Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

KARAKTERISTIK POMPA DAN KAVITASI

Disusun oleh :
1) Achri Isnan Khamil (191910401008)
2) Syahfa Adinda Relyando (191910401052)
3) Muhammad Iqbal Samudra (191910401096)
Hari / Tanggal Praktikum : Jumat/ 20 Mei 2022
Asissten : Arfian Alwi F.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Mei, 2022
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 JUDUL PERCOBAAN


KARAKTERISTIK POMPA DAN KAVITASI

1.2 TUJUAN PERCOBAAN


1. Untuk mengukur discharge performance (kurva discharge head vs. flow
rate) pompa centrifugal
2. Untuk mengukur pengaruh NPSH available
3. Untuk mengamati kondisi terjadinya kavitasi

1.3 DASAR TEORI


1.3.1 Fluida
Fluida merupakan sebutan untuk zat yang bisa mengalir dalam bentuk cair
dan gas. Fluida dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Banyak
manfaat yang terdapat dalam fluida terutama air untuk kebutuhan sehari-hari
dalam mensejahterakan masyarakat. Dengan banyaknya manfaat air membuat
masyarakat ingin mempelajari dan mengembangkan untuk kehidupan yang lebih
baik. Secara alamiah fluida khususnya air akan mengalir dari tempat tinggi ke
tempat yang lebih rendah mengikuti gaya grafitasi bumi. Untuk aliran sebaliknya
diperlukan alat yang disebut pompa, pertama kali ditemukan pada tahun 1174 oleh
Al-Jazari, terdiri atas balok panjang yang ditopang dengan balok kayu horisontal,
sementara penggeraknya menggunakan tenaga hewan dengan mekanisme gerak
yang terdiri dari dua roda gigi. Saat ini desain dan mekanisme pompa telah
berkembang (Vergiansyah, 2019).
1.3.2 Dasar Pompa
Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan
dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung
secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan
tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan
kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga
(penggerak) menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini dibantu oleh
impeller sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi
kekosongan akibat perpindahan dari cairan/fluida yang masuk sebelumnya
(Vergiansyah, 2019).
Pompa sering dijumpai dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dirumah tangga maupun industry. Pompa adalah perangkat mekanik untuk
meningkatkan energi tekanan fluida. Secara umum pompa difungsikan sebagai
pemindah fluida dari tekanan rendah ke tekanan tinggi atau sebagai penyirkulasi
fluida ke dalam sebuah sistem. Pompa dalam keseharian sering terdapat kendala
dalam pendistribusian fluida ke semua sistem. Turunnya performa pompa dapat
diakibatkan adanya fenomena kavitasi (Nugroho, Wibawa, & Himawanto, 2014).
Performa kerja dari pompa ditentukan oleh efisiensinya, semakin tinggi
efisiensi sebuah pompa maka akan semakin baik performanya. Penurunan nilai
efisiensi dari berbagai jenis merk pompa adalah tidak sama yaitu untuk pompa
jenis Nijhuis (1983) adalah 0,17 per tahun dan pompa jenis Torishima (2004)
sebesar 1,24 per tahun. Penurunan nilai efisiensi dipengaruhi oleh kualitas
material pompa, perawatan selama operasi dan pemasangan instalasi (Subagyo,
Muchsin, & Aulia, 2013).
Berikut adalah definisi dari istilah-istilah yang di gunakan pada pompa:
Head (H), head adalah energi angkat atau dapat digunakan sebagai perbandingan
antara suatu energi pompa per satuan berat fluida. Pengukuran dilakukan dengan
mengukur beda tekanan antara pipa isap dengan pipa tekan, satuannya adalah
meter. Kapasitas (Q), satuannya adalah m³/s. Kapasitas adalah jumlah fluida yang
dialirkan persatuan waktu. Putaran (n), satuan rpm putaran adalah dinyatakan
dalam rpm dan diukur dengan tachometer. Daya (P), satuan Watt, daya dibedakan
atas 2 macam, yaitu daya dengan poros yang diberikan motor listrik dan daya air
yang dihasilkan pompa. Momen Puntir (T), satuan N/m. Momen puntir diukur
dengan memakai motor listrik arus searah, dilengkapi dengan pengukur momen.
Efisiensi (η), satuan %, efisiensi pompa adalah perbandingan antara daya air yang
dihasilkan pompa dengan daya poros dari motor listrik (Subagyo, Muchsin, &
Aulia, 2013).
Usaha yang dilakukan oleh satuan massa fluida saat melewati sistem dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
𝟏 (𝑷𝟐𝟐 −𝑷𝟐𝟏 )
(𝒗𝟐𝟐 − 𝒗𝟐𝟏 ) − 𝒈(𝒛𝟐𝟐 − 𝒛𝟐𝟏 ) + + ∑ 𝑭 + 𝑾𝒔 = 𝟎 (1)
𝟐 𝝆

Dengan asumsi nilai Ws = 0, ∑F = 0 dan tidak ada energi mekanik dan


tidak ada gesekan, maka persamaan di atas juga dikenal sebagai persamaan
Bernoulli yang dapat ditulis sebagai berikut:
𝑷𝟐𝟏 𝒗𝟐𝟏 𝒛𝟐𝟏 𝑷𝟐𝟐 𝒗𝟐𝟐 𝒛𝟐𝟐
+ + = + + (2)
𝝆 𝟐 𝒈 𝝆 𝟐 𝒈

𝝆𝒗𝟐𝟏 𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷𝟏 + + 𝝆𝒈𝒉𝟏 = 𝑷𝟏 + + 𝝆𝒈𝒉𝟐
𝟐 𝟐
𝝆𝒗𝟐𝟏 𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷𝟏 + = 𝑷𝟏 +
𝟐 𝟐
𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷+ = 𝒄𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕
𝟐
1.3.3 Kavitasi
Kavitasi sendiri adalah peristiwa terbentuk-nya gelembung-gelembung uap
di dalam cairan yang dipompa akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah
tekanan uap jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang
terbentuk dalam proses ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Gelembung ini
akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai
tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah itu gelembung
tersebut akan pecah dan menyebabkan benturan atau tumbukan pada dinding di
dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat
pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini
akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa (Nugroho,
Wibawa, & Himawanto, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kavitasi adalah : 1) Penguapan (Vaporization),
dimana fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau
temperaturnya menjadi sangat tinggi. Setiap pompa sentrifugal memerlukan head
(tekanan) pada sisi isap untuk mencegah penguapan. Tekanan yang diperlukan ini,
disiapkan oleh pabrik pembuat pompa dan dihitung berdasarkan asumsi bahwa air
yang dipompakan adalah 'fresh water' pada suhu 68 °F, kejadian ini disebut Net
Positive Suction Head Available (NPSHA). Karena ada pengurangan tekanan
(head losses) pada sisi suction (karena adanya valve, elbow, reduser, dll), maka
perhitungan head total pada sisi suction dan biasa disebut Net Positive Suction
Head is Required (NPSHR). Nilai keduanya mempengaruhi terjadinya penguapan,
maka untuk mencegah penguapan, syaratnya adalah : NPSHA – Vp ≥ NPSHR,
dimana : Vp = Vapor pressure fluida yang dipompa. 2) Masuknya udara luar ke
dalam sistem (Air Ingestion). Pompa sentrifugal hanya mampu mengendalikan
0.5% udara dari total volume. Lebih dari 6% udara, akibatnya bisa sangat
berbahaya, dapat merusak komponen pompa. 3) Sirkulasi balik di dalam sistem
(Internal Recirculation), kondisi ini dapat terlihat pada sudut terluar (leading edge)
impeller, dekat dengan diameter luar, berputar balik ke bagian tengah kipas. 4)
Pergolakan aliran (turbulence), dimana aliran fluida diinginkan pada kecepatan
yang konstan. 5) Vane Passing Syndrome, dimana kerusakan akibat kavitasi jenis
ini terjadi ketika diameter luar impeller lewat terlalu dekat dengan 'cutwater'
pompa (Effendi, Aisyah, & Pratama, 2021).
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengamati kavitasi dini.
Pompa sentrifugal yang mengalami kondisi kavitasi akan menghasilkan sinyal
khusus seperti getaran, tekanan, dan emisi akuistik. Namun dalam mendeteksi
kavitasi pada pompa, metode yang paling populer digunakan adalah metode
berbasis sinyal getaran. Melalui metode ini, spektrum getaran dapat digunakan
untuk mendeteksi kavitasi melalui observasi amplitudo pada frekwensi tertentu.
Berdasarkan metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan
metode untuk mendeteksi kavitasi pada pompa sentrifugal dengan metode
spektrum getaran. Metode ini berdasarkan pada perbandingan amplitudo getaran
dengan laju aliran pompa memiliki kesesuaian dengan karakteristik getaran yang
ditimbulkan akibat fenomena kavitasi. Melalui hasil yang diperoleh dari spektrum
getaran deteksi kavitasi dapat diukur dari nilai standar deviasinya (Kamiel,
Nasaka, Riyanta, & Asyratul, 2019).
Pompa memegang peranan yang sangat penting untuk berbagai industri
seperti air minum, minyak bumi, petrokimia, tenaga listrik dan lain sebagainya
(Anta, 2013). Penggunaan pompa sentrifugal dapat dilihat :
1. Sektor energi :
• Instalasi air saluran masuk pembangkit listrik
• Instalasi kondensasi
• Instalasi menara air
2. Sektor perminyakan :
• Injeksi air
• Sistem perpipaan minyak
• Industri petrokimia
3. Sektor air :
• Transportasi air laut
• Penyedia air minum
• Irigasi Drainase
4. Industri Umum :
• Drainase di pertambangan
• Industri gula
• Industri kertas
• Desalinasi air laut
1.3.4 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah mesin atau peralatan yang digunakan untuk
memberikan energi pada fluida (cairan) berdasarkan gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh impeller yang di putar. Sehingga cairan dapat dipindahkan atau
dipindahkan dari tempat tertentu ke tempat yang lain. Karena menerima energi
melalui impeller, kecepatan fluida akan naik. Energi kinetik ini kemudian
dikonversi menjadi energi tekan oleh rumah pompa (casing) yang berbentuk spiral
(volute) atau pompa sentrifugal atau sudu-sudu tetap (diffuser) yang mengelilingi
impeller, sehingga cairan keluar dari pompa dengan kecepatan yang rendah.
Prinsip kerja dan operasi pompa sentrifugal yaitu langkah awal melakukan proses
priming (memancing). Hal yang dilakukan di dalam proses priming adalah
mengisi cairan pada pipa hisap dan rumah pompa, sehingga tidak terdapat kantong
udara. Kemudian selanjutnya memutar impeller. Perputaran impeller
menyebabkan gaya sentrifugal pada cairan. Perputaran impeller menyebabkan
menurunnya tekanan pada pusat impeller. Hal ini menyebabkan cairan pada pipa
hisap mengalir ke impeller (Nugroho, Wibawa, & Himawanto, 2014).
Perubahan kecepatan aliran air, debit dan kerugian pada pompa sentrifugal
sangat dipengaruhi oleh perubahan putaran motor dan variasi bukaan katup yang
dilakukan. Oleh sebab itu dalam perencanaan kedua faktor diatas harus
diperhatikan dan dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan performance pompa
optimal (Subagyo, Muchsin, & Aulia, 2013).
1.3.5 Perhitungan Karakteristik Pompa
Beberapa karakteristik pompa seperti Head, NPHa, NPr, dan - dihitung sebagai
berikut:
1.3.5.1 H (Head)
Head pompa adalah energi yang diberikan pada fluida dalam bentuk
tekanan tinggi (head pressure). Dimana tinggi tekanan adalah ketinggian fluida
yang harus naik untuk mendapatkan jumlah energi yang sama yang terkandung
dalam satu satuan berat.
𝑃𝑑 𝑣𝑑2
ℎ𝑑 = + (3)
𝛾 2𝑔

𝑃𝑠 𝑣𝑠2
ℎ𝑠 = + (4)
𝛾 2𝑔

𝐻 = ℎ𝑑 − ℎ𝑠 (5)
𝑃 𝑣𝑑2 𝑃 𝑣𝑠2
𝐻 = ( 𝛾𝑑 + + 𝑧𝑑 ) − ( 𝛾𝑠 + + 𝑧𝑠 ) (6)
2𝑔 2𝑔

dimana γ adalah berat jenis dalam satuan kg/m2s2. Nilai ketinggian (z)
biasanya diabaikan dengan asumsi letak kedua titik pengukuran (lokasi
manometer) berada pada ketinggian yang sama. Sementara itu, tinggi kecepatan
(v2/2g) juga saling meniadakan jika diameter pipa seragam. Sehingga perhitungan
menjadi lebih sederhana hanya dengan menghitung Head tekanan (P/γ) untuk
mendapatkan total Head pompa.
1.3.5.2 Net Positive Suction Head Available / NPSHa
Net Positive Suction Head Available (NPSHa) adalah nilai head absolut
yang tersedia di saluran masuk pompa yang menunjukkan jumlah hisapan pompa
yang melebihi tekanan uap cairan, dan merupakan karakteristik desain sistem.
NPSH (NPSHr) yang diperlukan adalah hisapan pompa yang diperlukan untuk
menghindari kavitasi, dan merupakan karakteristik desain pompa. Besarnya
NPSHA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝑵𝑷𝑺𝑯𝒂 = 𝑷𝒂𝒊𝒓 + 𝑷𝒔𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 − 𝑷𝒗𝒂𝒑𝒐𝒓
𝑃𝑎𝑡𝑚 𝑃𝑠 𝑣𝑠2 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + + − (7)
𝛾 𝛾 2𝑔 𝛾

𝑃 𝑃𝑣𝑝 𝑔𝑧1 𝑣2
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = ( 𝜌1 + + + 2𝑔𝑐) − ∑ 𝐹 (8)
𝜌 𝑔𝑐

𝑁𝑃𝑆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑙 = 𝑝 𝐻2𝑂 (𝑇𝑒𝑥𝑝) − 𝑝 𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑐𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛) (9)


Brake Horse Power (BHP) adalah daya yang dibutuhkan oleh pompa
untuk memompa fluida dalam satu putaran KWH meter. Perhitungannya dapat
diberikan sebagai berikut:
𝑩𝑯𝑷 = 𝑾 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 / 𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 𝒕𝒊𝒎𝒆 (𝒕)(𝒉𝒑) (10)
1.3.5.3 Efisiensi pompa (η)
Efisiensi pompa dapat dihitung dari perbandingan antara daya yang
dikeluarkan oleh pompa (Wheel Horse Power) dengan daya yang masuk ke
pompa (Brake Horse Power). Rumusnya ditulis sebagai berikut:
𝑾𝑯𝑷
η= × 𝟏𝟎𝟎% (11)
𝑩𝑯𝑷

Kebanyakan pompa digerakkan oleh motor listrik, efisiensi motor listrik


harus dihitung untuk menentukan daya listrik total yang dikirimkan ke pompa.
Jenis efisiensi (ηe) motor listrik adalah 75% untuk motor KW, 80% untuk 2 KW,
84% untuk 5 KW, 87% untuk 15 KW dan 93% untuk lebih dari 150 KW. Jadi
total daya listrik yang masuk sama dengan daya rem dibagi efisiensi penggerak
motor listrik (ηe).
𝒃𝒓𝒂𝒌𝒆(𝑲𝑾)
incoming electric power (KW) = (12)
ηe
𝟑𝟔𝟎𝟎
W= (13)
T×U
𝑾
Wp = ρAdVd (14)

Menggunakan persamaan kesetimbangan untuk energi mekanik total


pompa dan sistem perpipaan, energi mekanik aktual dan teoritis (Ws dalam J/Kg)
yang ditambahkan ke fluida oleh pompa dapat dihitung. Jika adalah efisiensi
fraksional dan Wp adalah kerja poros yang disalurkan ke pompa, maka :
𝟏 (𝑷𝒅−𝑷𝒔)
(𝒗𝟐𝒅 − 𝒗𝟐𝒔 ) − 𝒈(𝒛𝒅 − 𝒛𝒔) + + ∑ 𝑭 = −𝑾𝒔 (15)
𝟐 𝝆
𝑾𝒔
Wp = − (16)
η

Kekuatan sebenarnya dari pompa :


𝑾𝒑𝒎 𝑾𝒔𝒎
Brake (KW) = = − 𝜼 𝟏𝟎𝟎𝟎 (𝑺𝑰) (17)
1000
BAB 2 METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 Alat
• Sirkuit karakteristik pompa (Pompa Centrifuge)
1) Suction valve
2) Sight glass with lamp
3) Manometer 1
4) Centrifuge pump
5) Manometer 2
6) kWh meter
7) Rotameter
8) Discharge valve
• Arc
• Stopwatch
2.1.2 Bahan
• Water
2.2 CARA KERJA
Langkah-langkah dalam melakukan percobaan karakteristik pompa dan
kavitasi adalah sebagai berikut : Mula-mula sebelum masuk ke laboratorium,
praktikan diwajibkan menggunakan atau memakai Alat Pelindung Diri (APD)
yaitu jas laboratorium dan juga dilengkapi dengan mengenakan kemeja lengan
panjang, mengenakan denim atau jeans, serta bersepatu. Penggunaan seperti
masker dan sarung tangan lateks sangat penting juga untuk dikenakan di
laboratorium. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam
melakukan eksperimen yang dapat membahayakan diri sendiri.
Pertama, dipastikan tangki terisi air dari sekitar dua per tiga dari volume.
Selanjutnya, dinyalakan saklar pompa dan dipastikan tidak ada gelembung udara
yang terikat. Setelah itu, dibuka suction valve penuh. Diubah flow rate dengan
mengatur bukaan discharge valve B (dari 0 hingga maksimum, minimum 5 titik),
dicatat tekanan suction pompa, tekanan discharge pompa, dan energi motor (W).
Dihitung dari pengamatan waktu per putaran (kWh meter). Selanjutnya, dikurangi
bukaan suction valve A (sampai 5 bukaan yang berbeda) dan diulangi tahap (d).
Dilakukan tahap ini sampai terlibat peristiwa kavitasi dengan nyata. Setelah itu,
dicatat hasil pengamatan.
BAB 3 HASIL

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada data praktikum Karakteristik Pompa dan Kavitasi pada tanggal 20 Mei 2022 adalah sebagai
berikut :

flow Vs=vd AVG Total head W


Bukaan rate (m/s) P Suction P Discharge Hs (m) Hd (m) (m) NPSHA NPSHR Kondisi
banyak
0,0001 0,0001 0 -9,5 0,00627 9,50627 210,19 4,41 3,929243 3,929243 gelembung
20 19,05 -70 besar
0,00015 0,00015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,0002 0,0002 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
banyak
0,0001 0,0001 11,64 -23 30 -3,13 21,1779 24,3099 344,5 6,89 10,34304 3,5 gelembung
kecil
40 banyak
0,00015 0,00015 17,89 -68 0 0,014 9,279 224,5929 6,05 4,21 9,64 gelembung
0 besar
0 0 0 0 0 9,265 0 0 0 0 0 0
tadak ada
0,0001 0,0001 12,07 -12 30 -1,63 21,1779 22,8079 336,4172 6,62 11,84414 1,9
gelembung
tidak ada
50 0,00015 0,00015 12,44 -20 27 19,068 21,783 316,7043 10,0799 10,76028 3,091
-2,715 gelembung
tidak ada
0,0002 0,0002 13,99 -22 24 -2,97 16,96 19,93 288,8087 10,11 10,49835 3,364
gelembung
tidak ada
0,0001 0,0001 12,02 -8 32,1 -1,085 22,659 23,744 336,1345 6,9 12,38999 1,45
gelembung
tidak ada
60 0,00015 0,00015 12,81 -12 28 -1,623 19,77 21,393 311,042 10,0792 11,85199 1,99
gelembung
tidak ada
0,0002 0,0002 14 -15 24 -2,02 16,96 18,98 286,123 9,72 11,4539 2,4
gelembung
BAB 4 PEMBAHASAN
Tujuan dari Praktikum Characteristic Pump dan Cavitaion ini adalah
mengukur unjuk kerja debit (kurva head debit vs laju alir) pompa sentrifugal,
mengukur pengaruh NPSH yang tersedia, dan mengamati kondisi kavitasi.
Dalam praktikum ini, kami menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas,
terikat, dan kontrol. Variabel bebas adalah sudut bukaan katup (20, 40, 50, 60)
dan debit pada katup buang (0,0001, 0,00015, 0,0002 L/menit); Variabel terikat
adalah tekanan hisap, tekanan pelepasan, dan waktu putaran kWh meter;
Variabel kontrol adalah diameter pipa pada suction dan discharge.
Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini telah
dijelaskan pada sub bab metodologi. Dari hasil percobaan didapatkan data
yaitu tekanan suction, tekanan discharge, danwaktu putaran kWh meter, serta
untuk perhitungannya telah tercantum. Setelah kita hitung, kita dapat membuat
grafik hubungan antara debit dan head.
4.1 Pembahasan grafik flowrate vs head
Head merupakan kemampuan pompa untuk menaikkan fluida atau seberapa
besar tekanan dapat menaikkan fluida dengan densitas tertentu (Musyafa & Siregar,
2015). Sehingga suction head merupakan head yang disebabkan tekanan oleh fluida
pada daerah suction, sedangkan discharge head merupakan head yang disebabkan
oleh fluida pada daerah discharge. Total head sendiri merupakan selisih antara nilai
discharge head dan suction head. Melalui penurunan rumus untuk masing-masing
suction head, discharge head, dan total head dilakukan perhitungan untuk masing-
masing head, sehingga data didapatkan. Kemudian meninjau hubungan antara
flowrate terhadap suction head, discharge head, dan total head. Grafik hubungan
antara flowrate terhadap masing-masing head pada percobaan 20 Mei 2022 dapat
dilihat sebagai berikut:
Flowrate vs Head bukaan 20
15
suction head

10
discharge head
5
total head
head

0
0 2 4 6 8 10 Linear (suction
-5 head)

-10 Linear (discharge


head)
-15 Linear (total head)
flow rate

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Flowrate vs Head Bukaan 20

Flowrate vs Head bukaan 40


30
suction head
20
discharge head
10
total head
head

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 Linear (suction
-10 head)
Linear (discharge
-20
head)

-30 Linear (total head)


flowrate

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Flowrate vs Head Bukaan 40


Flowrate vs Head bukaan 50
25
suction head
20
discharge head
15
total head
head

10
Linear (suction
5 head)
Linear (discharge
0
head)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-5 Linear (total head)
flowrate

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Flowrate vs Head Bukaan 50

Flowrate vs Head bukaan 60


30
suction head
25
discharge head
20

15 total head
head

10
Linear (suction
5 head)
Linear (discharge
0 head)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-5 Linear (total head)
flowrate

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Flowrate vs Head Bukaan 60

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar nilai debit untuk
semua variabel bukaan sudut pada katup hisap maka semakin rendah nilai head,
baik itu suction head, discharge head, maupun total head. Sehingga dapat
diperoleh bahwa besar flowrate akan berbanding terbalik terhadap nilai suction
head, discharge head, dan total head. Semakin rendah nilai head maka
menunjukkan tekanan yang menyebabkan head tersebut akan semakin rendah pula.
Semakin besarnya flowrate akan mempengaruhi friction (hambatan) dan shock
lossess yang semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang
menyebabkan head oleh fluida juga akan semakin rendah. Sehingga semakin
besarnya flowrate maka nilai dari head akan berkurang. Total head yang diukur
merepresentasikan pressure drop antara discharge area dan suction area dimana
total head merupakan selisih antara suction head dan discharge head. Semakin
tinggi flowrate maka pressure drop yang dibutuhkan untuk menggerakkan fluida
akan berkurang karena energi fluida yang semakin tinggi akibat flowrate yang
tinggi. Dengan berkurangnya pressure drop maka total head juga akan semakin
rendah. Berdasarkan teori yang ada, nilai debit head (Hd) dan suction head (Hs)
dihitung menggunakan persamaan (3) dan (4). Dari persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa nilai Hd dan Hs berbanding lurus dengan tekanan dan
kecepatan pada bagian suction dan discharge. Walaupun peningkatan debit
akan menyebabkan peningkatan nilai kecepatan pada bagian suction dan
discharge, nyatanya peningkatan tersebut jauh lebih kecil daripada penurunan
tekanan. Secara teoritis semakin besar flowrate maka semakin rendah tekanan
suction dan discharge juga akan semakin besar.
Berdasarkan tabel perhitungan dapat dilihat dari hasil perhitungan
bahwa nilai Hs memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Hd. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada aliran fluida yang masuk ke pompa
lebih kecil (lebih kecil dari tekanan atmosfer) dibandingkan dengan yang
keluar dari pompa. Tekanan discharge akan besar untuk dapat mengalirkan
fluida karena fungsi utama pompa adalah meningkatkan tekanan pada bagian
discharge dan menurunkan tekanan pada bagian suction. Oleh karena itu, nilai
head total akan positif karena nilai head debit lebih besar dari head hisap sesuai
dengan persamaan (5).
4.2 Pembahasan grafik flowrate vs daya
Nilai daya (power) dapat dihitung dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan piringan kWh meter untuk melakukan satu putaran. Diketahui konstanta
kWh meter sebesar 900 putaran/kWh. Sehingga mencari daya (power) dengan cara
mengalikan jumlah putaran tadi dengan 3600 untuk menjadi per jam dan dikali
dengan 1000. Nilai tadi lalu dibagi dengan konstanta kWh meter dan waktu putaran
yang didapat dari percobaan. Maka, dapat dilihat hubungan antara daya dan
flowrate pada percobaan 20 Mei 2022.
Flowrate vs Daya Bukaan 20
250

200

Judul Sumbu
150
Flow rate vs Daya
Bukaan 20
100
Linear (Flow rate vs
50 Daya Bukaan 20)

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Flowrate vs Daya Bukaan 20

Flowrate vs Daya Bukaan 40


400
350
300
Judul Sumbu

250
200 Flow rate vs Daya
Bukaan 40
150
Linear (Flow rate vs
100 Daya Bukaan 40)
50
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Flowrate vs Daya Bukaan 40


Flowrate vs Daya Bukaan 50
350

340

330
Judul Sumbu
320
Flow rate vs Daya
310 Bukaan 50

300 Linear (Flow rate vs


Daya Bukaan 50)
290

280
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Flowrate vs Daya Bukaan 50

Flowrate vs Daya Bukaan 60


340

330
Judul Sumbu

320

310 Flow rate vs Daya


Bukaan 60
300 Linear (Flow rate vs
Daya Bukaan 60)
290

280
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Flowrate vs Daya Bukaan 60

Terlihat bahwa makin tinggi flowrate maka makin rendah power yang
dibutuhkan. Hal ini karena semakin rendah flowrate, maka fluida akan membawa
lebih sedikit gaya. Sehingga, pompa akan memberikan gaya torsi yang lebih banyak
melalui impeller sehingga fluida dapat bergerak dalam sistem perpipaan. Pemberian
gaya yang lebih banyak membutuhkan energi yang lebih banyak pula sehingga
kerja pompa juga akan naik.
Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa nilai daya pompa menurun
dengan setiap kenaikan nilai debit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
laju aliran maka semakin kecil daya yang dibutuhkan. Ketika laju aliran tinggi,
resistensi terhadap pelepasan lebih kecil daripada ketika laju aliran rendah. Dari
persamaan (14), diketahui juga bahwa yang lebih berpengaruh terhadap daya
pompa adalah debit head. Semakin besar nilai debit head maka semakin besar
pula daya yang dibutuhkan meskipun suction head tidak terlalu besar. Pada
bagian debit, nilai debit head dipengaruhi oleh tekanan di bagian debit.
Semakin kecil tekanan discharge maka semakin kecil kerja pompa yang
digunakan untuk mendorong fluida mengalir.
4.3 Pembahasan grafik tekanan suction vs NPSH

TEKANAN SUCTION VS NPSH


BUKAAN 20
4,5
4
3,5
3
2,5 NPSHA
NPSH

2 NPSHR
1,5
Linear (NPSHA)
1
0,5 Linear (NPSHR)
0
-100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0
P SUCTION

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Tekanan Suction vs NPSH Bukaan 20

TEKANAN SUCTION VS NPSH BUKAAN 40


12

10

8
NPSHR
NPSH

6
NPSHA
4 Linear (NPSHR)
2 Linear (NPSHA)

0
-100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0
p suction

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Tekanan Suction vs NPSH Bukaan 40


TEKANAN SUCTION VS NPSH BUKAAN 50
14
12
10
8 NPSHR
NPSH

6 NPSHA

4 Linear (NPSHR)

2 Linear (NPSHA)

0
-40000 -30000 -20000 -10000 0
p suction

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Tekanan Suction vs NPSH Bukaan 50

TEKANAN SUCTION VS NPSH BUKAAN 60


14
12
10
8 NPSHA
NPSH

6 NPSHR

4 Linear (NPSHA)

2 Linear (NPSHR)

0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0
p suction

Gambar 4.12 Grafik Hubungan Tekanan Suction vs NPSH Bukaan 60

Berdasarkan beberapa grafik di atas dapat dilihat jika semakin tinggi suction
pressure maka nilai NPSHa akan naik, sedangkan nilai NPSHr akan turun.
𝑵𝑷𝑺𝑯𝒂 = 𝒂𝒕𝒎 + 𝒉𝒈𝒔 − 𝑷 + 𝒉𝒗𝒔
𝑃𝑎𝑡𝑚 𝑃𝑠 𝑣𝑠 2 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + + −
𝛾 𝛾 2𝑔 𝛾
Dari persamaan di atas dapat dilihat jika semakin besar nilai tekanan suction
maka akan semakin besar nilai NPSHA karena tekanan suction berbanding lurus
terhadap NPSHA. NPSHa dapat ditingkatkan dengan mengubah perbedaan level
antara suction line dengan mata impeller.
4.4 Pembahasan grafik flowrate vs NPSH

Flowrate vs NPSH bukaan 20


4,5
4
3,5
3
2,5 NPSHA
NPSH

2 NPSHR
1,5 Linear (NPSHA)
1
Linear (NPSHR)
0,5
0
0 0,00005 0,0001 0,00015
flowrate

Gambar 4.13 Grafik Hubungan Flowrate vs NPSH Bukaan 20

Flowrate vs NPSH bukaan 40


12
10
8
6 NPSHA
NPSH

4 NPSHR

2 Linear (NPSHA)

0 Linear (NPSHR)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-2
-4
flowrate

Gambar 4.14 Grafik Hubungan Flowrate vs NPSH Bukaan 40


Flowrate vs NPSH bukaan 50
14
12
10
8 NPSHA
NPSH

6 NPSHR

4 Linear (NPSHA)

2 Linear (NPSHR)

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
flowrate

Gambar 4.15 Grafik Hubungan Flowrate vs NPSH Bukaan 50

Flowrate vs NPSH bukaan 60


14
12
10
8 NPSHA
NPSH

6 NPSHR

4 Linear (NPSHA)

2 Linear (NPSHR)

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
flowrate

Gambar 4.16 Grafik Hubungan Flowrate vs NPSH Bukaan 60

Berdasarkan grafik hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa


NPSHa akan turun seiring dengan naiknya flowrate. Sedangkan NPSHr
meningkat seiring dengan naiknya flowrate. NPSHa akan meningkat ketika laju
alir menurun karena adanya friction losses dan kebutuhan kecepatan head
menurun. Sebaliknya, NPSHa akan menurun ketika laju alir meningkat karena
friction losses meningkat. Sedangkan NPSHr berbanding lurus dengan laju alir,
namun pada beberapa keadaan NPSHr akan meningkat apabila laju alir
menurun. Hal ini membuktikan jika hasil praktikum sudah sesuai teori yang
ada.
Berdasarkan tabel perhitungan, nilai NPSHa akan menurun seiring
dengan meningkatnya laju alir. Hal ini dikarenakan semakin tinggi debit maka
tekanan pada suction akan semakin berkurang sehingga berdasarkan persamaan
(7) nilai NPSHa ini mengikuti tekanan pada suction.Walaupun perhitungan
nilai NPSHa berbanding lurus dengan nilai kecepatan hisap, namun nilai
Pressure Suction jauh lebih besar sehingga NPSHa berbanding terbalik dengan
debit dan berbanding lurus dengan nilai head total beserta daya pompa.
Nilai tekanan suction berbanding terbalik dengan nilai flowrate. Nilai
tekanan hisap ini mempengaruhi perhitungan daya pompa (Ws) dan
berdasarkan persamaan (15) nilai Ws akan berbanding lurus dengan tekanan
hisap. Nilai NPSHa dan head total berbanding lurusdengan tekanan suction,
sehingga ketika nilai tekanan suction kecil maka nilai NPSHa juga lebih kecil
dan total head yang dihasilkan juga berkurang. Semakin kecil nilai NPSHa
maka semakin kecil total head yang dihasilkan dan daya pompa yang
dibutuhkan.
4.5 Pembahasan grafik flowrate vs efisiensi

Flow rate vs Efisiensi Bukaan 20


5
4,5
4
3,5
Judul Sumbu

3
2,5 Flow rate vs Efisiensi
Bukaan 20
2
1,5 Linear (Flow rate vs
1 Efisiensi Bukaan 20)
0,5
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.17 Grafik Hubungan Flowrate vs Efisien Bukaan 20


Flow rate vs Efisiensi Bukaan 40
8
7
6
Judul Sumbu
5
4 Flow rate vs Efisiensi
Bukaan 40
3
Linear (Flow rate vs
2 Efisiensi Bukaan 40)
1
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.18 Grafik Hubungan Flowrate vs Efisien Bukaan 40

Flow rate vs Efisiensi Bukaan 50


12

10
Judul Sumbu

6 Flow rate vs Efisiensi


Bukaan 50
4 Linear (Flow rate vs
Efisiensi Bukaan 50)
2

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.19 Grafik Hubungan Flowrate vs Efisien Bukaan 50


Flow rate vs Efisiensi Bukaan 60
12

10
Judul Sumbu
8

6 Flow rate vs Efisiensi


Bukaan 60
4 Linear (Flow rate vs
Efisiensi Bukaan 60)
2

0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu

Gambar 4.20 Grafik Hubungan Flowrate vs Efisien Bukaan 60

Efisiensi merupakan rasio perbandingan daya yang diberikan ke fluida oleh


pompa dengan daya input yang diterima pompa. Efisiensi meningkat dengan
meningkatnya flowrate hingga suatu titik tertentu (rated capacity pompa). Setelah
melewati titik tersebut, efisiensi akan menurun seiring dengan semakin naiknya
flowrate. Berdasarkan grafik di atas bisa dilihat bahwa efisiensi berbanding lurus
dengan flowrate. Berdasarkan persamaan berikut :
𝑚∆𝐻
𝑃𝑏 = 𝑚𝑊𝑝 =
𝜂
Dapat dilihat jika flowrate berbanding lurus dengan efisiensi. Hal tersebut
selaras dengan grafik yang terbentuk dari hasil eksperimen yang dijalankan. Dari
hasil perhitungan didapatkan bahwa semakin tinggi nilai flowrate maka
semakin tinggi pula nilai efisiensi yang dihasilkan, sehingga nilai flowrate
berbanding lurus dengan efisiensi. Ketika efisiensi mencapai nilai
maksimumnya pada nilai laju volumetrik tertentu, efisiensi pada akhirnya akan
menurun dengan peningkatan laju alir lebih lanjut. Penurunan ini disebabkan
penurunan head menjadi nol (zero head flowrate) ketika harga flowrate
meningkat.Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai efisiensi terbesar adalah
10,11% yang ditunjukkan pada variabel bukaan suction valve 50° dan debit
0,0002 L/menit.
Kavitasi dapat terjadi ketika tekanan hisap pompa sedikit lebih besar
dari tekanan uap air. Kavitasi ditandai dengan adanya gelembung-gelembung
air yang terlihat pada kaca penglihatan. Kavitasi ini dapat menyebabkan korosi
pada impeller pompa, menurunkan efisiensi pompa, menimbulkan kebisingan,
dan debit aliran yang tidak konstan.
BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari data dan hasil perhitungan pada percobaan ini dapat diambil kesimpulan:
1. Grafik antara debit head vs debit menunjukkan hubungan dimana semakin
besar nilai debit maka semakin kecil nilai debitnya.
2. Discharge performance pompa sentrifugal maksimum sebesar 10,11% efisiensi.
Semakin kecil nilai discharge head, maka total head akan turun dan efisiensi akan
naik. Nilai discharge head juga turun dengan naiknya flowrate ditunjukkan
dengan kurva karektetistik pompa yang dibuat.
3. Nilai NPSHa mempengaruhi penentuan ada tidaknya kavitasi dimana jika
nilai NPSHa yang diperoleh lebih kecil dari NPSHr maka suatu sistem akan
mengalami kavitasi.
4. Terjadi kavitasi yang ditandai dengan suara pompa yang lebih keras dari
suara pompabila tidak terjadi kavitasi dan terlihat gelembung pada kaca
penglihatan. Berdasarkan percobaan, kavitasi terjadi pada bukaan dan katup
hisap yang ditunjukkan dengan nilai NPSHa < NPSHr.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum modul kavitasi dan pompa selanjutnya adalah
sebaiknya kabel alat pompa dan kavitasi dilapisi lakban agar tidak terjadi
konsleting. Setelah itu sebaiknya disediakan termometer untuk mengetahui suhu
air.
DAFTAR PUSTAKA

Anta, F. (2013). Deteksi Kavitasi Pompa Sentrifugal Dengan Analisis Sinyal


Getaran. Undergraduate thesis, Mechanical Engineering Department:
Faculty Engineering of Diponegoro University.

Effendi, Z., Aisyah, S., & Pratama, S. (2021). Analisa Kavitasi Terhadap Pompa
Thorishima Berdasarkan Variasi Temperatur dan Ketinggian Instalasi
Deaerator. Vol. 25, No. 1.

Kamiel, B. P., Nasaka, A. D., Riyanta, B., & Asyratul, A. (2019). Deteksi Kavitasi
Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Spektrum Getaran dan Spektrum
Envelope. Vol. 22, No. 1.

Musyafa, A. A., & Siregar, I. H. (2015). Pengaruh Jumlah Sudut Sentrifugal


Impeller Terhadap Kapasitas dan Efisiensi Pompa Sentrifugal. Volume 03,
Nomer 03.

Nugroho, S., Wibawa, & Himawanto, D. A. (2014). Pengaruh Jumlah Sudu


Terhadap Unjuk Kerja dan Kavitasi Pompa Sentrifugal. Vol. 12, No. 2.

Subagyo, R., Muchsin, & Aulia, R. (2013). Analisis Karakteristik Pompa


Sentrifugal dengan Sistem Seri dan Paralel. Vol. 5, No. 2.

Vergiansyah, R. C. (2019). Karakteristik Pompa Sentrifugal dengan Bilah Beralur


dalam Tipe Semi Tertutup. Vol. 07, No. 03.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai