Disusun oleh :
1) Achri Isnan Khamil (191910401008)
2) Syahfa Adinda Relyando (191910401052)
3) Muhammad Iqbal Samudra (191910401096)
Hari / Tanggal Praktikum : Jumat/ 20 Mei 2022
Asissten : Arfian Alwi F.
𝝆𝒗𝟐𝟏 𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷𝟏 + + 𝝆𝒈𝒉𝟏 = 𝑷𝟏 + + 𝝆𝒈𝒉𝟐
𝟐 𝟐
𝝆𝒗𝟐𝟏 𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷𝟏 + = 𝑷𝟏 +
𝟐 𝟐
𝝆𝒗𝟐𝟐
𝑷+ = 𝒄𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕
𝟐
1.3.3 Kavitasi
Kavitasi sendiri adalah peristiwa terbentuk-nya gelembung-gelembung uap
di dalam cairan yang dipompa akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah
tekanan uap jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang
terbentuk dalam proses ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Gelembung ini
akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya berada pada daerah yang mempunyai
tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh cairan. Pada daerah itu gelembung
tersebut akan pecah dan menyebabkan benturan atau tumbukan pada dinding di
dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang terbentuk akibat
pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan. Peristiwa ini
akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa (Nugroho,
Wibawa, & Himawanto, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kavitasi adalah : 1) Penguapan (Vaporization),
dimana fluida menguap bila tekanannya menjadi sangat rendah atau
temperaturnya menjadi sangat tinggi. Setiap pompa sentrifugal memerlukan head
(tekanan) pada sisi isap untuk mencegah penguapan. Tekanan yang diperlukan ini,
disiapkan oleh pabrik pembuat pompa dan dihitung berdasarkan asumsi bahwa air
yang dipompakan adalah 'fresh water' pada suhu 68 °F, kejadian ini disebut Net
Positive Suction Head Available (NPSHA). Karena ada pengurangan tekanan
(head losses) pada sisi suction (karena adanya valve, elbow, reduser, dll), maka
perhitungan head total pada sisi suction dan biasa disebut Net Positive Suction
Head is Required (NPSHR). Nilai keduanya mempengaruhi terjadinya penguapan,
maka untuk mencegah penguapan, syaratnya adalah : NPSHA – Vp ≥ NPSHR,
dimana : Vp = Vapor pressure fluida yang dipompa. 2) Masuknya udara luar ke
dalam sistem (Air Ingestion). Pompa sentrifugal hanya mampu mengendalikan
0.5% udara dari total volume. Lebih dari 6% udara, akibatnya bisa sangat
berbahaya, dapat merusak komponen pompa. 3) Sirkulasi balik di dalam sistem
(Internal Recirculation), kondisi ini dapat terlihat pada sudut terluar (leading edge)
impeller, dekat dengan diameter luar, berputar balik ke bagian tengah kipas. 4)
Pergolakan aliran (turbulence), dimana aliran fluida diinginkan pada kecepatan
yang konstan. 5) Vane Passing Syndrome, dimana kerusakan akibat kavitasi jenis
ini terjadi ketika diameter luar impeller lewat terlalu dekat dengan 'cutwater'
pompa (Effendi, Aisyah, & Pratama, 2021).
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengamati kavitasi dini.
Pompa sentrifugal yang mengalami kondisi kavitasi akan menghasilkan sinyal
khusus seperti getaran, tekanan, dan emisi akuistik. Namun dalam mendeteksi
kavitasi pada pompa, metode yang paling populer digunakan adalah metode
berbasis sinyal getaran. Melalui metode ini, spektrum getaran dapat digunakan
untuk mendeteksi kavitasi melalui observasi amplitudo pada frekwensi tertentu.
Berdasarkan metode penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan
metode untuk mendeteksi kavitasi pada pompa sentrifugal dengan metode
spektrum getaran. Metode ini berdasarkan pada perbandingan amplitudo getaran
dengan laju aliran pompa memiliki kesesuaian dengan karakteristik getaran yang
ditimbulkan akibat fenomena kavitasi. Melalui hasil yang diperoleh dari spektrum
getaran deteksi kavitasi dapat diukur dari nilai standar deviasinya (Kamiel,
Nasaka, Riyanta, & Asyratul, 2019).
Pompa memegang peranan yang sangat penting untuk berbagai industri
seperti air minum, minyak bumi, petrokimia, tenaga listrik dan lain sebagainya
(Anta, 2013). Penggunaan pompa sentrifugal dapat dilihat :
1. Sektor energi :
• Instalasi air saluran masuk pembangkit listrik
• Instalasi kondensasi
• Instalasi menara air
2. Sektor perminyakan :
• Injeksi air
• Sistem perpipaan minyak
• Industri petrokimia
3. Sektor air :
• Transportasi air laut
• Penyedia air minum
• Irigasi Drainase
4. Industri Umum :
• Drainase di pertambangan
• Industri gula
• Industri kertas
• Desalinasi air laut
1.3.4 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah mesin atau peralatan yang digunakan untuk
memberikan energi pada fluida (cairan) berdasarkan gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh impeller yang di putar. Sehingga cairan dapat dipindahkan atau
dipindahkan dari tempat tertentu ke tempat yang lain. Karena menerima energi
melalui impeller, kecepatan fluida akan naik. Energi kinetik ini kemudian
dikonversi menjadi energi tekan oleh rumah pompa (casing) yang berbentuk spiral
(volute) atau pompa sentrifugal atau sudu-sudu tetap (diffuser) yang mengelilingi
impeller, sehingga cairan keluar dari pompa dengan kecepatan yang rendah.
Prinsip kerja dan operasi pompa sentrifugal yaitu langkah awal melakukan proses
priming (memancing). Hal yang dilakukan di dalam proses priming adalah
mengisi cairan pada pipa hisap dan rumah pompa, sehingga tidak terdapat kantong
udara. Kemudian selanjutnya memutar impeller. Perputaran impeller
menyebabkan gaya sentrifugal pada cairan. Perputaran impeller menyebabkan
menurunnya tekanan pada pusat impeller. Hal ini menyebabkan cairan pada pipa
hisap mengalir ke impeller (Nugroho, Wibawa, & Himawanto, 2014).
Perubahan kecepatan aliran air, debit dan kerugian pada pompa sentrifugal
sangat dipengaruhi oleh perubahan putaran motor dan variasi bukaan katup yang
dilakukan. Oleh sebab itu dalam perencanaan kedua faktor diatas harus
diperhatikan dan dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan performance pompa
optimal (Subagyo, Muchsin, & Aulia, 2013).
1.3.5 Perhitungan Karakteristik Pompa
Beberapa karakteristik pompa seperti Head, NPHa, NPr, dan - dihitung sebagai
berikut:
1.3.5.1 H (Head)
Head pompa adalah energi yang diberikan pada fluida dalam bentuk
tekanan tinggi (head pressure). Dimana tinggi tekanan adalah ketinggian fluida
yang harus naik untuk mendapatkan jumlah energi yang sama yang terkandung
dalam satu satuan berat.
𝑃𝑑 𝑣𝑑2
ℎ𝑑 = + (3)
𝛾 2𝑔
𝑃𝑠 𝑣𝑠2
ℎ𝑠 = + (4)
𝛾 2𝑔
𝐻 = ℎ𝑑 − ℎ𝑠 (5)
𝑃 𝑣𝑑2 𝑃 𝑣𝑠2
𝐻 = ( 𝛾𝑑 + + 𝑧𝑑 ) − ( 𝛾𝑠 + + 𝑧𝑠 ) (6)
2𝑔 2𝑔
dimana γ adalah berat jenis dalam satuan kg/m2s2. Nilai ketinggian (z)
biasanya diabaikan dengan asumsi letak kedua titik pengukuran (lokasi
manometer) berada pada ketinggian yang sama. Sementara itu, tinggi kecepatan
(v2/2g) juga saling meniadakan jika diameter pipa seragam. Sehingga perhitungan
menjadi lebih sederhana hanya dengan menghitung Head tekanan (P/γ) untuk
mendapatkan total Head pompa.
1.3.5.2 Net Positive Suction Head Available / NPSHa
Net Positive Suction Head Available (NPSHa) adalah nilai head absolut
yang tersedia di saluran masuk pompa yang menunjukkan jumlah hisapan pompa
yang melebihi tekanan uap cairan, dan merupakan karakteristik desain sistem.
NPSH (NPSHr) yang diperlukan adalah hisapan pompa yang diperlukan untuk
menghindari kavitasi, dan merupakan karakteristik desain pompa. Besarnya
NPSHA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝑵𝑷𝑺𝑯𝒂 = 𝑷𝒂𝒊𝒓 + 𝑷𝒔𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 − 𝑷𝒗𝒂𝒑𝒐𝒓
𝑃𝑎𝑡𝑚 𝑃𝑠 𝑣𝑠2 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + + − (7)
𝛾 𝛾 2𝑔 𝛾
𝑃 𝑃𝑣𝑝 𝑔𝑧1 𝑣2
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = ( 𝜌1 + + + 2𝑔𝑐) − ∑ 𝐹 (8)
𝜌 𝑔𝑐
2.1.1 Alat
• Sirkuit karakteristik pompa (Pompa Centrifuge)
1) Suction valve
2) Sight glass with lamp
3) Manometer 1
4) Centrifuge pump
5) Manometer 2
6) kWh meter
7) Rotameter
8) Discharge valve
• Arc
• Stopwatch
2.1.2 Bahan
• Water
2.2 CARA KERJA
Langkah-langkah dalam melakukan percobaan karakteristik pompa dan
kavitasi adalah sebagai berikut : Mula-mula sebelum masuk ke laboratorium,
praktikan diwajibkan menggunakan atau memakai Alat Pelindung Diri (APD)
yaitu jas laboratorium dan juga dilengkapi dengan mengenakan kemeja lengan
panjang, mengenakan denim atau jeans, serta bersepatu. Penggunaan seperti
masker dan sarung tangan lateks sangat penting juga untuk dikenakan di
laboratorium. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam
melakukan eksperimen yang dapat membahayakan diri sendiri.
Pertama, dipastikan tangki terisi air dari sekitar dua per tiga dari volume.
Selanjutnya, dinyalakan saklar pompa dan dipastikan tidak ada gelembung udara
yang terikat. Setelah itu, dibuka suction valve penuh. Diubah flow rate dengan
mengatur bukaan discharge valve B (dari 0 hingga maksimum, minimum 5 titik),
dicatat tekanan suction pompa, tekanan discharge pompa, dan energi motor (W).
Dihitung dari pengamatan waktu per putaran (kWh meter). Selanjutnya, dikurangi
bukaan suction valve A (sampai 5 bukaan yang berbeda) dan diulangi tahap (d).
Dilakukan tahap ini sampai terlibat peristiwa kavitasi dengan nyata. Setelah itu,
dicatat hasil pengamatan.
BAB 3 HASIL
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada data praktikum Karakteristik Pompa dan Kavitasi pada tanggal 20 Mei 2022 adalah sebagai
berikut :
10
discharge head
5
total head
head
0
0 2 4 6 8 10 Linear (suction
-5 head)
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 Linear (suction
-10 head)
Linear (discharge
-20
head)
10
Linear (suction
5 head)
Linear (discharge
0
head)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-5 Linear (total head)
flowrate
15 total head
head
10
Linear (suction
5 head)
Linear (discharge
0 head)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-5 Linear (total head)
flowrate
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar nilai debit untuk
semua variabel bukaan sudut pada katup hisap maka semakin rendah nilai head,
baik itu suction head, discharge head, maupun total head. Sehingga dapat
diperoleh bahwa besar flowrate akan berbanding terbalik terhadap nilai suction
head, discharge head, dan total head. Semakin rendah nilai head maka
menunjukkan tekanan yang menyebabkan head tersebut akan semakin rendah pula.
Semakin besarnya flowrate akan mempengaruhi friction (hambatan) dan shock
lossess yang semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang
menyebabkan head oleh fluida juga akan semakin rendah. Sehingga semakin
besarnya flowrate maka nilai dari head akan berkurang. Total head yang diukur
merepresentasikan pressure drop antara discharge area dan suction area dimana
total head merupakan selisih antara suction head dan discharge head. Semakin
tinggi flowrate maka pressure drop yang dibutuhkan untuk menggerakkan fluida
akan berkurang karena energi fluida yang semakin tinggi akibat flowrate yang
tinggi. Dengan berkurangnya pressure drop maka total head juga akan semakin
rendah. Berdasarkan teori yang ada, nilai debit head (Hd) dan suction head (Hs)
dihitung menggunakan persamaan (3) dan (4). Dari persamaan tersebut dapat
diketahui bahwa nilai Hd dan Hs berbanding lurus dengan tekanan dan
kecepatan pada bagian suction dan discharge. Walaupun peningkatan debit
akan menyebabkan peningkatan nilai kecepatan pada bagian suction dan
discharge, nyatanya peningkatan tersebut jauh lebih kecil daripada penurunan
tekanan. Secara teoritis semakin besar flowrate maka semakin rendah tekanan
suction dan discharge juga akan semakin besar.
Berdasarkan tabel perhitungan dapat dilihat dari hasil perhitungan
bahwa nilai Hs memiliki nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Hd. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada aliran fluida yang masuk ke pompa
lebih kecil (lebih kecil dari tekanan atmosfer) dibandingkan dengan yang
keluar dari pompa. Tekanan discharge akan besar untuk dapat mengalirkan
fluida karena fungsi utama pompa adalah meningkatkan tekanan pada bagian
discharge dan menurunkan tekanan pada bagian suction. Oleh karena itu, nilai
head total akan positif karena nilai head debit lebih besar dari head hisap sesuai
dengan persamaan (5).
4.2 Pembahasan grafik flowrate vs daya
Nilai daya (power) dapat dihitung dengan cara menghitung waktu yang
dibutuhkan piringan kWh meter untuk melakukan satu putaran. Diketahui konstanta
kWh meter sebesar 900 putaran/kWh. Sehingga mencari daya (power) dengan cara
mengalikan jumlah putaran tadi dengan 3600 untuk menjadi per jam dan dikali
dengan 1000. Nilai tadi lalu dibagi dengan konstanta kWh meter dan waktu putaran
yang didapat dari percobaan. Maka, dapat dilihat hubungan antara daya dan
flowrate pada percobaan 20 Mei 2022.
Flowrate vs Daya Bukaan 20
250
200
Judul Sumbu
150
Flow rate vs Daya
Bukaan 20
100
Linear (Flow rate vs
50 Daya Bukaan 20)
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
250
200 Flow rate vs Daya
Bukaan 40
150
Linear (Flow rate vs
100 Daya Bukaan 40)
50
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
340
330
Judul Sumbu
320
Flow rate vs Daya
310 Bukaan 50
280
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
330
Judul Sumbu
320
280
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
Terlihat bahwa makin tinggi flowrate maka makin rendah power yang
dibutuhkan. Hal ini karena semakin rendah flowrate, maka fluida akan membawa
lebih sedikit gaya. Sehingga, pompa akan memberikan gaya torsi yang lebih banyak
melalui impeller sehingga fluida dapat bergerak dalam sistem perpipaan. Pemberian
gaya yang lebih banyak membutuhkan energi yang lebih banyak pula sehingga
kerja pompa juga akan naik.
Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa nilai daya pompa menurun
dengan setiap kenaikan nilai debit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
laju aliran maka semakin kecil daya yang dibutuhkan. Ketika laju aliran tinggi,
resistensi terhadap pelepasan lebih kecil daripada ketika laju aliran rendah. Dari
persamaan (14), diketahui juga bahwa yang lebih berpengaruh terhadap daya
pompa adalah debit head. Semakin besar nilai debit head maka semakin besar
pula daya yang dibutuhkan meskipun suction head tidak terlalu besar. Pada
bagian debit, nilai debit head dipengaruhi oleh tekanan di bagian debit.
Semakin kecil tekanan discharge maka semakin kecil kerja pompa yang
digunakan untuk mendorong fluida mengalir.
4.3 Pembahasan grafik tekanan suction vs NPSH
2 NPSHR
1,5
Linear (NPSHA)
1
0,5 Linear (NPSHR)
0
-100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0
P SUCTION
10
8
NPSHR
NPSH
6
NPSHA
4 Linear (NPSHR)
2 Linear (NPSHA)
0
-100000 -80000 -60000 -40000 -20000 0
p suction
6 NPSHA
4 Linear (NPSHR)
2 Linear (NPSHA)
0
-40000 -30000 -20000 -10000 0
p suction
6 NPSHR
4 Linear (NPSHA)
2 Linear (NPSHR)
0
-25000 -20000 -15000 -10000 -5000 0
p suction
Berdasarkan beberapa grafik di atas dapat dilihat jika semakin tinggi suction
pressure maka nilai NPSHa akan naik, sedangkan nilai NPSHr akan turun.
𝑵𝑷𝑺𝑯𝒂 = 𝒂𝒕𝒎 + 𝒉𝒈𝒔 − 𝑷 + 𝒉𝒗𝒔
𝑃𝑎𝑡𝑚 𝑃𝑠 𝑣𝑠 2 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + + −
𝛾 𝛾 2𝑔 𝛾
Dari persamaan di atas dapat dilihat jika semakin besar nilai tekanan suction
maka akan semakin besar nilai NPSHA karena tekanan suction berbanding lurus
terhadap NPSHA. NPSHa dapat ditingkatkan dengan mengubah perbedaan level
antara suction line dengan mata impeller.
4.4 Pembahasan grafik flowrate vs NPSH
2 NPSHR
1,5 Linear (NPSHA)
1
Linear (NPSHR)
0,5
0
0 0,00005 0,0001 0,00015
flowrate
4 NPSHR
2 Linear (NPSHA)
0 Linear (NPSHR)
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
-2
-4
flowrate
6 NPSHR
4 Linear (NPSHA)
2 Linear (NPSHR)
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
flowrate
6 NPSHR
4 Linear (NPSHA)
2 Linear (NPSHR)
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
flowrate
3
2,5 Flow rate vs Efisiensi
Bukaan 20
2
1,5 Linear (Flow rate vs
1 Efisiensi Bukaan 20)
0,5
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
10
Judul Sumbu
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
10
Judul Sumbu
8
0
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025
Judul Sumbu
5.1 Kesimpulan
Dari data dan hasil perhitungan pada percobaan ini dapat diambil kesimpulan:
1. Grafik antara debit head vs debit menunjukkan hubungan dimana semakin
besar nilai debit maka semakin kecil nilai debitnya.
2. Discharge performance pompa sentrifugal maksimum sebesar 10,11% efisiensi.
Semakin kecil nilai discharge head, maka total head akan turun dan efisiensi akan
naik. Nilai discharge head juga turun dengan naiknya flowrate ditunjukkan
dengan kurva karektetistik pompa yang dibuat.
3. Nilai NPSHa mempengaruhi penentuan ada tidaknya kavitasi dimana jika
nilai NPSHa yang diperoleh lebih kecil dari NPSHr maka suatu sistem akan
mengalami kavitasi.
4. Terjadi kavitasi yang ditandai dengan suara pompa yang lebih keras dari
suara pompabila tidak terjadi kavitasi dan terlihat gelembung pada kaca
penglihatan. Berdasarkan percobaan, kavitasi terjadi pada bukaan dan katup
hisap yang ditunjukkan dengan nilai NPSHa < NPSHr.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum modul kavitasi dan pompa selanjutnya adalah
sebaiknya kabel alat pompa dan kavitasi dilapisi lakban agar tidak terjadi
konsleting. Setelah itu sebaiknya disediakan termometer untuk mengetahui suhu
air.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Z., Aisyah, S., & Pratama, S. (2021). Analisa Kavitasi Terhadap Pompa
Thorishima Berdasarkan Variasi Temperatur dan Ketinggian Instalasi
Deaerator. Vol. 25, No. 1.
Kamiel, B. P., Nasaka, A. D., Riyanta, B., & Asyratul, A. (2019). Deteksi Kavitasi
Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Spektrum Getaran dan Spektrum
Envelope. Vol. 22, No. 1.