PENDAHULUAN
Umumnya, asam amino bersifat larut dalam air, namun hanya sebagian
saja yang dapat larut dalam pelarut organik. Asam amino sendiri memiliki titik
lebur yang sangat tinggi, yaitu hingga lebih dari 200°C. Hal ini menggambarkan
bahwa terdapat energi yang besar untuk memecah ikatan ionik pada kisi-kisi
kristalnya. Sebagian besar asam amino mengalami sedikit peruraian apabila
dipanaskan mendekati titik didih maupun titik lelehnya. Hampir semua asam
amino memiliki satu atau lebih atom asimetris yang dapat menunjukkan adanya
kegiatan optis pada asam amino. (Suprayitno dan Sulistiyati, 2017)
Struktur dari asam amino umumnya tersusun dari satu atom C yang dapat
mengikat empat gugus, yaitu gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom
hydrogen, dan satu gugus sisa (R, residu). Asam amino diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu asam amino essensial dan asam amino non-essensial. Asam amino
essensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh, sehingga
kebutuhan protein dari makanan sangat diperlukan. Sedangkan asam amino non-
essensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh. (Minda Azhar,
2016)
Sifat reaksi kimia dari asam amino dapat diketahui dari proses penentuan
senyawa secara kualitatif dan kuatitatif. Penentuan senyawa secara kualitatif dan
kuantitatif tersebut, berupa degnaturasi protein terhadap panas dan ph ekstrim, uji
kelarutan asam amino, dan uji reaksi xanthoprotein. Untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap asam amino dan protein, beserta jenis penentuan senyawa
asam amino secara kualitatif dan kuantitatif, maka dilakukanlah praktikum ini.
Diharapkan setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat mencapai tujuan
dari praktikum.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari sifat-sifat reaksi asam amino.
2. Melakukan identifikasi asam amino dan protein
3. Menentukan senyawa-senyawa asam amino secara kualitatif dan kuatitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam struktur kimia asam amino, terdapat asam amino yang bermuatan
dan tidak bermuatan. Gugus karoksil bersifat sebagai donor proton, gugus amino
bersifat sebagai akseptor proton, dan rantai samping atau R memiliki sifat yang
khas. Atom C menjadi pusat dari rantai asam amino yang dinamakan atom C-α
yang mana bergugus karboksil. Oleh karena itu gugus amino yang berikatan
dengan atom C-α ini disebut dengan α-asam amino. Berikut adalah beberapa asam
amino yang umum ditemukan di dalam protein, yang merupakan polimer dari
asam amino itu sendiri, yaitu alanine, cysteine, glycine, leucine, lysine,
methionine, proline, serine, tyrosine, valin. Terdapat 20 senyawa pada asam
amino yang memiliki rumus adasar NH2CHRCOOH.
Selain asam amino yang terdapat dalam protein, ada pula asam amino dari
2 golongan lainnya. Yang pertama adalah asam amino yang didapat dari satuan
pembentuk protein. Yang termasuk dalam golongan ini merupakan 4-
hidroksilprolin, 5-hidroksilisin, desmosin dan isodemosin. Struktur dari asam
amino ini terdiri atas empat molekul lisin dengan gugus R yang bergabung lalu
membentuk lingkaran piridin yang bersubstitusi. Sedangakan golongan lainnya
adalah asam amino yang tidak termasuk dalam satuan pembentuk protein. Asam
amino ini bentuknya bebas dalam beberapa sel atau jaringan. Contoh dari
golongan ini ialah derivate α-asam amino. (Minda Azhar, 2016)
Protein adalah polimer dari asam amino, yang mana merupakan hasil dari
penyatuan antara satu asam amino dengan asam amino lain oleh ikatan peptida.
Protein terbentuk atas α-asam amino yang mengandung unsur-unsur seperti
karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen. Dalam protein terdapat rantai peptide
yang diibaratkan sebagai tulang punggung struktur protein, sedangkan ikatan
peptidak ialah faktor utama yang menentukan konfigurasi rantai tersebut.
Atom yang terikat langsung pada atom N dan juga C terletak pada bidang
datar, sedangkan atom nitrogen dengan gugus NH berkonfigurasi N trans dengan
atom O. panjang ikatn peptida C-N α lebih pendek dari ikatan C-N yang lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa ikatan peptide mempunyai karakter ikatan rangkap
yang cukup besar sehingga tidak dapat berotasi dengan bebas. Oleh karena itu,
rantai peptida dapat digambarkan terdiri atas sebuah seri bidang datar kaku yang
dipisahkan oleh gugus C-H-R.
Berdasarkan penyusun protein, asam amino dibagi menjadi dua jenis, yaitu
asam amino essensial dan non-essensial. Asam amino essensial adalah asam
amino yang dibutuhkan oleh tubuh, namun tuuh tidak dapat menyintesisnya
secara mandiri, sehingga diperlukan asupan lain dari luar tubuh. Asam amino ini
penting bagi tubuh karena digunakan sebagai penyusun protein atau kerangka
molekul-molekul lainnya. Contohnya yaitu leusine, methionine, fenilalanine, dan
valin. Sedangkan asam amino yang bersifat non-essensial ialah asam amino yang
mampu disintesis oleh tubuh. Contohnya yaitu, asparagine, asam glutamate,
glutamin, dan prolin. (Suprayitno dan Sulistiyati, 2017)
Jenis protein yang dibutuhkan kucing dan tidak dapat disintesis oleh
tubuhnya sendiri ialah taurine. Taurin berfungsi dalam penyerapan dan pelepasan
lemak, juga membantu meningkatkan volume sel otot pada kucing. Apabila
kucing kekurangan taurine, maka sistem metabolismenya akan terganggu, bahkan
kucing dapat mengalami kebutaan hingga kelainan pada embrio pada kucing
bunting. (Sanger, dkk. 2018)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
3.1.1 Denaturasi Protein oleh Panas dan Ph Ekstrim
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung raeksi
3. Pipet tetes
4. Penangas air
3.1.2 Uji Kelarutan Asam Amino
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
3.1.3 Uji Reaksi Xanthoprotein
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
3.2 Bahan
3.2.1 Denaturasi Protein oleh Panas dan Ph Ekstrim
1. Kasein 1 gr/L
2. NaOH
3. HNO3
4. HCl
3.2.2 Uji Kelarutan Asam Amino
1. Kasein 1 gr/L
2. HCl
3. NaOH
4. Aquades
5. Etanol 70%
6. Tyrosin 1 gr/L
7. Glysin 1 gr/L
3.2.3 Uji Reaksi Xantoprotein
1. Kasein 1 gr/L
2. HNO3
3. Fenol 1 gr/L
4. Tyrosin 1 gr/L
5. Glysin 1 gr/L
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Denaturasi Protein oleh Panas dan Ph Ekstrim
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masukkan 5 ml kasein 1gr/L ke dalam 3 tabung reaksi yang
berbeda.
3. Tambahkan 5 tetes NaOH pada tabung reaksi yang pertama.
4. Tambahkan 5 tetes HNO3 pada tabung reaksi yang kedua.
5. Tambahkan 5 tetes HCl pada tabung reaksi yang ketiga.
6. Letakkan ketiga tabung reaksi ke dalam penangas air selama 10
menit lalu dinginkan dengan suhu ruangan.
6. Tambahkan 2 ml HNO3 ke dalam 2 ml larutan protein, dan lakukan
secara perlahan melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2
lapisan pada tabung reaksi.
3.3.2 Uji Kelarutan Asam Amino
1. Masukkan 0,1 ml atau 2 tetes kasein 1 gr/L ke dalam tabung empat
rekasi yang berbeda-beda.
2. Masukkan 0,5 ml (10 tetes) HCl pekat ke dalam tabung reaksi
pertama.
3. Masukkan 0,5 ml (10 tetes) NaOH ke dalam tabung reaksi kedua.
4. Masukkan 0,5 ml (10 tetes aquades ke dalam tabung reaksi ketiga.
5. Masukkan 0,5 ml (10 tetes) etanol 70% ke dalam tabung reaksi
keempat.
6. Amati tiap-tiap tabung reaksi.
7. Tambahkan 0,1 ml (2 tetes) tyrosin 1 gr/L ke dalam tiap-tiap
tabung reaksi.
8. Amati kembali perubahan yang terjadi pada tiap tabung reaksi.
9. Tambahkan 0,1 ml (2 tetes) glysin 1 gr/L ke dalam tiap-tiap tabung
reaksi
10. Amati kembali perubahan yang terjadi pada tiap tabung reaksi.
Dalam uji yang sama sebuah kultur pada fase mid log
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm dan suhu 1°C selama 10
menit. Kemudian kultur dibilas dengan NaCl 0,85% sebanyak 2 kali.
Supernatan yang diperoleh diencerkan hingga diperoleh jumlah sel
1012 sel/ml dan ditempatkan di tabung inkubasi (yellow) sebanyak 5
ml. Selanjutnya dipanaskan dalam inkubator selama 0, 5, 10, 15, 30,
45 dan 60 menit. Kultur hasil pemanasan kemudian dihitung jumlah
selnya dengan teknik droptest. Kultur hasil pemanasan tersebut akan
diukur kandungan protein ekstraselular dan intraselularnya. (Sugoro
dan Tetriana, 2014)
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asam amino adalah senyawa organik yang mengandung gugus amino
(NH2) serta gugus asam kerboksilat (COOH). Asam amino yang saling beikatan
dengan ikatan peptida akan membentuk protein, atau dapat disebut sebagai
polimer dari asam amino. Umumnya, asam amino bersifat larut dalam air, namun
hanya sebagian saja yang dapat larut dalam pelarut organik. Asam amino sendiri
memiliki titik lebur yang sangat tinggi, yaitu hingga lebih dari 200°C. Penentuan
senyawa secara kualitatif dan kuantitatif tersebut, berupa degnaturasi protein
terhadap panas dan ph ekstrim, uji kelarutan asam amino, dan uji reaksi
xanthoprotein.
5.2 Saran
Diharapkan praktikum ini tak hanya sebagai pemenuhan penilaian semata.
Tetapi juga sebagai penambah ilmu bidang biokimia bagi tiap-tiap praktikan. Pun
kedepannya diharapkan praktikum dapat dilakukan secara langsung, agar
praktikum lebih mudah dilakukan dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel : Karbohidrat, Protein, dan Enzim.1st ed.
Padang : UNP Press Padang.
http://repository.unp.ac.id/454/1/Minda%20Azhar-eBuku%20Biomolekul%20sel-
2016.pdf
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech/article/view/5850
Sanger, G., Damngilala, L. J., Montolalu, L. A., Dotulong, V. 2018. Outline Buku
Ajar Kimia Pangan. 1st ed. Manado : Unsrat Press.
https://inspire.unsrat.ac.id/uploads/daring/berkas/2019-03-
11berkas1961010919860220016.pdf
Sugoro, Irawan., Tetriana, Devita. 2014. Kadar Protein Klebsiella pneumoiae
Hasil Pemanasan 65°C. Jurnal Biologi 7 (1) : 40-44.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah/article/view/2712
Suprayitno, Eddy., Dwi Sulistiyani, Titik. 2017. Metabolisme Protein. 1st ed.
Malang : UB Press.
https://books.google.co.id/books?
id=iXZODwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=asam+amino+dan+prote
in&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwifl_CE9dTsAhWS_XMBHXv1AIIQ6A
EwAHoECAEQAg#v=onepage&q=asam%20amino%20dan
%20protein&f=true
Wahjuni, Sri. 2013. Metabolism Biokimia. 1st ed. Denpasar : Udayana University
Press.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2c38007b586ffa59d79823
dad95fecc1.pdf