Anda di halaman 1dari 13

PAPPER

HERBAL MEDIKA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Herbal Medika
Dosen Pengampu : Anni Suciawati, S.SiT.,S.H.,M.Kes.,M.H. dan Putri Azzahroh,
S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :

Intan Nur Sholikah (215401446121)

Jurusan Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nasional

Tahun 2022
A. JAMU
JAMU TRADISIONAL PENINGKAT IMUNITAS DI MASA PANDEMI
Jamu (Empirical based herbal medicine) Jamu adalah obat tradisional yang
disiapkan dan disediakan secara tradisional. Berisi seluruh bahantanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan
secara tradisional berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara
turun-temurun selama berpuluhpuluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun.
Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan
leluhur atau pengalaman leluhur.
Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah
banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai
dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman
turun temurun. Berdasarkan keputusan BPOM obat tradsional yang
didaftarkan sebagai jamu harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris;
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
d. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium;
e. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: “…Secara
tradisional digunakan untuk …”, atau sesuai dengan yang disetujui pada
pendaftaran.

1. PENDAHULUAN
Dunia sudah satu tahun ini tengah mengalami musibah pandemi secara
serentak dengan wabah virus yang dikenal dengan COVID 19 melanda
mayoritas nergara-negara. Pandemi ini bermula sejak akhir bulan
November tahun 2019 yang mula-mula berkembang di Negara Cina.
Akibat dari proses penularan penyakit ini melalui drop plat
perkembangannya sangat cepat dalam waktu singkat sudah menjalar ke
berbagai negara. Indonesia juga tidak bisa mengindar dari penyebaran
wabah virus tersebut sejak awal tahun 2020.
Berbagai upaya pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan bagaimana
supaya penyebaran virus tersebut bisa diputus atau dihentikan supaya tidak
menyerang ke berbagai wilayah. Namun apadaya dengan berbagai
kebijakan pembatasan kegiatan sosial di masyarakat tetap juga tidak bisa
menghambat lajut penyebaran virus tersebut karena belum terbiasanya
masyarakat dalam kegiatan tanpa mobilitas. Selain itu juga diterapkan
dengan adanya operi yustisi bagi para pengendara yang sedang perjalanan
tanpa menggunkan pelindung diri masker.
Pemerintah juga menganjurkan kepada masyarakat selalu menjaga
kesahatan diri dengan selalui menjaga pola makan yang bergizi serta
memberi asupan vitamin untuk menjaga imunitas tubuh tetap terjaga. UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai salah satu kampus negeri ikut
berupaya untuk memberi edukasi kepada masyarakat tentang betapa
pentingnya menjaga Kesehatan pada masa pandemi. Melauli kegiatan
Kuliah Kerja Mahasiswa dari rumah (KKM DR) para mahasiswa sebagai
kepanjangan tangan dari program kampus ikut memberi pemahaman di
daerah masing-masing supaya penyebaran virus ini bisa sedikit dihentikan.
Banyak program yang dirancang oleh para mahasiswa untuk
menyukseskan program dari pemerintah agar selalu menerapkan protocol
Kesehatan dengan kegiatan 3 M ( memakai masker, menghindari
kerumunan, mencuci tangan)
Sebagian dari mahasiswa dari fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
yang melakukan kegiatan KKM DR di desa Dompak Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau. Mahasiswa tersebut
merancang program kegiatan berfokus pada bagaimana dalam menjaga
Kesehatan yakni upaya menjaga imun tubuh, bermunculan ide-ide kreatif
dan berinovasi membuat minuman yang bersumber dari tanaman khas
Indonesia. Tanaman tersebut dikalangan masyarkat lebih dikenal dengan
tanaman rempah-rempah yang sudah sangat terkenal khasiatnya
2. METODE PENELITIAN
Metode kegiatan pengabdian ini adalah a) Ceramah dan diskusi diseminasi
hasil riset, b) sosialisasi pentingnya menjalankan protocol kesehatan dan c)
pendampingan pembuatan jamu.
Kegiatan ini dilakuakan dalam waktu 1 bulan ( 20 Desember 2020 – 21
Januari 2021). Penyampaian materi kegiatan pengabdian masyarakat akan
dilaksanakan dengan metode ceramah, kemudian dilakukan diskusi (Tanya
jawab) yang akan memberikan kesempatan pemahaman materi kepada
peserta dalam melakukan proses atau menyampaikan permasalahan serta
gagasan yang terkait dengan cara pemanfaatan tanaman herbal.
Penerapan hasil KKM yang akan disampaikan pada kegiatan pengabdian
masyarakat dalam ceramah dan diskusi meliputi:
(1) Pentingnya tertib protocol kesehatan
(2) Menciptakan perekonomian diri tetap berjalan
(3) Teknik pembuatan jamu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
KKM merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Mahasiswa. Diera pandemi
corona ini KKM UIN Malang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Untuk meminimalisirkan tingginya grafik corona Universitas Islam
Maulana Malik Ibrahim Malang membuat keputusan KKM dilakukan
didaerah rumah masing-masing dengan tetap mematuhi protokol kesehatan
sesuai anjuran pemerintah dan berganti nama menjadi KKM-DR (Kuliah
Kerja Mahasiswa Dari Rumah). KKM-DR (Kuliah Kerja Mahasiswa Dari
Rumah) UIN Malang dilakukan pada tanggal 21 Desember 2020 – 21
Januari 2021. Saya melaksanakan KKM-DR UIN Malang di Kelurahan
Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, Provinsi
Kepulauan Riau dengan membentuk kelompok kecil yang berjumlah 5
orang. Pulau Dompak merupakan pusat pemerintahan Provinsi Kepulauan
Riau. Kelurahan Dompak terletak 20 km dari pusat pemerintahan Kota
Tanjungpinang dan 10 km dari Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sebelah
utara Kelurahan Dompak berbatasan dengan Kelurahan Batu 9 dan
Kelurahan Sungai Jang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Gunung Lengkuas (Kabupaten Bintan), sebelah selatan berbatasan dengan
laut dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sungai Jang dan Laut.
Pada hari Senin tanggal 21 Desember 2020, kami mengajukan perizinan
kepada ketua lurah Kelurahan Dompak untuk mengadakan KKM-DR.
Saya diberi izin melakukan KKM-DR dan disarankan untuk melaksanakan
kegiatan di daerah RT 001 RW 001 Kelurahan Dompak. Kemudian di hari
berikutnya kami berkoordinasi dengan ketua RT 001 dan ketua RW 001
untuk mengadakan KKM-DR di daerah tersebut dan telah di berikan izin.
Keesokan harinya melakukan survey lokasi yang akan digunakan untuk
KKM-DR. Daerah RT 001 merupakan daerah wisata yang disebut pantai
siambang. Pada hari Kamis tanggal 24 Desember 2021 kami melakukan
perizinan tempat pembukaan KKM dan mendapatkan izin di Sekolah
Dasar Negeri 010Bukit Bestari. Pada hari Jumat tanggal 25 Desember
2020, pembukaan KKM-DR dilakukan pada jam 14.00 dan KKM-DR 21
secara resmi dibuka langsung oleh ketua lurah Kelurahan Dompak.
Program kerja kami ada 7 yaitu Pembuatan Poster Edukasi Covid-19 serta
Penyebaran Dan Penjelasan Terkait Poster tersebut, Mengajar Anak-Anak
TPQ dikarenakan Universitas kita merupakan perguruan tinggi islam
negeri kami membuat program ini untuk menerapkan apa yang kami
pelajari di ma’had walaupun masih dalam tahap belajar. Program
selanjutnya yaitu Pembagian Dan Penjelasan Terkait Cara Penggunaan
Handsanitizer dan Masker, Pembuatan dan Pembagian Jamu Tradisional
serta Brosur Cara Pembuatan Jamu, Pembuatan Video Cara Mencuci
Tangan dan di unggah di akun youtube, Pembuatan Tong Sampah dan
Pembuatan drum Handsanitizer yang akan diserahkan ke Kecamatan Bukit
Bestari.
Program kerja unggulan kami yaitu pembuatan dan pembagian jamu
tradisional serta brosur cara pembuatan jamu tersebut. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Januari 2021. Kami membuat
program kerja ini dikarenakan 5 mahasiswa yang KKM didaerah tersebut
merupakan mahasiwa Farmasi (Kesehatan) dan juga melihat hasil alam
yang kaya akan tumbuh-tumbuhan berkhasiat didaerah tersebut sehingga
kami tertarik untuk membuat jamu dan juga masyarakat yang mulai
meninggalkan kebiasaan baik membuat jamu untuk menjaga
kesehatannya. Program kerja ini sejalan dengan jurusan kami yaitu farmasi
sehingga kami bisa menggunakan ilmu kami untuk membuat jamu
walaupun masih dalam tahap belajar.
Di masa pandemi covid-19 saat ini, semua orang sangat memperhatikan
tentang kesehatannya. Semua orang berusaha semaksimal mungkin untuk
terhindar dari penularan virus corona ini. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk menghindari diri dari tertularnya virus ini. Beberapa cara yang bisa
dilakukan diantaranya adalah tidak keluar rumah jika tidak terlalu penting,
selalu menerapkan 3M yaitu menjaga jarak minimal 1,5 meter, memakai
masker dan mencuci tangan. Cara lain yang bisa dilakukan agar terhindar
dari virus corona adalah dengan meningkatkan imunitas tubuh yaitu
dengan mengonsumsi buah dan sayur sesering mungkin, mengonsumsi
vitamin dan juga mengonsumsi jamu tradisional yang biasanya terbuat dari
bahan-bahan herbal yang kaya akan khasiat.
Jamu tradisional sangat sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
sebagai minuman herbal yang terbuat dari bahan bahan alam yang mudah
didapatkan. Sudah sejak dahulu masyarakat Indonesia sering
mengonsumsi jamu. Biasanya untuk menentukan bahan apa yang akan
digunakan masyarakat menggunakan resep turun temurun. Jamu dipercaya
memiliki khasiat-khasiat yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan
melindungi diri dari penyakit sehingga bisa digunakan sebagai penjaga
imunitas tubuh, bahkan alternatif pengobatan. Manfaat jamu bagi tubuh
sangat banyak sesuai dengan kandungan bahan yang digunakan.
Program kerja unggulan kami adalah pembuatan dan pembagian jamu
tradisional serta brosur cara pembuatan jamu. Kami membuat jamu dengan
bahan jahe merah, kunyit, air, asam jawa dan gula merah. Bahan-bahan
tersebut sangat mudah dicari di daerah Kelurahan Dompak sehingga kami
menggunakan bahan tersebut untuk membuat jamu. Kunyit mempunyai
beberapa manfaat yang sangat baik untuk tubuh. Beberapa manfaatnya
yaitu mampu meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati radang,
mengurangi rasa mual, mengatasi perut yang kembung, mengurangi nyeri
saat haid, obat alergi, menangkal bakteri jahat, penawar racun, mengobati
maag, menstabilkan kadar gula darah, meredakan peradangan usus,
melawan infeksi, membantu menurunkan berat badan merawat hati dan
masih banyak manfaat kunyit yang lainnya.
Jahe merah juga mempunyai berbagai macam manfaat yang sangat baik
bagi tubuh. Beberapa manfaatnya yaitu mampu meredakan mual,
mengurangi peradangan, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi
nyeri otot, mengatasi gangguan pencernaan, mencegah tanda penuaan,
meningkatkan kesuburan, mengurangi nyeri haid, melancarkan peredaran
darah, mengobati migrain, mengobati perut kembung mengobati sakit gigi
dan masih banyak manfaat jahe merah yang lainnya.
Cara pembuatan jamu tersebut yang pertama siapkan semua bahan yang
dibutuhkan. Kemudian cuci bersih kunyit dan jahe dari tanah yang masih
menempel agar hasil yang didapatkan nantinya tidak ada kotoran yang
masuk. Selanjutnya kupas kulit kunyit dan jahe hingga bersih. Seteleah
semua jahe dan kunyit bersih dari kulitnya masukkan ke dalam blender
dan haluskan dengan sedikit air. Pisahkan ampas dan air hasil saringan.
Selanjutnya rebus air hingga mendidih. Masukkan air hasil saringan ke
dalam air yang sudah mendidih. Lalu tambahkan gula merah dan perasan
asam jawa secukupnya. Penambahan gula merah dan perasan asam jawa
bisa disesuaikan dengan keinginan, apabila ingin lebih manis maka gula
merah bisa di perbanyak begitupun dengan asam jawa. Kemudian diaduk
dan di tunggu hingga jamu mendidih. Matikan kompor dan biarkan jamu
hingga dingin. Setelah dingin saring lagi jamu ke dalam wadah. Terakhir
masukkan jamu ke dalam gelas yang ada tutupnya dan siap di bagikan ke
masyarakat Kelurahan Dompak.
Kami membagikan jamu kepada masyarakat dengan cara mengunjungi ke
rumah-rumah warga. Masyarakat menyambut baik kegiatan ini. Kami
menjelaskan bagaimana cara membuat jamu, bahan bahan yang digunakan
dan manfaat mengonsumsi jamu. Masyarakat juga bisa membaca tentang
bagaimana cara membuat jamu tradisional yang kami buat di brosur yang
diberikan. Rumah yang kami kunjungi pada hari itu berjumlah lebih
kurang 30 rumah. Dengan adanya program kerja ini kami mengharapkan
agar masyarakat mau membuat jamu untuk menjaga kesehatan terutama
menjaga imunitas tubuh. Mengonsumsi jamu lebih baik dibandingkan
dengan mengonsumsi obat obatan karena jamu terbuat dari baham alam
yang lebih sedikit memiliki efek samping dibanding bahan kimia.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM DR) yang telah dilakukan
dengan judul mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di
Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang,
Kepulauan Riau dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu-ibu PKK tentang
tanaman obat keluarga (TOGA), apa saja tanaman obat keluarga (TOGA)
yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara
pengolahannya secara tepat dan benar. Melalui pembuatan jamu serbuk ini
ibu-ibu PKK dapat membuat usaha sendiri dalam skala rumah tangga
sehingga mampu meningkatkan perekonomian keluarga
2. Masyarkat tahu betapa pentingnya menerapkan protokol Kesehatan di
masa pancemi COVID 19 sebagai upaya memutus penyebaran virus.

Journal of Research on Community Engagement(JRCE) Vol.2, No.2, Maret


2021, pp. 38~42 p-ISSN: 2614-1477; e-ISSN: 2597-629X Imam Azizuddin
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
B. OBAT HERBAL BERSTANDAR
PROFIL PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DI APOTEK
SUMBER WARAS
Maretha Intan Kusumaningrum dan Meiti Rosmiati
Pendahuluan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Indonesia, 2017). Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) mengelompokkan obat tradisional menjadi 3 jenis, yaitu jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian (generik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (Biofarmaka, 2013). Obat Herbal
Terstandar adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi (Sidoretno & Rz,
2018). Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik
serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi (Hidayana, 2019).
Indonesia terkenal di seluruh dunia sebagai negara penghasil rempah-rempah
yang kaya dan beragam, maka tidak heran mengapa masyarakat indonesia
dalam kehidupan sehari-sehari tidak bisa lepas dari penggunaan rempah-
rempah (Gardjito, Harmayani, & Santoso, 2019). Kegunaan dari rempah-
rempah ini sangat beragam, mulai dari untuk keperluan memasak, sebagai
bahan makanan dan minuman, sebagai obat tradisional, hingga bisa di ekspor
ke negara lain (Sukmawati & Merina, 2019).
Sebagai contoh pemanfaatan dari tanaman obat yaitu adalah pemanfaatan dari
rimpang kunyit. Bagian terpenting dalam pemanfaatan kunyit adalah
rimpangnya, dalam pengobatan herbal digunakan untuk pengobatan demam,
pilek dengan hidung tersumbat, rematik, diare, disentri, gatal-gatal, bengkak,
bau badan, panas dalam, sariawan usus dan lain-lain (Nisyapuri, Iskandar, &
Partasasmita, 2018). Selain itu kunyit mengandung zat kimia yang berfungsi
sebagai untuk penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri / virus
atau sejenisnya dan penurunan kekebalan / daya tahan tubuh. Kunyit
mengandung kurkumin yang selain memberi warna kuning juga merupakan
zat anti bakteri (Kuntorini, 2018).
Penggunaan obat tradisional juga memiliki aturan-aturan yang harus
diperhatikan supaya terhindar dari bahaya efek samping berupa toksik, baik
dari dalam pembuatannya maupun penggunaannya. Aturan-aturannya adalah
sebagai berikut : a. Ketepatan BahanTanaman obat terdiri dari banyak sekali
spesies yang bisa saja membuatnya sulit untuk dibedakan. Maka dari itu
ketepatan bahan sangat mempengaruhi akan tercapai atau tidaknya efek terapi
yang diinginkan.
b. Ketepatan Dosis Dosis merupakan hal yang harus sangat diperhatikan
dalam pengunaannya. Sama halnya dengan obat modern, obat tradisional juga
memiliki dosis yang harus dipatuhi karena tidak bisa dikomsumsi
sembarangan.
c. Ketepatan Waktu Penggunaan Ketepatan waktu penggunaan dalam
pemakaian obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi dari
obat tersebut. d. Ketepatan Cara Penggunaan Tanaman obat memiliki banyak
zat aktif yang terkandung di dalamnya. Maka dari itu setiap zat tersebut
membutuhkan perlakuan khusus dalam penanganannya.
e. Ketepatan Telaah Informasi Perlunya menelaah informasi dari tanaman obat
baik khasiat atau efek sampingnya sangat membantu dalam pengobatan
tradisional karena untuk menghindari bahaya toksik yang bisa menjadi
ancaman.
f. Mengetahui Jenis Obat Tradisional Karena ada tiga jenis obat tradisional,
yaitu jamu, fitofarmaka , dan bahan ekstrak alami. Ketiganya memiliki sifat,
perlakuan dan khasiat yang berbeda.
g. Keamanan Obat Tradisional adakalanya obat tradisional yang beredar sudah
dicampur bahan kimiawi. Maka, perlu diperhatikan tentang reaksi dan dosis
obat tersebut serta tanggal kadaluarsanya.
Penelitian seperti sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun dalam
penelitian tersebut berfokus tentang simplisia bahan obat yang digunakan oleh
masyarakat. Dalam penelitian ini akan memberikan data mengenai jenis obat
tradisional yang digunakan, khususnya obat yang digunakan di apotek sumber
waras kabupaten bandung. Penggunaan obat tradisional sudah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No.381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan
Obat Tradisional (Kotranas). Diterbitkannya keputusan ini bertujuan untuk
mengatur tentang penggunaan obat tradisional, untuk menjaga keamanan dan
kualitas mutu dari obat tradisional, dan menjaga peredaran obat tradisional di
masyarakat luas (Amsal, 2013). Obat tradisional sudah menjadi tradisi dalam
kehidupan masyarakat, tapi mengenai data dalam penggunaan nya masih
sedikit (Sari, Yuniar, Siahaan, Riswati, & Syaripuddin, 2015). Baik latar
belakang pasien, kondisi penyakit yang sering ditangani, maupun jenis obat
tradisional yang digunakan khususnya di lingkungan apotek (Fretha, 2020).
Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini, khususnya
profil penggunaan obat tradisional di apotek sumber waras. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil penggunaan di apotek
sumber waras yang terletak di kabupaten bandung. Manfaat dari penelitian ini
untuk menambah informasi tentang profil penggunaan obat tradisional yang
masih belum banyak diambil sebagai topik penelitian dan untuk menambah
ilmu bagi masyarakat mengenai penggunaan obat tradisional serta mengetahui
penyakit apa saja yang sering diobati dengan obat tradisional.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan menggunakan
kuisioner dalam pengumpulan data. Responden dalam penelitian ini adalah
pengujung apotek yang bersedia mengisi kuisioner. Teknik dalam
pengambilan sampel adalah metode purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengguna obat tradisonal di apotek sumber waras di
dominasi oleh wanita (70%), usia 18-25 tahun (63,34%), tingkat pendidikan
SMA/Sederajat (63,34%), pegawai swasta (50%), dan memiliki penghasilan
1jt-5jt (50%). Alasan penggunaan obat tradisional karena lebih aman dan
alami (70%). Penggunaannya didasari oleh keinginan sendiri (50%). Obat
tradisional diperoleh dengan membeli di apotek/ toko obat (50%) dan 96,67%
merasakan keadaannya menjadi lebih baik setalah menggunakan obat
tradisional. Kondisi penyakit yang paling sering ditangani dengan
menggunakan obat tradisional adalah batuk (33,33%), maag (23,33%), dan
masuk angin (16,67%).

Volume 1, Nomor 11, November 2021 p-ISSN 2774-7018 ; e-


ISSN 2774-700X

C. FITOFARMAKA

Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)


Menurut peraturan menteri kesehatan Indonesia Nomor:
760/MENKES/PER/IX/1992 tentang fitofarmaka menyebutkan bahwa
Fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan
galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.
Fitofarmaka oleh pemerintah disetarakan dengan obat modern karena:
a. Proses pembuatannya yang telah terstandar,
b. Ditunjang bukti ilmiah s/d uji klinik pada manusia dengan criteria-
memenuhi syarat ilmiah,
c. Protokol uji yang telah disetujui,
d. Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten,
e. Memenuhi prinsip etika,
f. Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Permasalahan dalam Pengembangan Jamu, OHT menjadi Fitofarmaka
Di Indonesia produk obat yang telah mendapat status OHT dan fitofarmaka
sampai saat ini masih sangat terbatas. Samapai dengan akhir Desember tahun
2020 terdaftar 62 Produk OHT dan 25 Produk FF di Badan POM (OMAI,
2020). Jumlah tersebut sangatlah kecil jika dibanding dengan Produk Jamu
yang telah terdaftar di BPOM. Lambatnya perkembangan fitofarmaka ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain untuk mendapatkan status
fitofarmaka suatu produk harus dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui
uji klinik pada manusia. Hal ini membutuhkan biaya besar dan waktu yang
cukup lama. Ironisnya masyarakat sampai saat ini belum memahami apa
makna grade-grade Obat bahan alam tersebut. Sehingga hal tersebut
menambah keengganan produsen untuk menaikkan grade produknya menjadi
fitofarmaka karena produsen berdalih bahwa kenaikan grade produknya
menjadi fitofarmaka tidak menambah revenue dari modal yang dikeluarkan.
Selain itu sampai saat ini Fitofarmaka belum masuk ke dalam sistem JKN
(jaminan Kesehatan Nasional) sehingga penggunaan Fitofarmaka dalam
layanan kesehatan kurang maksimal.
Strategi Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka
Untuk percepatan pengembangan dan pemanfaatan fitofarmaka maka
diperlukan kerjasama yang sinergis antara Peneliti/akademisi, Industri Farmasi
dan pemerintah. Kerjasama tersebut diperlukan untuk membangun koordinasi
yang intensif dalam hilirisasi/pemanfaatan hasil penelitian menjadi
fitofarmaka dengan sinergi peran peneliti, industri dan dukungan fasilitasi dan
kebijakan dari pemerintah. Selain itu perlu kolaborasi antara tenaga kesehatan
(apoteker dan dokter) untuk mempercepat pemanfaatan jamu, OHT dan
Fitofarmaka dalam pelayanan kesehatan formal. Kebijakan pemerintah untuk
memasukkan fitofarmaka dalam JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sangat
diperlukan agar pemanfaatan fitofarmaka semakin meningkat.
PERAN FITOFARMAKA DALAM PENCEGAHAN DAN TERAPI
KANKER (Peluang, Tantangan Dan Strategi) Oleh Prof. Dr. Roihatul Mutiah,
S.F., M.Kes., Apt.

Anda mungkin juga menyukai