Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN

PELAYANAN IMUNISASI

UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP


TANJUNGSARI
1 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan
perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran
penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan Imunisasi, penyakit
cacar telah berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun
1974.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Indonesia berkomitmen terhadap mutu pelayanan imunisasi dengan menetapkan
standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi penerima suntikan,
petugas dan lingkungan terkait dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman (waste
disposal management). Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di
seluruh wilayah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang
akan mempermudah terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini
terjadinya peningkatan kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi perlu
didukung oleh upaya surveilans epidemiologi.
Penyelenggaraan imunisasi mengacu kepada kesepakatan-kesepakatan internasional
untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit, antara lain :
2 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

1. WHO melalui WHA tahun 2012 merekomendasikan rencana aksi global tahun 2011
2020 menetapkan cakupan imunisasi nasional minimal 90%, cakupan imunisasi di
Kabupaten/Kota minimal 80%, eradikasi polio tahun 2020, eliminasi campak dan
rubella serta introduksi vaksin baru;
2. Mempertahankan status Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN);
3. Himbauan dari WHO dalam global health sector strategy on viral hepatitis 2030 target
eliminsasi virus hepatitis termasuk hepatitis B;
4. WHO/UNICEF/UNFPA tahun 1999 tentang Joint Statement on the Use of Autodisable
Syringe in Immunization Services;
5. Konvensi Hak Anak: Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1999 tertanggal 25 Agustus 1990, yang berisi
antara lain tentang hak anak untuk memperoleh kesehatan dan kesejahteraan dasar;
6. The Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000 yang meliputi goal 4:
tentang reduce child mortality, goal 5: tentang improve maternal health, goal 6: tentang
combat HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (yang disertai dukungan teknis dari
UNICEF); dan dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2016-
2030.
7. Resolusi Regional Committee, 28 Mei 2012 tentang Eliminasi Campak dan
Pengendalian Rubela, mendesak negara-negara anggota untuk mencapai eliminasi
campak pada tahun 2015 dan melakukan pengendalian penyakit rubella;
8. WHO-UNICEF tahun 2010 tentang Joint Statement on Effective Vaccine Management
Initiative.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
tentunya memegang peran penting agar pelaksanaan imunisasi dapat berjalan baik. Salah
satu pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial adalan Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit (P2P) Imunisasi. Termasuk Puskesmas Tanjungsari, pelayanan
imunisasi telah dilaksanakan sesuai petunjuk dan sasaran. Agar pelayanan imunisasi di
Puskesmas Tanjungsari berjalan baik sesuai standar, maka dibuatlah Pedoman Pelayanan
Imunisasi sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan imunisasi.
3 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai dasar dan acuan dalam penyelenggaraan Pelayanan Imunisasi di Puskesmas
Tanjungsari .
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN;
2. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase minimal 80% bayi
mendapat IDL di suatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan;
3. Tercapainya target imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah 2 tahun (baduta) dan
pada anak usia sekolah dasar serta Wanita Usia Subur (WUS);
4. Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi;
5. Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan bepergian ke daerah
endemis penyakit tertentu;
6. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety injection practise and waste disposal management).

C. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas yang terlibat dalam Pelayanan Imunisasi di
Puskesmas Tanjungsari.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan imunisasi di Puskesams Tanjungsari terdiri dari ;
1. Imunisasi Rutin
2. Imunisasi Tambahan
3. Imunisasi Khusus

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
4 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
3. Auto Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai
untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi.
4. Safety Box adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk menampung sementara limbah
bekas ADS yang telah digunakan dan harus memenuhi persyaratan khusus.
5. Cold Chain adalah sistem pengelolaan vaksin yang dimaksudkan untuk memelihara
dan menjamin mutu vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuat
vaksin sampai pada sasaran.
6. Peralatan Anafilaktik adalah alat kesehatan dan obat untuk penanganan syok
anafilaktik.
7. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian
medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi.
8. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3143);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
5 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 825);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 559);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1676);
6 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia bagi Pelayanan Imunisasi adalah
sebagai berikut :
NO JABATAN KUALIFIKASI FORMAL
1 Koordinator Pelayanan Bidan atau perawat minimal D3 telah pelatihan
2 Pelaksana Dokter (S1 Kedokteran memiliki SIP)
Bidan (D3 Kebidanan memiliki SIPB)
Perawat (D3 Keperawatan memiliki SIP)

Selain data ketenagaan di atas, Pelayanan Imunisasi juga ditunjang oleh tenaga-tenaga
lain, antara lain :
1. Apoteker, yang bertugas mengajukan kebutuhan vaksin bagi pelayanan P2
Imunisasi;
2. Petugas Kesehatan Lingkungan, yang bertugas mengelola limbah medis yang
berkaitan dengan Pelayanan Imunisasi.
3. Petugas Administrasi, yang bertugas melakukan pencatatan sasaran dan pelaporan
Pelayanan Imunisasi
4. Supir ambulan, yang bertugas merujuk pasien bila ditemukan KIPI yang perlu
penanganan lebih lanjut di rumah sakit.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan bagi Pelayanan Imunisasi adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan di puskesmas (1 orang tenaga teknis, 1 orang tenaga pelaksana)
2. Pelayanan di PUSTU (1 orang tenaga pelaksana)
3. Pelayanan di Poskesdes (1 orang tenaga pelaksana)
4. Pelayanan di Posyandu (1 orang tenaga pelaksana dibantu kader Posyandu)
5. Pelayanan di sekolah (1 orang tenaga teknis, 1 orang tenaga pelaksana, 1 orang
tenaga administrasi)
7 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

C. JADWAL KEGIATAN
1. Pelayanan di puskesmas
Setiap hari kerja jam 8.00 – 12.00
2. Pelayanan di Puskesmas Pembantu
Setiap hari kerja jam 8.00 – 12.00
3. Pelayanan di Poskesdes
Setiap hari kerja jam 8.00 – 12.00
4. Pelayanan di Posyandu
Menyesuaikan jadwal pelayanan posyandu
5. Pelayanan di Sekolah
Menyesuaikan jadwal BIAS
8 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. RUANGAN
Ruang Pelayanan Imunisasi berada di lantai 1 gedung Puskesmas Tanjungsari,
berada di dekat unit farmasi dan ruang pelayanan rawat jalan umum.
Namun untuk pelayanan imunisasi dilakukan di ruang rawat jalan kesehatan
anak dan imunisasi yang berada di lantai 1 menyatu dengan ruang rawat jalan ibu dan
anak. Sementara ruang imunisasi digunakan untuk penyimpanan refrigerator, chold
chain dan sarana prasarana penunjang pelayanan imunisasi, dan terletak di lantai 1
gedung Puskesmas Tanjungsari berdekatan dengan ruang farmasi.

Denah Ruang Pelayanan Imunisasi

2 4

3 5

Keterangan :
1. Ruang tunggu pasien
2. Ruang pemeriksaan rawat jalan anak dan imunisasi
3. Ruang piket tenaga Kesehatan
4. Ruang pemeriksaan rawat jalan ibu dan KB
5. Ruang pemeriksaan rawat jalan ibu dan KB
6. Ruang ramah anak
9 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

B. STANDAR FASILITAS
Sesuai standar pelayanan imunisasi yang tertuang dalam Permenkes Nomor 43
Tahun 2019 tentang Puskesmas, maka sarana dan prasarana Pelayanan imunisasi terdiri
dari :
1. KIT imunisasi, terdiri dari :
▪ Pinset
▪ Vaksin Cariier
▪ Lemari es biasa
▪ Lemari es vaksin
▪ Termometer muller
▪ Freeze tag
2. Peralatan surveilans
▪ Komputer
▪ Printer
3. Meubelair
▪ Meja kerja
▪ Kursi kerja
▪ Kursi pasien
▪ Lemari
4. Penunjang
▪ Tempat sampah medis
▪ Tempat sampah non medis
5. Bahan Habis Pakai
▪ ADS 0,05ml, 0,5ml, dan 5ml
▪ Kapas
▪ Vaksin
▪ Safety box
10 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Yang menjadi lingkup kegiatan Pelayanan P2 Imunisasi antara lain :
1. Imunisasi rutin, yang terdiri dari :
a. Imunisasi dasar
b. Imunisasi lanjutan
2. Imunisasi tambahan

B. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan
secara benar dan tepat. Ketidak tepatan dalam perencanaan akan mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan program. Kegiatan perencanaan meliputi :
a. Penetapan sasaran
1) Sasaran imunisasi rutin, antara lain :
▪ Bayi pada imunisasi dasar
▪ Anak di bawah 2 tahun (baduta) pada imunisasi lanjutan
▪ Anak sekolah dasar pada imunisasi lanjutan
▪ Wanita Usia Subur (WUS) pada imunisasi lanjutan
2) Sasaran imunisasi tambahan, yaitu kelompok risiko (golongan umur) yang
paling berisiko terkena kasus
b. Perencanaan kebutuhan logistik
Logistik Imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe dan safety box.
Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara bersamaan dalam jumlah
yang berimbang (system bundling).
1) Perencanaan vaksin
Dalam menghitung jumlah kebutuhan vaksin, harus diperhatikan beberapa
hal, yaitu jumlah sasaran, jumlah pemberian, target cakupan 100% dan
indeks pemakaian vaksin dengan memperhitungkan sisa vaksin (stok)
sebelumnya.
11 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

Kebutuhan = Jumlah sasaran x Jumlah pemberian x 100%


IP vaksin

Indek Pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata–rata setiap kemasan


vaksin. Cara menghitung IP adalah dengan membagi jumlah cakupan dengan
jumlah vaksin yang dipakai.

IP vaksin = Jumlah cakupan


Jumlah vaksin yang dipakai

2) Perencanaan Auto Disable Syringe


Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian Imunisasi adalah alat
suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian (Auto
Disable Syringe/ADS).
Ukuran ADS dan penggunannya
No Ukuran ADS Penggunaan
1 0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
2 0,5 ml Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib,
Campak, DT, Td, dan IPV
3 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan Campak

3) Perencanaan Safety Box


Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan
imunisasi sebelum dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu
menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100
alat suntik bekas. Limbah Imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh
dimasukkan ke dalam safety box. Berdasarkan sistem bundling maka
penyediaan safety box mengikuti jumlah ADS. Safety box yang sudah berisi
alat suntik bekas tidak boleh disimpan lebih dari 2 x 24 jam.
4) Perencanaan kebutuhan cold chain
Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus
disimpan pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin sensitif beku
atau pada suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas). Untuk
puskesmas sendiri menggunakan refrigerator sebagai alat penyimpan
vaksin.
Jenis standar minimal peralatan Imunisasi tediri dari :
12 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

• Voltage stabilizer
• Indikator pembekuan dan pemantau suhu panas
• Alat pencatat suhu kontinyu
• Termometer
• ADS (Auto Dysable Syringe)
• Safety Box
• Komputer
• Tabung pemadam kebakaran
• Tool kits
c. Perencanaan pendanaan
Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah dan sumber
pembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk Puskesmas Tanjungsari sendiri, pengadaan vaksin berasal dari
alokasi Dinas Kesehatan Kabupaten, sementara anggaran operasional
pelaksanaan imunisasi, seperti transport petugas, biaya pertemuan dianggarkan
melalui Dana Alokasi Khusus non Fisik atau BOK.

2. Penyediaan dan Distribusi Logistik


a. Penyediaan Logistik
Penyediaan logistik merupakan tanggungjawab pemerintah. Baik vaksin, ADS,
safety box, dan cold chain sudah disediakan oleh pemerintah melalui Dinas
Kesehatan, sehingga puskesmas menghitung kebutuhan logistik yang
diperlukan dan mengajukannya ke Dinas Kesehatan.
b. Pendistribusian
Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat pelayanan,
harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan
kekebalan yang optimal kepada sasaran.
Untuk pendistribusian logistik dari Dinas Kesehatan melalui mekanisme :
1) Dilakukan dengan cara diantar oleh Dinas Kesehatan mealui unit Farmasi.
2) Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan
mempertimbangkan stok maksimum dan daya tampung penyimpanan
vaksin (tercantum dalam formulir 23 dan formulir 24 terlampir).
3) Menggunakan cold box atau vaccine carrier yang disertai dengan cool pack.
13 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

4) Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar


(SBBK) (tercantum dalam formulir 21 dan formulir 22 terlampir) dan
Vaccine Arrival Report (VAR) (tercantum dalam formulir 21 dan formulir
22 terlampir).
5) Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan indikator
pembekuan.
Sementara untuk pendistribusian dari puskesmas ke tempat pelayanan imunisasi
melalui mekanisme :
1) Vaksin dibawa dengan menggunakan vaccine carrier yang diisi coolpack
dengan jumlah yang sesuai ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di
wilayah kerja puskesmas,
2) Dilakukan dengan cara diantar oleh puskesmas atau diambil oleh petugas
yang akan melaksanakan pelayanan imunisasi.

3. Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik


Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu
yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine refrigerator
b. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu ruangan,
terlindung dari sinar matahari langsung.
Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara
berurutan adalah :
a. Keterpaparan terhadap panas
Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan
dengan perubahan kondisi Vaccine Vial Monitor (VVM) A ke kondisi B) harus
digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih lebih
panjang.
b. Masa kadaluwarsa vaksin
Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang
lebih pendek masa kadaluwarsanya (Early Expire First Out/EEFO).
14 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

c. Waktu pendistribusian dan penerimaan


Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu.Hal
ini dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang diterima lebih awal
mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek.
d. Ketentuan pemakaian sisa vaksin
Vaksin sisa pada pelayanan statis bisa digunakan pada pelayanan hari
berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
1) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
2) VVM dalam kondisi A atau B
3) Belum kadaluwarsa
4) Tidak terendam air selama penyimpanan
5) Belum melampaui masa pemakaian.
Masa Pemakaian Sisa Vaksin
Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
Polio 2 minggu Cantumkan tanggal
IPV 4 minggu pertama kali vaksin
DT 4 minggu digunakan
Td 4 minggu
DPT-HB-Hib 4 minggu
BCG 3 jam Cantumkan waktu
Campak 6 jam vaksin dilarutkan

4. Penyediaan Tenaga Pelaksana Imunisasi


Untuk terselenggaranya pelayanan Imunisasi dan surveilans KIPI, maka setiap unit
pelayanan harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai dengan standar,
yaitu memenuhi persyaratan kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan
kompetensi.
a. Jenis dan jumlah ketenagaan
Agar puskesmas dapat melaksanakan pelayanan imunisasi sesuai standar, maka
dibuthkan tenaga-tenaga antara lain :
1) Untuk puskesmas induk dibutuhkan pengelola pelayanan imunisasi dan
KIPI, pengelola logistik imunisasi, dan pelaksana imunisasi
2) Untuk Puskesmas Pembantu dibutuhkan pelaksana imunisasi, dilaksanakan
oleh perawat atau bidan yang terlatih
15 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

3) Poskesdes dibutuhkan pelaksana imunisasi, dilaksanakan oleh bidan desa


Pengelola program imunisasi bertugas merencanakan, melaksanakan,
melakukan monitoring evaluasi program Imunisasi dan monitoring KIPI serta
pencatatan pelaporan. Pengelola logistik imunisasi bertugas untuk menyimpan,
mengelola, mendistribusikan, memelihara dan melaporkan vaksin, alat suntik,
dan peralatan cold chain serta logistik lainnya yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan Imunisasi.
b. Peningkatan kapasitas petugas
Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan petugas
dalam memberikan pelayanan imunisasi di puskesams yaitu dengan upaya
peningkatan kompetensi bagi petugas. Upaya peningkatan kompetensi petugas
dapat dilaksanakan di puskesmas maupun oleh Dinas Kesehatan.

5. Pelaksanaan Pelayanan
Imunisasi Program dapat dilaksanakan secara perorangan atau massal dengan tetap
mengacu pada prinsip dan aturan pelaksanaan.
Berdasarkan tempat pelayanan, Imunisasi Program dibagi menjadi:
a. Pelayanan imunisasi di dalam gedung
Pelayanan imunisasi di Puskesmas Tanjungsari dilaksanakan setiap hari kerja,
mulai pukul 8.00 – 12.00. Adapun tempat pelaksanaan imunsiasi pada ruang
pelayanan rawat jalan kesehatan anak dan imunisasi yang berada di lantai dasar.
Alur pelayanan imunisasi di puskesmas adalah sebagai berikut :

Pasien datang

Pemeriksaan fisik

Informed Consent

Pemberian imunisasi

Monitoring KIPI 30 menit

Pasien pulang
16 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

b. Pelayanan imunisasi di luar Gedung


Pelayanan Imunisasi di luar gedung yang dimaksud adalah di posyandu,
pos pelayanan imunisasi, di sekolah, atau kunjungan rumah. Dalam pemberian
Imunisasi, harus diperhatikan kualitas vaksin, pemakaian alat suntik, dan hal–
hal penting saat pemberian imunisasi (dosis, cara dan tempat pemberian,
interval pemberian, tindakan antiseptik dan kontra indikasi).
Sebelum melaksanakan pelayanan imunisasi di luar gedung petugas
perlu melakukan koordinasi dengan aparat desa. Informasi pelayanan dilakukan
selambat-lambatnya 3 hari sebelum pelaksanaan. Selain itu petugas perlu
memastikan kesiapan tempat pelaksanaan, petugas pelaksana, distribusi dan
keamanan vaksin serta kepastian sasaran yang akan diimunisasi. Petugas dapat
melibatkan masyarakat atau kader kesehatan untuk membantu pelaksanaan
imunisasi, namun yang memberikan imunisasi harus petugas kesehatan yang
sudah terlatih.

Baik pelaksanaan di dalam maupun di luar gedung, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan imunisasi adalah :
a. Kualitas vaksin
Seluruh Vaksin yang akan digunakan dalam pelayanan imunisasi harus sudah
memenuhi standard WHO serta memiliki Certificate of Release (CoR) yang
dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan kualitas dan keamanan vaksin adalah:
1) Vaksin belum kadaluwarsa
Secara umum vaksin dapat digunakan sampai dengan akhir bulan masa
kadaluwarsa vaksin.
2) Vaksin sensitif beku belum pernah mengalami pembekuan.
Apabila terdapat kecurigaan vaksin sensitif beku pernah mengalami
pembekuan, maka harus dilakukan uji kocok (shake test) terhadap vaksin
tersebut. Sebagai pembanding digunakan jenis dan nomor batch vaksin yang
sama
3) Vaksin belum terpapar suhu panas yang berlebihan.
Dalam setiap kemasan vaksin telah dilengkapi dengan alat pemantau
paparan suhu panas yang disebut Vaccine Vial Monitor (VVM).
17 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

4) Vaksin belum melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin yang


telah dibuka.
Vaksin yang telah dipakai pada tempat pelayanan statis
bisa digunakan lagi pada pelayanan berikutnya, sedangkan sisa pelayanan
dinamis harus dibuang.
b. Pemakaian alat suntik
Untuk menghindarkan terjadinya penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh
penggunaan berulang alat suntik bekas, maka setiap pelayanan Imunisasi harus
menggunakan alat suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali
pemakaian (Auto Disable Syringe/ADS), baik untuk penyuntikan maupun
pencampuran vaksin dengan pelarut.
c. Dosis, cara pemberian, dan tempat pemberian imunisasi
Jenis vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
IPV 0,5 ml Intra Muskuler Paha kiri
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi,
Lengan kanan untuk batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

d. Interval pemberian
Jarak minimal antar dua pemberian antigen yang sama adalah satu bulan. Tidak
ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.
e. Tindakan antiseptik
Setiap petugas yang akan melakukan pemberian imunisasi harus mencuci
tangan dengan sabun terlebih dahulu. Untuk tempat suntikan dilakukan tindakan
aseptik sesuai aturan yang berlaku.
f. Kontraindikasi
Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu sehat
kecuali untuk kelompok risiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat
petunjuk dari produsen yang mencantumkan indikasi kontra serta
perhatian khusus terhadap vaksin.
18 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

6. Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin juga
meningkat dan sebagai akibatnya kejadian berupa reaksi simpang yang diduga
berhubungan dengan imunisasi juga meningkat.
Beberapa ketentuan dalam penanganan KIPI adalah:
a. Setiap KIPI yang dilaporkan oleh petugas maupun oleh masyarakat harus
dilacak, dicatat, dan ditanggapi oleh pelaksana imunisasi;
b. KIPI harus dilaporkan oleh pelaksana imunisasi ke tingkat administrasi yang
lebih tinggi;
c. Untuk setiap KIPI, masyarakat berhak untuk mendapatkan penjelasan resmi atas
hasil analisis resmi yang dilakukan Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI;
d. Hasil kajian KIPI oleh Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI dipergunakan
untuk perbaikan imunisasi; dan
e. Pemerintah dan pemerintah daerah turut bertanggung jawab dalam
penanggulangan KIPI di daerahnya atau sistem penganggaran lainnya.
Bila ditemukan KIPI pada saat pelaksanaan imunisasi maka petugas wajib
melakukan penanganan sesuai kompetensinya, bila diperlukan maka petugas
meminta arahan dan petunjuk dokter puskesmas. Apabila KIPI tidak dapat ditangani
di tempat pelaksanaan imunsiasi yang dilaksanakan di luar gedung, maka pasien
dirujuk ke puskesmas. Dan apabila memerlukan penanganan yang lebih adekut,
maka puskesmas wajib merujuk pasien ke rumah sakit setelah sebelumnya
berkoordinasi dengan pihak rumah sakit.
7. Pengelolaan Limbah
Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh
kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan penyakit
kepada petugas dan masyarakat sekitar akibat limbah.
Limbah dari penyelenggaraan imunisasi diluar gedung harus dibawa kembali ke
puskesmas untuk kemudian dimusnakan bersama dengan limbah Imunisasi yang
dilaksanakan didalam gedung.
Adapun jenis limbah pelaksanaan imunisasi beserta pengelolaannya adalah sebagai
berikut :
a. Limbah infeksius
Limbah Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan
setelah pelayanan imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit
19 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

kepada orang lain. Yang termasuk limbah infeksius adalah alat suntik yang telah
dipakai serta limbah farmasi (sisa vaksin dalam botol, kapas pembersih/usap,
vaksin dalam botol atau ampul yang telah rusak karean pengaruh panas atau
kadaluwarsa).
Untuk pengelolaan limbah infeksiu ini puskesmas menjalin Kerjasama
dengan pihak ketiga yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengelolaan limbah medis. Limbah infeksius yang telah digunakan ditampung
dalam safety box yang sudah disiapkan dan disimpan di tempat yang aman, dan
secara berkala limbah-limbah infeksius tersebut akan diambil oleh pihak ketiga.
b. Limbah non infeksius
Limbah non Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang
ditimbulkan setelah pelayanan Imunisasi yang tidak berpotensi menularkan
penyakit kepada orang lain, misalnya kertas pembungkus alat suntik serta
kardus pembungkus vaksin.
Pengelolaan limbah non infeksius dilakukan oleh petugas Kesehatan
Lingkungan puskesmas.

8. Pemantauan dan Evaluasi


a. Pemantauan
Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah pemantauan.
Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing- masing kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Ada beberapa alat pemantauan yang dimiliki:
1) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
2) Data Quality Self Assesment (DQS)
3) Effective Vaccine Management (EVM)
4) Supervisi suportif Surveilans KIPI
5) Recording and Reporting (RR)
6) Stock Management System (SMS)
7) Cold Chain Equipment System (CCES)
8) Survey cakupan imunisasi
b. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila
dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Beberapa macam kegiatan
20 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

evaluasi dilakukan secara berkala dalam Imunisasi. Berdasarkan sumber data,


ada dua macam evaluasi:
1) Evaluasi dengan data sekunder
Dari angka-angka yang dikumpulkan oleh puskesmas selain dilaporkan
perlu dianalisis. Bila cara menganalisisnya baik dan teratur, akan
memberikan banyak informasi penting yang dapat menentukan
kebijaksanaan program.
Yang termasuk evaluasi dengan data sekunder adalah :
a) Stok vaksin
b) Indeks Pemakaian Vaksin
c) Suhu Vaccine Refrigerator
d) Cakupan imunisasi
2) Evaluasi dengan data primer
Yang termasuk evaluasi dengan data primer adalah :
a) Survei Cakupan (Coverage Survey)
b) Survei Dampak
c) Uji Potensi Vaksin
21 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB V
LOGISTIK

Logistik dalam pelayanan imunisasi meliputi :


A. Vaksin
No Nama Vaksin Satuan Jenis Vaksin
1 Vaksin BCG Strain Danish 1331 Vial Vaksin BCG
2 Vaksin Pentabio Vial Vaksin DPT-HB-Hib
3 Vaksin jerap tetanus Vial Vaksin Tetanus Toxoid
4 Vaksin jerap DT Vial Vaksin Difteri Tetanus
5 Vaksin oral Polio Vaccine (BOPV) Vial Vaksin Polio
6 Measles Vaccine Dilvent Vial Vaksin Campak kering
7 Vaksin Hepatitis B PID Vial Vaksin Hepatitis B

B. Bahan Habis Pakai


No Nama Barang Satuan
1 Pelarut vaksin campak Vial
2 Pelarut vaksin BCG Vial
3 Drooper Biji
4 Kapas Biji
5 ADS Dos
6 Safety Box Biji

Kebutuhan pelayanan imunisasi Sebagian besar dibiayai melalui APBN. Vaksin,


refrigerator, safety box, ADS disiapkan oleh Dinas Kesehatan, sehingga puskesmas
membuat perencanaan kebutuhan dan mengajukan kepada Dinas Kesehatan.
Kebutuhan anggaran dan pelaksanaan kegiatan pelayanan imunisasi direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program maupun lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan dengan metode pembinaan pelayanan imunisasi yang akan
dilaksanakan.
Pendanaan pembiayaan imunisasi menurut Permenkes Nomor 82 Tahun 2014
dapat berasal dari Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
22 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota, swasta atau
Lembaga donor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sumber pendanaan lain untuk kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan dapat
berasal dari Dana Alokasi Khusus non fisik (BOK), Pagi Indikator Kewilayahan (PIK),
maupun Anggaran Desa
23 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesment risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu Tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil

B. TUJUAN
1. Tercipatnya budaya keselamatan pasien din puskesmas
2. Meningakatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
24 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

3. Karena “peringanan”
Kesalahan Medis
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

C. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada pasien
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan”
25 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan kerja (occupational heath) merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor
potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat kerja).
Seperti halnya masalah kesehatan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, karena selain dapat menimbulkan gangguan
produktifitas, Kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya.
Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di
lingkungan. Melalui upaya kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing
dapat dicegah adanya penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat
aktivitas terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan puskesmas maupun di
masyarakat luas.
Adapun kesehatan kerja bertujuan :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun
kesehatan sosial;
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya;
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan Kesehatan;
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya. Kesehatan kerja mempengaruhi
manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya keselamatan kerja pelayanan
imunisasi di Puskesmas Tanjungsari antara lain :
1. Memelihara peralatan kerja
Puskesmas perlu selalu memelihara kondisi peralatan agar selalu dalam kondisi
yang baik. Karena apabila ada yang salah dalam peralatan-peralatan kerja, dapat
berdampak buruk terhadap karyawan.
26 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

2. Melakukan pengontrolan terhadap peralatan-peralatan kerja secara berkala


Hal ini berguna untuk mengetahui mana peralatan-peralatan yang mengalami
kerusakan agar dapat diperbaiki dan tidak memberikan bahaya apabila digunakan.
3. Mempekerjakan petugas kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
puskesmas. Kebersihan puskesmas tentunya menjadi tanggungjawab semua
karyawan puskesmas, karena lingkungan kerja yang tidak sehat dapat menimbulkan
penyakit.
4. Menyediakan fasilitas yang memadai
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud adalah ruangan kerja yang nyaman, toilet atau
kamar mandi dengan air yang bersih dan mengalir, tempat sampah, mushola, dan
fasilitas lain yang memberi kenyamanan dan keamanan karyawan.
5. Perencanaan program K3 yang terkoordinasi
Perencanaan K3 harus terkoordinasi di seluruh bagian-bagian puskesmas sehingga
penerapan K3 dapat terlaksana dengan baik
6. Menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri sesuai standar
Dalam melaksanakan tugasnya, diwajibkan menggunakan alat pelindung diri sesuai
standar agar terhindar dari kemungkinan terpapar penyakit baik dari pasien maupun
lingkungan. Puskesmas wajib menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yan
dibutuhkan oleh karyawan.
7. Melakukan penilaian dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan kerja
Apabila ada yang mengalami kecelakaan, tentu puskesmas harus menindak lanjuti
mengenai hal tersebut. baik dari segi tanggungjawab terhadap karyawan tersebut,
juga menelusuri yang menjadi penyebab kecelakaan terjadi agar kasus tersebut
tidak terulang kembali.
27 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan senantiasa dievaluasi


secara berkala berdasarkan indikator kinerja puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. Adapun yang menjadi indikator kinerja pelayanan imunisasi di Puskesmas
Tanjungsari adalah sebagai berikut :

NO INDIKATOR KINERJA PERHITUNGAN TARGET


1 Cakuopan Imunisasi Dasar Jumlah bayi 0-11 bulan
Lengkap (IDL) yang mendapat IDL x 100%
100%
Jumlah estimasi bayi
0-11 bilan
2 Tercapainya UCI desa Jumlah desa mencapai UCI x 100%
80
Jumlah desa
3 Cakupan BIAS Jumlah sasaran BIAS
mendapat imunisasi x 100% 100%
Jumlah target sasaran BIAS

Kinerja pelayanan imunisasi dinilai secara berkala setiap 6 bulan sekali untuk
memantau keberhasilan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
imunisasi.
28 Pedoman Pelayanan Imunisasi Puskesmas Tanjungsari

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Imunisasi ini sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan
lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi dengan tetap memperhatikan
prinsip proses pembelajaran dan manfaat. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara
puskesmas dan lintas sektor dalam kegiatan pelayanan imunisasi karena imunisasi
merupakan hal penting dalam upaya kesehatan, khususnya yang bersifat preventif
sehingga penyakit-penyakit yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
Keberhasilan kegiatan pelayanan imunisasi tergantung pada komitmen yang
kuat dari pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
mengendalikan faktor-faktor resiko, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
penyakit yang berbasis infeksi.
Pedoman pelayanan imunisasi ini juga tentunya akan terus dievaluasi sesuai
dengan perkembangan, sehingga pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanjungsari
kedepan dapat terus ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai