Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam amino adalah senyawa organik yang mengandung gugus amino

(NH2), sebuah gugus asam karboksilat (COOH) dan salah satu gugus lainnya,

terutama dari kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus dasar NH 2CHRCOOH.

Asam amino termasuk golongan senyawa yang salah satu fungsinya sangat

penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein oleh ikatan peptida.

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat

gugus, yaitu gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hydrogen (H),

dan satu gugugs sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping

yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya (Eddy, 2017).

Asam amino merupakan satuan yang menyusun peptida dan protein. Dari

demikian banyak ragam struktur yang dapat dijumpai, hanya 20 asam amino saja

yang penting dalam protein. Walaupun pembuatan peptida dan protein dari asam

amino sederhana dalam laboratorium melibatkan strategi yang agak piawai dan

teknik yang canggih, biosintesis memberikan contoh yang paling mempesonakan

dalam sintesis kimia. Molekul raksasa asam nukleat mengendalikan sintesis

protein yang mengatur proses kehidupan (Stanley, dkk., 1988).

Hal yang menarik bahwa protein pada semua bentuk kehidupan (organisme)

mengandung hanya 20 jenis asam amino, namun interkoneksinya menghasilkan

ragam makhluk hidup yang terhingga banyaknya. Penamaan asam amino dapat

dituliskan dengan nama biasa (umum), cara penamaan ini dapat pula digunakan

singkatan terutama jika asam amino dalam bentuk peptida dengan jumlah yang

banyak. Disamping itu, penamaan asam amina dapat juga menggunakan nama
sistematik (IUPAC). Nama asam amino mula-mula diberikan secara empirik.

Pembuatan peptida dan protein dari asam amino sederhana dalam laboratorium

melibatkan strategi dan teknik yang canggih (Eddy, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur asam amino secara umum?

2. Bagaimana reaksi kimia dari asam amino?

3. Bagaimana sintesis asam amino?

4. Apa klasifikasi dari asam amino?

5. Apa fungsi asam amino ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui srtuktur asam amino secara umum.

2. Untuk mengetahui reaksi kimia dari asam amino.

3. Untuk mengetahui sintesis asam amino.

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari asam amino.

5. Untuk menjelaskan fungsi asam amino.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Asam Amino

Asam amino merumapak monomer-monomer dari protein yang

merupakan penyusun dari protein-protein itu sendiri yang melalui ikatan

hidrogen.Asam amino bagi manusia sangat memiliki banyak manfaat, namun

tidak semua asam amino terdapat pada tubuh manusia atau dikatakan sebagai

asam amnio non esensial, sedangkan asam amino yang terdapat pada tubuh

manusia disebut asam amino esensial. Asam amino dapat dipandang sebagai

turunan dari asam karboksilat, yang satu atom hidrogennya diganti oleh gugus

amino (NH3). Asam amino tergolong amfoter yaitu dapat beraksi dengan asam

atau basa.

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat

empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H),

dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping

yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat

tersebut dinamai atom Cα (“C-alfa”) sesuai dengan penamaan senyawa bergugus

karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh

karena itu, gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut

merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan

sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping

dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar,

dan hidrofobik jika nonpolar


Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini

berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Perbedaan sifat

antara asam amino dengan asam karboksilat dan amino terlihat pula pada titik

leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat fisika ini menunjukan bahwa

asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai

polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan

gugus –NH2.Hal ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit

(Poedjiadi, 1994).

Semua senyawa organik, reaksi kimia asam amino mencirikan gugus

fungsional yang terkandung. Karena semua asam amino mengandung gugus

amino dan karboksilat, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang

mencirikan gugus ini. Sebagai contoh gugus amino dapat memberikan reaksi

asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi. Walaupun kita tidak akan menganalisa

semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino, terdapat dua reaksi penting yang

secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan identifikasi

asam amino (Lehninger, 1982).


2.2 Reaksi Asam Amino

Asam amino dapat menjalin reaksi pada gugus asam karboksilat atau amino.

a) Reaksi esterifikasi pada gugus karboksilat, dapat dituliskan seperti berikut.

b) Reaksi diasilasi gugus amino menjadi amida.

Kedua jenis reaksi ini bermanfaat dalam modifikasi atau pelindung

sementara bagi kedua gugus tersebut, terutama sewaktu mengendalikan penautan

asam amino untuk membentuk peptida atau protein.

c) Reaksi Ninhidrin

Ninhidrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan

menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari

triketon siklik. Bila bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan zat warna

ungu. Perhatikan reaksi seperti berikut.

Hanya atom nitrogen dari zat ungu yang berasal dari asam amino, selebihnya

terkonversi menjadi aldehida dan karbondioksida. Jadi, zat warna ungu yang
dihasilkan dari asam amino α dengan gugus amino primer, intensitas warnanya

berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada. Adapun prolina yang

mempunyai gugus amino sekunder bereaksi dengan ninhidrin menghasilkan

warna kuning.

2.3 Sintesis Asam Amino

Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non

esensial, melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non

asam amino menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen.

Tetapi, hati merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi

surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui

transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah

menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak

melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta

glukogenik dan ketogenik. Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino

yang dapat masuk ke jalur produksi piruvat atau intermediat siklus asam sitrat

seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan

prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino

kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah

asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat

asetil KoA atau asetoasetil KoA.

Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin,

triptofan, dan tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita

kenal bahwa ada 3 kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan


kelaparan pengurangan rangka karbon digunakan untuk menghasilkan energi,

dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan H2O.

Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita

sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini

dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat

disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-

esensial. Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein

atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu

spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu

memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan.

Bagi manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino

esensial yang harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusina, leusina, lisina,

metionina, fenilalanina, treonina, triptofan, dan valina. Histidina dan arginina

disebut sebagai "setengah esensial" karena tubuh manusia dewasa sehat mampu

memenuhi kebutuhannya. Asam amino karnitina juga bersifat "setengah esensial"

dan sering diberikan untuk kepentingan pengobatan. Berdasarkan prekursor nya,

biosintesis asam amino dibagi menjadi 6 famili:

1. α – ketoglutarat

2. 3-phosphogliserat

3. Oksaloasetat

4. Piruvat

5. fosfoenolpiruvat dan eritrose -4P

6. Ribosa 5-P
Asparagin dan glutamine, masing masing merupakan bentuk senyawa

amida dari asam aspartat dan asam glutamat dan mudah terhidrolisis oleh asam

atau basa. Sistein yang mengandung gugus tiol dan tirosin yang mengandung

gugus hidroksil fenol bersifat paling mengutub dalam golongan asam amino

ini.Golongan asam amino ini bermuatan negative pada pH 6.0-7.0 dan terdiri dari

asam aspartat dan asam glutamat yang masing-masing mempunyai dua gugus

karboksil (COOH).Asam amino dengan gugus R bermuatan positif (Asam amino

basa) Golongan asam amino ini bermuatan positif pada pH 7.0 terdiri dari lisin,

histidin dan arginin

1. Lisin mengandung satu lagi gugus amino pada posisis e dari rantai R

alifatik

2. Histidin mengandunga gugus lemah imidazolium pada pH 6.0 lebih dari

50 % molekul histidin bermuatan positif sedangkan pada pH 7.0 kurang

dari 10 %bermuatan positif.

3. Arginin mempunyai gugus guanido pada gugus R-nya.

Berdasarkan biosintesis, Asam Amino diklasifikasikan menjadi tiga jenis,

yaitu Asam amino essensial, Asam amino nonessensial dan Asam amino essensial

bersyarat.

1. Asam amino esensial, adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi

sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan. Jenis-

jenis Asam amino esensial yaitu : Histidin, Isoleusin, Leusin, Lysin,

Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triftofan, Valin.


2. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri

oleh tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah

dibandingkan dengan asam amino esensial.

3. Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-esensial,

namun pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras,

produksi dalam tubuh tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan

sehingga harus didapat dari makanan maupun suplemen protein.

Tabel asam amino esensial dan asam amino nonesensial

2.4 Klasifikasi Asam Amino

Berdasarkan rantai samping penyusunnya, asam amino diklasifikasikan

menjadi 4 kelas yaitu:

a)Gugus R nonpolar atau hidrofobik

b)Gugus R netral (tidak bermuatan) polar

c)Gugus R bermuatan positif

d)Gugus R bermuatan negatif


2.5 Fungsi Asam Amino

Adapun fungsi asam amino sebagai berikut

1. Glisin

Glisina Fungsi : sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf pusat

(CNS) dan merupakan asam amino penting yang diperlukan kelenjar prostat.

Manfaat : Glisina merupakan asam amino nonesensial bagi manusia. Tubuh

manusia memproduksi glisina dalam jumlah mencukupi. asam amino ini memiliki

khasiat bisa mencegah atau mengatasi hipertrofi atau pembesaran prostat jinak

(begin prostatic hyperplasia) pada kaum pria.

2. Alanin

Alanina dapat berperan dalam pengenalan substrat atau spesifisitas,

khususnya dalam interaksi dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses

pembentukan glukosa dari protein, alanina berperan dalam daur alanina. Dan

mrupakan asam amino penting yang diperlukan kelenjar prostat Manfaat : asam
amino ini memiliki khasiat bisa mencegah atau mengatasi hipertrofi atau

pembesaran prostat jinak (begin prostatic hyperplasia) pada kaum pria.

3. Leusin

Leusin berperan dalam menjaga perombakan dan pembentukan protein

otot. Manfaat : Asam amino ini mutlak diperlukan dalam perkembangan anak-

anak dan dalam kesetimbangan nitrogen bagi orang dewasa

Isoleusina Fungsi : Sebagai penyusun utama protein. Manfaat : asam amino ini

merupakan asam amino esensial dalam tubuh.

4. Serin

Serin merupakan asam amino penyusun protein, Serina penting bagi

metabolismekarena terlibat dalam biosintesissenyawasenyawa purin dan

pirimidin, sistein, triptofan (padabakteria), dan sejumlah besar metabolit lain.

Manfaat : asam amino esensial bagi manusia. Sebagai penyusun protein non-

enzim, rantai sampingnya dapat mengalami glikolisasiyang dapat menjelaskan

gangguan akibat diabetes. Serina juga merupakan satu dari tiga asam amino yang

biasanya terfosforilasioleh enzim kinase pada saattransduksi signal pada eukariota

Fungsi Treonina : Kehadiran enzim treonina-kinase dapat menyebabkan

fosforilasipada treonina, menghasilkan fosfotreonina, senyawa antara penting

pada biosintesis metabolit sekunder. Manfaat : Bagi manusia, treonina bersifat

esensial. Tubuh manusia tidak memiliki enzim pembentuk treonina namun

manusia memerlukannya, sehingga treonina esensial (secara gizi)


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1 .Struktur asam amino adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus

amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa

(R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan

satu asam amino dengan asam amino lainnya.

2. Asam amino dapat menjalin reaksi pada gugus asam karboksilat atau amino

yaitu reaksi estrifikasi pada gugus asam karbiksilat, reaksi diasilasi gugus amino

menjadi amida dan reaksi ninhidrin

3. Sintesis pada asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita

sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini
dinamakan asam amino esensial. menghasilakan asam amino esensial dan asam

amino nonesensial

4. Berdasarkan rantai samping penyusunnya, asam amino diklasifikasikan menjadi

empat kelas yaitu, gugus R nonpolar atau hidrofobik, gugus R netral (tidak

bermuatan) polar, gugus R bermuatan positif dan gugus R bermuatan negatif

5. Fungsi asam amino sangat banyak untuk tubuh, sehingga asam amino sangat
dibutuhkan dalam kehidupan ini

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2005, Kmia Dasar Edisi Ketiga Jlid 2: Konsep-Konsep Dasar, Jakarta:
Erlangga.

Colby, D. S., 1985, Ringkasan Biokimia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Fessenden, R. J., 1986, Kimia Organik, Binarupa Aksara,

Sumahardjo,D., 2006, Pengantar Kimia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Jakartahttp://ichalsains.blogspot.com/2010/09/sintesis-asam-amino.html

https://diploma.chemistry.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/01/2.-PROTEIN.pdf

Anda mungkin juga menyukai