Anda di halaman 1dari 5

UPDATE PELAYANAN

KEFARMASIAN:
DARI ERA PANDEMI MENUJU
ENDEMI
Lusy Noviani

M enteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, sudah menggaungkan upaya pengendalian pandemic

COVID-19 menuju endemi (kasus tetap ada, namun dengan frekuensi dan jumlah kasus yang rendah). 1 Berbagai
program pemerintah, bekerjasama dengan seluruh pihak dalam mengatasi Kasus COVID-19, mampu menekan angka
kasus aktif, dari nyaris di angka 500.000 pada bulan Juli 2021, menjadi 2.577 pada tanggal 13 September 2021, yang
merupakan angka terendah sejak Mei 2021. Keberhasilan ini mendapatkan apresiasi dari WHO. Mengutip salah satu
publikasi dari situs Ourworldindata. org, John Hopkins University CSSE covid-19 Data, yang diupdate pada 12
September 2021, Indonesia menjadi salah satu negara yang terbaik di dunia dalam penanganan COVID-19, dengan
penurunan angka kasus hingga 58 % dalam kurun waktu 2 minggu. 2 Apresiasi ini memacu Indonesia untuk terus
berupaya melawan pandemi COVID-19. Tren positip ini tentunya tidak lepas dari berbagai upaya 25
dan juga peranan Apoteker dalam penyediaan, dan pengelolaan perbekalan Farmasi untuk pasien COVID-19. Menuju
ke era endemi, apakah Apoteker dapat mampu berperan lebih aktif? Strategi apa yang akan dilakukan? Bagaimana
Apoteker dapat berperan secara aktif dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan menjadi bagian dalam transformasi
pandemi menjadi endemi?

Ada 3 strategi yang diterapkan oleh Kemenkes dalam mengendalikan pandemi menjadi Endemi, yaitu dengan 3T
(Testing, Tracing dan Treatment), 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) dan program
Vaksinasi. Apoteker dapat berperan aktif dalam 3 strategi yang dicanangkan dengan melakukan adaptasi dalam
pelayanan dan membuat program program yang mendukung keberhasilan pengendalian pandemi. Berikut adalah
beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Apoteker.

A. Peran Apoteker dalam 3 T (testing, tracing dan treatment)

Dalam program 3T, apoteker dapat berperan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan masyarakat tentang
pentingnya melakukan testing dan tracing, terutama bila pada saat pelayanan dijumpai pasien yang memiliki gejala
batuk, demam dan juga riwayat kontak dengan pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19. Selain testing dan
tracing, pada treatment peranan apoteker dapat dilakukan dengan mendukung pengobatan pasien Covid mulai dari
produksi, distribusi, penyediaan obat/alkes, pelayanan dan pengkajian resep, monitoring efek obat pelaporan dan
informasi-edukasi. Untuk jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang disediakan disesuaikan dengan standar protokol
terbaru terkait tatalaksana pengobatan pasien COVID, dan juga mempertimbangkan jumlah pemakaian obat dan
alkes.

Tatalaksana Terapi untuk pasien COVID-19 adalah sebagai berikut

1. Pasien Tanpa Gejala

1) Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin
dikonsumsi.
2) Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-inhibitor dan Angiotensin
Receptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
3) Vitamin C, dengan pilihan; a. Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
b. Tablet hisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
c. Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
d. Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink

4) Vitamin D a. Suplemen: 400 IU-1000 IU/ hari


b. Obat: 1000-5000 IU/hari

5) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
6) Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.

2. Pasien Gejala Ringan

1) Vitamin C dengan pilihan: a. Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
b. Tablet hisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
c. Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
d. Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C, B, E, zink

2) Vitamin D a. Suplemen: 400 IU-1000 IU/ hari


b. Obat: 1000-5000 IU/hari

3) Antivirus : - Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/ oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-
4) Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
5) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
6) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

3. Pasien Gejala Sedang


1) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV)
selama perawatan
2) Vitamin D a. Suplemen: 400 IU-1000 IU/ hari
b. Obat: 1000-5000 IU/hari

3) Antivirus

Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/ oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke
2-5)

Atau

Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1 x 100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

4) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP Pengobatan simptomatik (Parasetamol dan lain-lain).
5) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

4. Pasien Gejala Berat

1) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV)
selama perawatan
2) Vitamin B1 1 ampul/24 jam/
26
intravena
3) Vitamin D a. Suplemen: 400 IU-1000 IU/ hari
b. Obat: 1000-5000 IU/hari

4) Antivirus :

Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/ oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke
2-5)

Atau

Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1 x 100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

5) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang setara seperti
metilprednisolon 32 mg, atau hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat
dengan ventilator.
6) Anti interleukin-6 (IL-6) Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat diberikan 1 kali
lagi dosis tambahan apabila gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama. Jarak pemberian
dosis pertama dan kedua minimal 12 jam. Maksimal pemberian 800 mg per dosis.

Tocilizumab dapat diberikan di awal pasien memasuki keadaan COVID-19 berat, yang umumnya terjadi setelah
sakit ≥ 1 minggu, dan jumlah virus mencapai puncaknya, atau dengan kata lain jumlah virus berpotensi tidak
akan bertambah lagi.

7) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada


8) Bila terjadi Sepsis, yang diduga oleh karena ko-infeksi bakteri, maka pemilihan antibiotik disesuaikan dengan
kondisi klinis dan pemeriksaan darah ata kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan.

B. Peran Apoteker dalam 3M

Peran Apoteker dalam menunjang program 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) dapat
dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, memasang poster dan menerapkan protokol kesehatan
dalam pelayanan kefarmasian sehari hari. Poster, leaflet edukasi dapat dipasang di Apotek, di medsos ataupun
dengan cara lainnya.

C. Peran Apoteker dalam Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
dan tidak menjadi sumber penularan. Cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata akan membentuk kekebalan
kelompok (herd immunity) sehingga dapat mencegah penularan maupun keparahan suatu penyakit.

Sejak abad 1800 Apoteker telah berperan penting dalam program vaksinasi dalam hal penyimpanan vaksin di apotek,
pengantaran vaksin ke dokter, menyiapkan pemberian antitoxin, dan distribusi vaksin. Sedangkan pada abad ke 20
apoteker berevolusi memberikan edukasi tentang vaksin dan menjadi promotor pelayanan vaksin. Kondisi saat ini di

SAJIAN UTAMA
Contoh Edukasi Prokes yang dilakukan oleh PD IAI JABAR. 427
beberapa negara telah secara resmi memberikan izin kepada apoteker untuk menyuntikan vaksin, mengelola jadwal
vaksin pasien, dan aktif dalam program edukasi dan kampanye promotif untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.
Keterlibatan apoteker dalam proses pemberian vaksin dan pemberian layanan lain terkait vaksinasi bervariasi secara
global. Di Indonesia, peranan Apoteker dalam vaksinasi mulai dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari produksi, distribusi,
penyimpanan, pemberian vaksin, monitoring pasca vaksinasi, dan juga edukasi ke pada masyarakat tentang
vaksinasi. Peran Apoteker dalam vaksinasi juga disampaikan Oleh Presiden Jokowi. Dalam sambutannya, Presiden
Jokowi mengajak partisipasi seluruh elemen masyarakat mulai dokter, perawat, apoteker, dan profesi lainnya untuk
ambil bagian dalam penanganan pandemi terutama untuk membantu kesuksesan program vaksinasi COVID-19.

Pada pidatonya tanggal 10 September 2021, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan bahwa pemerintah dan seluruh
masyarakat harus mulai bersiap untuk transisi dari pandemi menuju endemi, serta belajar hidup bersama dengan
COVID-19. Presiden juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan,
meskipun COVID-19 telah berubah menjadi endemi. Pemerintah memiliki 3 poin himbauan kepada masyarakat agar
mampu hidup berdampingan dengan COVID-19 serta terhindar dari infeksi virus, sebagai berikut :

1. Tidak melakukan euforia berlebihan hingga lalai dalam menerapkan protokol ksehatan
2. Tetap menggunakan masker dalam menjalani setiap aktivitas dan interaksi.
3. Sesegera mungkin melakukan vaksinasi COVID-19.

Apoteker dapat menjadi partner dan mendampingi masyarakat dalam menerapkan ketiga hal tersebut, dengan terus
melakukan upaya promotif dan preventif, sehingga diharapkan masyarakat tetap dapat hidup produktif, sehat, dan
bebas dari paparan COVID-19, dan pada akhirnya semua aspek kehidupan termasuk roda perekonomian dan
kehidupan sosial budaya dapat berjalan seperti sedia kala

Referensi

1. Strategi Transisi Pandemi menjadi Endemi. https://nasional. tempo.co. Akses 22 September 2021 jam 12.00
WIB
2. WHO apresiasi Penanganan COVID-19 di Indonesia. https:// mediaindonesia.com. Akses 22 September 2021
jam 13.00
3. Revisi Protokol Tatalaksana COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). https://www.papdi.or.id. Akses 22 September 2021 jam 14.00
4. Kontribusi Apoteker dalam Mendukung Vaksinasi Covid-19. https://www.bbkpm-bandung. org. Akses 22
September 2021 jam 20.30
5. https://national.tempo.co.id/ jokowi-ajak-apoteker-ikut-berperan-dalam-program-vaksinasi-covid-19. Akses 22
September jam 21.30

Presiden Jokowi Mengajak Apoteker Berperan dalam Vaksinasi COVID-19 28

Anda mungkin juga menyukai