Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada awal Maret 2020, dunia dikejutkan oleh munculnya wabah yang
sangat mengerikan. Dunia menyebutnya sebagai pandemi COVID-19. Yang
mana pandemi ini merubah hampir seluruh sistem tatanan kehidupan manusia.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan dunia
(WHO) secara resmi menyatakan bahwa wabah COVID 19 sebagai pandemi
global dan meminta ke semua negara untuk melakukan upaya maksimal guna
membatasi penyebaran maupun jumlah kasus COVID 19.

Secara global, pada pukul 10:02 CET, 22 Februari 2021, ada 110.974.862
kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 2.460.792 kematian, dilaporkan ke
WHO. Lalu Pada tanggal 15 Februari 2020, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia melaporkan infeksi COVID-19 mencapai 1.288.833 terkonfirmasi
+10.180 Kasus, 157.148 kasus aktif 12.2% dari Terkonfirmasi , 1.096.994 sembuh
85.1% dari Terkonfirmasi, 34.691 meninggal 2.7% dari Terkonfirmasi.

Sementara data dari https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19 bila dilihat


dari peta persebaran COVID-19 di Indonesia, kasus positif telah tersebar pada
34 provinsi di Indonesia. DKI Jakarta masih sebagai provinsi terbanyak kasus
positif COVID 19 dengan jumlah 317.432 (25,9 0/0) kasus. Sementara itu, kasus
positif diluar pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan juga tercatat memiliki
jumlah kasus positif yang tinggi yaitu 52.640 (4,3 0/0) kasus. Ini membuktikan
bahwa cangkupan penularancovid-19 tidak lagi berada di pulau jawa saja. Jumlah
penderita COVID 19 yang mengalami peningkatan disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satunya adalah kurangnya kesadaran masyarakat mengenai perilaku
kesehatan secara keseluruhan. Fenomena seperti ini sebenarnya tidak terlalu
mengherankan mengingat kualitas literasi kesehatan negeri ini cenderung
rendah. Saat instrumen untuk mengukur tingkat literasi kesehatan di Indonesia
secara menyeluruh masih sangat rendah(Hadisiwi, 2016). Sementara itu, riset di
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa hanya mahasiswa kesehatan yang
memiliki tingkat literasi kesehatan yang cukup baik dibandingkan mahasiswa non
kesehatan(Lestari, 2017).

Sejak pengumuman resmi mengenai penanganan dan pencegahan penyebaran


virus COVID 19, muncul beragam kebijakan pemerintah seperti protokol kesehatan.
Hal ini merupakan perwujudan bahwa pemerintah hadir dan siap menghadapi
COVID 19. Protokol tersebut tidak hanya berisi panduan bagaimana
penanganan penderita yang telah terinfeksi COVID 19, dan menghindari
penularan secara angsung; tetapi juga memberi panduan disinfeksi di tempat
umum sebagai upaya pencegahan penularan ditempat umum (Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia, n.d.). Covid-19 merupakan pandemi
yang terjadi di berbagai belahan dunia dan menjadi salah satu bentuk kekhawatiran
masyarakat. Penularan penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan
salah satunya dapat menggunakan antiseptik dan desinfektan.

Berdasarkan definisinya, disinfeksi merupakan proses pengurangan jumlah


mikroorganisme ke tingkat bahaya lebih rendah pada permukaan yang terindikasi
kontaminasi oleh mikroorganisme dengan menggunakan bahan (disinfektan) yang
dapat berfungsi untuk mengendalikan, mencegah, bahkan menghancurkan
microorganism berbahaya (Occupational Safety and Health Branch., 2007). Corona
virus dapat menyebar melalui berbagai media. Manusi sebagai salah satu sumber
transmisi penyebaran virus utama melalui droplet yang dihasilkan dari hidung dan
mulut. Seperti ketika bersin dan batuk. Selain itu, media lain seperti logam, kertas,
kaca bisa menjadi tempat untuk transmisi virus corona. COVID-19 akan inaktif
jika terkena sinar ultraviolet dan suhu tinggi serta disinfektan yang bersifat
lipofil (larut lemak) yaitu: eter, etanol, klorin, asam peroksi asetat dan
kloroform. COVID-19akan berkembang biak dalam tubuh manusia dalam masa
inkubasi 3-7 hari bahkan hingga 14 hari. Sepanjang daya tahan tubuh
manusia yang terinfeksi cukup, maka COVID-19 akan mati dengan
sendirinya(self limiting disease) (Nikmah Suryandari, Saqif Haidarravy
Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia).

Salah satu cara untuk mencegah penularan dan penyebarannya adalah


dengan senantiasa menjaga kebersihan dari diri dan lingkungan. Menjaga
kebersihan diri dan lingkungan dapat dilakukan dengan cara menggunakan
antiseptik dan desinfektan. Antiseptik merupakan zat yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme tanpa harus membunuh
mikroorganisme tersebut di jaringan hidup. Antiseptik biasanya mengandung
alkohol, chlorhexidine, dan anilides. Desinfektan merupakan zat yang dapat
membunuh patogen di lingkungan. Desinfektan biasanya mengandung
glutaraldehid dan formaldehid. Penggunaan zat-zat tersebut sebelumnya lebih
menjadi tanggungjawab tenaga medis, namun untuk sekarang penggunaan zat-zat
tersebut dapat digunakan tidak hanya di rumah sakit, namun di rumah pun
akan sering digunakan(Larasati et al., 2020).

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat hasil yang


menunjukkan bahwa efektifitas penggunaan antiseptik dan desinfektan dalam
membunuh virus memang ada. Namun jika hal ini tidak diikuti dengan
pembatasan jarak antara penderita, pembawa, maka penularan tetap dapat
terjadi dan justru bertambah. Perilaku individu maupun protokol kebersihan
tiap individu sangat penting dalam mengendalikan laju persebaran virus
COVID 19 ini, seperti pembatasan jarak sosial (social distancing), isolasi
mandiri (Larasati et al., 2020). Untuk itulah penulis memiliki inovasi dengan
menciptakan teknologi sebagai upaya mendukung kesehatan masyarakat pada masa
pandemi COVID-19.

1.2. Rumusan Masalah


Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta Disenfiktan ini diusulkan dalam rangka
memecahkan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran Disenfektan herbal dalam mengatasi masalah covid-19 ini?
2. Bagimana cara penggunaan disenfektan dalam kehidupan sehari-hari?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Disenfektan herbal dalam mengatasi masalah covid-19
2. Menganalisis dengan melakukan pembuktian apakah disenfektan herbal dapat
membunuh sebagian kuman
3. Untuk menentukan bagaiman penggunaan disenfektan dalam kehidupan sehari-
hari
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah Kewirausahaan, sehingga
dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang
berkepentingan dapat lebih memahaminya dan bisa menjadikan gagasan untuk
menciptakan disenfektan bukan dari bahan kimia saja tetapi bisa menggunakan
tanaman.
2. Manfaat Praktisi
Dalam penelitian ini dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan dapat juga mengaplikasikan
dalam mengatasi pandemi ini.

1.5. Batasan Masalah


Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian desinfektan ini, maka
penulis membatasi permasalahan tersebut pada
1. Mengingat banyaknya jumlah pembuatan desinfektan di Indonesia, maka penulis
dalam penelitiaan ini hanya menggunakan bahan tanaman seperti kemangi, kayu
manis dan sereh sebagai bahan penelitian.
2. Alat bantu yang digunakan untuk menganalisa bahan dapat diolah, ditampilkan,
dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu desinfektan dalam penelitian
ini menggunakan peralatan yang sederhna dimulai dari merebus hingga bisa
membuatnya menjadi disenfektan siap pakai.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.6. Definisi Desinfektan


Disinfektan merupakan bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya (Rismana, 2002). Menurut situs dr. Fadli (2020), beberapa jenis
desinfektan terbukti efektif membunuh virus dan bakteri pada permukaan kayu,
lantai, dinding, besi, kaca dan lingkungan sekitar. Selain itu harga ekonomis dengan
variasi serta bahan baku yang cukup banyak menyebabkan desinfektan merupakan
pilihan utama untuk penyemprotan lingkungan sekitar dibandingkan menggunakan
handsanitizer atau dengan bahan sejenisnya.
Disinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi.
Seringkali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptic, tetapi pengertian disinfeksi
dan disinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati , seperti lantai, piring
dan pakaian ( Irianto 2007 ). Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan
organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Disinfeksi biasanya dilakukan dengan
menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formaldehyde, klor, iodium atau sublimat.
Pada umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetative yang
lebih sensitive tetapi bukan spora-spora tahan panas ( Irianto 2007 ).
Desinfektan dapat disemprotkan ke seluruh penjuru rumah ataupun ruangan,
namun perlu diperhartikan untuk tidak mengenai barang-barang yang akan digunakan
untuk makan ataupun minum. Sebelum menyemprotkan desinfektan, alangkah
baiknya menutup semua peralatan masak, masakan, ataupun minuman yang ada di
sekitar area penyemprotan sehingga penyemprotan tidak mengenai makanan atau
minuman tersebut. Serta yang paling penting untuk memutus rantai penyakit adalah
dilakukan secara rutin (Larasati et al., 2020). Penggunaan antiseptik dan desinfektan
ini harus disosoalisasikan dengan baik ke masyarakat terutama tentang penggunaan
yang tepat dimana antiseptik dapat digunakan untuk bagian tubuh dan desinfektan
digunakan untuk benda mati seperti barang-barang ataupun lantai rumah.Edukasi
dapat dilakukan baik menggunakan media ataupun edukasi secara langsung oleh
tenaga kesehatan terutama apoteker. Menjadi suatu tanggungjawab baik masyarakat
ataupun tenaga kesehatan untung senantiasa menjaga kesehatan. (Larasati et al.,
2020).

1.7. Kualifikasi pembuatan Desinfektan Alami


Pada masa pandemi ini, masyarakat banyak sekali yang berlomba-lomba untuk
mendapatkan antiseptik dan desinfektan untuk mencegah penularan dan penyebaran
Covid-19 ini. Apabila sulit mendapatkan antiseptik maupun desinfektan, dapat dibuat
dengan bahan-bahan yang sederhana (Larasati et al., 2020). Menurut Profesor Arif
Sumantri, cairan desinfektan dan antiseptik dapat dibuat dengan menggunakan bahan
bersifat asam seperti cuka yang dicampurkan dengan bahan lain, hal ini dikarenakan
cuka memiliki pH yang rendah namun bisa membunuh virus. Prosedur yang
dilakukan adalah dapat mencampurkan setengah gelas cuka dengan setengah gelas
air lalu ditambahkan sekitar 12-24 tetes minyak esensial seperti minyak kayu putih.
Selain itu, WHO pun telah mengeluarkan panduan pembuatan Hand-Sanitizer
dengan menggunakan bahan-bahan yaitu etanol atau isopropil alkohol, hidrogen
peroksida 3%, Gliserol 95%, dan air destilasi atau air yang sudah di rebus dan
didiginkan 30 Selain itu pemakaian desinfektan perlu diperhatikan dari segi takaran
pembuatannya. Sebelum memulai mencampurkan bahan, pastikan menggunakan
sarung tangan dan pakaian lengkap untuk menghindari kesalahan saat proses
pencampuran. Jika keadaan pencampuran sudah aman, bisa dicampurkan pemutih
pakaian sebanyak 1 sendok teh dengan 1 liter air. Takaran atau perbandingan ini
dinilai aman digunakan untuk disemprotkan kepada benda mati yang akan
disterilkan, serta tidak berbahaya dari segi bahan yang digunakan (Larasati et al.,
2020.

1.8. Kandungan Desinfektan Alami


1.8.1. Ekstrak Kemangi
Gambar 1.1 Daun Kemangi
Sumber : tribunners

Nama Lain : Daun Selasih


Tanaman Asal : Ocimum basilicum L.
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat uutama/isi : Minyak menguap yang mengandung osimen,
pinen, terpen, sineol, dan metil khavikol
Penggunaan : Ekspektoransia (peluruh dahak), emenagoga
(peluruh haid), karminativa, pencegah mual, penambah nafsu makan,
adstringensia (pengelat), antipiretik (penurun panas), pereda kejang dan
pengobatan pasca persalinan.
Pemerian : Berbau khas aromatik dan rasa sedikit asam
Bagian yang digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sumber : Buku farmakognosi ,volume 1

Salah satu tanaman obat tradisional yang banyak dimanfaatkan masyarakat


Indonesia adalah Ocimum spp. Secara tradisional tanaman ini digunakan untuk
mengobati, perut kembung atau masuk angin, demam, melancarkan ASI, rematik
dan sariawan (Umar, 2011), selain itu juga digunakan untuk lalapan dan sebagai
bumbu dalam masakan. Di India dan sebagian wilayah di Afrika, seduhan daun
kemangi disajikan untuk menggantikan seduhan daun teh asli. Minuman tersebut
biasanya disajikan pada saat pergantian musim, ketika orang mudah terserang
batuk, pilek, ataupun demam. Di Eropa, minyak atsiri kemangi digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan obat dan untuk perawatan tubuh seperti
sabun mandi, biang parfum, body lotion, minyak gosok, permen pelega
tenggorokan, dan juga minyak aroma terapi (Manawean. 2010).
Ocimum sp. merupakan salah satu genus tanaman tahunan yang termasuk
famili Labiatae. Sampai sekarang sudah ditemukan 7 jenis tanaman Ocimum,
yaitu Ocimum gratissimum, Ocimum basillicum, Ocimum americanum L.,
Ocimum klimandschavicum, Ocimum minimum, Ocimum viridae L. dan Ocimum
sanctum (Hadipoentyanti & Wahyuni, 2004). Kandungan kimia pada Ocimum
berbeda antara satu species dengan species lainnya. Kandungan kimia Ocimum
spp. yang pernah dilaporkan adalah minyak atsiri, saponin, tanin, flavonoid,
steroid, terpenoid, alkaloid, fenol, karbohidrat, lignin, pati dan antrakuinon
(Dhale, Birari & Dhulgande, Sarma & Babu 2011, Ladipo, Doherty & Kanife,
2010).
Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa Ocimum spp. mengandung
senyawa yang bersifat insektisida, larvasida, nematisida, antipiretik, fungisida,
antibakteri dan antioksidan (Nurcahyanti, Dewi & Timotius, 2011; Maryati,
Fauzia & Rahayu, 2007). Menurut penelitian sebelumnya, ekstrak kloroform
Ocimum americanum L. dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella
dysenteriae dan ekstrak metanolnya dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella
pneumonia, Salmonella paratyphy dan Staphylococcus aureus dengan diameter
daerah hambat berturut-turut 10 mm, 9 mm, 7 mm dan 7 mm, namun pada
penelitian ini tidak melaporkan konsentrasi yang digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri tersebut (Devi, Thirumaran, Arumungam, Anantharaman, 2010).
Hasil penelitian lain menyebutkan ekstrak alkohol dari daun Ocimum
americanum L. dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa dengan diameter
daerah hambat berturut-turut 23 mm, 16 mm, 10 mm dan 10 mm pada
konsentrasi 100 mg/mL (Dhale, Birari & Dhulgande, 2010).

1.8.2. Ekstrak Sereh


Gambar 1.2 Batang Sere
Sumber : Risa, DuniaMasak, 2020

Nama Lain : Daun Sere


Tanaman Asal : Cymbopogon Nardus (L). Rendle
Keluarga : Poaceae
Zat berkhasiat uutama/isi : Minyak atsiri yang mengandung geraniol dan
sitronelal
Penggunaan : Karminativa (peluruh angin), Stomakika
(penambah nafsu makan), antipiretik (penurun panas), antispasmodik (pereda
kejang)
Pemerian : Berbau khas aromatik dan rasa agak pedas
aromatik
Bagian yang digunakan : Batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sumber : Buku farmakognosi ,volume 1

Tanaman sereh merupakan tanaman herba annual, berasal dari Suku Poaceae
yang digunakan sebagai pembangkit cita rasa pada makanan dan dipercaya pula
dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Kandungan kimia dari sereh
adalah minyak atsiri, saponin, polifenol dan flavanoid (Zwista Yulia Dewi,
Asikin Nur, dan Triana Hertriani, 2015). Kandungan senyawa aktif tersebut,
mengindikasikan sereh memiliki aktivitas antibakteri yang cukup besar.
Senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek antibakteri sereh adalah
golongan senyawa polifenol dan senyawa fenolik lain beserta derivatnya yang
dapat menyebabkan denaturasi protein.
Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler. Kompleks yang terbentuk
mengganggu keutuhan membran sel bakteri dengan cara mendenaturasi. protein
sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Tanaman sereh
mengandung senyawa saponin. Senyawa tersebut terbukti efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan
bahwa sereh memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Eschericia coli
dan Staphylococcus aureus. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minyak
atsiri sereh mempunyai kemampuan menghambat biofilm yang dibentuk oleh
bakteri S. mutans. (Zwista Yulia Dewi, Asikin Nur, dan Triana Hertriani, 2015)

1.8.3. Ekstrak Kayu Manis

Gambar 1.3 Kayu Manis


Sumber : ©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Chamille White

Nama Lain : Kulit manis jangan, kulit kayu manis padang,


keningar
Tanaman Asal : Cinnamomum burmanni Blume
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat uutama/isi : Minyak atsiri (yang mengandung
sinamilaldehida, sinamilasetat, borneol, dan simen), zat penyamak, damar, dan
bornilasetat
Penggunaan : Diaforetika, karminativa, anti-iritansia, bahan
pewangi, dan bumbu masak
Pemerian : Berbau khas dan rasa manis
Bagian yang digunakan : Kulit Batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sumber : Buku farmakognosi ,volume 1
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti, disebutkan bahwa
herbal oil kayu manis maupun ekstrak etanol (50%) kayu manis Cinnamomum
zeylanicum memiliki aktivitas antibakteri terhadap 10 jenis bakteri (Gupta et al.,
2008). Penelitian lainnya menyebutkan bahwa (E)-cinnamaldehyde (minyak
atsiri) dan proanthocyanidins (polifenol) merupakan kandungan yang terdapat
dalam herbal oil kulit batang kayu manis Cinnamomum burmannii Blume yang
memberikan efek antibakteri (Shan et al., 2007). Sedangkan herbal oil daun kayu
manis Cinnamomum osmophloeum mengandung cinnamaldehyde yang
memiliki aktivitas antibakteri (Chang et al., 2001). Kulit batang dan daun
Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees) mengandung minyak atsiri, saponin
dan flavonoida. Di samping itu kulit batang juga mengandung tanin, daunnya
juga mengandung alkaloida dan polifenol (Syamsuhidayat, 1991).
Dari hasil penelitian, fraksi etanol daun kayu manis Cinnamomum burmannii
(Nees & Th. Nees) dengan konsentrasi 300.000 bpj, 350.000 bpj, 400.000 bpj,
450.000 bpj, dan 500.000 bpj dapat memberikan daya hambat pada bakteri
Eschericia coli dengan rata-rata diameter berturut-turut 0,961 cm; 0,970 cm;
0,978 cm; 0,985 cm; dan 0,994 cm dan dengan konsentrasi yang sama dapat
memberikan daya hambat pada Staphylococcus aureus dengan rata-rata diameter
berturut-turut 1,128 cm; 1,146 cm; 1,161 cm; 1,185 cm; dan 1,214 cm. Fraksi
etanol kulit batang kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees)
dengan konsentrasi 100.000 bpj; 130.000 bpj; 150.000 bpj; 180.000 bpj; dan
200.000 bpj tidak memberikan daya hambat pada bakteri Escherichia coli ,
sedangkan pada Staphylococcus aureus dapat memberikan daya hambat dengan
rata-rata diameter berturut-turut 0,972 cm; 1,034 cm; 1,060 cm; 1,158 em; dan
1,235 cm (Natalia Angelica, farmasi, Vol.2 No. 2. 2013).
Fraksi etanol daun kayu manis Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees)
dapat memberikan daya hambat pada Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus, sedangkan fraksi etanol kulit batang kayu manis Cinnamonmum
burmannii (Nees & Th. Nees) hanya dapat memberikan daya hambat pada
Staphylococcus aureus (Natalia Angelica, farmasi, Vol.2 No. 2. 2013). Daya
hambat yang muncul disebabkan adanya kandungan senyawa antibakteri berupa
(E)-cinnamaldehyde dan proanthocyanidins (Shan et al., 2008). Namun jumlah
kedua senyawa tersebut yang terkandung dalam fraksi etanol kulit batang kayu
manis Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Nees) diduga tidak cukup kuat
untuk memberi daya hambat pada Escherichia coli. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ekstrak kulit batang kayu manis
menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih baik pada gram positif daripada
bakteri gram negatif. Di antara 5 bakteri uji, daya hambat tertinggi didapatkan
pada Staphylococcus aureus dan terendah pada Escherichia coli (Shan et al.,
2008).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Produk ini dilaksanakan di rumah salah satu tim yang berada di
Wilayah Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Pelaksanaan pembuatan
produk ini dimulai pada awal bulan Januari 2021 sampai pertengahan bulan
Februari 2021. Untuk percobaan produk dilakukan di Kampus B STIKES
PEMKAB JOMBANG yang berada di Wilayah Pandan Wangi Kabupaten
Jombang.
3.2 Tahapan Pelaksanaan

PEMBUATAN
PRODUK
STUDI
LITERATUR
UJI COBA
START
PERANCANGAN EVALUASI

3.3 Studi Literatur


Studi literatur berisi serangkaian kegiatan pencarian dan pengkajian
sumber-sumber yang relevan dan terpercaya dalam pengumpulan materi serta
menjadi acuan dalam penulisan PKM ini agar dapat menghasilkan informasi
yang lengkap, tepat, terarah, dan terpercaya dalam penulisan serta memberikan
variasi dalam pengembangan prototipe produk ini.
3.4 Perancangan dalam Pembuatan Desinfektan Herbal
Dalam perancangan pembuatan Desinfektan Herbal diawali dengan
penyusunan materi informasi mengenai Definisi Desinfektan dan Ekstrak
Herbal yang dipilih oleh tim yaitu Ekstrak Daun Kemangi, Ekstrak Sereh dan
Ekstrak Kayu Manis. Pada penyusunan materi Desinfektan Herbal
3.5 Pengadaan Alat dan Bahan

Pendataan kebutuhan alat dan bahan sesuai dengan tingkat kebutuhan,


Pemilihan alat dan bahan ditinjau dari segi harga dan kualitas barang yang
baik sehingga hasil yang dicapai nantinya akan sesuai dengan target yang
diharapkan dengan menyesuaikan alokasi dana yang tersedia.

3.6 Pengujian Produk

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang dibuat


dapat bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Selain itu yang yang diuji
yaitu berapa lama efektivitas desinfektan dalam membunuh kuman (dengan
menggunakan uji laboratorium)

3.7 Tahap Promosi

Pada tahap promosi diperlukan strategi manajemen pemasaran yang


baik. Dalam proses pemasaran Desinfektan ini tim kami akan menggunakan
media online melalui berbagai media sosial seperti website, market place,
Instagram, Twitter, Facebook dan WhatsApp selain itu untuk pemasaran
media offline tim kami dapat melibatkan Dinas Kesehatan untuk terjun ke
masyarakat.

3.8 Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan setelah proses uji coba Desinfektan Herbal


dengan presentasi keberhasilan yang lebih besar. Pada tahap ini akan dinilai
dalam kurun waktu berapa lama desinfektan Herbal dapat disimpan. Apabila
hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan maka akan dilakukan kembali
tahap perancangan dan uji coba.

3.9 Pembuatan Laporan Akhir


Pembuatan laporan dilakukan setelah semua tahap terselesaikan,
sehingga hasil yang diperoleh dari proses pembuatan Desinfektan Herbal
dapat dideskripsikan secara rinci dan sesuai. Laporan akhir akan
disosialisasikan kepada berbagai fasilitas kesehatan dan masyarakat di
berbagai wilayah sebagai salah satu bentuk evaluasi dan promosi terhadap
manfaat dan keunggulan dari Desinfektan Herbal.

Anda mungkin juga menyukai