DIAGNOSA NIPAH

Diagnosa virus Nipah bisa diperoleh dari darah, tenggorokan, atau nasal swabs, cairan
serebrospinalis, urin, dan jaringan post mortem. Isolasi virus dengan identifikasi RNA
menggunakan reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR), deteksi antigen dengan
antibodi spesifik menggunakan pewarnaan imunohistokimia dari jaringan post mortem yang
dapat diidentifikasi terutama dari SSP diikuti paru atau ginjal. Pada pemeriksaan cairan
serebrospinal biasanya dijumpai peningkatan kadar protein serta jumlah sel darah putih (limfosit
ataupun polimorfonuklear). Gambaran foto paru sering menunjukkan adanya bintik granuler atau
infiltrat pada lapang paru. Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) dijumpai dengan adanya
gambaran perlambatan aktivitas elektrik otak yang menyeluruh, meski hal ini tidak berlangsung
terus menerus dan kadang dapat dijumpai aktivitas listrik yang sesuai dengan kondisi epilepsy.
Pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) ditemukan adanya beberapa lesi dengan
gambaran hiperintens tersebar yang merupakan gambaran serebritis, serta lesi-lesi fokal yang
tersebar (Rampengan, 2016). Tes serologik yang juga digunakan untuk mendiagnosa virus Nipah
adalah dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dengan deteksi antibodi saat host
terserang penyakit, atau paska pemulihan. Virus antigen yang ditangkap ELISA akan
menyediakan format tinggi dengan biaya yang relatif rendah untuk skrining sampel. Telah
dikembangkan antibodi monoclonal berbasis antigen untuk deteksi virus dan untuk diferensiasi
antara NiV dan HeV. Antibodi poliklonal dengan konstruksi DNA protein NiV-G juga
dikembangkan untuk digunakan dalam sistem sandwich ELISA. Hal ini ditujukan untuk
mencegah varian baru dari virus ini sebagai diagnosis cepat alternatif (Kulkarni, et al., 2013).
Kulkarni, D.D., Tosh, C., Venkatesh, G., Kumar, D.S. 2013. Nipah Virus Infection : Current
Scenario. Journal Indian Virology Society, 24 (3) : 398-408.
Rampengan, N.H. 2016. Virus Nipah. Jurnal Biomedik, 8 (2) : 67-71.