Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan Uji Hopkins-Cole

Uji kualitatif yang terakhir yaitu uji Hopkins-Cole. Uji Hopkins-Cole


merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan asam amino
yang bergugus indol (triptofan) dalam suatu protein. Prinsip dasar dari uji
Hopkins-Cole ialah reaksi kondensasi yang terjadi pada gugus indol dengan
aldehid dengan bantuan larutan asam kuat. Pereaksi Hopkins-Cole mengandung
asam glioksilat, oleh karna itu sampel yang akan memberikan hasil positif adalah
sampel triptofan dan albumin (Winarno, 2004).
Sampel yang dianalisis antara lain kasein, triptofan, gelatin, dan tirosin.
Uji ini dilakukan dengan menambahkan pereaksi Hopkins-Cole sebanyak 2 mL
pada tiap sampel yang telah disediakan sebanyak 2 mL. Pereaksi ini akan
membentuk dengan triptofan yang terkandung dalam sampel dan membentuk
kompleks. Perlakuan selanjutnya yaitu penambahan 2 mL asam sulfat (H2SO4).
Asam sulfat merupakan salah satu asam kuat yang dalam uji ini berfungsi
mempercepat pembentukan reaksi kondensasi triptofan tersebut. Hal tersebut
dikarenakan ssam sulfat sebagai oksidator dan juga sebagai dehidrator bagi asam
glikosilat dalam sampel. Senyawa kompleks yang dihasilkan dari reaksi
kondensasi ialah larutan asam 2,3,4,5-tertrahidro-karbalion-4-karboksilat. Sifat
fisik dari kompleks tersebut ialah larutan berwarna dengan cincin ungu yang
umumnya timbul pada permukaan larutan dalam tabung reaksi. Persamaan reaksi
kondensasi yang terjadi pada percobaan yaitu sebagai berikut.

Gambar 4. Reaksi kondensasi


Hasil percobaan pada uji kandungan protein menggunakan uji Hopkins-Cole
ini hanya menghasilkan uji positif terhadap kasein. Hasil tersebut dikarenakan
kasein menunjukkan adanya cincin ungu pada hasil percobaan, sedangkan pada
senyawa lain yaitu gelatin, triptofan, dan tirosin tidak menghasilkan cincin ungu.
Hasil ini menandakan bahwa pada kasein mengandung gugus indol (triptofan)
yang akan menghasilkan asam 2,3,4,5-tertrahidri-karbalion-4-karboksilat
membentuk cincin ungu sedangkan gelatin, triptofan, dan tirosin tidak memiliki
gugus indol (triptofan) sehingga tidak terjadi reaksi kondensasi dan pembentukan
kompleks warna ungu. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur bahwa
Triptofan yang seharusnya menjadi prekursor (harus sesuai dengan literatur). Hal
tersebut dikarenakan senyawa ini hanya memiliki gugus indol, tidak memiliki
asam-asam amino dasar lainnya. Hasil yang sesuai seharusnya ialah kasein dan
triptofan menghasilkan cincin ungu pada permukaan larutan karna kedua larutan
mengandung gugus indol (Winarno, 2004).

Anda mungkin juga menyukai