yang berkualitas.
a. Perlakuan komposisi media penyemaian dan pembibitan berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit dan luas daun bibit mengkudu pada umur
12 minggu setelah semai, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan
diameter batang bibit mengkudu pada umur 12 minggu setelah semai.
b. Perlakuan komposisi media penyemaian dan pembibitan dengan bentuk
campuran tanah gambut+abu+pupuk kandang (perbandingan 1:1:1) memberikan
pertumbuhan bibit yang terbaik.
c. Kemampuan tumbuh terbaik akibat komposisi media penyemaian dan
pembibitan berupa campuran tanah gambut+abu+pupuk kandang (perbandingan
1:1:1) yaitu mendukung berkecambah umur 37 hari setelah semai, persentase
tumbuh sebesar 100%, pertumbuhan bibit umur 12 minggu setelah semai berupa
tinggi bibit mencapai 20,30 cm, jumlah daun sebanyak 12,40 daun, diameter
batang sebesar 0,60 cm, dan luas daunnya mencapai 628,41 cm2.
d. Apabila menyemai dan membibit tanaman mengkudu yang berasal dari biji
maka sebaiknya menggunakan komposisi media dengan bentuk campuran tanah
gambut+abu+pupuk kandang (perbandingan 1:1:1) untuk mendukung
perkecambahan dan pertumbuhan bibit dengan baik.
e. Selain memperhatikan komposisi media, maka perlu dilakukan penelitian
pertumbuhan bibit berupa pemupukan bibit tanaman mengkudu.
2.7 Alat, Bahan dan Cara Pembuatan
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan “Kopi Mengkudu”
adalah sebagai berikut :
- Pisau
- Baskom
- Cabinet Dryer/Oven (Jika tidak/belum tersedia, manfaatkanlah panas dari
sinar matahari)
- Loyang
- Blender
- Wajan
- Kompor
- LPG
- Ayakan
- Timbangan
Dalam mengolah kopi mengkudu, buah mengkudu yang dipakai adalah
mengkudu setengah matang, berwarna hijau keputihan, belum berbau, dan tidak
busuk. Kulit beserta daging buah mengkudu disayat terlebih dahulu agar
terpisahkan dari biji beserta daging yang melekat pada bijinya kemudian
dibersihkan. Sayatan yang telah bersih dipanaskan pada suhu 40°C hingga kering
kemudian disangrai agar menghasilkan warna kecoklatan selanjutnya dihaluskan
menjadi bubuk lalu diayak. (Dapat juga dipotong-potong terlebih dahulu, dijemur
hingga kering, disangrai, dihaluskan, lalu diayak)
Ayakan bubuk mengkudu yang telah lolos 80 mesh siap dicampur dengan
bahan- bahan lainnya. Proses pengolahan kopi mengkudu melalui beberapa tahap
antara lain sortasi, pengeringan, penyangraian, pengecilan produk, pengayakan,
dan pencampuran.
Kopi mengkudu ditambah bubuk kayu manis dan air seduan daun pandan.
Untuk memiliki rasa kopi yang pas dengan komposisi serbuk kopi 0,5 gram, gula
pasir 1,5 gram, dan kayu manis 0,2 gram. Dan seduan air daun pandan, Warna
kopi mengkudu dipengaruhi proses pengeringan dan penyangraian. Rasa kopi
mengkudu dipengaruhi oleh komposisi gula pasir. Aroma kopi dipengaruhi oleh
aroma kayu manis. Cita rasa kopi dipengaruhi oleh serbuk kopi
2.7 Manfaat Kopi Mengkudu
Diantaranya untuk mengobati penyakit arthritis, diabetes, tekanan darah
tinggi (hipertensi), sakit kepala, penyakit jantung, ulkus lambung, arteriosklerosis,
dan masalah pembuluh darah, Antitumor dan antikanker. Efek antitumor dan
antikanker diketahui dari hasil penelitian American Association for Cancer
Researchyang mengemukakan bahwa endapan alkohol dari buah mengkudu telah
meningkatkan hingga 75% kehidupan tikus dengan kanker Lewis paru
dibandingkan dengan tikus kontrol.
2.8 Efek Samping
- Badan akan merasakan berkeringat
- Sering buang air kecil dan besar
- Badan terasa ringan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kopi mengkudu bukan berarti mengkudu disubstitusi dengan biji kopi tetapi
buah mengkudu yang diproses sama seperti proses pembuatan kopi bubuk. Proses
pembuatan meliputi sortasi, pengeringan, penyangraian, penghalusan,
pengayakan, dam pengemasan.
b. Komposisi serbuk kopi 0,5 gram, gula pasir 1,5 gram, dan kayu manis 0,2
gram. Ditambah dengan air seduan daun pandan yang memberikan aroma lain
yang menyegarkan. Warna kopi mengkudu dipengaruhi proses pengeringan dan
penyangraian. Rasa kopi mengkudu dipengaruhi oleh komposisi gula pasir.
Aroma kopi dipengaruhi oleh aroma kayu manis. Cita rasa kopi dipengaruhi oleh
serbuk kopi.
2.9 Keberhasilan Program Usaha
Objek masyarakat dari program kreativitas mahasiswa kewirausahaan ini
adalah semua kalangan wanita atau pria baik dari yang muda sampai yang tua
namun yang dikhususkan kepada pengganguran yang belum tau ingin berkerja di
mana dan sebagai apa. Memilih sasaran pengganguran karena saat pandemi
banyak mereka yang pengganguran dan menghabiskan waktunya di rumah hanya
untuk bermain handphone dan belum menemukan pekerjaan antara kendala
pandemi dan keahlian yang belum cukup.
Selain itu tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai cara membuat, berbisnis, dan membuka usaha agar melatih
kreativitas masyarakat sehingga dapat digunakan untuk mencari penghasilan
tambahan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Untuk mendapatkan masyarakat yang memerlukan pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan mempromosikan penyuluhan ini dari sosial media pribadi dan
membagikan ke orang-orang atau organisasi organisasi agar semakin banyak
orang yan melihat dan ingin mengikuti penyuluhan ini, penyuluhan akan
dilakukan melaui googlemeet, zoom, atau pembagian video pembelajaran via link
atau web khusus penyuluhan bakat buatan ini. penyuluhan juga mengundang nara
sumber yang sudah ahli dibidangnya sehingga dapat mengajarkan secara
maksimal dan dilakukan secara berkala agar ilmu yang didapatkan berguna pada
masyarakat.
Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan di atas, maka program PKM ini
sangat layak dan menguntungkan jika dibudidayakan sekaligus dipasarkan. Selain
tumbuhan ini yang mudah untuk dibudidayakan manfaat yang terkandung juga
sangat banyak sekaligus memanfaatkan tanaman obat keluarga. Hal ini
menunjukkan potensi sumber daya dan peluang pasar termasuk analisis ekonomi
usaha yang telah direncanakan (cash flow minimal untuk 1 tahun ke depan yang
dapat menunjukkan keberlanjutan usaha). Namun, dikarenakan jangka waktu
penanaman membutuhkan waktu yang cukup lama, maka kami mengusulkan
untuk membuat kopi terlebih dahulu.
BAB III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Teknik/Cara Membuat Produk


Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan “Kopi Mengkudu”
adalah sebagai berikut :
- Pisau
- Baskom
- CabinetDryer/Oven (Jika tidak/belum tersedia, manfaatkanlah panas dari
sinar matahari)
- Loyang
- Blender
- Wajan
- Kompor
- LPG
- Ayakan
- Timbangan
Bahan-bahan yang digunakan untik proses pembuatan “Kopi Mengkudu”
adalah sebagai berikut:
- Buah Mengkudu (MorindaCitrifolia L./ Noni)
- Kayu Manis
- Gula Pasir/Gula Aren
- Daun pandan
Langkah-langkah pembuatan yang dilakukan untuk proses pembuatan
“Kopi Mengkudu” adalah sebagai berikut:
- Buah mengkudu yang sudah dipetik akan disortir terlebih dahulu agar didapat
buah yang berkualitas
- Kemudian buah mengkudu di cuci hingga bersih
- Selanjutnya mengkudu diiris berbentuk lembaran lembaran (bagian biji tidak
terpakai)
- Kemudian mengkudu yang sudah berbentuk lembaran tadi dikeringkan
didalam cabinet dryer dengan suhu 40°C selama ±1-2 hari
- Buah mengkudu yang sudah kering kemudian disangrai sampai kecoklatan
degan suhu ± 5-9°C selama ±5-10 menit
- Kemudian buah mengkudu tadi dihaluskan dengan blender
- Selanjutnya dilakukan pengayakan pada buah mengkudu yang sudah halus
- Selanjutnya dilakukan pencampuran serbuk buah mengkudu kering dengan
serbuk kayu manis dan gula
- Hasilnya berupa kopi mengkudu
3.2 Metode Pengemasan Produk
Karen produk ini berupa serbuk kopi maka sangat penting untuk menjaga
keawtan dari prouk ini. Penting untuk menghindari terkena air dan sinar matahari
yang dapat mencemari produk. Oleh karena itu kami memilih untuk
menggunakan alumunium foil. Dimana alumunium foil ini dapat menghambat
sinar ultra volet dan air masuk mengenai produk. Selain intu alumunium foil ini
memiliki daya simpan tinggi, kuat dan tidak mudah sobek, tahan terhadap proses
pemanasan sterilisasi.
3.3 Metode Pemasaran Produk
Seperti tujuan awal produk ini dibuat dimana jika proposal ini disetujui,
maka dapat Mengurangi kesenjangan sosial atau mengurangi pengangguran (kita
bisa mengajak warga buat kopi mengkudu ini juga, dan memproduksinya).
Memperkenalkan manfaat dari buah mengkudu dan dapat mengembangkannya
menjadi sebuah produk. Untuk itu percobaan awal kami akan memberikan sampel
gratis untuk beberapa orang. Kemudian untuk langkah selanjutnya pemasaran
kami akan mencoba memasarkannya dengan menitipkannya ke warung kecil
terlebih dahulu. Kami juga akan melakukan pemasaran dengan menggunakan
media online seperti facebook, instagram, whatapps, dan lainnya. Untuk langkah
pemasaran selanjutnya kami akan mencoba memasarkannya ke pasar yang lebih
besar seperti grosir-grosir dan supermarket.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis pengeluaran Biaya


1 Bahan habis pakai : Bahan-bahan untuk produksi Rp 320.000,00
(Bahan utama : mengkudu, bahan pendukung :
pandan, kayu manis, gula pasir/gula aren)
2 Peralatan dan Perlengkapan Rp 3.000.000,00
3 Transportasi Rp 500.000
4 Lain-lain (pembuatan website, biaya iklan, logo, Rp 2.500.000,00
poster, protokol kesehatan, tempat pembuatan,dll)
Jumlah Rp 6.300.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Jadwal kegiatan disesuaikan dengan Tahap Kegiatan dan dibatasi selama 3
(tiga) bulan sampai 4 (empat) bulan.
- Tahap 1 : Alat dan Bahan
- Tahap 2 : Pemilihan buah, Pencucian, dan Pengeringan manual (panas
terik matahari)
- Tahap 3 : Penyangraian
- Tahap 4 : Penghalusan dengan blender dan pengayakan
- Tahap 5 : Pengemasan dan pemasaran
DAFTAR PUSTAKA

Kinasih, P. K., Ibrahim, D. S., Aji, E. A. L., Sandra, D. A., Persada, T. Z., Nabila,
N. L., ... & Asyfiradayati, R. (2021). Medan Naga (Menanam dan
Mengembangkan Tanaman Toga) Guna Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Desa Jatisari Melalui Jamu Kesehatan. Abdi-mesin: Jurnal
Pengabdian Masyarakat Teknik Mesin, 1(2), 41-48.
Wardhani, I. Y., Amanda, S. M., & Kusuma, A. R. (2020). Bioentrepreneurship
Sebagai Upaya Meningkatkan Kreatifitas Dan Alternatif Bisnis Di Masa
Pandemi. Journal Of Biology Education, 3(2), 99-109.
Susilo, D. E. H., Hertos, M., & Arfianto, F. (2014). Studi Potensi Penyemaian dan
Pembibitan Tanaman Mengkudu pada Beberapa Komposisi Media Tanam.
Anterior Jurnal, 14(1), 1-10.
Fuady, T. D. (2020). EKONOMI KREATIF, UPAYA MENGINGKATKAN
EKONOMI DALAM PEMANFAATAN BUAH MENGKUDU
MENJADI KOPI BERKHASIAT DITENGAH PANDEMI COVID-19.
ABDIKARYA: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(2),
169-180.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping

Biodata Ketua Pelaksana


Biodata Anggota Pelaksana 1
Biodata Anggota Pelaksana 2
Biodata Anggota Pelaksana 3
Biodata Anggota Pelaksana 4
Biodata Dosen Pendamping
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Nilai (Rp)


(Rp)
1. Perlengkapan yang
diperlukan
Pisau 5 Rp20.000,00 Rp.100.000,00
Baskom 5 Rp10.000,00 Rp50.000,00
Oven 1 Rp500.000,00 Rp500.000,00
Kompor 1 Rp500.000,00 Rp500.000,00
Blender 1 Rp300.000,00 Rp300.000,00
Wajan 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00
LPG 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00
Ayakan 1 Rp20.000,00 Rp20.000,00
Timbangan 1 Rp200.000,00 Rp200.000,00

Alat Pengemasan / 1 Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00


mesin (aluminium foil)
SUB TOTAL (Rp) Rp2.970.000,00

2. Bahan Habis Pakai Volume Harga Satuan Nilai (Rp)

Buah mengkudu 20 kg Rp10.000,00/kg Rp200.000,00

Kayu Manis 1 kg Rp50.000,00/kg Rp50.000,00

Gula pasir 1 kg Rp12.000,00/kg Rp12.000,00

Gula aren 1 kg Rp25.000,00/kg Rp25.000,00

Daun Pandan 1 ikat Rp30.000,00/kg Rp30.000,00

SUB TOTAL (Rp) Rp317.000,00

3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

Transportasi - - Rp500.000,00
(Pembelian Peralatan,
pemasaran)
SUB TOTAL (Rp) Rp500.000,00

4. Lain-lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)

a. Biaya Iklan - - Rp300.000,00

b. Pembuatan Label - - Rp100.000,00


c. Pembuatan Poster - - Rp200.000,00

d. Pembuatan Website - - Rp250.000,00

e. Protokol Kesehatan - - Rp150.000,00


(masker, hand
sanitizer, sarung
tangan,dll)
f. Tempat pembuatan - - Rp1.500.000,00
produk
SUB TOTAL (Rp) Rp2.500.000,00

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

No Nama/Nim Program Alokasi Waktu Uraian Tugas


Studi / (Jam/Minggu)
Bidang
Ilmu
1 Rizqon PGSD 14 Jam/Minggu - Survei tempat
Jadidah pembuatan kopi
Perangin mengkudu
angin / - Pembelian alat dan
1203111134 bahan
- Melaksanakan dan
memantau kegiatan
- Pemasaran
- Pencatatan laporan
2 Sriwinda PGSD 14 Jam/Minggu - Survei tempat
Sembiring / pembuatan kopi
1203311002 mengkudu
- Pembelian alat dan
bahan
- Melaksanakan dan
memantau kegiatan
- Pemasaran
- Pencatatan laporan
3 Ki Hajar Pendidikan 14 Jam/Minggu - Survei tempat
Dewantara / Matematika pembuatan kopi
4203111113 mengkudu
- Pembelian alat dan
bahan
- Melaksanakan dan
memantau kegiatan
- Pemasaran
- Pencatatan laporan
4 Arif Anhar / Pendidikan 10 Jam/Minggu - Survei tempat
4201111003 Matematika pembuatan kopi
mengkudu
- Pembelian alat dan
bahan
- Melaksanakan dan
memantau kegiatan
- Pemasaran
- Pencatatan laporan
5 Vian Pendidikan 14 Jam/Minggu - Survei tempat
Anotona Matematika pembuatan kopi
Giawa / mengkudu
4202111010 - Pembelian alat dan
bahan
- Melaksanakan dan
memantau kegiatan
- Pemasaran
- Pencatatan laporan
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai