Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL
Uji Kualitatif Asam Amino
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi asam amino berdasarkan sifat gugus R dari
asam amino.
2. Mahasiswa mampu menentukan apakah proteinsampel mengandung residu asam
amino tirosin dan/atau triptofan.
C. DASAR TEORI (patin)
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional
karboksil (-COOH) dan amina (biasanya –NH ). Asam amino sendiri seringkali
2

pengertiannya dipersempit, keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama
(disebut atom C “alfa” atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik,
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:
gugus amina (NH ), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa
2

(R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu
asam amino dengan asam amino lainnya. Asam amino biasanya diklasifikasikan
berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai
samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika
polar, dan hidrofobik jika nonpolar. Struktur asam amino sendiri adalah sebagai
berikut:

Uji Millon berfungsi untuk mengetahui adanya gugus fenol dalam protein.
Pereaksi Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO ) dan merkuri nitrat (Hg(NO ) ).
2 3 2

Protein yang mengandung gugus hidroksil Fenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan
merkuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan berwarna putih kemudian
berubah warna menjadi merah setelah dipanaskan (Sutresna 2008). Pereaksi Millon
merupakan larutan merkuri yang ada di dalam asam nitrat. Uji ini dilakukan pada
senyawa turunan monofenol yang mengandung hidroksifenil salah satunya yaitu asam
amino tirosin. Jika larutan yang mengandung hidroksifenil (asam amino tirosin)
bereaksi dengan pereaksi Millon maka akan dihasilkan endapan putih. Jika suhu
campuran ini dinaikkan maka warna larutan akan berubah menjadi warna merah.
Warna merah yang terbentuk disebabkan oleh garam dari hasil nitrasi tirosin.
Uji Hopkins-Cole dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa protein
mengandung salah satu asam amino triptofan atau tidak. Percobaan uji Hopkins-Cole
dengan bahan yang sama dengan uji sebelumnya, didapatkan reaksi yang positif
terhadap senyawa albumin, gelatin, kasein, dan pepton. Triptofan akan berkondensasi
dengan aldehid bila ada asam kuat sehingga membentuk cincin berwarna ungu. Hal
ini berarti senyawa gelatin,albumin,kasein dan pepton mengandung triptofan dengan
ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu. Pereaksi dari uji ini adalah asam
glioksilat dalam H2SO4 pekat.

D. METODE PENELITIAN
 Alat
Dalam percobaan ini, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet tetes,
dan rak tabung reaksi.
 Bahan
Dalam percobaan ini, bahan yang digunakan adalah pertama yaitu pereaksi
millon yang terbuat dari 10 gr raksa (II), 20 mL asam nitrat pekat, dan air,
kedua yaitu pereaksi Hopkins.cole yang terbuat dari larutan glioksilat atau
campuran formaldehida 0,5% dan HgCl2 0,2 M, terakhir yaitu Larutan protein
yang terdiri dari albumin telur yang terbuat dari putih telur dan air, gelatin 2%
yang terbuat dai gelatin 2 gr, air, dan NaOH 1 M, Larutan tirosin yang terbuat
dari 0,5 gr tirosin dan HCl 1M, larutan triptofan yang terbuat dari 0,5 gr
triptofan dan HCl 1M, dan H2SO4 pekat.
 Prosedur Kerja
a) Uji Millon
Percobaan ini diawali dengan menyediakan tabung reaksi sebanyak 4
buah yang masing-masing berisi 3 mL larutan tirosin sebagai control
positif (Tabung I), 3 mL gelatin (Tabung II), 3 mL albumin telur (Tabung
III), dan 3 mL akuades sebagai control negative (Tabung IV). Kemudian,
ditambahkan 5 tetes reagen millon ke dalam masing-masing tabung, dan
dilakukan pengamatan. Selanjutnya, panaskan campuran tersebut dalam
penangas air mendidih selama 10 menit dan dilakukan pengamatan.
Setelah itu, dinginkan larutan sampai suhu kamar. Kemudian, ditambahkan
5 tetes NaNO2 0,1 M dan amati apa yang terjadi.

b) Uji Hopkins-cole
Percobaan ini diawali dengan menyediakan tabung reaksi sebanyak 4 buah
yang masing-masing berisi 3 mL larutan triptofan sebagai control positif
(Tabung I), 3 mL gelatin ( Tabung II). 3 mL albumin telur (Tabung III),
dan 3 mL akuades sebagai control negative (Tabung IV). Kemudian,
ditambahkan 2 mL reagen Hopkins-cole ke dalam masing-masing tabung
tersebut dan dikocok sampai homogeny. Selanjutnya, ditambahkan setets
demi setetes kira-kira maksimal sebanyak 3 mL larutan H2SO4 pekat
melalui dinding tabung reaksi atau hingga terbentuk cincin berwarna. Jika
perlu tabung reaksi diputar secara perlahan-lahan ketika penambahan
H2SO4 pekat sehingga terbentuk cincin berwarna.

E. ANALISIS PROSEDUR
 Uji Millon

Tahapan Prosedur Analisis


Dimasukkan masing-masing 3 mL Larutan tirosin sebagai control
larutan tirosin, gelatin, albumin positif dan akuades sebagai control
telur, dan akuades ke dalam masing- negative yang nanti akan
masing tabung reaksi dibandingkan saat pengujian sampel.
Sedangkan gelatin dan albumin telur
sebagai sampel yang akan diuji
untuk menganalisis asam amino
tirosin.
Ditambahkan 5 tetes reagen millon Untuk menitrasi gugus fenol pada
ke dalam masing-masing tabung tirosin
Dipanaskan campuran tersebut Dilakukan agar proses reaksi
dalam penangas air mendidih selama berjalan lebih cepat
10 menit
Ditambahkan 5 tetes NaNO2 0,1 M Untuk membentuk kompleks
merkuri fenolat yang berwarna
merah
 Uji Hopkins-Cole

Tahapan Prosedur Analisis


Dimasukkan masing-masing 3 mL Larutan triptofan sebagai control
larutan triptofan, gelatin, albumin positif dan akuades sebagai control
telur, dan akuades ke dalam masing- negative yang nanti akan
masing tabung reaksi dibandingkan saat pengujian sampel.
Sedangkan gelatin dan albumin telur
sebagai sampel yang akan diuji
untuk menganalisis asam amino
triptofan.
Ditambahkan 2 mL reagen Hopkins- Sebagai reagen yang mengandung
cole ke dalam masing-masing asam glioksilat yang nantinya akan
tabung dan homogenkan. berkondensasi dengan triptofan
Ditambahkan setetes demi setets H2SO4 sebagai oksidator agar
kita-kita maksimal 3 mL H2SO4 terbentuk cincin ungu pada sampel
pekat melalui dinding tabung reaksi yang mengandung triptofan.
sampai terbentuk cincin berwarna
F. DATA PENGAMATAN

G. PEMBAHASAN
a) Uji Millon
Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya gugus fenol dalam protein.
pereaksi yang digunakan dalam uji Millon sendiri adalah merkuri nitrat HgNO 3
dalam asam nitrat. Uji ini dilakukan pada senyawa turunan monofenol yang
mengandung hidroksifenil salah satunya yaitu asam amino tirosin. Jika larutan
yang mengandung hidroksifenil (asam amino tirosin) bereaksi dengan pereaksi
Millon maka akan dihasilkan kompleks kuning-oren. Jika suhu campuran ini
dinaikkan maka warna larutan akan berubah menjadi warna merah. Warna merah
yang terbentuk disebabkan oleh garam dari hasil nitrasi tirosin.
Pada uji Millon sampel yang digunakan adalah larutan asam amino tirosin,
albumin, gelatin aquades. Dari keempat sampel tersebut larutan tirosin berfungsi
sebagai kontrol positif yang nantinya akan menghasilkan hasil positif saat diuji
dengan pereaksi Millon sedangkan aquades sebagai kontrol negatif. Pada
perlakuan pertama keempat sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi dan ditetesi
reagen Millon sebanyak 5 tetes didapatkan hasil pada larutan tirosin tidak
berwarna, pada albumin menjadi putih keruh, sedangkan pada gelatin terdapat
endapan putih dan aquades menjadi tidak berwarna. Pada perlakuan pertama dapat
diketahui bahwa albumin dan gelatin mengandung asam amino tirosin hal ini
diketahui berdasarkan teori yang ada yakni Protein yang mengandung gugus
hidroksil Fenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan merkuri nitrat dapat
menghasilkan endapan berwarna putih. Terbentuknya endapan putih ini terjadi
karena protein terdenaturasi terlebih dahulu setelah penambahan reagen millon
yang mengandung garam merkuri.
Selanjutnya untuk perlakuan kedua keempat tabung reaksi yang telah berisi
sampel yang ditetesi reagen Millon dipanaskan dalam penangas air selama 10
menit dan dihasilkan pada tabung yang berisi larutan tirosin berubah menjadi
berwarna oren, tabung yang berisi albumin telur menjadi keruh dan sedikit warna
merah di bagian ujung bawah, sedangkan untuk larutan gelatin dan aquades
didapatkan hasil yang sama seperti perlakuan pertama. setelah itu keempat
sampel didinginkan dan ditetesi larutan NaNO2 sebanyak 5 tetes, didapatkan
hasil akhir tabung yang berisi larutan tirosin menjadi berwarna oren, tabung yang
berisi albumin telur terdapat endapan putih dan berwarna kemerahan di beberapa
bagian, untuk tabung yang berisi gelatin didapatkan larutan menjadi berwarna
merah sedangkan pada tabung yang berisi aquades tidak terjadi perubahan. hasil
tersebut menunjukan bahwa sampel albumin dan gelatin mengandung asam
amino tirosin sedangkan pada akuades tidak mengandung asam amino tirosin. Uji
Millon didasarkan pada prinsip nitrifikasi gugus fenol dalam tirosin, yang
kemudian membentuk kompleks dengan logam berat seperti merkuri. Dalam
pengujiannya, gugus fenol pada molekul tirosin dinitrasi oleh asam nitrat yang
ada dalam reagen. Tirosin ternitrasi kemudian berikatan dengan ion merkuri
dalam larutan untuk membentuk kompleks merkuri fenolat yang berwarna merah.

b) Uji Hopkins-cole
Percobaan uji Hopkins-cole dilakukan untuk menunjukkan adanya asam amino
triptofan. Prinsip dari pengujian ini adalah triptofana akan terkondensasi dengan
aldehida (asam glioksilat) dan membentuk kompleks berwarna ungu. Dalam
percobaan ini disediakan 4 tabung yang masing-masing berisi larutan triptofan,
gelatin, albumin telur, dan akuades. Larutan triptofan sebagai control positif dan
akuades sebagai control negative. Sedangkan gelatin dan albumin telur sebagai
sampel yang akan diuji keberadaan asam amino triptofannya. Larutan yang
sebagai control berfungsi sebagai pembanding saat dilakukan pengujian terhadap
sampel. Kemudian dilakukan penambahan reagen millon sebagai pereaksi ke
dalam masing-masing tabung. Reagen Millon mengandung asam glioksilat atau
sebagai aldehida yang akan berkondenasi dengan triptofan yang akan
menghasilkan senyawa berwarna ungu. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya cincin ungu yang terbentuk pada larutan yang disebabkan oleh
pereaksi yang terdiri dari asam glioksilat (CHOCOOH) dalam H2SO4 triptofan
akan berkondenasi dengan aldehida dan membentuk kompleks berwarna dari jenis
asam 2,3,4,5-tetrahidro- β -karbolin-4-karboksilat. Berikut adalah reaksinya
Reaksi ini akan berhasil jika terdapat oksidator kuat. Oleh karena itu, dilakukan
penambahan H2SO4 yang berfungsi sebagai oksidator agar terbentuk cincin ungu
pada larutan yang positif mengandung triptofan. Tebal tipisnya cincin
berpengaruh dengan jumlah atau konsentrasi triptofn pada sampel. Dalam
percobaan ini, sampel yang menghasilkan hasil positif yaitu albumin telur.
Sedangkan, sampel yang menghasilkan hasil negative adalah gelatin karena
gelatin terdiri dari asam amino glisin dan prolin sehingga tidak terdapat asam
amino triptofan dan tidak membentuk cincin berwarna ungu.

H. KESIMPULAN
 Uji Millon
 Uji Hopkins-Cole
Dalam percobaan ini, sampel yang positif mengandung asam amino triptofan
yaitu albumin telur karena terbentuk cincin ungu yang disebabkan triptofan
berkondensasi dengan aldehida karena terdapat asam kuat. Sedangkan sampel
yang menunjukkan hasil negative adalah gelatin.
I. TUGAS PENDAHULUAN
1. Gambarkan rumus struktur tirosin dan triptofan!
Jawab :
 Struktur Tirosin

 Struktur Triptofan

2. Tentukan golongan dan sifat asam amino tirosin dan triptofan berdasarkan rantai
sampingnya!
Jawab :
Asam amino tirosin dan triptofan tergolong asam amino dengan rantai samping
aromatic. Cincin aromatik relative bersifat nonpolar dan dapat saling berinteraksi
hidrofobik. Namun demikian, tirosin dan triptofan bersifat lebih polar dari pada
fenilalanin. Pada tirosin, kepolaran disebabkan adanya gugus -OH yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Sedangkan pada triptofan, kepolaran
disebabkan adanya atom N dalam cincin indolil.
J. DAFTAR PUSTAKA
1. Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr
2. Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga.
3. Sutresna N. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta (ID): Grafindo Media Pratama.
4. Debajyoti D. 1980. Biochemistry. Kolkata: Academic Publisher.
5. Swammy. 2008. Laboratory Manual on Biotechnology. Meerutt: Rastogi
Publications.

Anda mungkin juga menyukai