Semua asam amino yang ditemukan pada protein memiliki ciri yang sama, yaitu
gugus karboksil dan amina terikat pada atom karbon yang sama. Perbedaan asam amino
satu dengan yang lainnya terletak pada rantai sampingnya.rantai samping yang
dilambangkan dengan R dapat berupa alkil, cincin benzena, alkohol, dan
turunannya. Ada 20 asam amino yang sering dijumpai dalam protein (Alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat, sistein, glutamin, asam glutaamat, glisin, histidin, isoleusin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin, dan valin).
Gugus fungsional pada asam amino, yaitu karboksil dan amina, keduanya
mempengaruhi sifat keasaman asam amino.
Gugus karboksil (-COOH) bersifat asam.
Dengan demikian, asam amino dapat bereaksi dengan asam maupun basa
sehingga disebut bersifat amfoter atauamfiprotik. Sifat amfoter tampak pada asam
amino yang hanya mengikat satu gugus -COOH dan satu gugus -NH2. Adapun asam
amino yang mengikat lebih dari satu gugus –COOH dan satu gugus -NH2, akan lebih
bersifat asam, contohnya adalah asam glutamat dan asam aspartat (Sutresna, 2007).
Pada asam amino ada gugus yang dapat melepaskan ion H+ dan ada gugus yang
dapat menerima ion H+. Akibatnya, terbentuk molekul yang memiliki dua jenis muatan,
yaitu muatan positif dan muatan negatif, dengan kata lain keragaman sifat asam amino
juga dapat diidentifikasi dari gugus fungsinya yaitu gugus karboksilat yang
memberikan ion karboksilat dan gugus amino yang akan terprotonasi menjadi ion
ammonium (Hart, 2003).
Struktur seperti ini disebut sebagai ion dipolar atau zwitter ion. Ion zwitter tidak
akan bergerak menuju katode atau anode dalam medan listrik. Hal ini menunjukan
bahwa ion zwitter bukan suatu ion, melainkan suatu molekul netral.
Semua asam amino kecuali glisin, memiliki atom C asimetris atau atom C kiral,
yaitu atom C yang mengikat empat gugus yang bebeda (gugus –H, -COOH, -NH2, dan
–R). Oleh karena itu, semua asam amino kecuali glisin bersifat optis aktif. Artinya,
senyawa tersebut dapat memutar bidang polarisasi cahaya (Sutresna, 2007).
4. Titik Isoelektrik
Titik isoelektrik merupakan keadaan dimana ketika dilewatkan arus listrik tidak
terjadi perpindahan dari anion atau kation keelektroda-elektrodanya atau berada pada
keadaan setimbang atau muatan listriknya sama dengan nol.
Asam-asam amino akan bermuatan positif jika berada dalam larutan asam (pH
rendah) dan bermuatan negatif dalam larutan basa (pH tinggi). Bila asam amino dalam
suasana basa ditempatkan dalam medan listrik, maka asam amino akan bergerak ke arah
anoda (elektroda positif). Sebaliknya dalam suasana asam, asam amino akan bergerak
ke arah katoda (elektroda negatif). Jika berada dalam kesetimbangan berarti asam amino
berada dalam bentuk dipolar atau zwitter ion dan tidak mempunyai muaan listrik atau
muaan listriknya sama dengan nol. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini jika
dilewatkan arus listrik tidak terjadi perpindahan dari anion atau kation ke elektroda-
elektrodanya. Konsentrasi ion hidrogen (pH) yang tidak dipengaruhi oleh medan listrik
disebut titik isoelektrikasam amino.
Asam amino netral yang non polar umumnya adalah yang paling sukar larut
dalam air dari seluruh 20 asam amino. Pada pH 6-7 mereka berada sebagai ion dipolar
yang netral. Tak satupun dari asam amino ini yang gugus fungsional rantai cabangnya
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air (Nitrogen Heterosiklik dari triptofan tak
membentuk ikatan hidrogen dengan air karena pasangan elektronnya adalah sebagian
dari awan elektron pi (τ)). Gugus sulfida dalam metionin tak polar sehingga tak
membentuk ikatan hidrogen dengan air (Fessenden dan Fessenden, 1997).
5.1 Dua asam amino mempunyai gugus R yang bermuatan negatif (asam)
Asam amino yang mempunyai gugus R yang bermuatan total negatif pada pH
7.0 adalah asam aspartat dan asam glutamat, masing-masing mempunyai tambahan
gugus karboksil. Asam amino ini merupakan senyawa induk asparagin dan glutamin
berturut-turut (Lehninger, 1982).
5.2 Tiga asam amino mempunyai gugus R bermuatan positif (basa)
Asam amino yang mempunyai gugus R dengan muatan total positif pada pH 7,0
adalah lisin, yang mengandung tambahan gugus amino (kedua) pada posisi e di rantai
alifatiknya; arginin, yang mengandung gugus guanidino bermuatan positif; dan histidin
yang mengandung gugus imidazol yang mengion sedikit (Lehninger, 1982).
Muatan akhir dari suatu asam amino beragam sesuai dengan perubahan pH
larutan. Misalnya bila alanin dilarutkan dalam larutan asam (pH rendah) akan ada
perubahan proton sehingga akan membentuk kation. Bila pH larutan dinaikkan
(penambahan basa), kation alanin berubah, mula-mula menjadi ion dipolar yang netral
kemudian menjadi anion (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Peptida merupakan molekul yang terbentuk dari dua atau lebih asam
amino. Ikatan peptide merupakan ikatan amida yang terbentuk dari gugus α-amino dari
suatu asam amino dan gugus karboksilat dari gugus amino lainnya. Amida mengandung
gugus nitrogen yang terikat pada karbon karbonil. Nitrogen dari amida tidak bersifat
basa, hal tersebut dikarenakan pasangan electron tidak dapat didelokasikan oleh gugus
karbonil sehingga tidak dapat bereaksi dengan proton (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat ikatan rangkap antara karbon amida dan nitrogen lebih pendek (1,32 Å)
daripada ikatan tunggal karbon-nitrogen (C-N; 1,48 Å) akan tetapi lebih panjang
daripada ikatan rangkap karbon-nitrogen (C -N; 1,27 Å)
7. Protein
Protein Serat
Protein Serat adalah bentuk protein yang tidak larut yang ditemukan dalam kulit,
rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi
menjadi collagen yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi, dan tendon;
dan keratin yaitu protein pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut.
Protein Bujur Telur bentuknya bujur telur atau bulat lonjong. Umumnya (tetapi
tidak selalu) larut dalam air. Protein ini dengan menggunakan klasifikasi yang lebih
modern lebih mudah diklasifikasi menurut fungsinya (seperti enzim atau hormon). Cara
klasifikasi lama protein bujur telur ini dibagi menjadi beberapa sub bagian, empat
diantaranya adalah (Deman, 1997):
Albumin dapat diidentifikasi karena larut dalam air dan larutan garam. Albumin
yang khas terdapat dalam darah (protein serum) dan putih telur (albumin telur).
Globulin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan garam encer. ɤ-
Globulin, suatu globulin yang khas adalah campuran orotein yang dapat diisolasi
dari serum darah dan mengandung antibodi.
Histon dan Protamin adalah protein basa yang larut dalam air. Dibandingkan
dengan protein yang lain, histon dan protein menghasilkan konsentrasi asam
amino basa yang besar. Protamin mengandung jumlah argirin yang tinggi, kira-
kira 70-80% dari kadar seluruh asam aminonya. Histon dibedakan dari potamin
berdasarkan sumbernya dan banyaknya macam asam amino yang dikandung.
Histon dan protamin biasanya ditemukan bergabung dengan asam nukleat.
Protein Gabungan
Denaturasi adalah suatu proses yang dapat mengubah struktur molekul tanpa
memutus ikatan kovalen. Denaturasi Protein adalah berubahnya struktur struktur protein
dari struktur asalnya atau struktur alaminya, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh
faktor suhu yang tinggi, perubahan pH yang ekstrim, pelarut organic, zat kimia tertentu
seperti urea, atau pengaruh mekanik (guncangan) (Sutresna, 2007).
Denaturasi biasanya disertai oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang
berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan.
7.4 Renaturasi
Hidrolisis asam
Digunakan asam kuat anorganik seperti HCl atau asam sulfat pekat dan dipanaskan
dalam suhu mendidih, dapat dilakukan pada tekanan > 1 atm selama beberapa jam.
Hidrolisis ini mengakibatkan rusaknya asam amino.
Hidrolisis basa
Basa yang digunakan adalah NaOH dan KOH. Basa ini pada suhu tinggi dan selama
beberapa jam , tekanan >1atm dapat memecahkan ikatan polipeptida.
Hidrolisis enzimatik
Digunakan enzim dalam proses hidrolisis ini. Enzim yang digunakan adalah satu
jenis enzim, atau abanyak enzim dengan jenis yang berbeda. Hidrolisis ini tidak
mengakibatkan kerusakan asam amino dan asam-asam amino bebas serta peptida
dengan rantai pendek yang dihasilkan lebih bervariasi.
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul
protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat
amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam kimia, amfoter merujuk
pada zat yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Perilaku ini terjadi bisa karena
memiliki dua gugus asam dan basa sekaligus atau karena zatnya sendiri mempunyai
kemampuan seperti itu (Hardjono, 2005).
Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada
senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Uji ini dapat dilakukan dengan cara :
sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH dan beberapa
tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi ungu maka larutan tersebut
mengandung protein. Dalam larutan basa Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan
peptida (-CO-NH-) suatu protein yang menghasilkan warna ungu dengan absorbans
maksimum pada 540 nm. Absorban ini berbanding langsung dengan konsentrasi protein
dan tidak tergantung pada jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya
mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama per satuan berat (Apriyantono, 1989).
Hidrolisis protein adalah proses pecahnya atau terputusnya ikatan peptida dari
protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan
menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena
bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein atau
polipeptida, rusaknya struktur globular protein.
Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada
struktur sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak cukup kuat
untuk memutuskan ikatan peptida, dimana struktur primer protein tetap sama setelah
proses denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder
dan tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang
membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan
disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan.
Denaturasi yang umum ditemui adalah proses presipitasi dan koagulasi protein
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
Ninhidrin adalah suatu reagen berguna untuk mendeteksi asam amino dan
menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon
siklik, dan bila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu
Asam L-aspartat merupakan asam amino yang bersifat asam (rantai samping
bersifat asam yaitu asam karboksilat). Pada pH= 7, gugus asam karboksilat ini mengion.
Hal ini menyebabkan asam aspartat sering disebut dengan ion karboksilatnya saja yaitu
aspartat (Wilbraham, 1992).
Glisin termasuk asam amino yang paling sederhana, tidak mempunyai rantai
samping. Glisin merupakan asam amino yang bersifat netral. Dengan titik isoelektrik =
6,0. Glisin termasuk dalam golongan rantai samping alifatik meskipun glisin tidak
mempunyai rantai samping.
Telur mengandung 12,9 g/100g protein . Putih telur (albumin) larut dalam air yang
tidak mengandung garam (Deman, 1997).
9.4 HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia
adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini
juga digunakan secara luas dalam industri.
9.5 HNO3
Asam nitrat adalah larutan asam kuat yang mempunyai nilai pKa sebesar -2. Di
dalam air, asam ini terdisosiasi menjadi ion-ionnya, yaitu ion nitrat NO3− dan
ion hidronium (H3O+). Garam dari asam nitrat disebut sebagai garam nitrat (contohnya
seperti kalsium nitrat atau barium nitrat). Dalam temperatur ruangan, asam nitrat
berbentuk uap berwarna merah atau kuning. Asam nitrat dan garam nitrat adalah seseatu
yang berbeda dengan asam nitrit dan garamnya, garam nitrit.
9.6 NaNO3
Natrium nitrat ialah tipe garam (NaNO3) yang telah lama digunakan sebagai
komposisi bahan peledak dan dalam bahan bakar padat roket, juga pada kaca dan
pelapis tembikar, dan telah ditambang secara luas untuk tujuan itu. Senyawa ini juga
disebut caliche, saltpeter, dan soda niter.Natrium nitrat juga diolah secara sintetis
dengan mereaksikan asam nitrat dengan abu soda. Natrium nitrat memiliki sifat
antimikrobial sehingga digunakan sebagai pengawet makanan.
9.7 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksidasi basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.Natrium hidroksida
adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
9.8 Urea
9.9 CuSO4
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi dengan
kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau
pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO4·5H2O), berwarna
biru terang.
9.10 AgNO3
Bahan-Bahan :
1. Telur bebek 1 biji
2. Susu murni secukupnya
3. Asam asetat 1 N secukupnya
4. Ammonium sulfat secukupnya
5. Formaldehid secukupnya
6. Aquades secukupnya
7. HCl 1 N secukupnya
8. Kertas lakmus 2 lembar
9. Asam sulfat secukupnya
10. NaOH secukupnya
11. Indikator PP secukupnya
12. HNO3 secukupnya
13. CuSO4 secukupnya
14. Pb(COO-)2 secukupnya
15. FeSO4 secukupnya
16. HgSO4 secukupnya
17. ZnSO4 secukupnya
18. Amonia secukupnya
19. Ninhidryn secukupnya
20. NaNO2 secukupnya
21. Pb-asetat secukupnya
5 mL larutan protein
Hasil pengamatan
b. Denaturasi karena pemanasan
2-3 mL larutan protein
- Didinginkan
- Larutan dibagi menjadi 2 bagian
Bagian 1 Bagian 2
Endapan protein
Hasil pengamatan
Perubahan warna
b. Uji dalam suasana basa
3 mL NaOH 0,1 M
Perubahan warna
3 mL NaOH encer
Perubahan warna
3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan protein dengan ammonium sulfat
3-4 mL larutan protein
1 mL HNO3 pekat
1-2 mL HCl pekat
- Dimasukkan kedalam tabung
- Dimasukkan kedalam tabung
reaksi 1
reaksi 2
- Tabung reaksi dimiringkan
- Tabung reaksi dimiringkan
- Ditambah 1-1,5 mL larutan
- Ditambah 1-1,5 mL larutan
protein bertetes-tetes melalui
protein bertetes-tetes melalui
dinding tabung
dinding tabung
- Tabung reaksi ditegakkan
- Tabung reaksi ditegakkan
kembali
kembali
- Didiamkan sejenak
- Didiamkan sejenak
Endapan larut
Endapan larut
- Ditambahkan FeSO4
Endapan larut
3 mL larutan protein
3 mL larutan protein
- Didinginkan
- Ditambahkan amonia
Larutan berwarna jingga
c. Reaksi Ninhidrin
Larutan protein 0,5%
d. Reaksi Millon
2 mL larutan protein
e. Reaksi Hopkin-Cole
1 mL larutan protein
1 mL larutan protein
Hasil pengamatan
b. Denaturasi karena pemanasan Larutan protein Larutan protein Protein
susu : larutan susu + dipanaskan Protein akan terdenaturasi
2-3 ml larutan berwarna putih : larutan keruh terdenaturasi dengan dengan adanya
protein Lautan protein (++) adanya peningkatan suhu peningkatan
Dimasukkan dalam telur : larutan tidak +didinginkan : suhu dengan
tabung reaksi berwarna dan larutan keruh (++) ditandai oleh
Dipanaskan selama kental Larutan protein terbentuknya
1 menit (NH4)2SO4 : susu 1 + endapan pada
larutan tidak (NH4)2SO4 : larutan
Endapan berwarna larutan tetap keruh
(++)
Didinginkan
+ dipanaskan :
Dibagi menjadi 2 terbentuk endapan
bagian (++)
Larutan protein
Larutan 1 Larutan 2 susu 2 +
dipanaskan :
(+) 1-2 tetes larutan larutan keruh (++)
(NH4)2SO4 Didinginkan :
larutan keruh (++)
Larutan protein
Dipanaskan
telur 1 +
Diamati
(NH4)2SO4 :
larutan keruh
Hasil pengamatan
+dipanaskan :
terbentuk endapan
(++)
Larutan protein
telur 2
+dipanaskan :
terbentuk endapan
(++)
c. Denaturasi karena penambahan Protein
formaldehid Formaldehid : terdenaturasi
lartan tidak Protein akan dengan
1-1,5 ml formaldehid + berwarna terdenaturasi dengan penambahan
2 ml aquades Larutan protein Formaldehid + adanya penambahan formaldehid
susu : larutan aquades : larutan formaldehid dengan dengan ditandai
Dimasukkan dalam berwarna putih tidak berwarna membentuk endapan terbentuknya
tabung reaksi Lautan protein + larutan protein akibat dari gugus amina endapan pada
(+) larutan protein telur : larutan tidak susu : terbentuk pada protein dengan larutan
bertetes berwarna dan endapan (10 tetes) formaldehid
Diamati kental Formaldehid +
Hasil pengamatan
Aqudes : larutan aquades : larutan
tidak berwarna tidak berwarna
+ larutan protein
telur : terbentuk
endapan (10 tetes)
2. Sifat amfoter protein Aquades : larutan Aquades + HCl + Suasana asam Larutan protein
a. Uji dalam suasana asam tidak berwarna indicator kongo : dapat bersifat
HCl 1 N: larutan berwarna ungu (+) asam atau basa
3 ml aquades tidak berwarna + larutan protein dengan
Dimasukkan dalam tabung Indicator kongo: telur : larutan penambahan
reaksi larutan berwarna berwarna merah indicator PP
(+) 1 tetes HCl 1 N merah jambu yang ditandai
(+) beberapa tetes indikator Larutan protein Aquades + HCl + dengan larutan
susu : larutan indicator : larutan berwarna merah
kongo
berwarna putih berwarna ungu jambu
Larutan biru
Lautan protein + larutan protein
(+) 2-3 ml larutan telur : larutan tidak susu : larutan
berwarna dan berwarna merah
protein
kental jambu
Diamati dan di catat
Hasil
pengamatan
b. Uji dalam suasana basa NaOH encer +
Larutan protein indicator pp : Suasana basa
3 ml larutan NaOH encer susu : larutan larutan warna pink
berwarna putih Larutan protein
Dimasukkan Lautan protein susu + NaOH yang
dalamtabung reaksi telur : larutan tidak telah dicampur
(+) beberapa tetes berwarna dan dengan indicator
indikator pp kental pp : larutan
NaOH encer : berwarna soft pink
Larutan merah larutan tidak (+)
jambu berwarna Larutan protein
Indicator pp : telur + NaOH yang
2-3 ml larutan protein larutan tidak telah dicampur
berwarna dengan pp : larutan
Dimasukkan berwarna pink (++)
dalamtabung reaksi
(+) bertetes-tetes larutan
NaOH diatas
- Ditambah HgSO4
Endapan larut
Hasil pengamatan
Pada praktikum kimia organic yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 4 April
2018 ini yaitu betjudul “mempelajari sifat-sifat dan reaksi warna dari protein”. Tujuan
dari percobaan ini adalah membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan
irreversibel; membedakan reaksi denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam,
dan garam dari logam berat serta pemanasan berdasarkan pengamatan; memahami
penyebab terjadinya pengendapan pada protein; dan mengidentifikasi adanya protein
melalui reaksi warna. Terdapat beberapa sub-percobaan yang perlu dilakukan pada
percobaan kali ini. Diantaranya yakni denaturasi protein, sifat amfoter protein,
pengendapan protein, reaksi warna protein, dan hidrolisis protein & tes adanya belerang.
Masing-masing sub-percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 larutan protein yang
berbeda, yaitu larutan protein dari susu sapi murni yang belum dimasak dan larutan
protein dari putih telur bebek yang telah diencerkan dengan menggunakan aquades(5
mL putih telur ditambahkan dengan 25 mL aquadest).
1. Denaturasi Protein
Denaturasi Protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik
bentuk protein akibat dari gangguan interaksi sekunder, tersier, dan kuaterner
structural(Stoker, 2010). Denaturasi mengakibatkan hilangnya banyak sifat biologis
protein tersebut (Fessenden & Fessenden, 1986).
Protein tidak hanya dapat terdenaturasi karena pemanasan saja, namun bisa juga
karena perubahan pH, penambahan pelarut organik tertentu seperti alkohol & aseton,
dengan zat terlarut tertentu seperti urea dan guanidin hidroklorida, atau dengan deterjen.
Masing-masing agen denaturasi ini mewakili relatif perlakuan ringan dalam artian tidak
ada kerusakan ikatan kovalen pada rantai polipeptida. Pelarut organik, urea, dan
deterjen terjadi dengan mengganggu interaksi hidrofobik protein globular; perubahan
pH mengubah muatan bersih pada protein, menyebabkan tolakan elektrostatik dan
terganggunya beberapa ikatan hidrogen (Lehninger, 2004).
Sebanyak 5 ml larutan susu ditambah dengan asam asetat 1 N maka akan timbul
flake putih yang menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein,
tetapi telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein
tersebut membentuk flake putih. Flake putih yang dihasilkan terbentuk akibat putusnya
ikatan hydrogen antar molekul asam amino dalam struktur protein. Kemudian larutan
dipanaskan dan dihasilkan endapan semakin banyak karena pemanasan akan
menyebabkan protein susu terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya
menurun. Dalam penambahan larutan asam ini, susu dapat terdenaturasi. Hal ini
disebabkan oleh adanya pembentukan asam laktat yang akan menyebabkan
penggumpalan susu (curdling), atau pengendapan protein yang semula larut (fessenden
& fessenden, 1986). Reaksi denaturasi antara protein dengan asam organic :
3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan protein dengan Ammonium sulfat
3 ml larutan putih telur dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
3 tetes ammonium sulfat 0,1 M terbentuk larutan kuning dan dikocok perlahan-lahan
sehingga terbentuk larutan kuning (+). Kemudian dipindahkan 1 ml ke dalam tabung
reaksi yang lain, ditambahkan 2 ml aquades dan dikocok secara perlahan. Didapatkan
hasil larutan tidak berwarna dan tidak ada endapan di dalam tabung reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa pengendapan yang terjadi bersifat reversibel (dapat kembali
seperti semula).
Sedangkan pada tabung berikutnya, 3 mL susu ditambahkan 3 tetes ammonium
sulfat 0,1 M terbentuk larutan kuningdan dikocok perlahan-lahan sehingga terbentuk
larutan kuning (+). Kemudian dipindahkan 1 ml ke dalam tabung reaksi yang lain,
ditambahkan 2 ml aquades dan dikocok secara perlahan. Didapatkan hasil larutan tidak
berwarna dan tidak ada endapan di dalam tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengendapan yang terjadi bersifat reversibel (dapat kembali seperti semula).
Pengendapan terjadi karena penambahan ammonium sulfat menyebabkan
terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses dehidrasi ini molekul
protein mempunyai kelarutan paling kecil dan akan mudah mengendap. Protein yang
diendapkan ini tidak mengalami perubahan kimia, sehingga dapat dengan mudah
dilarutkan kembali melalui penambahan air. Dari percobaan ini menunjukkan bahwa
pengendapan ini bersifat reversible.
Hal ini menunjukkan bahwa protein akan mengendap dengan adanya logam-
logam berat. Pada pengendapan protein dengan ion logam berat, pengendapan terjadi
karena ion logam berat dengan protein membentuk garam proteinat yang tidak larut
dalam air. Pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel, hal ini ditandai
dengan terbentuknya endapan dan kemudian endapan dapat larut kembali setelah
penambahan logam berlebih. Reaksi umum pengendapan protein dengan logam berat
adalah :
Namun , pada saat penambahan PbSO4 dan ZnSO4 berlebih , endapan bukan
larut akan tetapi terbentuk semakin banyak. Hal ini tidak sesuai dengan teori sehingga
nanti akan dijelaskan dalam bab diskusi.
c. Reaksi Ninhidrin
Sampel susu dan larutan putih telur dimasukkan masing-masing kedalam tabung
reaksi dan diukur pH nya agar tepat 7. Jika pH terlalu asam, maka ditambahkan beberapa
tetes larutan ammonia encer, jika pH terlalu basa, maka ditambahkan beberapa tetes
larutan asam asetat encer. Setelah pH larutan tepat 7, diambil 1 mL masing-masing
larutan dan ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin 0,2% yang tidak mengakibatkan
perubahan warna pada kedua larutan. Lalu keduanya dipanaskan diatas penangas selama
10 menit pada suhu 100⁰C, kedua larutan menjadi berwarna ungu.
Larutan protein mengandung asam amino bebas dengan ditandai terbentuknya
larutan berwarna ungu yang menunjukkan uji ninhidrin positif. Karena pada asam
amino terdapat gugus karboksil yang dapat dilepaskan atau tereduksi akan bereaksi
dengan NH3 dengan proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino
pada asam amino dapat bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Asam
amino, ammonia dan gugus amino primer dalam protein apabila didihkan dengan
larutan protein pada pH 7 dan dengan adanya ninhidrin menjadikan larutan menjadi
berwarna ungu.
Reaksi sebagai berikut :
Reagen ninhidrin
d. Reaksi Millon
Pengujian endapan dengan pereaksi Millon bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan tirosin / triptofan.
Sebanyak 2 mL susu putih dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah
dengan pereaksi Millon, larutan berwarna putih. Setelah itu dipanaskan, larutan
berwarna putih. Setelah dingin ditambah 1 tetes NaNO2 1%, larutan tak berwarna dan
terbentukendapan merah bata yang menunjukkan bahwa Hg dalam reagen millon telah
tereduksi oleh NaNO2. Lalu dipanaskan lagi menjadi larutan berwarna merah. Pada
tabung eaksi yang kedua, sebanyak 2 mL larutan putih telur dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambah dengan pereaksi Millon, larutan berwarna putih. Setelah itu
dipanaskan kemudian ditambah 1 tetes NaNO2 1% dan dipanaskan kembali larutan
tidak berwarna dan terbentuk endapan merah bata.
Dari percobaan ini dapat dijelaskan bahwa terjadi pengikatan Hg pada
hidroksifenil yang menghasilkan kompleks berwarna merah. Dimana kompleks
berwarna merah tersebut menunjukkan adanya tirosin pada kedua protein tersebut yaitu
susu dan telur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika protein direaksikan dengan
millon akan bernilai positif.
e. Reaksi Hopkin-Cole
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya indol dari triptofan.
Sebanyak 1 mL susu putih dimasukkan kedalam tabung reaksi pertama dan ditambah 1
tetes formaldehid encer, larutan tetap berwarna putih. Kemudian ditambah 1 tetes
pereaksi merkurisulfat tetap terbentuk larutan putih. Lalu ditambah asam sulfat pekat
terbentuk cincin berwarna ungu. Kemudian pada tabung reaksi kedua, 1 mL larutan
putih telur dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 1 tetes formaldehid encer,
larutan tetap tak berwarna. Kemudian ditambah 1 tetes pereaksi merkurisulfat maka
tetap terbentuk larutan putih. Lalu ditambah asam sulfat pekat terbentuk cincin
berwarna ungu.
Kedua larutan protein mengandung inti indol asam amino triposfan dengan
ditandai terbentuknya cincin berwarna ungu.
Reaksi sebagai berikut :
IX. DISKUSI
Pada saat pengendapan dengan logam berat PbSO4 dan ZnSO4
menunjukkan reaksi bersifat irreversible yang ditandai dengan terbentuknya
endapan yang semakin banyak ketika ditambahkan larutan logam yang
berlebihan. Padahal seharusnya menurut teori, reaksi pengendapan protein
dengan logam berat baik menggunakan PbSO4 meupun ZnSO4 merupakan
reaksi yang reversible. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penambahan PbSO4
dan ZnSO4 kurang banyak, sehingga reaksi belum setimbang dan masih berjalan
ke arah pembentukan produk(kanan).
X. KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil percobaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Protein pada susu dan putih telur dapat terdenaturasi karena adanya pemanasan,
penambahan pH asam(CH3COOH) dan penambahan senyawa kimia organik,
seperti senyawa formadehid.
2. Protein pada susu maupun larutan putih telur dapat bertindak sebagai asam
maupun basa(amfoter) yang ditunjukkan dengan berubahnya indicator kongo
menjadi merah muda dalam suasana protein asam serta berubahnya warna
indicator pp dalam suasana larutan protein basa.
3. Pengendapan bersifat reversibel artinya dapat kembali ke keadaan awal, yaitu
pengendapan protein pada susu dan putiih telur dengan penambahan ammonium
sulfat berlebih akan melarutkan keembai endapan yang terbentuk. Pengendapan
protein pada susu dan telur dengan asam mineral pekat bersifat reversibel jika
ditambahkan dengan asam mineral berlebih. Kecuali jika ditambah dengan HNO3
pekat yang bersifat irreversibel.
4. Uji warna pada protein yaitu uji biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada susu dan telur yang menghasilkan warna ungu ketika direaksikan dengan
biuret.Uji ksanthoprotein untuk mengetahui susu dan telur mengandung cincin
benzena yang ditandai dengan larutan berwarna jingga ketika diuji pereaksi
ksanthoprotein. Protein susu dan telur bernilai positif ketika diuji dengan pereaksi
ninhidrin menghasilkan larutan berwarna ungu.Uji Protein pada susu dan telur
bernilai positif ketika diuji dengan pereaksi millon, hal ini bukti bahwa susu dan
telur mengandung asam amino tirosin atau triptofan dengan ditandai terbentuknya
endapan merah bata.Protein pada susu dan telur bernilai positif pada uji Hopkin-
Cole yang menunjukkan bahwa asam amino dalam susu dan telur mengandung
gugus indol dengan terbentuknya cincin berwarna ungu.
5. Protein pada susu dan telur mengandung asam amino beratom S yang memberikan
warna hitam jika direaksikan dengan Pbasetat akibat terbentuk PbS yang termasuk
protein miosin.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: UPT produksi media
informasi LSI
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama
- Ikatan hidrogen
Ikatan yang terbentuk antara gugus NH- atau –OH dan
gugus C = O dalam ikatan peptida atau –COO- dalam gugus R.
II. LAMPIRAN GAMBAR