PENDAHULUAN
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos, yang berarti “yang paling utama”, adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang kala mengandung sulfur dan
fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Tanpa memandang fungsi dan aktivitas biologisnya, protein dibangun oleh susunan dasar yang
sama, yaitu dibentuk dari 20 jenis asam amino. Secara sederhana, protein berbeda satu sama lain
karena masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan
abjad struktur protein karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam sejumlah deret yang
hampir tidak terbatas, untuk membuat berbagai protein dalam jumlah yang hampir tidak terbatas
pula.
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari asam amino dan protein.
2. Mengetahui sifat amfoter dan sifat asam basa pada asam amino.
3. Mengetahui cara-cara menganalisa protein.
4. Mengetahui klasifikasi protein.
5. Memahami pengertian dari denaturasi dan renaturasi protein.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASAM AMINO
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus
amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari
residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino
dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai
dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung
dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa
tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan
sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat
membuat asam
amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika
nonpolar (Wikipedia).
Berdasarkan sifat kepolaran dari gugus R-nya, ke-20 asam amino tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi empat, antara lain:
1. Asam amino dengan gugus R non polar (tak mengutup).
Gugus non polar adalah gugus yang mempunyai sedikit atau tidak mempunyai
selisih muatan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Golongan ini terdiri dari
lima asam amino yang mengandung gugus alifatik (Alanin, leusin, isoleusin,
valin,dan prolin), dua dengan R aromatic (fenilalanin dan triptopan), dan satu
mengandung atom sulfur (metionin).
2. Asam amino dengan gugus R mengutub tak bermuatan.
Golongan ini lebih mudah larut dalam air dari golongan yang tak mengutub
karena gugus R mengutup dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul
air. Selain treonin dan tirosin yang kekutubannya disebabkan oleh adanya
gugus hidroksil (-OH) merupakan asam amino yang termasuk golongan ini.
Selain itu, yang termasuk dalam golongan ini juga adalah asparagin dan
glutamin yang kekutubannya disebabkan oleh gugus amida (-CONH2) serta
sistein oleh gugus sulfidril (-SH).
3. Asam amino dengan gugus R bermuatan negative (Asam amino asam).
Golongan asam amino ini bermuatan negative pada pH 6.0-7.0 dan terdiri dari
asam aspartat dan asam glutamat yang masing-masing mempunyai dua gugus
karboksil (COOH).
4. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif (Asam amino basa). Golongan
asam amino ini bermuatan positif pada pH 7.0 terdiri dari lisin, histidin dan
arginin (Anonim, 2000).
3. Sifat Amfoter dan Asam-Basa dari Asam Amino
Asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil (berupa asam karboksilat)
sekaligus zat ini dapat dianggap sebagai asam dan basa (walaupun pH alaminya
biasanya dipengaruhi oleh gugus –R yang dimiliki).
Gambar 2. Asam amino sebagai asam dan asam amino sebagai basa.
Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino
1. Pengertian Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan
proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa Yunani (Greek) proteus yang
berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”. Seorang ahli kimia Belanda yang bernama
Mulder, mengisolasi susunan tubuh yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein.
Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan-satuan dasar kimia. Protein
terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak, yaitu
terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O), akan tetapi ditambah dengan
unsur lain, yaitu nitrogen
(N). Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Molekul protein tersusun dari
satuan-satuan dasar kimia, yaitu asam amino (biasa disebut unit pembangun protein).
Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling berhubung-hubungan dengan
suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH). Satu molekul protein dapat terdiri
dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah ratusan asam
amino (Suhardjo dan Clara, 1992).
2. Klasifikasi Protein
a. Berdasarkan fungsi biologisnya
1) Protein Enzim
Golongan protein ini berperan pada biokatalisator dan pada umumnya
mempunyai bentuk globular. Protein enzim ini memiliki sifat yang khas
karena hanya bekerja pada substrat tertentu.
Yang termasuk golongan ini antara lain:
a) Peroksidase yang mengkatalase penguraian hidrogen peroksida
b) Pepsin yang mengkatalisa pemutusan ikatan peptida
c) Polinukleotidase yang mengkatalisa hidrolisa polinukleotida
2) Protein Pengangkut
Protein pengangkut mempunyai kemampuan membawa ion atau molekul
tertentu dari suatu organ ke organ lain melalui aliran darah.
Yang termasuk golongan ini antara lain:
a) Hemoglobin pengangkut oksigen
b) Lipo protein pengangkut lipid
3) Protein Struktural
Peranan protein struktural adalah sebagai pembentuk struktural sel jaringan
dan memberi kekuatan pada jaringan. Yang termasuk golongan ini adalah
elastin, fibrin, dan keratin.
4) Protein Hormon
Adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin membantu mengatur
aktivitas metabolisme di dalam tubuh.
5) Protein Pelindung
Protein ini pada umumnya terdapat dalam darah, melindungi organisme
dengan cara melawan serangan zat asing yang masuk dalam tubuh.
6) Protein Kontraktil
Golongan ini berperan dalam proses gerak, memberi kemampuan pada sel
untuk berkontraksi atau mengubah bentuk.
7) Protein Cadangan
Protein cadangan atau protein simpanan adalah protein yang disimpan dan
dicadangkan untuk beberapa proses metabolisme.
3. Analisis Protein
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Analisis secara kualitatif
1. Reaksi pengendapan oleh alkohol pekat; logam-logam berat seperti Cu, Hg,
Pb, Zn; oleh reagen-reagen alkaloid; oleh asam-asam mineral.
2. Reaksi Warna
Reaksi warna ini berdasarkan adanya ikatan peptid, maupun adanya sifat-sifat
dari asam amino yang dikandungnya.
a) Reaksi Biuret
Reaksi ini merupakan tes umum yang baik terhadap protein, dilakukan
dengan cara menambahkan larutan protein dengan beberapa tetes CuSO 4
encer dan beberapa ml NaOH. Reaksi positif dengan warna ungu, terjadi
karena adanya kompleks senyawa yang terjadi antara Cu dengan N dari
molekul ikatan peptida.
b) Reaksi Ninhidrin
Larutan protein ditambah dengan beberapa tetes larutan ninhidrin, kemudian
dipanaskan beberapa saat dan didiamkan hingga dingin, hasil positif
apabila terbentuk warna biru.
c) Reaksi Molish
Reaksi positif menunjukkan adanya gugus karbohidrat pada protein. Tes ini
dilakukan dengan cara, larutan protein ditambah dengan beberapa tetes alpha
naftol, dikocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung dan ditambahkan
H2SO4 melalui dinding tabung, kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif
bila terlihat adanya cincin diperbatasan kedua cairan.
d) Reaksi Millon
Dilakukan dengan cara menambahkan larutan protein dengan beberapa tetes
reagen millon diaduk sampai adanya endapan putih kemudian dipanaskan
hati-hati dan ditambahkan NaNO 3 setelah dingin. Hasil positif ditandai
dengan terjadinya warna merah pada larutan tersebut.
untuk menganggap bentuk asli mereka dikodekan dalam struktur primer protein, dan
Renaturasi adalah proses pembentukan kembali struktur untai ganda dari keadaan
terdenaturasi. Renaturasi merupakan suatu proses yang dapat terjadi secara in vivo
maupun in vitro. Renaturasi in vitro merupakan suatu fenomena yang sangat berguna
untuk analisis molekuler, misalnya untuk mengetahui kesamaan atau kedekatan
genetis antara suatu organisme dengan organisme lain, untuk mendeteksi macam RNA
tertentu, untuk mengetahui apakah suatu urutan nukleutida tertentu ada lebih dari satu
pada suatu jasad, serta untuk mengetahui lokasi spesifik suatu urutan nukleutida pada
genom . Dalam bagian ini merupakan proses renaturasi secara in vitro.
Adapun tahapan-tahapan renaturasi adalah sebagai berikut:
1. Untai tunggal DNA (sense) bertemu dengan untai tunggal lainnya (antisense)
secara acak.
2. Jika urutan Nukleotida kedua untai tunggal tersebut komplementer, maka akan terjadi
ikatan hidrogen dan terbentuk struktur untai ganda pada suatu bagian. Pembentukan
ikatan hidrogen kemudian akan dilanjutkan pada bagian yang lain secara cepat
sehingga terbentuk struktur untai ganda yang lengkap
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta: Dian Rakyat.
Anonim. 2000. Dasar-Dasar Biokimia. UI-PRESS. Jakarta.
Anonim. 2015. Asam Amino. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam-amino. 26 April 2015.
20.00 WIB.
Anonim. 2015. Denaturasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Denaturasi. 27 April 2015. 19.00
WIB.
Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suhardjo dan Clara M.K. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jaka