Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah (BBLR) saat ini merupakan masalah di

seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian

pada masa neonatal. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi

yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak

terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. (Proverawati dan Ismawati

2010)

BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai

kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal,

prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan

sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing provinsi. Angka

tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%).

Tahun 2016 angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia

memang sedikit menurun, yaitu mencapai 10,2%, dengan prevalensi

tertinggi ditempati oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (19,2%) dan

terendah di provinsi sumatra Barat (6%). Presentase BBLR di Jawa Barat

sebesar 11%. Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi

karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir

rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi

dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi

1
2

adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,

kardiovaskuler, hematologi, gasrtointestinal, ginjal dan termoregulasi.

(Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2016)

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir,

baik bayi yang dilahirkan cukup bulan (matur) maupun kurang bulan

(prematur). Seperti diketahui, ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik

dan utama bagi bayi maupun bagi BBLR, karena didalam ASI Eksklusif

terkandung antibodi yang diperlukan bayi. ASI adalah sumber gizi yang

sangat ideal dan seimbang yang komposisinya disesuaikan dengan

kebutuhan untuk masa pertumbuhan bayi dan halnya juga pada BBLR.

ASI sebagai makanan tunggal mencukupi kebutuhan tumbuh kembang

bayi hingga usia enam bulan (Roesli, 2012).

Persentase bayi 6-12 bulan yang masih mendapat ASI Eksklusif

sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI Eksklusif

sampai usia enam bulan adalah sebesar 29,5%. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2016).

Mengacu pada target renstra tahun 2016 yang sebesar 42%,

maka secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia

kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah mencapai target. Menurut

provinsi, cakupan ASI Eksklusif pada bayi umur 6-12 bulan berkisar

antara 32,3% (Gorontalo) sampai tertinggi 79,9% (Nusa Tenggara Timur)

sedang Jawa Barat berkisar 48.4% dan Kota Cimahi berkisar 28,7%. Dari

34 provinsi hanya tiga provinsi yang belum mencapai target yaitu

Gorontalo (32,3%), Riau (39,7%) dan Kalimantan Tengah (40,0%). (Profil

Kesehatan Indonesia, 2016).


3

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

refleks menghisapnya masih lemah karena ketidakmatangan sistem

organ pernafasan, dan tidak sempurnanya koordinasi syaraf menelan

dengan menghisap dan bernafas. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan

pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan

bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang

telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang

menempel pada puting.

Berdasarkan hasil penelitian Arminingrum (2016) “Hubungan

Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Berat Lahir Rendah” menunjukan

bahwa bayi yang mempunyai riwayat bayi berat lahir rendah (BBLR) lebih

banyak. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko

kematian yang lebih besar dibanding dengan berat lahir normal, terutama

pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti

kekebalan kurang sempurna dan BBLR menunjukan belum sempurna

fungsi organ tubuh dengan keadaannya yang lemah sehingga lebih

mudah terkena penyakit infeksi terutama pada kenaikan berat badan dan

saluran pernafasan lainnya.

Dari studi pendahuluan di Puskesmas Leuwi Gajah cakupan ASI

Eksklusif pada tahun 2016 masih rendah dari cakupan secara Nasional

yaitu 76%. 10 bayi BBLR yang diberikan ASI eksklusif terdapat sebanyak

8 bayi dan yang tidak diberikan ASI Eksklusif sebanyak 2 bayi. Bayi yang

diberikan ASI Eksklusif pertumbuhan mengalami kenaikan sesuai dengan

KMS berada diatas garis merah sedangkan yang tidak di berikan ASI
4

Eksklusif pertumbuhannya mengalami penurunan sesuai dengan KMS

berada dibawah garis merah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah apakah ada hubungan pemberian asi

eksklusif pada bayi berat lahir rendah dengan pertumbuhan bayi usia

6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas leuwi gajah cimahi selatan.

Dalam hal ini tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah

ada hubungan pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi berat lahir

rendah di wilayah kerja Puskesmas Leuwi Gajah Cimahi Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian asi eksklusif pada bayi berat

lahir rendah dengan pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan di wilayah

kerja puskesmas leuwi gajah cimahi selatan tahun 2017

2. Tujuan Khusus

Mengetahui pertumbuhan berat badan bayi berat lahir rendah (BBLR)

dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Leuwi Gajah Cimahi

Selatan:

1. Mengetahui gambaran pemberian asi eksklusif pada BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Leuwi Gajah Cimahi Selatan

2. Mengetahui gambaran pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Leuwi Gajah Cimahi Selatan


5

3. Mengetahui hubungan Pemberian ASI eksklusif terhadap

pertumbuhan bayi BBLR 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Leuwi Gajah Cimahi Selatan

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu gambaran

untuk mengetahui hubungan pemberian asi eksklusif pada bayi berat lahir

rendah dengan pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja

puskesmas leuwi gajah cimahi selatan.

2. Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh

mahasiswa, staf pengajar di STIKes Budi Luhur Cimahi, dapat

digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan STIKes Budi

Luhur Cimahi, dapat menjadi bahan ajar mata kuliah kebidanan di

kelas dan acuan bagi mahasiswa kebidanan yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan

yang lebih baik. Memberikan informasi atau penyuluhan tentang

pemberian asi eksklusif pada bayi berat lahir rendah dan

pertumbuhan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya


6

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau

referensi yang bisa membantu peneliti selanjutnya mengenai

hubungan pemberian asi ekslusif pada bayi berat lahir rendah

dengan pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai