Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PROTEIN

A. TUJUAN

Mengetahui beberapa macam identifikasi dan sifat-sifat umum protein.

B. DASAR TEORI

Protein merupakan termasuk persenyawaan penting dalam makhluk hidup. Sesuai


dengan namanya, kata protein berasal dari bahasa yunani “proteos” yang artinya
pertama. Protein adalah poliamida, dan hidrolisis protein menghasilkan asam-asam
amino. [1]

1. Asam Amino

Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-aminokarboksilat.


Variasi dalam struktur monomer-monomer ini terjadi dalam rantai samping.[2] Asam-
asam amino tersederhana adalah aminoasetat (H2NCH2CO2H), yang disebut glisena
(glysine) yang tidak memiliki rantai samping, dan karena itu tidak mengandung satu
karbon kiral. Semua asam amino lain memiliki rantai samping, dan karena itu karbon α-
nya bersifat kiral. Asam amino yang berasal dari protein termasuk dalam deret-L –
artinya, gugus-gugus disekeliling karbon α mempunyai konfigurasi yang sama seperti
dalam L-gliseraldehida.

a. Struktur Asam Amino

Asam amino yang disambung-sambungkan dengan ikatan peptida membentuk struktur


primer protein. Susunan asam amino menentukan sifat struktur sekunder dan tersier.
Pada setiap molekul asam amino sekurang-kurangnya mengandung dua buah gugus
fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Struktur asam
amino mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (α), yaitu atom C yang
terikat pada gugus karboksil.[3]
ᵞ ᵝ α

Semua asam amino yang ditemukan pada protein memiliki ciri yang sama, yaitu gugus
karboksil dan amina terikat pada atom karbon yang sama. Perbedaan asam amino satu
dengan yang lainnya terletak pada rantai sampingnya.rantai samping yang
dilambangkan dengan R dapat berupa alkil, cincin benzena, alkohol, dan turunannya.
Ada 20 asam amino yang sering dijumpai dalam protein (Alanin, arginin, asparagin,
asam aspartat, sistein, glutamin, asam glutaamat, glisin, histidin, isoleusin, leusin, lisin,
metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin).[4] Adapun
beberapa contoh struktur dari asam amino.

b. Sifat-sifat Asam Amino

· Sifat Amfoter

Gugus fungsional pada asam amino, yaitu karboksil dan amina, keduanya
mempengaruhi sifat keasaman asam amino.

Gugus karboksil (-COOH) bersifat asam.

Gugus amina (-NH2) bersifat basa.

Dengan demikian, asam amino dapat bereaksi dengan asam maupun basa sehingga
disebut bersifat amfoter atau amfiprotik. Sifat amfoter tampak pada asam amino yang
hanya mengikat satu gugus -COOH dan satu gugus -NH2. Adapun asam amino yang
mengikat lebih dari satu gugus –COOH dan satu gugus -NH2, akan lebih bersifat asam,
contohnya adalah asam glutamat dan asam aspartat.[5]

· Ion Zwitter

Pada asam amino ada gugus yang dapat melepaskan ion H+ dan ada gugus yang dapat
menerima ion H+. Akibatnya, terbentuk molekul yang memiliki dua jenis muatan, yaitu
muatan positif dan muatan negatif, dengan kata lain keragaman sifat asam amino juga
dapat diidentifikasi dari gugus fungsinya yaitu gugus karboksilat yang memberikan ion
karboksilat dan gugus amino yang akan terprotonasi menjadi ion amonium. Struktur
seperti ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter ion.[6] Ion zwitter tidak akan
bergerak menuju katode atau anode dalam medan listrik. Hal ini menunjukan bahwa ion
zwitter bukan suatu ion, melainkan suatu molekul netral.[7]

· Optis Aktif

Semua asam amino kecuali glisin, memiliki atom C asimetris atau atom C kiral, yaitu
atom C yang mengikat empat gugus yang bebeda (gugus –H, -COOH, -NH2, dan –R).
Oleh karena itu, semua asam amino kecuali glisin bersifat optis aktif. Artinya, senyawa
tersebut dapat memutar bidang polarisasi cahaya.[8]

c. Titik isoelektrik

Titik isoelektrik merupakan keadaan dimana ketika dilewatkan arus listrik tidak terjadi
perpindahan dari anion atau kation keelektroda-elektrodanya atau berada pada keadaan
setimbang atau muatan listriknya sama dengan nol.

Asam-asam amino akan bermuatan positif jika berada dalam larutan asam (pH rendah)
dan bermuatan negatif dalam larutan basa (pH tinggi). Bila asam amino dalam suasana
basa ditempatkan dalam medan listrik, maka asam amino akan bergerak ke arah anoda
(elektroda positif). Sebaliknya dalam suasana asam, asam amino akan bergerak ke arah
katoda (elektroda negatif). Jika berada dalam kesetimbangan berarti asam amino berada
dalam bentuk dipolar atau zwitter ion dan tidak mempunyai muaan listrik atau muaan
listriknya sama dengan nol. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini jika dilewatkan
arus listrik tidak terjadi perpindahan dari anion atau kation ke elektroda-elektrodanya.
Konsentrasi ion hidrogen (pH) yang tidak dipengaruhi oleh medan listrik disebut titik
isoelektrik asam amino.

Asam amino netral

Asam amino netral yang non polar umumnya adalah yang paling sukar larut dalam air
dari seluruh 20 asam amino. Pada pH 6-7 mereka berada sebagai ion dipolar yang
netral. Tak satupun dari asam amino ini yang gugus fungsional rantai cabangnya dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air (Nitrogen Heterosiklik dari triptofan tak
membentuk ikatan hidrogen dengan air karena pasangan elektronnya adalah sebagian
dari awan elektron pi (τ)). Gugus sulfida dalam metionin tak polar sehingga tak
membentuk ikatan hidrogen dengan air.[9]

Dua asam amino mempunyai gugus R yang bermuatan negatif (asam)


Asam amino yang mempunyai gugus R yang bermuatan total negatif pada pH 7.0
adalah asam aspartat dan asam glutamat, masing-masing mempunyai tambahan gugus
karboksil. Asam amino ini merupakan senyawa induk asparagin dan glutamin berturut-
turut.[10]

Tiga asam amino mempunyai gugus R bermuatan positif (basa)

Asam amino yang mempunyai gugus R dengan muatan total positif pada pH 7,0 adalah
lisin, yang mengandung tambahan gugus amino (kedua) pada posisi e di rantai
alifatiknya; arginin, yang mengandung gugus guanidino bermuatan positif; dan histidin
yang mengandung gugus imidazol yang mengion sedikit.[11]

Muatan akhir dari suatu asam amino beragam sesuai dengan perubahan pH larutan.
Misalnya bila alanin dilarutkan dalam larutan asam (pH rendah) akan ada perubahan
proton sehingga akan membentuk kation. Bila pH larutan dinaikkan (penambahan basa),
kation alanin berubah, mula-mula menjadi ion dipolar yang netral kemudian menjadi
anion.[12]

Karena asam amino mempunyai pH isoelektrik yang berbeda, maka capuran berbagai
macam asam amino dapat dipisahkan secara elektroforesis[13], yaitu suatu proses
mengukur perpindahan ion dalam suatu medan listrik. Proses ini dilaksanakan dengan
menaruh suatu larutan asam amino pada suatu adsorben diantara sepasang elektroda.
Dalam proses ini, anion akan berpindah ke elektroda negatif dan kation akan berpindah
ke elektroda positif.[14]

2. Peptida dan Ikatan Peptida

Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam amino.[15] Ikatan
peptide merupakan ikatan amida yang terbentuk dari gugus α-amino dari suatu asam
amino dan gugus karboksilat dari gugus amino lainnya. Amida mengandung gugus
nitrogen yang terikat pada karbon karbonil. Nitrogen dari amida tidak bersifat basa, hal
tersebut dikarenakan pasangan electron tidak dapat didelokasikan oleh gugus karbonil
sehingga tidak dapat bereaksi dengan proton.[16]

Sifat ikatan rangkap antara karbon amida dan nitrogen lebih pendek (1,32 Å) daripada
ikatan tunggal karbon-nitrogen (C-N; 1,48 Å) akan tetapi lebih panjang daripada ikatan
rangkap karbon-nitrogen (C N; 1,27 Å)

Ikatan dalam Gugus Amida:


3. Protein

a. Klasifikasi Protein

Menurut klasifikasi asli yang dimodifikasi, protein dapat dibagi menjadi 3 golongan :
[17]

· Protein Serat

Protein Serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam kulit,
rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi menjadi collagen
yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon; dan keratin yaitu
protein pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut.

· Protein Bujur Telur

Protein Bujur Telur bentuknya bujur telur atau bulat lonjong. Umumnya (tetapi tidak
selalu) larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi yang lebih modern
lebih mudah diklasifikasi menurut fungsinya (seperti enzim atau hormon). Cara
klasifikasi lama protein bujur telur ini dibagi menjadi beberapa sub bagian, empat
diantaranya adalah :[18]

Albumin dapat diidentifikasi karena larut dalam air dan larutan garam. Albumin yang
khas terdapat dalam darah (protein serum) dan putih telur (albumin telur).

Globulin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan garam encer. ɤ-Globulin, suatu
globulin yang khas adalah campuran orotein yang dapat diisolasi dari serum darah dan
mengandung antibodi.

Histon dan Protamin adalah protein basa yang larut dalam air. Dibandingkan dengan
protein yang lain, histon dan protein menghasilkan konsentrasi asam amino basa yang
besar. Protamin mengandung jumlah argirin yang tinggi, kira-kira 70-80% dari kadar
seluruh asam aminonya. Histon dibedakan dari potamin berdasarkan sumbernya dan
banyaknya macam asam amino yang dikandung. Histon dan protamin biasanya
ditemukan bergabung dengan asam nukleat.

· Protein Gabungan

Protein Gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa bukan protein.
Misalnya protein dalam hemoglobin bergabung dengan besi yang menandung heme
bukan protein. Bagian non protein dalam protein gabungan seperti heme dalam
hemoglobin disebut gugus prostetik.

Klasifikasi beberapa protein berdasarkan fungsinya:


Kelas

Fungsi Umum

Protein untuk kontraksi

Merubah energi kimia menjadi energi mekanik

Enzima

Katalisator biokimia

Hormon

Membantu mengatur metabolisme

Protein pelindung

Mengenal dan menetralkan molekul yang menyerang, membantu memperbaiki sel

Protein cadangan

Menyimpan asam amino dalam telur dan biji-bijian

Protein struktural

Membantu mempersiapkan bentuk struktural suatu organisme

b. Struktur Protein

Protein merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari hasil polimerisasi


kondensasi berbagai asam amino. Setiap molekul protein mengandung sekitar 20 jenis
asam amino yang berikatan, dengan jumlah asam amino yang dapat mencapai ribuan.
Antarmolekul asam amino berikatan kovalen yang disebut ikatan peptida. Ikatan peptide
ini terjadi antara atom C dari gugus (-COOH) dan atom N (dari gugus NH2).[19]

Struktur primer protein berkaitan dengan ikatan peptida. Struktur sekunder protein
berkaitan dengan pelipatan struktur primer.pada protein terdapat ikatan hidrogen antara
nitrogen amida dan oksigen karbonil yang merupakan ikatan yang dapat menstabilkan.
Ikatan tidak berarti pada medium air dan yang berperan untuk menytabilkan adalah gaya
vanderwals dan antaraksi hidrofobik antara rantai samping yang apolar. Struktur
sekunder dapat berupa struktur pilinan α-helik atau struktur lembaran. Struktur pilinan
distabilkan oleh ikatan hidrogen intramolekul , struktur lembaran oleh ikatan hidrogen
antar molekul. Struktur tersier protein meliputi pola pelipatan rantai menjadi satuan
yang padat yang distabilkan oleh ikatan hidrogen, gaya van derwaal, jembatan disulfida
dan antaraksi hidrofob. Struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan dari unit-
unit protein.[20]

c. Denaturasi Protein

Denaturasi adalah suatu proses yang dapat mengubah struktur molekul tanpa memutus
ikatan kovalen. Denaturasi Protein adalah berubahnya struktur struktur protein dari
struktur asalnya atau struktur alaminya, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh
faktor suhu yang tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organic, zat kimia tertentu
seperti urea, atau pengaruh mekanik (guncangan).[21] Denaturasi biasanya disertai oleh
hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan
fungsi seperti kelarutan.

d. Renaturasi

Renaturasi adalah pross pembentukan struktur kembali setelah terjadi denaturasi. [22]

e. Hidrolisis protein

Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu molekul menjadi senyawa-senyawa yang


lebih sederhana dengan bantuan molekul air. Sedangkan hirolisis protein adalah proes
pemecahnya atau putusnya ikatan peptida dari protein menjadi molekul yang lebih
sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan perubahan protein yaitu
meingkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan
berkurangnya berat molekul protein dan peptida.

Hidrolisis adalah proses pemecahan suatu molekul menjadi senyawa-senyawa yang


lebih sederhana dengan bantuan molekul air. Sedangkan hirolisis protein adalah proes
pemecahnya atau putusnya ikatan peptida dari protein menjadi molekul yang lebih
sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan perubahan protein yaitu
meingkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan
berkurangnya berat molekul protein dan peptida.

Tiga cara yang dapat ditempuh dalam hidrolisis protein:

· Hidrolisis asam

Digunakan asam kuat anorganik seperti HCl atau asam sulfat pekat dan dipanaskan
dalam suhu mendidih, dapat dilakukan pada tekanan > 1 atm selama beberapa jam.
Hidrolisis ini mengakibatkan rusaknya asam amino.

· Hidrolisis basa

Basa yang digunakan adalah NaOH dan KOH. Basa ini pada suhu tinggi dan selama
beberapa jam , tekanan >1atm dapat memecahkan ikatan polipeptida.
· Hidrolisis enzimatik

Digunakan enzim dalam proses hidrolisis ini. Enzim yang digunakan adalah satu jenis
enzim, atau abanyak enzim dengan jenis yang berbeda. Hidrolisis ini tidak
mengakibatkan kerusakan asam amino dan asam-asam amino bebas serta peptida
dengan rantai pendek yang dihasilkan lebih bervariasi.

4. Uji-uji asam amino, peptida dan protein

a. Uji Sifat Amfoter

Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter
(dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam kimia, amfoter merujuk pada zat
yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Perilaku ini terjadi bisa karena memiliki
dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai kemampuan
seperti itu.[23]

b. Uji Biuret

Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada
senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Uji ini dapat dilakukan dengan cara :
sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH dan beberapa
tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi ungu mka laruta tersebut
mengandung protein. [24] Dalam larutan basa Cu2+ membentuk kompleks dengan
ikatan peptida (-CO-NH-) suatu protein yang menghasilkan warna ungu dengan
absorbans maksimum pada 540nm. Absorban ini berbanding langsung dengan
konsentrasi protein dan tidak tergantung pada jenis protein karena seluruh protein pada
dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama per satuan berat.[25]

c. Uji Xantoprotein

Uji Xantoprotein digunakan untuk menentukan adanya cincin benzena dalam suatu
senyawa. Uji ini dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin benzena dari asam
amino penyusun protein. Apabila larutan berubah menjadi kuning maka larutan
mengandung protein. Warna kuning pada larutan ini disebabkan terbentuknya suatu
enyawa polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena, seperti tirosin, fenilalanin dan
triptofan.[26]

d. Uji Millon

Pereaksi Millon dibuat dengan melarutkan merkuri di dalam asam-asam nitrat pekat,
kemudian dilarutkan dengan air. Pereaksi mengandung merkuri nitrat dan nitrit. Tes ini
akan memberikan warna merah atau endapan merah, bila protein dibiarkan beberapa
lama dengan pereaksi atau bila campuran dipanaskan. Reaksi tergantung adanya gugus
hidroksifenil, jadi tes positif untuk adanya tirosin. Senyawa yang bukan protein, seperti
fenol, asam salisilat, juga memberikan tes positif.[27]

e. Uji Hidrolisis Protein

Hidrolisis protein adalah proses pecahnya atau terputusnya ikatan peptida dari protein
menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan
beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya
kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida,
rusaknya struktur globular protein.

f. Uji Denaturasi Protein

Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul bagian dalam
yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam.
Pelipatan atau pembakikkan akan terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu
protein akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul
mengembang menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan
meningkat.

Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur
sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak cukup kuat untuk
memutuskan ikatan peptida, dimana struktur primer protein tetap sama setelah proses
denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder dan
tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang
membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan
disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan.
Denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi protein.[28]

5. Analisa bahan

a. Larutan asam L-aspartat 0,1 M

Asam L-aspartat merupakan asam amino yang bersifat asam (rantai samping bersifat
asam yaitu asam karboksilat). Pada pH= 7, gugus asam karboksilat ini mengion. Hal ini
menyebabkan asam aspartat sering disebut dengan ion karboksilatnya saja yaitu
aspartat.[29]

b. Larutan glisin 0,1 M

Glisin termasuk asam amino yang paling sederhana, tidak mempunyai rantai samping.
Glisin merupakan asam amino yang bersifat netral. Dengan titik isoelektrik = 6,0. Glisin
termasuk dalam golongan rantai samping alifatik meskipun glisin tidak mempunyai
rantai samping.[30]

c. Larutan putih telur


Telur mengandung 12,9 g/100g protein .[31] putih telur (albumin) larut dalam air yang
tidak mengandung garam.[32]

d. HCl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam
kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri.

e. HNO3

Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa sebesar -2. Di dalam
air, asam ini terdisosiasi menjadi ion-ionnya, yaitu ion nitrat NO3− dan ion hidronium
(H3O+). Garam dari asam nitrat disebut sebagai garam nitrat (contohnya seperti
kalsium nitrat atau barium nitrat). Dalam temperatur ruangan, asam nitrat berbentuk uap
berwarna merah atau kuning. Asam nitrat dan garam nitrat adalah seseatu yang berbeda
dengan asam nitrit dan garamnya, garam nitrit.

f. NaNO3

Natrium nitrat ialah tipe garam (NaNO3) yang telah lama digunakan sebagai komposisi
bahan peledak dan dalam bahan bakar padat roket, juga pada kaca dan pelapis tembikar,
dan telah ditambang secara luas untuk tujuan itu. Senyawa ini juga disebut caliche,
saltpeter, dan soda niter.Natrium nitrat juga diolah secara sintetis dengan mereaksikan
asam nitrat dengan abu soda.Natrium nitrat memiliki sifat antimikrobial sehingga
digunakan sebagai pengawet makanan.

g. Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengancincin fenil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

h. NaOH

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksidasi basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.Natrium hidroksida adalah basa yang paling
umum digunakan dalam laboratorium kimia.

i. Urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama
carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.

j. CuSO4

Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa kimia
dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan kederajatan
hidrasi yang berbeda-beda. Bentukanhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-
abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna biru terang.[33]

k. AgNO3

Perak nitrat merupakan sebuah senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3.
Senyawa ini adalah senyawa paling serbaguna di antara senyawa perak lainnya, dan
digunakan pada fotografi. Senyawa ini lebih tidak sensitif terhadap sinar matahari
daripada perak halida. Senyawa ini dulu disebut lunar kaustik karena perak dulunya
disebut luna oleh para alkemis kuno yang percaya bahwa perak berasosiasi dengan
bulan.Dalam bentuk padatan, ion senyawa ini akan berbentuk trigonal planar.[34]

C. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Tabung reaksi + rak

2. Alat refluks

3. Corog penyaring panjang

4. Aluminium foil

5. Botol semprot

6. Kertas lakmus

Bahan :

1. Larutan HCl 10% dan 20%

2. Larutan NaNO3 5%

3. HNO3 pekat

4. Laruan fenol 80% dalam air (baru)

5. Larutan asam L-aspartat 0,1 M

6. Larutan tirosin 0,1 M


7. Larutan glisin 0,1 M

8. Larutan NaOH 10%

9. Larutan putih telur

10. Urea

11. CuSO4 2%

12. Putih telur

13. AgNO3

D. CARA KERJA

1. Sifat Amfoter dan Kelarutan

Tabung A

Tabung B

Tabung C

Tabung D

0,1 gram glisin

Lar. Asaam aspartat

Lar. tirosin

Lar. Putih telur

→ Ditambahkan dengan 2 ml aquades.

→ Diamati kelarutan dan keasaman masing masing tabung.

Tabung A

Tabung B

Tabung C

Tabung D
→ Ditambahkan 1 ml NaOH 1% .

→ Diamati kelrutan dan keasaman masing-masing tabung.

Tabung A

Tabung B

Tabung C

Tabung D

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

2. Uji dengan asam nitrit

Tabung A

0,1 gram glisin + 5 ml HCl 10%

→ Didinginkan sampai 0 0C.

→ Ditambahkan NaNO3

HASIL

Tabung B
0,1 gram glisin + 5 ml HCl 10 %

→ Pada suhu kamar

→ Ditambahkan NaNO3

HASIL

Tabung C

Lar. Putih telur + 5 ml HCl 10 %

→ Didinginkan sampai 00C

→ Ditambahkan NaNO3

HASIL

Tabung D

Lar. Putih telur + 5 ml HCl 10%

→ Pada suhu kamar.

→ Ditambahkan NaNO3

HASIL

3. Uji Biuret

0,5 gram urea

→ Diletakkan dalam tabung reaksi.

→ Dipanaskan hingga timbul padatan.

→ Didinginkan.

→ Dilarutkan dalam 3 ml aquades.

→ Disaring filtrat yang diperoleh.

→ Ditambahkan 2 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 2%

→ Diamati perubahan yang terjadi

HASIL
2 ml lar. Putih telur + 2 ml aquades

→ Dimasukkan dalam tabung reaksi

→ Ditambahkan 2 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 2%

→ Diamati perubahan yang terjadi

HASIL

4. Uji Xantoproteat

Tabung A

Tabung B

Tabung C

0,1 gram glisin

10 tetes lar. Putih telur

10 tetes asam L-aspartat

→ Ditambahkan beberapa tetes HNO3 pekat pada tiap tabung.

→ Dipanaskan

→ Diamati perubahan yang terjadi.

→ Didinginkan campuran.

→Ditambahkan NaOH 1% berlebih

→ Diamati

HASIL

5. Hidrolisis Protein

Larutan Albumin (Putih telur)

→ Dimasukkan kedalam labu alas bulat.

→ Ditambahkan 20 ml HCl 20%, refluks selama 45 menit.

→ Dibandingkan (pada t =15 menit, dan t = 45 menit)


HASIL

→ Diambil 10 ml (masing-masing tabung 5 ml)

Tabung 1

Tabung 2

+ 1 ml NaNO2 5 %

+ 3 ml NaOH 10 % dan 2 tetes CuSO4

Dibandingkan timbulnya gas yang terjadi dengan sebelumnya

Dipanaskan dan diamati perubahannya

HASIL

6. Denaturasi Protein

a. Denaturasi dengan ion logam berat

2 ml lar. Putih telur

→ Dimasukkan dalam tabung reaksi

→ Ditambahkan larutan AgNO3 2% tetes demi tetes.

→ Diamati perubahan yang terjadi

HASIL

b. Denaturasi dengan pemanasan

2 ml lar. Putih telur

→ Dimasukkan dalam tabung reaksi.

→ Dipanaskan.

→ Diamati perubahan yang terjadi

HASIL

E. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat Amfoter dan Kelarutan

Tabung A (0,1 gram glisin)

Tabung B (larutan asam aspartat)

Tabung C (larutan tirosin)

Tabung D (lar. Putih telur)

+ aquades

Kelarutan

Larut

Larut

Larut sebagian

Keasaman

pH=6 (netral)

pH=4 (asam)

pH=2 (Asam)

+ NaOH

Kelarutan

Larut

Larut

Larut

Keasaman

pH=4 (asam)
pH=4 (asam)

pH=13 (basa)

2. Uji dengan Asam Nitrit

Tabung A (0,1 glisin)

Tabung B (0,1 glisin)

Tabung C (larutan putih telur)

Tabung D (lar. Putih telur)

Didinginkan 00C

Suhu kamar

Didinginkan 00C

Suhu Kamar

+ 5 ml HCl 10 %

Larutan bening dan Larutan tidak berbau

Larutan bening

Terbentuk seperti gelatin

Terbentuk seperti gelatin

+ NaNO2

Larut, Larutan tidak berbau

Terbentuk endapan, banyak gelembung, larutan bau tidak enak

Terdapat 2 gumpalan, atas berwarna hijau sedangkan yang bawah putih, gelembung
lebih sedikit, warna hijau muda, tidak berbau

Gumpalan tambah banyak, warna gumpalan kuning kehijauan, hijau muda, dan larutan
warna putih kuning kehijauan
3. Uji Biuret

Urea dipanaskan timbul bau gas

Filtrat dari urea

Larutan putih telur

+ NaOH 10%

Larutan bening

Larutan bening agak kental

+ CuSO4 2%

Larutan berwarna sedikit ungu

Larutan kental berwarna ungu

4. Uji Xantoproteat

Tabung A (glisin)

Tabung B (lar. Putih telur)

Tabung C (asam aspartat)

+ HNO3 pekat dipanaskan

Larutan bening terdapat sedikit gelembung

Larutan kuning, putih telur matang

Terjadi letupan, larutan bening kental

Didinginkan,

+ NaOH

Gelembung banyak, warna larutan kuning muda, gumpalan berwarna kuning-putih


Larutan bening

5. Hidrolisis Protein

Larutan albumin

Pemanasan / refluks

15 menit

45 menit

Menggumpal, berbusa

Coklat, menggumpal, bau tidak sedap

Hasil refluks + NaNO2 5%

Hasil refluks + NaOH 10% + CuSO4 2%

Terbentuk 2 lapisan padatan putih kehijauan dan larutan berwarna kekuningan

+ NaOH 10%= menjadi bening ada gumpalan cokelat

+ CuSO4 2% = menjadi ungu,

Sebelum dipanaskan = terbentuk 2 lapisan, bening dan endapan coklat muda

Dipanaskan = endapan menyebar melayang-layang

6. Denaturasi Protein

Larutan allbumin + AgNO3 2%

Larutan albumin dipanaskan

Terbentuk larutan bening dan terdapat gumpalan putih diatas

Meletup-letup, kental, terdapat gumpalan (putih telur matang)

F. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa uji identifikasi protein yang bertujuan untuk
mengetahui beberapa macam identifikasi dan sifat-sifat umum protein. Pada uji protein
ini dilakukan beberapa uji, yaitu:

1. Sifat Amfoter dan Kelarutan

Asam amino bersifat kurang basa daripada sebagian besar asam karboksilat. Asam
amino dapat mengalami reaksi asam-basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar
yang disebut zwitter ion (ion –COO- dan ion –NH3+). Oleh karena itu, asam bersifat
amfoter (dapat bereaksi dengan asam ataupun basa).

Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non
polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam
karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik
yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik.

Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa ketika sampel ditambah aquades bertindak
sebagai asam dan larut dalam air, namun pada larutan putih telur hanya larut sebagian
dan bersifat basa (pH=12). Sedangkan ketika dalam larutan basa (NaOH), sampel
menunjukan pH yang cenderung ke basa.

2. Uji dengan asam nitrit

Pada asam amino terdapat gugus karboksil yang dapat dilepaskan dengan proses
dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat
bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Dari hasil pengamatan yang
didapatkan bahwa ketika dalam keadaan suhu kamar gelembung gas nitrogen yang
didapatkan lebih banyak dari pada ketika suhu 0o C karena suhu juga mempengaruhi
dalam pemutusan ikatan antara gugus karboksil dengan atom N.

3. Uji Biuret

Uji biuret bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
Uji ini dapat dilakukan dengan cara, sampel yang diduga mengandung protein ditetesi
dengan larutan NaOH dan beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah
menjadi ungu maka larutan tersebut mengandung protein.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa albumin memiliki struktur yang lebih
kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino esensial, sehingga terbentuk ikatan
peptida. Sedangkan urea yang telah dicampur NaOH kemudian ditetesi CuSO4, hasilnya
membentuk larutan warna ungu muda. Sehingga dapat disimpulkan, semakin banyak
ikatan peptida yang dimiliki, maka warna ungu akan tampak semakin pekat.

4. Uji Xantropoteat

Uji xantropotear bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzene pada protein. Uji
ini dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin benzena dari asam amino penyusun
protein. Apabila larutan berubah menjadi kuning maka larutan mengandung protein.
Warna kuning pada larutan ini disebabkan terbentuknya suatu senyawa polinitrobenzena
dari asam amino protein. Putih telur yang di tambahkan NaOH berlebih memberikan
hasil positif mengandung protein dengan bukti adanya warna kuning.

5. Hidrolisis Protein

Protein merupakan poliamida. Hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam amino


penyusun protein tersebut. Asam-asam amino yang terdapat dalam protein ada asam-α-
aminokarboksilat, yang mempunyai dua gugus fungsi yang berbeda yaitu gugus amina
(-NH2) dan gugus karboksil (-COOH).

Adanya asam amino ini diketahui dengan munculnya gelembung gas nitrogen. Pada
percobaan ini, termasuk hidrolisis basa karena digunakan NaOH (basa kuat) dalam
proses hidrolisis. Secara teori basa pada suhu tinggi, dan tekanan diatas 1 atm dapat
merusak protein.

6. Denaturasi protein

Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan
kovalen. Denaturasi kadang dapat menyebabkan flokulasi protein bola tetapi dapat juga
mengakibatkan terbentuknya gel.

Pada percobaan ini denaturasi dilakukan dengan ion logam berat dan pemanasan. Garam
dari logam berat dapat mempengaruhi sifat koagulasi protein. Protein akan mengalami
pengendapan bila ditambahi garam. Pengendapan tersebut terjadi karena daya larut
protein yang berkurang sehingga terbentuk endapan. Reaksi ini bertujuan untuk menguji
pembentukan endapan dengan garam dari logam berat. Saat albumin direaksikan dengan
AgNO3, terbentuk larutan bening dan padatan kuning. Selanjutnya denaturasi dengan
pemanasan, dimana larutan albumin langsung dipanaskan dengan api yang
mengakibatkan larutan itu menjadi padat. Hal ini menunjukkan bahwa protein
menggumpal yang berakibat struktur primer, sekunder dan tersier dari albumin
mengalami perubahan. Koagulasi protein terjadi karena pemanasan yang diberikan
sehingga memutuskan ikatan-ikatan hidrogen dan ikatan-ikatan disulfida.

G. KESIMPULAN

1. Protein dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seperti perubahan suhu,


perubahan pH yang ekstrim sehingga protein mengalami denaturasi.

2. Asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti
eter, aseton dan kloroform. Asam amino juga bersifat amfoter.

3. Uji asam nitrit dipengaruhi suhu, terbukti pada sampel yang didinginkan 0ºC dan
pada suhu kamar, gas yang terbentuk pada suhu kamar lebih banyak.

4. Uji biuret, untuk mendeteksi adanya ikatan peptide pada protein dan memberikan
hasil positif pada asam amino.

5. Uji xantoproteat, larutan yang positif mengandung inti benzena terdapat pada
putih telur.

6. Protein mengalami denaturasi dengan ion logam berat maupun permanasan.

Semarang, 17 Mei 2014

Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan

(R. Arizal Firmansyah, M.Si) (Munadhiroh)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, Anton dkk, Analisis Pangan. Bogor: UPT produksi media informasi LSI-
IPB. 1989.

Bodansky, Mikolz.Kimia Peptida. Bandung : ITB. 1998.

Craine, Hart. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. 2003.

deMan, John M. Kimia Makanan Bandung :ITB. 1997.

Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:


Binarupa aksara. 1997.

Nahar, Satyajit D. Sarker lutfun. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta :


PUSTAKA PELAJAR. 2009.

Petunjuk Praktikum Kimia Organik, Laboratorium Kimia jurusan tadris kimia fakultas
tarbiyah IAIN walisongo semarang.

Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta : ERLANGGA, 2009

Sastrohamidjojo , Hardjono, Sintesis Bahan Alam, Yogyakarta : UGM, 1996

Sutresna, Nana. Cerdas belajar kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2007.

Wilbraham, Antony C. & Michael S. Matta, Pengantar Kimia Organik Hayati. Bandung
: ITB, 1992

Wikipedia. 2013. Amfoterisme. Di akses dari :http://id.wikipedia.org/wiki/Amfoter.


Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.

Wikipedia. 2013. Tembaga(II) Sulfat. Diakses dari:


http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga(II)_sulfat. Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul
12.01 WIB.
Wikipedia. 2013. Perak Nitrat. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_nitrat.
Pada tanggal 10 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.

LAMPIRAN

Sifat amfoter dan kelarutan Uji dengan Asam nitrit

Uji Biuret Uji Xantoproteat (+HNO3, dipanaskan)

Uji Xantoproteat Hidrolisis Protein (pemanasan 15 menit)

(didinginkan, +NaOH)

Hidrolisis Protein Hidrolisis Protein Denaturasi Protein

(pemanasan 45 menit) (hasil refluks)

[1] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK jilid 2, (Jakarta:
Erlangga,1984), hlm. 363

[2] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK jilid 2, hlm. 364

[3] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm. 296

[4] Satyajit D. Sarker lutfun nahar, KIMIA UNTUK MAHASISWA FARMASI,


(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 247

[5]Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm. 298-299

[6]Hart Craine, KIMIA ORGANIK, ( Jakarta : ERLANGGA, 2003), hlm. 523


[7]Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, KIMIA ORGANIK jilid 2, (Jakarta:
Erlangga,1984), halm.390

[8]Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm. 299

[9] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK


(Jakarta: Binarupa Aksara,1997), hlm. 650

[10] Lehninger, DASAR-DASAR BIOKIMIA (Jakarta: Erlangga, 1982), hlm. 116

[11] Lehninger, DASAR-DASAR BIOKIMIA, hlm. 116

[12] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK


(Jakarta: Binarupa Aksara,1997), hlm. 653

[13] Riswiyanto, Kimia Organik (Jakarta : Erlangga, 2009) hlm.397

[14] Hart Craine, KIMIA ORGANIK, ( Jakarta : Erlangga, 2003) ham. hlm.528

[15] Riswiyanto, Kimia Organik (Jakarta : Erlangga, 2009) hlm.400

[16] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK,


(Jakarta : Binarupa aksara , 1997) ham.695

[17] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK,


(Jakarta : Binarupa aksara , 1997) hlm. 663

[18] Ralph J. Fessenden & Joan S. Fessenden, DASAR-DASAR KIMIA ORGANIK,


hlm. 663-664

[19] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm. 299-300

[20] Mikolz bodansky, KIMIA PEPTIDA, (Bandung : ITB, 1998) hlm. 42-46

[21] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm.305

[22] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, (Bandung : ITB Bandung, 1997) hlm. 112

[23]Wikipedia. 2013. Amfoterisme. Di akses dari :http://id.wikipedia.org/wiki/Amfoter.


pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 11.41. WIB.
[24] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm.306

[25] Anton Apriyantono, dkk, Analisis Pangan, (Bogor: UPT produksi media informasi
LSI-IPB, 1989).hlm. 73

[26] Nana Sutresna, Cerdas belajar kimia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007),
hlm.307

[27] Sastrohamidjojo, Hardjono. Kimia Organik (Yogyakarta: Gagjah Mada University


Press 2005) hlm.144

[28] Ralph J. Fessenden and Joan S. Fessenden, Kimia Organik ( Jakarta: Erlangga
1989) hlm. 395

[29] Antony C. Wilbraham & Michael S. Matta, PENGANTAR KIMIA ORGANIK


DAN HAYATI, (Bandung : ITB, 1992) hlm.217

[30] Antony C. Wilbraham & Michael S. Matta, PENGANTAR KIMIA ORGANIK


DAN HAYATI, hlm.216

[31] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, (Bandung : ITB Bandung, 1997) hlm. 105

[32] John M. Deman, KIMIA MAKANAN, hlm.107

[33]Wikipedia. 2013. Tembaga(II) Sulfat. Diakses dari:


http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga(II)_sulfat. Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul
12.01 WIB.

[34]Wikipedia. 2013. Perak Nitrat. Diakses dari:


http://id.wikipedia.org/wiki/Perak_nitrat. Pada tanggal 17 Mei 2014, pukul 12.01 WIB.
Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan pada perbedaan titik
didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Suatu campuran komponen cair-cair yang
saling larut dan keduanya merupakan komponen yang volatil, tetapi memiliki perbedaan
titik didih yang cukup signifikan, dapat dipisahkan dengan cara distilasi. Umpan pada
proses distilasi dapat berupa campuran biner (campuran 2 komponen) atau campuran
multikomponen yang terdiri atas fase cair saja atau campuran uap dan cairan.
Komponen yang paling volatil dalam campuran tersebut akan membentuk fase uap dan
diperoleh sebagai produk atas pada menara distilasi, sering kali disebut dengan istilah
light key component. Sementara itu, komponen yang kurang volatil pada campuran
akan tetap berada di fase cair dan diperoleh sebagai produk bawah pada menara
distilasi, dikenal dengan istilah heavy key component. Menara distilasi berbentuk
vertikal, terdiri atas kondenser yang terpasang di bagian paling atas menara, reboiler di
bagian paling bawah, dan plate/tray/packing yang terdapat di sepanjang menara. Di
dalam menara distilasi terjadi proses penguapan dan pengembunan yang berulang-ulang
melalui pertukaran panas yang terjadi pada kondenser, reboiler, dan kontak uap-cair
sepanjang menara. Para engineers selalu memberikan perhatian yang berlebih saat
merancang dan mengoperasikan menara distilasi, mengingat alat ini mengonsumsi
energi yang cukup banyak. Penghematan energi pada menara distilasi tentunya akan
mengurangi biaya operasional pabrik secara keseluruhan. Banyak buku tentang distilasi,
tetapi kebanyakan hanya sebatas membahas sisi perancangan sederhana menara
distilasi. Buku ini ditulis secara komprehensif, tidak hanya menguraikan sisi
perancangan, tetapi juga sisi analisis energi yang dapat dipakai sebagai acuan agar
operasional menara distilasi benar-benar tidak boros energi. Di bagian akhir juga
diuraikan alat-alat instrumentasi dan pengendalian operasinya. Bahkan dijelaskan secara
rinci cara dan prosedur komisioning, start up, dan shut down dari menara distilasi. Buku
ini sangat cocok untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana dari Fakultas Teknik yang
ingin mempelajari perancangan menara sederhana ataupun menara kompleks. Buku ini
juga berguna bagi praktisi industri kimia (process engineer dan operator pabrik) agar
dapat mengoperasikan menara distilasi secara benar.

Alkohol adalah persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.
Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen, maka sifat alkohol tidak serupa dengan
hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama akhiran-ol.
Alkohol dapat digolongkan berdasaarkan
a. Letak gugus OH pada atom karbon.
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya).
c. Bentuk rantai karbonya.
Alkohol yang paling sederhana adalah methanol (CH3OH) atau disebut juga alkohol
kayu. Methanol merupakan larutan mudah menguap yang tidak berwarna dan dapat
bercampur dengan air pada segala perbandingan. Methanol di jual sebagai spirtus untuk
bahan bakar. Methanol sangat beracun, bila tercium atau terhirup dapat menyebabkan
kebutaan dan lumpuh.
Alkohol lain yang banyak digunakan adalah etanol (CH3CH2OH). Minuman beralkohol
mengandung etanol dengan konsentrasi berbeda. Etanol dapat menekan susunan saraf
pusat. Dapat digunakan sebagai antiseftik dan pengawet, sebab dapat mengkoagulasikan
protoplasma. Alkohol dapat juga dihasilkan dari karbohidrat secara biologis yaitu
dengan bantuan kerja enzim zymase ( terdapat dalam sel khamir atau yeast).
Reaksinya terdiri dari beberapa tahap yang dapat dituliskan secara sederhana sebagai
berikut:
C6H12O6 2CO2 + 2CO2H5OH
Alkohol dengan rantai aromatic bersifat lebih asam dari pada alkohol – alkohol alifatik.
Ini disebabkan karena terjadinya delekalisasi electron pada cincin aromatic yaitu
electron pada oksigen (O2) dan hydrogen (H2) cenderung tertarik kea rah cincin
aromatic.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam alkohol.
Tahap pertama, dengan mengisi ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 ml alkohol 50
% dan CuSO4 padat 2 gram di dapat hasil larutan dua fase dengan warna biru tua hal ini
terjadi karena pada penambahkan CuSO4 anhidrat sukar larut. CuSO4 merupakan
padatan putih, jika terkena air akan terbentuk garam hidratnya yang akan berubah
menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan diketahui dengan terjadinya
perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan adanya air dalam semua sampel
alkohol.
Pada saat menggunakan penambahkan K2CO3 secara berturut-turut tidak ada endapan
(larutan bening), ada sedikit gelembung sama sukar larut yang menunjukan adaanya air
R – OH + CuSO4 R – Cu + H2O + SO4
R – OH + K2CO3 R – K + H2O + CO2
Pada percobaan esterifikasi dengan etanol di masukan dalam tabung reaksi yang di
tambah dengan asam asetat dan asam sulfat pekat kemudian di masukan dalam gelas
ukur 25 ml yang sudah di isi dengan aquadest maka hasilnya diperoleh bau balon
dengan warna kuning yang disebabkan oleh asam sulfat pekat yang menguap bersamaan
dengan etanol.
O O
CH3 - CH2 - OH + H3C – C H2SO4
H3C – C + H2O – H2SO4
OH CH
Selanjutnya pada percobaan acrolin test dengan prosedur 0,5 ml gliserol yang di
campurkan dengan 1 ml KHSO4 diperoleh hasil larutan jernih kental yang menandakan
adanya gliserol.

CH2 OH CH2 CH2


4CHOH KHSO4 C + CH
CH2 OH CHOH CH = O
(acrolin)

VII. KESIMPULAN
 Pada uji penunjukan adanya air dalam alkohol ada sebagian CuSO4 yang larut dalam
air sehingga CuSO4 berkurang
 Pada esterifikasi alkohol tercium bau balon dan terbentuknya ester
 Gliserol larut dalam KHSO4 d
 Acrolin ini digunakan untuk pembuktian adanya senyawa gliserol

VIII. Daftar pustaka


Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Binarupa Aksara. Jakarta.
Hart. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.

Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang tersusun dari atom C, H dan O dengan
rumus umum CnH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu terdapat gugus OH- pada rantai
karbon. Rantai karbon dapat berupa gugus alkiljenuh maupun tidak jenuh. Gugus alkil
tersubstitusi dan dapat pula terikat pada rantai siklik, selain alkohol dengan satu gugus
OH- ikenal juga alkohol yang memiliki gugus OH- lebih dari satu. Alkohol yang
memiliki satu gugus OH- disebut alkohol monohidroksi, alkohol dengan dua gugus
fungsi OH- disebut alkohol dihidroksi dan seterusnya. Berdasarkan atom karbon yang
mengikata gugus OH- alkohol dikelompokkan menjadi :
a) Alkohol primer, yaitu alkohol yang gugus OH- terikat pada C primer
CH3CH2OH.

b) Alkohol sekunder, yaitu alkohol yang gugus OH- terikat pada C sekunder

CH3CHCH3

OH

c) Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus OH- terikat pada C tersier

CH3

CH3 – CH – OH

CH3

Kelarutan alkohol dalam air dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang terdapat
pada alkohol. Alkohol dengan 1 – 3 karbon merupakan cairan tak berwarna dan dapat
larut dalam air dengan segala perbandingan, 4 – 5 atom karbon sedikit larut dalam air,
sedangkan alkohol dengan jumlah atom karbon >6 tidak larut dalam air.

Berdasarkan struktur yang dimiliki, alkohol merupakan gabungan antara alkana


dan gugus R dan air. Gugus R bersifat nonopolar atau lipofilik, gugus OH- bersifat polar
atau hidrofobik. Ketika alkohol dengan jumlah atom C sedikit ketika dilarutkan dalam
air gugus OH- dapat membentuk hidrogen deng molekul air. Namum ketika jumlah
atom karbon makin banyak maka sifat nonpolar dari gugus R atau alkana lebih dominan
sehingga kelarutan dalam air berkurang bahkan tidak larut ketika jumlah atom karbon
makin banyak.

1. ACARA I IDENTIFIKASI I A. Tujuan 1. Uji asam asam martabat dua bertujuan


untuk mengetahui reaksi antara asam oksalat pekat dengan H2SO4 pekat dan KMnO4
encer pada suhu tinggi. 2. Uji amina aromatis bertujuan untuk mengetahui reaksi yang
terjadi antara anilin dengan kalium kromat dalam suasana asam dengan pemanasan. 3.
Uji air dalam alkohol bertujuan untuk mengetahui adanya air dalam alkohol dengan
menggunakan CuSO4 anhidrat. 4. Uji reaksi oksidasi bertujuan untuk mengetahui reaksi
oksidasi etanol oleh KMnO4 1% dalam suasana asam. 5. Uji reaksi alkohol dengan
logam aktif bertujuan untuk mengetahui mekanisme reaksi alkohol dengan logam aktif.
B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan bahan Alkohol adalah salah satu jenis alkohol alifatik
yang larut air. Senyawa ini sering juga disebut etil alkohol atau alkohol saja. Alkohol
dibuat dari hasil fermentasi, berupa cairan jernih tak berwarna dan rasanya pahit.
Molekul alkohol sangat kecil dan dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air.
Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas. Alkohol
selama ini masih diyakini sebagai suatu minuman yang tidak berbahaya dan
menimbulkan efek yang menyenangkan serta dianggap sebagai bagian dari gaya hidup
yang terkait dengan budaya setempat (Halim, 2006). Senyawa aromatik amina banyak
digunakan dalam jumlah besar oleh industri sebagai senyawa antara dalam pembuatan
zat berwarna, pestisida, plastik, kosmetik dan obat-obatan. Selain itu pemakaian
senyawa amina aromatic ini juga dipakai sebagai antioksidan dan anti ozonan dalam
industri karet. Pemakaian dalam jumlah besar ini sudah

2. barang tentu dampak akhirnya akan mencemari lingkungan kita terutama perairan.
Senyawa aromatic amina umumnya sangat polar sehingga mudah larut dalam air. Jadi
sudah barang tentu pencemarannya akan tersebar luas. Senyawa aromatic sifatnya
sangat racun, mutagenik dan sangat karsinogen. Oleh sebab itu, penelitian analisis
senyawa aromatic amina ini sangat penting apalagi apabila matrik didalamnya sangat
kompleks. Sangat kompleks artinya selain senyawa aromatic amina ada senyawa-
senyawa lain yang mirip sifatnya misalnya didalam hasil degradasinya oleh mikroba
(Sumartini, 2000). Natrium dalam bentuk logamnya adalah komponen yang penting
dalam pembentukan ester-ester dan dalam industri senyawa organic. Logam alkali ini
juga merupakan komponen dari sodium klorida (NaCl) yang penting bagi kehidupan.
Kegunaan yang lain : dalam sabun, sebagai campuran dengan asam lemak tertentu.
Untuk descale logam (membuat permukaan logam lebih halus). Untuk memurnikan
lelehan logam. Sedangkan magnesium digunakan pada industri bata tahan panas, semen
oksidkhorid, dan logam magnesium. Disamping itu juga ada industri yang
mempergunakan ion magnesium dalam bentuk senyawa sebagai bahan pengisi, seperti :
industri karet, kertas, tekstil, minuman, tinta cetak, gelas keramik, kosmetika ,dan untuk
industri farmasi, dapat juga digunakan untuk pertanian (Hapsari, 2008). Asam oksalat
merupakan senyawa dikarboksilat yang atom-atom C nya mampu mengikat lebih dari
satu gugus hidroksil. Asam ini mempunyai bentuk Kristal rombis pyramid, tidak
berwarna dan transparan, tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat mudah teroksidasi
total dan oleh pengaruh panas yang tinggi akan terurai menjadi CO2 dan asam formiat.
Secara alami asam oksalat bisa terjadi dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dibuat
dengan ekstraksi alkali dari limbah penggergajian. Kalium permanganat merupakan
kristal yang berwarna ungu menjadi kristal perunggu dan stabil. Apabila kontak

3. dengan senyawa yang mudah menyala akan menyebabkan kebakaran dan dijauhkan
dari senyawa pereduksi, asam kuat, material organik, peroksida, alkohol dan senyawa
kimia logam aktif. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat (Mastuti, 2006).
Alkohol merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses fermentasi yang banyak
ditemui dalam bentuk bir, anggur, spiritus dan sebagainya. Minuman beralkohol dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu :Produk hasil fermentasi yang dikonsumsi
langsung seperti anggur dan bir. Kemudian produk hasil fermentasi yang didistilasi
lebih dahulu sebelum dikonsumsi seperti whisky (Santi, 2008). PH standar adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan. Keasaman dalam
larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai
pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu
asam. pH suatu larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan
menitrasi larutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH
meter. Pengukur pH tingkat asam dan basa air minum ini bekerja secara digital, PH air
disebut asam bila kurang dari 7, pH air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan PH
air disebut netral bila ph sama dengan 7 (Ranti, 2012). 2. Tinjauan teori Oksidasi
reduksi organik, tidaklah selalu mudah untuk menentukan apakah sebuah atom
memperoleh atau kehilangan elektron. Namun oksidasi dan reduksi senyawa biasanya
hanya terdapat pada reaksi reaksi yang biasa. Alkohol dapat dioksidasi menjadi keton,
aldehida atau asam karboksilat. Oksidasi digunakan dalam laboratorium dan industri
secara meluas. Pada zat pengoksidasi laboratorium umumnya mengoksidasi alkohol
primer menjadi asam

4. karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton. Zat pengoksidasi yang khas adalah
kalium permanganat basa (Keenan, 1986). Oksidasi ialah perubahan kimia dimana suatu
atom melepaskan elektron sedangkan reduksi adalah menerima elektron. Oksidasi dan
reduksi selalu berlangsung secara serentak dan jumlah elektron yang dilepaskan pada
oksidasi harus sama dengan jumlah elektron yang didapatkan pada reduksi. Keadaan
oksidasi adalah suatu konsep yang sangat berguna untuk dapat mendiagnosa dengan
cepat keadaan reduksi atau oksidasi suatu atom dalam suatu senyawa seperti MnO2
(Jerome, 1989). Fenol adalah alkohol alkohol aromatik dari benzena atau homolognya.
Senyawa yang paling sederhana adalah hidroksi benzena atau fenol. Alkohol aromatik
mengandung gugusan CH2OH yang memperlihatkan sifat khusus alkohol primer.
Alkohol aromatik dapat dioksidasi menjadi aldehid dan asam asam karboksilat. Alkohol
aromatik juga dapat membentuk ester dan eter. Larutan benzilalkohol ini banyak
digunakan dalam industri wangi-wangian (Saroyo, 1982). Alkohol dengan bobot
molekul rendah sangat larut dengan air. Ini juga diterangkan oleh adanya ikatan
hidrogen antara gugus hidroksil alkohol dan molekul air. Tetapi dengan bertambahnya
bobot atom bagian hidrokarbon menjadi lebih efektif dalam menarik molekul alkohol
lain sehingga mengalahkan pembentukan ikatan hidrogen. Karena itu alkohol larut
dalam air (Keenan, 1986). Beberapa subtituen misalnya CH3 membuat cincin lebih
reaktif dibandingkan dengan benzenanya sendiri, sedangkan Cl dan NO2 menyebabkan
cincin kurang reaktif. Gugus metil adalah penyumbang elektron dibandingkan dengan
hidrogen, sedangkan gugus kloro atau nitro merupakan penarik elektron jika
dibandingkan dengan hidrogen. Subtituen yang melepas elektron kepada cincin akan
mempercepat reaksi, sedangkan yang menarik elektron akan menurunkan kecepatan
reaksi (Hart, 1983).
5. Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
ikatan hidrogen. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya sifatnya lebih
seperti hidrokarbon. Akibatnya, alkohol dengan bobot molekul yang lebih rendah
cenderung larut dalam air. Titik didih dan kelarutan fenol sangat bervariasi tergantung
subtituen yang menempel pada cincin benzena (Petrucci, 1985). Amina adalah senyawa
organik turunan dari amonia dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi
atom H. Amina primer mempunyai dua atom hidrogen, amina sekunder mempunyai
satu sedangkan amina tersier tidak mempunyai atom hidrogen. Amina yang bobot
molekulnya rendah berbentuk gas dan mudah larut dalam air menghasilkan larutan basa.
Pada amina aromatik, karena ketidakjenuhan ikatan pada cincin benzena, elektron
tertarik ke dalam cincin sehingga mengurangi kerapatan elektron pada atom nitrogen
(Petrucci, 1985). Gugus hidroksil dapat digunakan untuk menentukan sintesis organik.
Gugus hidroksil dapat dengan mudah di di hidrolisis dengan larutan alkali. Biasanya
reagen yang digunakan untuk reaksi ini adalah asetat anhidrat dalam keadaan katalis
basa. Larutan garam yang biasa digunakan seperti CoCl2, TiCl, 4AgClO. Dalam hal ini,
kelebihan larutan asetaldehid adalah pengembangan yang terjangkau, ramah
lingkungan, dan katalis yang bisa digunakan kembali. Biasanya CuSO.5H2O termasuk
dalam larutan katalis organik (Heravi, 2006). Senyawa aromatik adalah senyawa yang
berperan dalam polusi ozone dan polusi aerosol organik. Senyawa pada atmosfer
sebagian besar digunakan untuk bahan bakar mobil, pelarut untuk industri seperti
benzena, toluena, dan dimetilbenzena ( xylene ), etil benzena, dan trimetil benzena.
Senyawa aromatik juga dapat digunakan dalam indutri minyak wangi karena
mempunyai bau yang wangi yang disebabkan cincin aromatis yang dimilikinya
(Matthew, 2011).

6. C. Metodologi 1. Alat 1.1 Asam –asam martabat dua a. Tabung reaksi b. Penangas air
c. Penjepit d. Pipet tetes e. Pipet volume f. Propipet g. Rak tabung reaksi h. Spiritus i.
Korek api 1.2 Amina aromatis a. Tabung reaksi b. Penangas air c. Penjepit d. Pipet tetes
e. Pipet volume f. Propipet g. Rak tabung reaksi h. Spiritus i. Korek api 1.3 Air dalam
alkohol a. Tabung reaksi b. Pipet volume c. Propipet d. Timbangan Analitik e.
Pengaduk f. Rak tabung reaksi

7. 1.4 Reaksi oksidasi a. Tabung reaksi b. Penangas air c. Penjepit d. Pipet tetes e. Pipet
volume f. Propipet g. Rak tabung reaksi 1.5 Reaksi alkohol dengan logam aktif a. Beker
glass b. pH standar c. pipet volume d. Propipet e. Rak tabung reaksi 2. Bahan 2.1 Asam
–asam martabat dua a. 4 tetes H2SO4 pekat b. 3 tetes KMnO4 encer 1% c. 6 ml asam
oksalat 2.2 Amina aromatis a. 5 ml H2SO4 encer b. 4 tetes K2CrO7 c. 3 tetes larutan
anilin 2.3 Air dalam alkohol a. 50 ml alkohol 50% b. 1 gram CuSO4 anhidrat 2.4 Reaksi
oksidasi a. 1 tetes H2SO4 b. 5 cc KMnO4 1% c. 3 tetes etanol

8. 2.5 Reaksi alkohol dengan logam aktif a. 10 ml alkohol absolut b. Logam Na+ c. 10
ml aquades
9. 3. Cara kerja 3.1 Asam – asam martabat dua 4 tetes H2SO4 Dimasukkan kedalam
Larutan asam oksalat 6ml Dipanaskan sebentar 3 tetes Larutan KMnO4 Ditambahkan
Dipanaskan kembali Diamati yang terjadi

10. 3.2 Amina aromatis 3 tetes Anilin Dilarutkan dalam 5ml H2SO4 encer 4 tetes
Larutan K2CrO7 Dipanaskan pelan-pelan Diamati yang terjadi

11. 3.3 Air dalam alkohol 5 ml Alkohol 50 % Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1
gram CuSO4 anhidrat Digojog dan dibiarkan sebentar Diamati apa yang terjadi
Ditambahkan kedalam tabung reaksi berisi alkohol

12. 3.4 Reaksi oksidasi 5cc larutan KmnO4 1% 1 tetes H2SO4 pekat Ditambahkan 3
tetes etanol Dipanaskan sebentar dalam penangas air Ditambahkan kedalam tabung
reaksi berisi KmnO4 Diamati apa yang terjadi

13. 3.5 Reaksi alkohol dengan logam aktif 10 ml alkohol Dimasukkan ke dalam Gelas
kimia Diuji dengan pH standar Logam Na Dikeringkan Dimasukkan gelas kimia Yang
berisi alkohol ditambahkan 10 ml aquades diuji pH standar

14. D. Hasil dan Pembahasan 1. Asam – asam bermartabat dua a. Hasil pengamatan
Tabel 1.1 Uji Asam asam Bermartabat Dua pada Data Shift A Kelompok Perlakuan
Warna Keterangan Pencampuran Panas 1 - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat Bening
Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes
KMnO4 Bening Tidak ada gelembung 6 - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat Bening
Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes
KMnO4 Bening Tidak ada gelembung 11 - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat Bening
Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes
KMnO4 Bening Tidak ada gelembung Sumber : Laporan sementara

15. Tabel 1.2 Uji Asam asam Bermartabat Dua pada Data Shift B Kelompok Perlakuan
Warna Keterangan Pencampuran Panas 15 - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat -
Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat Bening Ada
sedikit - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 - Ungu Tidak ada
gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 Bening Ada
sedikit 20 - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat - Bening Tidak ada gelembung - 4
tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat Bening Ada sedikit - 4 tetes H2SO4 pekat +
6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 - Ungu Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat
+ 6ml asam oksalat + 3 tetes KMnO4 Bening Ada sedikit 25 - 4 tetes H2SO4 pekat +
6ml asam oksalat - Bening Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam
oksalat Bening Ada sedikit - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3 tetes
KMnO4 - Ungu Tidak ada gelembung - 4 tetes H2SO4 pekat + 6ml asam oksalat + 3
tetes KMnO4 Bening Ada sedikit Sumber : Laporan sementara

16. b. Pembahasan Asam merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah
suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+ ) kepada zat lain (yang disebut basa), atau
dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan
suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Reaksi hidrasi asam sulfat
sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam air daripada air ke dalam asam.
Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung
mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia
akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah
pembentukan ion hidronium: H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4 - HSO4 - + H2O →
H3O+ + SO4 2- Menurut Mastuti (2006), asam oksalat merupakan senyawa
dikarboksilat yang atom-atom C nya mampu mengikat lebih dari satu gugus hidroksil.
Asam ini mempunyai bentuk kristal rombis pyramid, tidak berwarna dan transparan,
tidak berbau dan higroskopis. Asam oksalat mudah teroksidasi total dan oleh pengaruh
panas yang tinggi akan terurai menjadi CO2 dan asam formiat. Secara alami asam
oksalat bisa terjadi dalam tumbuh- tumbuhan dan dapat dibuat dengan ekstraksi alkali
dari limbah penggergajian. Kalium permanganat merupakan kristal yang berwarna ungu
menjadi kristal perunggu dan stabil. Apabila kontak dengan senyawa yang mudah
menyala akan menyebabkan kebakaran dan dijauhkan dari senyawa pereduksi, asam
kuat,

17. material organik, peroksida, alkohol dan senyawa kimia logam aktif. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat. Pada tabel 1.1 dan 1.2 dapat diketahui hasil
pengamatan dari pencampuran antara asam oksalat dengan H2SO4 pekat dan KMnO4
encer pada suhu yang tinggi. Tabel 1.1 merupakan data pada shift A yang menunjukkan
bahwa dalam pencampuran asam oksalat dengan H2SO4 pekat dan KMnO4 encer tidak
terjadi perubahan warna yaitu tetap bening dan tidak terdapat gelembung pada larutan
yang dihasilkan. Sedangkan pada Tabel 1.2 adalah data pada shift B yang menunjukkan
bahwa dalam pencampuran asam oksalat dengan H2SO4 pekat dan KMnO4 encer
terjadi perubahan warna yaitu dari bening menjadi ungu, namun jika larutan dipanaskan
warna kembali bening kembali. Pencampuran antara asam oksalat dengan H2SO4 pekat
dan pencampuran antara asam oksalat dengan H2SO4 pekat dan KMnO4 encer jika
kedua larutan dipanaskan maka terdapat sedikit gelembung, namun bila tidak
dipanaskan tidak terdapat gelembung pada larutan. Dalam uji asam asam bermartabat
dua dapat diketahui persamaan reaksi nya saat penambahan H2SO4 adalah (COOH)2.
2H2O + H2SO4 CO2 + CO + H2O Dan saat penambahan KMnO4 persamaan reaksinya
adalah 2KMnO4 + 3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 8H2O
Penambahan KMnO4 menghasilkan gelembung udara yang lebih banyak. Kalium
permanganat berfungsi sebagai autokatalis sehingga reaksi penguraian oksalat lebih
cepat. Ketika asam oksalat ditambahkan dengan asam sulfat, maka reaksi tersebut akan
menghasilkan karbondioksida, air dan karbon monoksida. Asam oksalat adalah senyawa
yang mudah teroksidasi total, sedangkan KMnO4 merupakan oksidator kuat sehingga
ketika mereka dicampurkan bersama larutan KMnO4 menjadi lebih dominan.

18. Kalium permanganat direaksikan dengan asam sulfat dan asam oksalat sehingga
dihasilkan senyawa kalium sulfat dan mangan(II)sulfat. Dan setelah dipanaskan larutan
tersebut menjadi ada sedikit gelembung. Koefisien reaksi penguraian oksalat untuk
karbondioksida pada penambahan KMnO4 lebih besar daripada koefisien
karbondioksida pada penambahan asam sulfat. Dikarenakan pelepasan CO dan CO2
dari asam oksalat yang terurai.

19. 2. Amina aromatis a. Hasil pengamatan Tabel 1.3 Uji Amina Aromatik pada Data
Shift A Kelompok Perlakuan Warna Keterangan Perlakuan Panas 2 - 5ml H2SO4 + 3
tetes anilin - Bening ada endapan putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 -
Bening + hijau tua ada endapan putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7
Bening + hijau tua ada endapan kehijauan 7 - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin - Bening ada
endapan putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 - Bening + hijau tua ada
endapan putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 Bening + hijau tua ada
endapan kehijauan 12 - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin - Bening ada endapan putih - 5ml
H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 - Bening + hijau tua ada endapan putih - 5ml
H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 Bening + hijau tua ada endapan kehijauan
Sumber : Laporan sementara

20. Tabel 1.4 Uji Amina Aromatik pada Data Shift B Kelompok Perlakuan Warna
Keterangan Perlakuan Panas 16 - 5ml H2SO4 + 3 tetes aniline - Bening ada endapan
putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 - Kuning ada endapan hitam - 5ml
H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 Hitam kehijauan ada endapan hitam
kehijauan 21 - 5ml H2SO4 + 3 tetes aniline - Bening ada endapan putih - 5ml H2SO4 +
3 tetes anilin + 4 tetes K2CrO7 - Kuning ada endapan hitam - 5ml H2SO4 + 3 tetes
anilin + 4 tetes K2CrO7 Hitam kehijauan ada endapan hitam kehijauan 26 - 5ml
H2SO4 + 3 tetes aniline - Bening ada endapan putih - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4
tetes K2CrO7 - Kuning ada endapan hitam - 5ml H2SO4 + 3 tetes anilin + 4 tetes
K2CrO7 Hitam kehijauan ada endapan hitam kehijauan Sumber : Laporan sementara

21. b. Pembahasan Menurut Petrucci (1985), amina adalah senyawa organik turunan
dari amonia dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H. Amina
primer mempunyai dua atom hidrogen, amina sekunder mempunyai satu sedangkan
amina tersier tidak mempunyai atom hidrogen. Amina yang bobot molekulnya rendah
berbentuk gas dan mudah larut dalam air menghasilkan larutan basa. Pada amina
aromatik, karena ketidakjenuhan ikatan pada cincin benzena, elektron tertarik ke dalam
cincin sehingga mengurangi kerapatan elektron pada atom nitrogen. Anilina, Fenilamin
atau aminobenzene adalah senyawa organik dengan rumus C6H5NH2. Terdiri dari
kelompok fenil dilampirkan ke gugus amino , anilin adalah amina aromatik prototipikal.
Menjadi pelopor untuk bahan kimia industri, penggunaan utamanya adalah dalam
pembuatan perintis polyurethane. Seperti amina volatile kebanyakan, ia memiliki bau
yang agak tidak menyenangkan dari ikan busuk. Ini mudah menyatu, terbakar dengan
nyala api berasap karakteristik senyawa aromatik. Anilina tidak berwarna, berminyak
dan mengeluarkan bau menyengat dan bersifat basa, namun perlahan-lahan
mengoksidasi dan resinifies di udara, memberikan cokelat warna merah untuk sampel
berusia. Pada uji amina aromatis dilakukan 3 perlukan yang berbeda beda. Perlakuan
yang pertama adalah dengan mencampurkan 5 ml H2SO4 dengan anilin dan hasil yang
terlihat pada semua kelompok adalah adanya endapan putih dan warna larutan yang
masih bening. Adanya endapan putih adalah endapan dari senyawa asam sulfanilat.
Perlakuan yang kedua adalah dengan mencampurkan H2SO4 dengan anilin ditambah
dengan K2CrO7, pada data kelompok shift A, hasil yang didapatkan adalah warna
larutan

22. bening hijau tua dan ada endapan putih sedangkan pada data kelompok shift B
hasilnya adalah warna larutan kuning dan ada endapan hitam. Perlakuan yang ketiga
adalah dengan mencampurkan H2SO4 dengan anilin ditambah dengan K2CrO7 dan
dipanaskan, pada data shift A, hasil yang didapatkan adalah warna larutan bening hijau
tua dan ada endapan kehijauan sedangkan pada data kelompok shift B hasilnya adalah
warna larutan hitam kehijauan dan ada endapan hitam kehijauan. Anilin sangat sukar
larut dalam air karena anilin merupakan hidropobik dengan gugus amina. Fungsi setiap
penambahan H2SO4 dan K2CrO7 adalah untuk memecah cincin benzena yang terdapat
pada anilin. Reaksi yang terjadi pada uji amina aromatis adalah 6C6H5NH2 +
19H2SO4 + 4K2CrO7 6C6H4O2 + 4K2SO4 + 4 Cr2(SO4)3 + 16H2O + 3(NH4)2 +
SO4 Dalam reaksi ini larutan anilin terpecah menjadi C6H4O2. Hal ini dikarenakan
larutan anilin direaksikan dengan kalium kromat dan asam sulfat sehingga cincin
benzena nya terpecah. Pada tahap pemanasan larutan, terjadi pertukaran atom hydrogen
pada aniline dan gugus asam sulfanilat. Pada penambahan kalium kromat dan
dipanaskan terjadinya warna hijau kehitaman karena pengaruh Cr3+ yang berasal dari
reduksi kalium kromat. Dan terdapat endapan hitam pada larutan tersebut merupakan
aniline black.

23. 3. Air dalam alkohol a. Hasil pengamatan Tabel 1.5 Uji Air dalam Alkohol Shift
Kelompok Perlakuan Warna Keterangan Perlakuan Panas A 3 - 1 gram CuSO4 anhidrat
- Putih - - 1 gram CuSO4 anhidrat + 5 ml alkohol 50% - Biru Ada endapan biru dalam
larutan 8 - 1 gram CuSO4 anhidrat - Putih - - 1 gram CuSO4 anhidrat + 5 ml alkohol
50% - Biru Ada endapan biru dalam larutan B 17 - 1 gram CuSO4 anhidrat - Putih - - 1
gram CuSO4 anhidrat + 5 ml alkohol 50% - Biru Ada endapan biru 22 - 1 gram CuSO4
anhidrat - Putih - - 1 gram CuSO4 anhidrat + 5 ml alkohol 50% - Biru Ada endapan biru
Sumber : Laporan sementara
24. b. Pembahasan Menurut Keenan (1986), alkohol dengan bobot molekul rendah
sangat larut dengan air. Ini juga diterangkan oleh adanya ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil alkohol dan molekul air. Tetapi dengan bertambahnya bobot atom bagian
hidrokarbon menjadi lebih efektif dalam menarik molekul alkohol lain sehingga
mengalahkan pembentukan ikatan hidrogen. Karena itu alkohol larut dalam air.
Tembaga(II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair pada 150 °C, akan
kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C, diikuti 2 molekul lagi pada suhu 109
°C dan molekul air terakhir pada suhu 200 °C. Warna tembaga(II) sulfat yang berwarna
biru berasal dari hidrasi air. Ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka
kristalnya akan terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu. Pada uji air
dalam alkohol dilakukan dengan meletakkan CuSO4 hidrat dalam oven untuk
membuatnya menjadi senyawa anhidrat. Setelah didapat senyawa anhidrat lalu
dilakukan uji air dalam alkohol dengan mencampur 1 gram CuSO4 anhidrat dengan
alkohol 50%. Didapatkan hasil yang sama pada semua kelompok yaitu endapan CuSO4
menjadi berwarna biru. Ini menandakan bahwa terdapat air dalam larutan alkohol
karena CuSO4 yang semula berwarna putih yang berarti anhidrat berubah menjadi biru
yang berarti hidrat atau mengandung air. Fungsi penambahan CuSO4 anhidrat pada
larutan alkohol adalah untuk menguji ada tidaknya kandungan air dalam larutan alkohol
50%. Persamaan reaksi yang terjadi adalah C2H5OH + CuSO4 C2H5Cu + H2O + SO4
Hasil yang didapat adalah terjadi perubahan warna CuSO4 menjadi biru yang berarti
CuSO4 bersifat hidrat atau mengandung air. Ini sesuai dengan teori bahwa warna
CuSO4 anhidrat adalah

25. putih dan warna CuSO4 hidrat adalah biru. Dapat disimpulkan berari terdapat
kandungan air dalam alkohol 50% sebab larutan alkohol 50% berarti 50 ml larutan
alkohol dalam 100 ml pelarut yaitu air. Sehingga hasil ini sudah sesuai dengan teori
yang ada. Cara mendapatkan CuSO4 anhidrat dari CuSO4 hidrat adalah dengan
memanaskannya pada oven, CuSO4 hidrat yang berwarna biru dipanaskan dengan suhu
lebih dari 100ºC ini supaya air yang terkandung didalam CuSO4 hidrat cepat menguap
dan menjadi CuSO4 anhidrat yang berwarna putih.

26. 4. Reaksi oksidasi a. Hasil pengamatan Tabel 1.6 Uji Reaksi Oksidasi pada Data
Shift A Kelompok Perlakuan Warna Keterangan Pencampuran Panas 4 - 1 tetes H2SO4
+ 5 cc larutan KMnO4 - Ungu gelap Homogen - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4
+ 3 tetes etanol - Coklat tua, ungu tua Ada pemisahan warna atas coklat tua dan bawah
ungu tua - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol Coklat bening Ada
endapan hitam 9 - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 - Ungu gelap Homogen - 1
tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol - Coklat tua, ungu tua Ada
pemisahan warna atas coklat tua dan bawah ungu tua - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan
KMnO4 + 3 tetes etanol Coklat bening Ada endapan hitam 13 - 1 tetes H2SO4 + 5 cc
larutan KMnO4 - Ungu gelap Homogen - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3
tetes etanol - Coklat tua, ungu tua Ada pemisahan warna atas coklat tua dan bawah ungu
tua - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol Coklat bening Ada
endapan hitam Sumber : Laporan sementara

27. Tabel 1.7 Uji Reaksi Oksidasi pada Data Shift B Kelompok Perlakuan Warna
Keterangan Perlakuan Panas 18 - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 - Ungu Tidak
ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol - Ungu gelap akan
coklat Tidak ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol
Coklat pekat Ada endapan hitam 23 - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 - Ungu
Tidak ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol - Ungu gelap
akan coklat Tidak ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol
Coklat pekat Ada endapan hitam 27 - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 - Ungu
Tidak ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol - Ungu gelap
akan coklat Tidak ada endapan - 1 tetes H2SO4 + 5 cc larutan KMnO4 + 3 tetes etanol
Coklat pekat Ada endapan hitam Sumber : Laporan sementara

28. b. Pembahasan Menurut Keenan (1986), alkohol dapat dioksidasi menjadi keton,
aldehida atau asam karboksilat. Oksidasi digunakan dalam laboratorium dan industri
secara meluas. Pada zat pengoksidasi laboratorium umumnya mengoksidasi alkohol
primer menjadi asam karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton. Zat pengoksidasi
yang khas adalah kalium permanganat basa. Menurut Jerome (1989), oksidasi
merupakan perubahan kimia dimana suatu atom melepaskan elektron. Reduksi adalah
perububahan kimia diamna suatu atom menerima elektron. Oksidasi dan reduksi selalu
berlangsung secara serentak dan jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi harus
sama dengan jumlah elektron yang didapatkan pada reduksi. Menurut Mastuti (2006),
kalium permanganat merupakan kristal yang berwarna ungu menjadi kristal perunggu
dan stabil. Apabila kontak dengan senyawa yang mudah menyala akan menyebabkan
kebakaran dan dijauhkan dari senyawa pereduksi, asam kuat, material organik,
peroksida, alkohol dan senyawa kimia logam aktif. Kalium permanganat merupakan
oksidator kuat. Menurut Halim (2006), alkohol adalah salah satu jenis alkohol alifatik
yang larut air. Senyawa ini sering juga disebut etil alkohol atau alkohol saja. Alkohol
dibuat dari hasil fermentasi, berupa cairan jernih tak berwarna dan rasanya pahit.
Molekul alkohol sangat kecil dan dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air.
Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas. Pada uji
reaksi oksidasi pada saat pencapuran H2SO4 dengan KMnO4 warna yang dihasilkan
adalah ungu dan bersifat homogen juga tidak ada endapan. Tetapi setelah ditambahkan
dengan etanol, data pada shift A dan shift B menunjukkan bahwa warna berubah
menjadi coklat tua dan ada pemisahan warna atas cokelat tua dan

29. warna bawah larutan ungu tua. Lalu setelah campuran larutan H2SO4 dengan
KMnO4 dan etanol dipanaskan warnanya berubah menjadi cokelat bening dan ada
endapan hitam di dalam larutan. Pada reaksi oksidasi ini H2SO4 dan KMnO4
digunakan sebagai pelarut. Penambahan pelarut ini mengakibatkan terjadinya perubahan
suhu larutan menjadi lebih panas. Hal ini disebabkan terjadinya KMnO4 mereduksi
H2SO4. Reaksi yang terjadi yaitu : 4 KMnO4 + 6 H2SO4 2K2SO4 + MnSO4 + 6H2O
+ 5 O2 Kemudian ditambahkan etanol berfungsi agar KMnO4 mengoksidasi etanol
menjadi asam etanoat. Reaksi yang terjadi adalah : 12KMnO4 + 6H2SO4 + 5C2H5OH
6K2SO4 + 12MnO + 3CO2 + 21H2O Dalam oksidasi alkohol, bila suatu alkohol primer
dioksidasi bisa membentuk larutan asam kaboksilat. Dan dalam reaksi ini, alkohol
direaksikan dengan KMnO4 dan asam sulfat sehingga etanol mengalami oksidasi
menghasilkan asam etanoat.

30. 5. Reaksi alkohol dengan logam aktif a. Hasil pengamatan Tabel 1.8 Uji Reaksi
Alkohol dengan Logam Aktif Kelompok Perlakuan Indikator pH Keterangan 5 Alkohol
96 % 10 ml pH standar 5 Bening tidak berwarna Alkohol 96 % + Na + Aquades pH
standar 13 Keruh, ada endapan, kuning kecoklatan, ada gelembung, suhu hangat 10
Alkohol 96 % 10 ml pH standar 5 Bening tidak berwarna Alkohol 96 % + Na +
Aquades pH standar 13 Keruh, ada endapan, kuning kecoklatan, ada gelembung, suhu
hangat 14 Alkohol 96 % 10 ml pH standar 5 Bening tidak berwarna Alkohol 96 % + Na
+ Aquades pH standar 13 Keruh, ada endapan, kuning kecoklatan, ada gelembung, suhu
hangat 19 Alkohol 96 % 10 ml pH standar 5 Bening Alkohol 96 % + Na + Aquades pH
standar 14 Keruh 24 Alkohol 96 % 10 ml pH standar 5 Bening Alkohol 96 % + Na +
Aquades pH standar 14 Keruh Sumber : Laporan sementara

31. b. Pembahasan Menurut Hapsari (2008), Natrium dalam bentuk logamnya adalah
komponen yang penting dalam pembentukan ester-ester dan dalam industri senyawa
organic. Logam alkali ini juga merupakan komponen dari sodium klorida (NaCl) yang
penting bagi kehidupan. Alkohol adalah salah satu jenis alkohol alifatik yang larut air.
Senyawa ini sering juga disebut etil alkohol atau alkohol saja. Alkohol dibuat dari hasil
fermentasi, berupa cairan jernih tak berwarna dan rasanya pahit. Molekul alkohol sangat
kecil dan dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air. Alkohol merupakan zat
psikotropika dengan penggunaan yang paling luas. Alkohol selama ini masih diyakini
sebagai suatu minuman yang tidak berbahaya dan menimbulkan efek yang
menyenangkan serta dianggap sebagai bagian dari gaya hidup yang terkait dengan
budaya setempat (Halim, 2006). Pada uji alkohol dengan logam aktif, logam yang
digunakan adalah logam Na. Sebelum ditambahkan logam Na, alkohol diukur dengan
pH standar, sehingga didapatkan pH 5 dan warnanya bening atau tidak berwarna.
Kemudian ditambahkan logam Na. Setelah logam Na dimasukkan gelas kimia yang
berisi alcohol kemudian timbul gelembung-gelembung pada alcohol karena
terbentuknya gas hydrogen pada hasil reaksi, serta warna berubah menjadi keruh dan
terbentuknya endapan yang berwarna kuning kecoklatan sehingga suhunya juga
meningkat, dikarenakan terjadi reaksi oksidasi yang menyerap panas. Hal ini terjadi
karena alkohol bereaksi dengan logam Na. Setelah reaksi berhenti, kemudian ditambah
aquades 10 ml pHnya berubah menjadi 13. Endapan yang terbentuk adalah endapan dari
substitusi atom hydrogen dari gugus OH alcohol dengan logam aktif Na. Atom H dari
gugus –OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium membentuk alkoksida
dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip reaksi natrium dengan air,tetapi reaksi dengan air
berlangsung lebih cepat. Reaksi ini menunjukan bahwa alkohol bersifat sebagai basa
lemah

32. (lebih lemah daripada air). Dalam praktikum uji reaksi alkohol dengan logam
natrium menghasilkan gas hidrogen sesuai dengan persamaan reaksi berikut; 2R- OH
+2Na => 2R – Ona + H2 (g) 2CH3- CH2-OH+2Na => 2CH3 – CH2 – Ona + H2 (g)
Etanol Natrium Etoksida Reaksi ini merupakan reaksi yang digunakan untuk
membedakan alkohol dengan eter karena eter tidak dapat bereaksi dengan logam
natrium. Menurut Ranti (2012), PH standar adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat keasaman dan kebasaan. Keasaman dalam larutan itu dinyatakan
sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya –log
[H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH suatu larutan
dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi larutan dengan
asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter. Pengukur pH tingkat
asam dan basa air minum ini bekerja secara digital, PH air disebut asam bila kurang dari
7, pH air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan PH air disebut netral bila ph sama
dengan 7. Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan
diukur (kira-kira kedalaman 5 cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur pH. Pada
saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah,
tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.

33. E. Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum acara Identifikasi I antara lain : 1. Pada
pencampuran antara asam oksalat dengan asam sulfat pada suhu tinggi menghasilkan
gelembung yang berarti gas CO2 yang lebih sedikit daripada saat ditambahkan kalium
permanganat, hal ini sesuai dengan reaksi : 2KMnO4 + 3H2SO4 + 5H2C2O4 2MnSO4
+ K2SO4 + 10CO2 + 8H2O 2. Reaksi pada aniline dengan kalium kromat menghasilkan
endapan putih dalam larutan yang merupakan endapan asam sulfanilat. Dan setelah
dipanaskan terbentuk aniline black yang berupa gumpalan hitam kehijauan Reaksi yang
terjadi adalah 6C6H5NH2 + 19H2SO4 + 4K2CrO7 6C6H4O2 + 4K2SO4 + 4
Cr2(SO4)3 + 16H2O + 3(NH4)2 + SO4 3. Larutan alkohol 50% mengandung air dapat
diketahui dengan berubahnya CuSO4 anhidrat berwarna putih menjadi berwarna biru
yang berarti bersifat hidrat. 4. Alkohol direaksikan dengan KMnO4 dan asam sulfat
sehingga etanol mengalami oksidasi menghasilkan asam etanoat. Larutan yang
dihasilkan berwarna coklat tua. Dan seperti reaksi yang terjadi adalah : 12KMnO4 +
6H2SO4 + 5C2H5OH 6K2SO4 + 12MnO + 3CO2 + 21H2O. 5. Reaksi antara logam Na
dengan alcohol menghasilkan gelembung- gelembung yang berarti gas hydrogen, dan
suhunya juga meningkat, dikarenakan terjadi reaksi oksidasi yang menyerap panas.
Reaksi etanol dengan logam natrium ini menjadi senyawa natrium etoksida.

34. DAFTAR PUSTAKA Halim, Hendry. 2006. Pemberian Alkohol Peroral secara
Kronis Menurunkan Kepadatan Sel Granula Cerebellum pada Tikus Putih
(Rattusnorvegicus) Jantan Dewasa. Jurnal Anatomi Indonesia Volume 01, No. 01,
Agustus. Yogyakarta
Hapsari, Nur. 2008. Proses Pemisahan Ion Natrium (Na) dan Magnesium (Mg) Dalam
Bittern (Buangan) Industri Garam Dengan Membran Elektrolisis. Jurnal Teknik Kimia,
Volume 3, No. 1, September 2008 Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Edisi Keenam.
Penerbit Erlangga. Jakarta. Kasih, Ranti Yulia. 2012. Pengaruh Penambahan Abu
Sekam Terhadap Kuat Tekan Mortar Dengan Perendaman Asam Sulfat dan Anaisis
Larutan. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Airlangga. Malang. Volume 1, No.1,
Hal.114-115, November 2012. Keenan, Charles W. 1986. Ilmu Kimia Untuk
Universitas edisi Ketiga Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Keenan, Charles W. 1986.
Ilmu Kimia Untuk Universitas edisi Keenam Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mastuti, Endang. 2006. Pembuatan Asam Oksalat Dari Sekam Padi. Jurnal
Ekuilibrrium. Surakarta. Volume 4, No. 1, Juni 2006. Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Pringgomulyo, Saroyo. 1982. Kimia Umun Untuk Bagian Kimia Industri. Departemen
Pendidikan Dan Kejuruan Teknik. Jakarta. Rosenberg, Jerome. 1980. Teori dan Soal
soal Kimia Dasar Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Santi, Sintha Soraya. 2008.
Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete Oleh Khamir
Sacharomices Cerevesiae. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, Volume 8, No. 2, Desember
2008. Sumartini, Sri. 2000. Identifikasi Senyawa Amina Aromatik Lewat Iodinisasi
Menggunakan Kromatografi Gas Spektroskopi Massa. Prosiding Seminar Nasional
Kimia VIII. 7 September 2000. Yogyakarta

35. LAMPIRAN Gambar 1.1 Uji Amina Aromatis Gambar 1.2 Uji Air dalam Alkohol

36. Gambar 1.5 Uji pada Reaksi Oksidasi Gambar 1.4 Uji pada Reaksi Alkohol dengan
Logam Aktif

Anda mungkin juga menyukai