PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan uji kualitatif pada asam amino?
2. Bagaimana cara menentukan uji xanthroprotein?
3. Bagaimana cara menentukan denaturasi protein?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat
gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan
satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
3
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat
tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus
karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan
asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia
rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar.
4
Bersifat sebagai elektrolit. Dalam larutan kondisi netral (pHisoelektrik), asam
amino dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan
negatif (zwitterion) atau ion amfoter.
5
a. Asam amino esensial, adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri
oleh tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan. Jenis-jenis Asam
amino esensial yaitu : Histidin, Isoleusin, Leusin, Lysin, Metionin,
Fenilalanin, Treonin, Triftofan, Valin.
b. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri
oleh tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah
dibandingkan dengan asam amino esensial.
c. Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-esensial,
namun pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi
dalam tubuh tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus
didapat dari makanan maupun suplemen protein.
Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan
hidrofilik. Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Mei, 2013):
a. Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin,
Valin, Leusin, Isoleusin.
b. Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam
amino polar) : Serin, Treonin, Tirosin.
c. Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) :
Sistein dan metionin.
d. Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya (gugus
R bermuatan negatif) : Asam aspartat, Asparagin, Asam glutamat, Glutamin.
e. Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan
positif): Arginin, lisin, Histidin, Hydrolisin.
f. Yang mengandung cincin aromatik : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan.
Asam imino : prolin, hidroksiprolin.
6
kuat. 3 asam amino dapat disatukan oleh dua ikatan peptida dengan cara yang
sama untuk membentuk suatu tripeptida : tetrapeptida dan pentapeptida.
2.2 Protein
2.2.1 Definisi Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Protein dapat diuji dengan beberapa percobaan, yang dapat dipelajari dalam
ilmu Biokimia. Pengujian protein antara lain
1) uji pengendapan protein,
2) uji reaksi warna pada protein,
3) pembedaan macam-macam protein ( Chawla, 2003 ).
Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Vernon Ingram menemukan bahwa
translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut memicu
mutasi genetik.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode:
Hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian
komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer,
7
Analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman,
Kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan
Penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
2. Struktur sekunder
Struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai
rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut: alpha helix (α-
helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti
spiral; beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan
hidrogen atau ikatan tiol (S-H); beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan gamma-
turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
3. Struktur Tersier
8
4. Struktur Kuartener
Menggambarkan pengaturan sub unit protein dalam ruang. Protein dengan dua
atau lebih rantai polipeptida yang terikat oleh kekuatan nonkovalen
memperlihatkan struktur kovalen. Dalam protein multimerik ini, masing-masing
rantai polipeptida disebut protomer atau sub unit. Sub unit tersebut disatukan
oleh jenis interaksi nonkovalen yang sama yang berperan dalam struktur tersier
yaitu interaksi elektrostatik dan hidrofobik serta ikatan hidrogen. Protein, contoh
dari struktur ini yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
9
Berdasarkan komposisinya, protein diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Protein Sederhana
1) Albumin, protein larut dalam air dan larutan garam encer.
2) Globulin, tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan encer garam.
3) Histon, protein basa karena banyak mengandung asam amino bermuatan
positif.
4) Globin, mengandung arginin dan triptofan dalam jumlah sama,
mengandung histidin juga tetapi tidak mengandung isoleusin.
5) Glutelin, tidak larut dalam larutan netral tapi larut dalam basa dan asam
encer.
6) Prolamin, banyak terdapat pada sayuran. Tidak larut dalam alkohol
absolut.
b. Protein Kompleks
1) Fosfoprotein, hidrolisisnya menghasilkan asam amino dan asam fosfat.
2) Glikoprotein, merupakan turunan karbohidrat.
3) Khromoprotein, protein dengan gugus prostetik yang berpigmen.
4) Nukleoprotein
5) Lipoprotein
6) Flavoprotein
7) Metaloprotein. (Soedarmo et al., 1988)
10
Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut
dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu
atau bau rambut terbakar.
Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis
protein, yaitu proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai rasa pahit.
Protein jika bertemu dengan asam tartaric, akan mengeras, dengan demikian
akan mempengaruhi daya serap dan daya cerna.
11
2.4 Denaturasi Protein
Denaturasi protein merupakan perubahan struktur protein akibat pengaruh
dari perubahan suhu, perubahan pH, radiasi, deterjen, dan perubahan jenis pelarut.
Protein yang terdenaturasi hampir selalu mengalami kehilangan fungsi biologis.
Hal ini paling mudah diperlihatkan oleh sifat protein. Jika larutan protein secara
perlahan-lahan dipanaskan sampai kira-kira 60 atau 70oC, larutan tersebut lambat
laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi berbentuk seperti tali.
Albumin yang terjadi tidak akan melarut lagi dengan pendinginan dan tidak
membentuk larutan jernih seperti semula sebelum dipanaskan.
Pengaruh panas terjadi pada semua protein globular, tanpa memandang
ukuran atau fungsi biologinya, walaupun suhu yang tepat bagi fenomena ini
mungkin bervariasi . Protein dalam keadaan alamiahnya disebut protein asli (natif)
setelah perubahan menjadi protein terdenaturasi. Panas dapat mengacaukan ikatan
hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul
bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan
ikatan‑ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi
sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga
sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat
ketidakteraturan, semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan
juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan
menyebabkan terjadinya koagulasi.
Denaturasi protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau
modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier
maupun kuartener dari protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat
empat jenis interaksi pada rantai samping seperti ikatan hidrogen, jembatan
garam, ikatan disulfida, interaksi non polar pada bagian non hidrofobik. Adapun
penyebab dari denaturasi protein bisa berbagai macam, antara lain panas, alkohol,
asam-basa, maupun logam berat
12
BAB III
METODA PRAKTIKUM
Bahan Praktikum
Tabel. 2 Bahan Praktikum
Test Kelarutan Asam
Reaksi Xanthroprotein Denaturasi Protein
Amino
Glisin Tyrosin Putih telur / albumin
Asam glutamat Tripthopan Buffer pH 5
HCl 0.1 N Alanin HCl 0,1 N
NaOH 0.1 N Fenilalanin NaOH 0,1 N 2 ml
H2O HNO3 pekat
Etanaol / alkohol
13
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Tes Kelautan Asam Amino
Asam-asam amino
- Ditimbang 0,1 gram( Glisin & Asam
Glutamat )
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Diperiksa kelarutannya dengan pelarut (HCl
0,1 N, NaOH 0,1N, H2O & Etanol 2ml )
Hasil
Asam-asam amino
- Diambil 0,1 gram ( Tyrosin Tripthopan , Alanin,
Fenilalanin )
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 3 tetes asam nitrat (HNO3 pekat )
- Diamati Perubahannya
Hasil
Asam amino yang berubah warna jadi kuning sampai orang, artinya mengandung
gugus cincin benzen
Protein
Hasil
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
15
4.2.1 Test Kelarutan Asam Amino
Dalam percobaan pertama yakni uji kelarutan pada asam amino yg dilakukan
dengan mengamati tingkat kelarutan bahan-bahan tersebut pada pelarut yang
berbeda-beda. Digunakan asam amino dalam bentuk serbuk, Asam amino yang
digunakan pada uji kelarutan ini adalah glisin dam asam glutamat. Pada umumnya
asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut non polar seperti ester,
aseton dan kloroform. Pada praktikum kali ini Berdasarkan kepolarannya, pelarut
yang digunakan ada yang bersifat polar yakni air sedangkan yang bersifat kurang
polar digunakan alkohol. Berdasarkan tingkat pHnya digunakan larutan yang
memiliki pH rendah yakni HCl encer dan larutan dengan pH tinggi yakni NaOH
encer.
Asam amino glisin larut dalam H2O, HCl dan NaOH, dan sedikit larut dalam
ethanol. Glisin merupakan jenis asam amino dengan rantai samping alfatik
bersifat polar tidak bermuatan, kemudian uji kelarutan menggunakan HCl
menunjukkan hasil bahwa semua asam amino dapat larut. Uji kelarutan dengan
NaOH juga menunjukkan hasil yang sama dimana semua asam amino dapat larut
Pada Asam amino glutamat tidak larut dalam semua pelarut yang ditandai
dengan mengendapnya serbuk asam amino glutamat pada dasar tabung. Asam
amino glutamat merupakan jenis asam amino dengan rantai samping gugus asam
bersifat polar bermuatan negatif.
16
4.2.2 Reaksi Xanthoprotein
Reaksi Xanthoprotein
17
Gambar 12.Struktur Gambar 13. Struktur Gambar 14. Struktur
Fenilalanin Tirosin Tripthopan
18
Pada tabung ke I Albumin 2 ml ditambahkan dengan buffer pH 5 sebanyak
2 ml kemudian dipanaskan. Penambahan buffer dan pemanasan ini menyebabkan
timbulnya endapan putih lautan keruh dan gumpalan. Endapan putih yang
terbentuk mengindikasikan terjadinya denaturasi protein. Denaturasi ini
disebabkan karena buffer sangat kuat mempertahankan pHnya pada pH 5
sehingga dapat merusak keseimbangan zwitter ion ke kondisi asam di bawah titik
isoelektrik.
Pada tabung ke-II Albumin 2 mlditambahkan dengan larutan HCl 0,1 N
sebanyak 2 ml kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan membentuk endapan
putih dan gumpalan dengan laruan yang berwarna bening, Hal ini terjadi karena
penambahan HCl yang bersifat sebagai asam kuat menyebabkan pH larutan
protein menjadi sangat asam.
Pada tabung ke-III Albumin 2 ml ditambahkan dengan NaOH 0,1 N
sebanyak 2 ml kemudian dipanaskan. Penambahan larutan NaOH ini tidak
menyebabkan perubahan pada larutan protein. Hal ini disebabkan karena larutan
NaOH bersifat sebagai basa kuat.
Reaksi Denaturasi Protein
19
BAB V
KESIMPULAN
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino
yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom
karbon α dari posisi gugus –COOH. Jenis-jenis asam amino, urutan cara asam
amino tersebut terangkai, serta hubungan spasial asam-asam amino tersebut asan
menentukan struktur 3 dimensi dan sifat-sifat biologis protein sederhana.
Berdasarkan sifat polar gugus R, maka asam amino terdiri dari 4 golongan yakni :
Asam amino dengan gugus R yang tidak mengutub, Asam amino dengan gugus R
mengutub tidak bermuatan, Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif/asam
amino asam, Asam amino dengan gugus R bermuatan positif/asam amino basa.
Protein memiliki struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Dengan sifat
fisiko kimia protein, maka protein dapat mengalami denaturasi jika mendapat
pengaruh panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya beban kimia seperti urea,
alkohol, dan sabun. Protein sendiri terbentuk melalui serangkaian proses sintesis
protein.
Berdasarkan percobaan tes kelarutan Asam amino diperoleh hasil bahwa Glisin
dapat larut dalam H2O, HCl, NaOH dan sedikit larut dalam Alkohol, sedangkan
Asam glutamat tidak larut dalam semua pelarut.
Pada Uji Xanthoprotein Asam amino yang menunjukan Reaksi positif untuk uji
ini adalah tyrosin, phenilalanin, dan tryptophan. Tyrosin dan tryptophan
menunjukan perubahan warna menjadi oren pekat dengan endapan dan fenialanin
menunjukan hasil berwarna kuning bening Gejala ini akibat nitrasi pada inti
benzena yang terdapat dalam protein. Sedangkan pada Alanin menunjukan hasil
negatif dan tidak mengalami perubahan warna karena asam amino tersebut
merupakan asam amino rantai terbuka/ alifatik dan tidak mengandung benzene
sehingga tidak ternitras oleh HNO3 pekat.
Denaturasi protein merupakan perubahan struktur protein akibat pengaruh dari
perubahan suhu, perubahan pH, radiasi, deterjen, dan perubahan jenis pelarut.
20
Pada Albumin+HCl 0,1 N 2 ml menunjukan terjadinya endapan putih dan
gumpalan.
Pada albumin+HaOH 0,1 N 2 ml menunjukan terjadinya endapan putih tetapi
tidak menyebabkan perubahan larutan
Penggumpalan ini terjadi setelah dilakukannya pemanasan. Proses pemanasan
dapat menyebabkan rusaknya struktur protein. Pemanasan akan membuat protein
terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi
karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang
ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang
sempit.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Asam Amino
Glisin
Asam glutamat
Tyrosin
Tripthopan
Alanin
Fenilalanin
Albumin/Putih Telur
Pelarut
HCl 0.1 N
NaOH 0.1 N
H2O
Etanaol / alkohol
HNO3 pekat
23
Timbangan yang digunakan untuk
menimbang serbuk glukosa, pati dan
sukrosa
24
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum
25