Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan pada
perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Suatu campuran
komponen cair-cair yang saling larut dan keduanya merupakan komponen yang
ringan, tetapi memiliki perbedaan titik didih yang cukup signifikan maka dapat
dipisahkan dengan cara distilasi. Umpan pada proses distilasi dapat berupa
campuran biner (campuran 2 komponen) atau campuran multi komponen yang
terdiri atas fase cair saja atau campuran uap dan cairan. Komponen yang paling
ringan dalam campuran tersebut akan membentuk fase uap dan diperoleh sebagai
produk atas pada menara distilasi, sering kali disebut dengan istilah Light Key
Component. Sementara itu, komponen yang kurang ringan pada campuran akan
tetap berada di fase cair dan diperoleh sebagai produk bawah pada menara
distilasi, dikenal dengan istilah Heavy Key Component (Arief Budiman, 2016:1).
Menara distilasi berbentuk vertikal, terdiri atas kondensor yang terpasang
di bagian paling atas menara, reboiler di bagian paling bawah, dan
plate/tray/packing yang terdapat di sepanjang menara. Di dalam menara distilasi
terjadi proses penguapan dan pengembunan yang berulang-ulang melalui
pertukaran panas yang terjadi pada kondensor, reboiler, dan kontak uap-cair
sepanjang menara. (Arief Budiman, 2016:2).

Gambar 2.1 Menara distilasi dengan plate dan menara distilasi bahan isian
Sumber : Distilasi Teori dan Pengendalian Operasi, Arief Budiman, 2016, hlm.2

3
4

Menara distilasi dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu seksi


rectifying/enriching/absorption (bagian atas) dan seksi stripping/exhausting
(bagian bawah) seperti terlihat pada Gambar 2.2. Pada seksi enriching terjadi
pencucian oleh liquid untuk menghilangkan atau menyerap komponen yang
kurang volatil. Dinamakan seksi enriching karena kolom paling atas kaya akan
kandungan uap komponen yang paling volatil. Pada seksi stripping, cairan di-
strip dari komponen volatil dengan menghasilkan uap dari dasar kolom melalui
penguapan parsial dari cairan pada reboiler. Umpan biasanya dimasukkan
dibagian tengah menara. Tray tempat umpan dimasukkan disebut sebagai feed
plate. Seksi enriching meliputi semua plate yang ada dibawah feed plate. Tray
dinomori urut dari atas yang dimulai dengan nomor kecil hingga ke tray yang
paling dasar. Uap dan cairan yang terdapat pada masing-masing tray selalu berada
pada dew point dan bubble point-nya. Titik didih campuran berada diantara
bubble point dan dew point tersebut. (Arief Budiman, 2016:2 - 3).

Gambar 2.2 Pembagian seksi rectifying dan stripping pada menara distilasi
tanpa reboiler dan kondensor
Sumber : Distilasi Teori dan Pengendalian Operasi, Arief Budiman, 2016, hlm.3
Proses distilasi melibatkan beberapa komponen dalam teknik kimia,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Keseimbangan fasa, yaitu terlibat pada tray/plate yang fase cair dan uapnya
saling berkontak.
5

b. Perpindahan massa dan panas yang terjadi pada setiap stage, termasuk pada
reboiler maupun kondensor yang dipasang di bagian bawah dan atas menara.
c. Penguapan dan pengembunan yang terjadi pada reboiler dan kondensor
sehingga di dalam kolom terdapat 2 fasa yang mengalami kesetimbangan.
d. Perpindahan momentum.
Sesaat setelah umpan dimasukkan ke dalam feed plate, umpan yang
berwujud cair akan turun ke bawah menara melalui downcomer disebabkan
adanya gravitasi. Cairan tersebut akan masuk ke reboiler dan di dalam reboiler
mengalami pemanasan serta penguapan. Uap yang dihasilkan selanjutnya akan
dikembalikan melalui stage di atas reboiler. Uap tersebut akan naik terus
sepanjang kolom hingga mencapai rectifying section. Sebagian cairan yang
menggenangi reboiler akan dikeluarkan sebagai produk bawah/ residu yang
disebut produk bottom. Uap yang naik hingga ke tray teratas akan masuk ke
dalam kondensor dan mengalami pengembunan. Sebagian embunan tersebut
dikembalikan kedalam kolom, sedangkan sebagian lagi diambil sebagai produk
distilat. Embunan yang dikembalikan tersebut akan bercampur dengan cairan dari
umpan kemudian berkontak dengan uap dan mengalami keseimbangan fasa pada
tiap-tiap plate. Perbandingan antara embunan yang dikembalikan ke dalam kolom
terhadap embunan yang diambil sebagai distilat disebut sebagai reflux ratio.

Gambar 2.3 Bagian plate kolom distilasi


Sumber : Distilasi Teori dan Pengendalian Operasi, Arief Budiman, 2016, hlm.4
6

Gambar 2.3 adalah skema bagian plate dari menara distilasi. Dalam
gambar ini A merupakan plate, B adalah lubang perforasi, C adalah downcomer
menuju plate dibawahnya, dan D adalah downcomer dari atas di atasnya. (Arief
Budiman, 2016:3 - 4).
Aplikasi distilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala
laboratorium dan skala industri. Pada skala laboratorium, distilasi dilakukan sekali
jalan. Dalam artian pada distilasi skala laboratorium, komposisi campuran
dipisahkan menjadi komponen fraksi yang di urutkan berdasarkan volatilitas,
dimana zat yang paling volatil akan dipisahkan terlebih dahulu. Dengan demikian,
zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian paling bawah. Proses ini
dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses distilasi dari
awal.
Pada distilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan distilat
tetap dalam komposisi konstan. Fraksi yang diinginkan akan dipisahkan dari
sistem secara hati-hati, dan ketika bahan awal habis maka akan ditambahkan lagi
tanpa menghentikan proses distilasi. (A Faiz, 2017:1).

2.2. Jenis Kolom Distilasi


2.2.1. Berdasarkan Proses
a. Continous Distillation (Distilasi Sinambung), yaitu distilasi yang
terjadi ketika umpan yang dimasukkan ke dalam kolom dan produk
diambil dalam waktu yang sama dan umpan tersebut dimasukkan lebih
dari satu kali. (Coulson & Richardson’s. 1983:494).

Gambar 2.4 Proses Continous Distillation


Sumber: Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom Distilasi, Leily N.M, dkk. 2009, hlm. 23
7

b. Batch Distillation, yaitu distilasi yang terjadi ketika umpan yang


masuk dan produk yang diambil tidak sama tiap waktu dan umpan
yang dimasukkan hanya satu kali. (Coulson & Richardson’s.
1983:546).

Gambar 2.5 Proses Batch Distillation


Sumber: Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom Distilasi, Leily N.M, dkk. 2009, hlm. 23
2.2.2. Berdasarkan Basis Tekanan Operasi
a. Distilasi Atmosferik (0,4 - 5,5 atm mutlak), yaitu proses distilasi yang
tekanan operasinya adalah tekanan atmosfer (1 atm) atau sedikit diatas
tekanan atmosfer. Distilasi atmosfer bertujuan untuk memisahkan
fraksi yang terkandung dari komponen yang akan dipisahkan pada
tekanan atmosfer. Contoh unit proses yang menggunakan proses
distilasi atmosfer adalah CDU (Crude Distillation Unit).
b. Distilasi Vakum, yaitu distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (≤
300 mmHg pada bagian atas kolom). Proses distilasi ini dengan
tekanan dibawah tekanan atmosfer. Prinsip dari distilasi vakum ini
yaitu dengan cara menurunkan tekanan diatas permukaan cairan
dengan bantuan pompa vakum, maka cairan yang di distilasi akan
mudah menguap, karena cairan ini akan mendidih dibawah tidik didih
normalnya.
c. Distilasi Bertekanan (≥80 psia pada bagian atas kolom), yaitu proses
pemisahan komponen dari campurannya dengan menggunakan panas
sebagai tenaga pemisah, tenaga yang digunakan adalah tekanan yang
tinggi.
8

2.2.3. Berdasarkan Jumlah Komponen yang Dipisahkan


Distilasi berdasarkan jumlah komponen yang dipisahkan terbagi menjadi
dua macam, yaitu distilasi dua komponen (binary distillation) dan distilasi banyak
komponen (multi component distillation). (Andrew Herstyawan, 2019:12).
2.2.4. Berdasarkan Sistem Operasi
a. Single-stage Distillation, yaitu merupakan distilasi yang hanya melalui
satu tahap.
b. Multi-stage Distillation, yaitu merupakan distilasi banyak tahap yang
disusun secara bertingkat.
2.2.5. Berdasarkan Tray yang Digunakan Di Kolom Distilasi
a. Perforated Tray atau Sieve Tray, yaitu jenis piringan yang paling
sederhana. Uap melewati perforation di piringan sedangkan cairan
ditahan oleh aliran uap yang selanjutnya akan mengalir melalui
lubang-lubang. Semakin kecil lubangnya, maka kontak uap cairan akan
semakin baik. (Coulson & Richardson’s. 1983:558).

Gambar 2.6 Sieve Tray


Sumber: Chemical Engineering Vol.6, Coulson and Richardson, 1983, Page 559
b. Bubble Cap Tray, yaitu tray dengan sejumlah lubang yang dipasangi
dengan riser ditutup dengan sebuah bubble cap. Tray jenis ini
merupakan jenis yang paling tua dengan berbagai desain yang terus
dikembangkan. (Coulson & Richardson’s. 1983:558).
9

Gambar 2.7 Bubble Cap Tray


Sumber: Chemical Engineering Vol.6, Coulson and Richardson, 1983, Page 559
c. Valve Tray, yaitu tray dengan diameter lubang yang besar di tutupi
dengan moveable flaps yang terangkap dengan peningkatan aliran uap.
Area aliran uap bervariasi dengan flow rate, dimana valve tray dapat
beroperasi lebih efisien pada flow rate yang rendah. (Coulson &
Richardson’s. 1983:559).

Gambar 2.8 Valve Tray


Sumber: Chemical Engineering Vol.6, Coulson and Richardson, 1983, Page 560

2.3. Distilasi Laboratorium


Distilasi laboratorium merupakan proses distilasi sederhana dengan
kapasitas kecil yang dilakukan di laboratorium untuk tujuan pengujian atau
penelitian terhadap produk yang dihasilkan suatu unit proses.
10

2.3.1. Distilasi ASTM (Distilasi Engler)


Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosferik dengan volume sekitar 100
cc. Pemanasan diatur sedemikian rupa, pada 5 - 10 menit diperoleh tetesan
pertama dan hasil dikumpulkan dengan kecepatan 4 - 5 cc per menit. Temperatur
uap tetesan pertama disebut Initial Boilling Point (IBP). Temperatur selanjutnya
dicatat setelah hasil distillate terkumpul 5 ml, 10 ml dan setiap mendapat 10 ml
distillate berikutnya. Temperatur uap maksimum pada tetesan terakhir disebut end
point.
2.3.2. Distilasi True Boilling Point (TBP)
Distilasi TBP yaitu sistem distilasi yang digunakan untuk memisahkan
fraksi crude oil dengan rentang titik didih yang sangat dekat, sehingga senyawa
yang ada dalam campuran akan dipisahkan berdasarkan masing-masing produk
sesuai dengan titik didih masing-masing.
2.3.3. Distilasi Equilibrium Flash Vaporization (EFV Distillation)
Distilasi EFV prinsipnya sama dengan distilasi ASTM, hanya saja dalam
distilasi ini uap dan cairan dibuat berhubungan sampai dicapai kesetimbangan
pada tingkat penguapan tertentu, kemudian uap dan cairan tersebut dipisahkan.
Distilasi EFV dapat dilakukan pada tekanan atmosfer, tekanan diatas atmosfer
dan tekanan hampa (vaccum). Sedangkan distilasi TBP dan ASTM hanya
dilakukan pada tekanan atmosfer dan hampa. (Van Winkle, 1967:127).

2.4. Troubleshooting pada Kolom Distilasi Secara Umum


a. Flooding (Banjir), terjadi karena tekanan uap yang berlebih. Sehingga
liquid yang ada diatas tray akan meningkat melebihi weir (bendungan),
sehingga liquid melewati weir dan turun ke saluran downcomer sampai
ke bottom column.
Cara mengidentifikasi banjir yang baru terjadi :
1. Peningkatan tugas refluks dan reboiler tidak meningkatkan
fraksinasi dan bahkan dapat memperburuk perpecahan.
11

2. Perbedaan suhu antara bagian bawah dan pucak menara berkurang,


karena laju refluks dan reboiler meningkat dan profil suhu menara
menjadi tidak menentu.
3. Pengurangan tekanan menara yang kecil dan lambat mengurangi
efisien fraksionator.
4. Peningkatan kecil pada tugas reboiler menyebabkan peningkatan
besar yang tidak proporsional di menara, ∆P yang juga menjadi
tidak menentu. Sedangkan cara pengendalian nya yaitu setiap
kinerja menara di distilasi ditingkatkan dengan menurunkan level
cairan bagian bawah. Pengurangan sirkulasi reboiler merupakan
salah satu metode yang terbukti untuk mengurangi ketinggian busa
didasar menara distilasi yang dapat mengakibatkan terjadinya
banjir.
b. Entrainment,yaitu terjadi setelah adanya flooding. Entrainment adalah
banjir di bagian tray bawah, maka liquid akan naik keatas tray. Jika
diteruskan, liquid keluar bersamaan dengan gas diatas top column.
Kemurnian top produk akan berkurang, karna Heavy Key keluar keatas
top column, padahal seharusnya Heavy Key keluar melalui bottom
column.
c. Foaming (Busa). Busa ini dihasilkan di reboiler. Terbentuknya busa
yang terlalu tinggi yang diakibatkan karena kontak uap dan liquid yang
tidak maksimal, menyebabkan proses pemisahan fraksi ringan dan
berat tidak maksimal/ berkurang. Ketika tingkat busa ini naik menutupi
nozzle, maka akan terjadi banjir. Cara Pengendalian nya yaitu injeksi
bahan kimia penghilang busa silikon efektif dalam melawan busa.

2.5. Peralatan Operasi


Kolom distilasi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
komponen mempunyai fungsi sebagai transfer energi panas maupun sebagai
media perpindahan material. Komponen utama penunjang kolom distilasi adalah :
12

a. Shell vertical, yaitu merupakan tempat dimana pemisahan antara cairan dan
uap dilakukan.
b. Kolom internal, yaitu yang berbentuk piringan/ plat (tray) atau packed yang
digunakan untuk meningkatkan waktu kontak (residence time) pemisahan
komponen.
c. Reboiler, yaitu merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjang panas
yang dibutuhkan oleh kolom untuk menguapkan kembali komponen sehingga
proses pemisahan dapat terjadi secara maksimal.
d. Kondensor, yaitu merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan dan
mengkondensasi uap yang meninggalkan bagian atas kolom sehingga dapat
ditampung sebagai produk maupun dijadikan sebagai refluks kolom selama
operasi.
e. Tanki refluks, yaitu merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
hasil kondensasi komponen yang nantinya akan dialirkan menjadi produk atau
dikembalikan lagi ke kolom sebagai refluks.
Komponen bagian dalam Kolom Distilasi ditunjukkan menurut gambar
berikut :

Gambar 2.9 Kolom Fraksionasi


Sumber: Teori Pengendalian Operasi, Arief Budiman, 2016 hlm. 23.

2.6. Jenis Distilasi yang Ada di PT. Titis Sampurna


Jenis Distilasi yang ada di PT. Titis Sampurna LPG Plant Limau Timur
adalah De-Ethanizer Column dan De-Buthanizer Column.
13

2.7. Pengertian De-Ethanizer Column


De-Ethanizer Column adalah tempat proses pemisahan kandungan gas
ethane yang terkandung didalam umpan yang berasal dari puncak kolom stabilizer
pada proses distilasi, dengan menggunakan prinsip distilasi bertekanan tinggi.
Pada proses De-Ethanizer ini akan beroperasi dengan baik apabila semua ethane
yang terkandung dapat dipisahkan. (Samuel Sembiring, 2020).

2.8. Prinsip Kerja De-Ethanizer Column


Hydrocarbon liquid yang sudah terbebas dari C1 (methane) akan mengalir
menuju De-Ethanizer Column. De-Ethanizer ini terjadi dari 25 tray, hydrocarbon
akan turun sampai ke bottom masuk ke reboiler. Hydrocarbon ini akan
dipanaskan dengan temperatur 220 -240°F. Dengan pemanasan sampai temperatur
tersebut, C2 akan terpisah dari fraksi C3, C4, dan C5+. Karena berat jenis C2 lebih
ringan dibanding fraksi lainnya, maka C2 yang sudah terpisah didalam reboiler
akan keluar dari bagian atas reboiler itu, menuju De-Ethanizer Column kembali
pada bagian paling bawah dari tray nomor 1. Selanjutnya C2 akan naik keatas
dalam bentuk vapour dan akan bertemu dengan hydrocarbon liquid C2, C3, C4, dan
C5 dari subcooler. Disini C2 keluaran dari reboiler akan mengikat C2 dari
subcooler selanjutnya akan keluar dari top De-Ethanizer Column dengan
temperature 60-80 oF dan pressure 350-375 Psig.
C2 yang keluar dari top De-Ethanizer Column akan di alirkan menuju
Suction Ajax Compressor untuk dinaikan lagi pressure sampai ± 520-550 Psig,
selanjutnya C2 akan dialirkan ke PT. Pusri. Proses ini akan bergabung dengan
keluaran C1 (methane) dari top Low Temperature Separator dan disebut dengan
produksi Lean Gas.
Untuk menjaga dan mengontrol proses pemisahan C2 (ethane) ini agar
tetap stabil dan continue, maka hydrocarbon liquid C3, C4 ,C5+ yang akan keluar
dari bagian bottom Reboiler De-Ethanizer di kontrol oleh LCV 4007 (Level
Control Valve). Adapun fungsi dan kegunaan LCV 4007 adalah sebagai berikut :
Sebagai alat control level di Reboiler De-Ethanizer. Jika level Reboiler
diatas setting LCV 4007, maka secara otomatis LCV 4007 akan open untuk
14

mengalirkan C3, C4, C5+ ke De-Buthanizer Column. Jika level Reboiler De-
Ethanizer berada di bawah setting LCV 4007, maka LCV 4007 akan closed. Hal
ini berfungsi agar jangan sampai level Reboiler De-Buthanizer kosong
volumenya. Jika level Reboiler De-Buthanizer kosong dan LCV 4007 terus open,
maka C2 akan terikut ke fraksi C3, C4, C5+ sehingga akan menggangu proses
recovery selanjutnya.

2.9. Troubleshooting pada De-Ethanizer Column


a. Temperature top De-ethanizer Column drop.
Kondisi dimana mengalami penurunan secara mendadak, yang
disebabkan oleh :
1. Hot oil Heater mengalami failure.
2. Feed H/C liquid yang datang terlalu besar (over capacity).
b. Level turun.
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya feed H/C liquid yang terbentuk
karena terjadi kegagalan pada System Refrigerant.
c. Buntu/ kotor pada Sieve Tray Column.
Ini dikarenakan adanya bahan fouling yang terikut misalnya campuran
dari air/ MEG dan slug yang terbawa. (Jhony, komunikasi pribadi, 31
Maret 2021).

2.10. Metode Distilasi


Terdapat dua metode distilasi yang sering digunakan dalam industri.
Metode yang pertama berdasarkan pada pembentukan uap dengan cara
mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan komponennya yang
kemudian uap ini akan dipisahkan langsung dengan liquid-nya dan dikondensasi
tanpa memberikan kesempatan adanya kontak antara distilasi dengan uap yang
baru dibentuk sehingga tidak terjadi refluks. Yang termasuk dalam metode ini
adalah EFV Distillation.
Metode yang kedua berdasarkan pada pembentukan uap dan kemudian uap
tersebut dikondensasi. Setelah itu sebagian dari distilat dikembalikan hingga
15

terjadi kontak antara distilat tersebut dengan uap yang baru terbentuk. Yang
masuk dalam metode ini ialah Rectification Distillation.
Kedua metode diatas dapat dilakukan secara batch ataupun continue dan
keduanya dapat dilakukan dengan Steam Distillation. (Geankoplis,1993:645-646).

2.11. Proses Distilasi


Dalam proses distilasi dikenal adanya empat macam aliran dan tiga seksi.
Empat macam aliran dalam proses distilasi tersebut ialah :
a. Aliran Umpan (Feed), yaitu aliran yang masuk kedalam kolom distilasi.
b. Aliran Produk, yaitu aliran yang keluar dari kolom distilasi. Minimal ada dua
jenis produk, yaitu produk atas (distillate) dan produk bawah (bottom).
c. Aliran Internal (Internal Stream), yaitu aliran fluida yang terjadi dalam kolom
distilasi. Terdapat dua macam aliran internal, yaitu aliran uap (vapour stream)
dan aliran cair (liquid stream).
d. Aliran Reflux, yaitu sebagian distilat (produk atas) yang dikembalikan ke
kolom distilasi melalui puncak kolom.
Sedangkan tiga seksi yang terdapat dalam kolom distilasi, yaitu:
1. Seksi Umpan, yaitu dimana aliran umpan masuk.
2. Seksi Rektifikasi (Rectification Section) yang disebut juga Seksi Pengayaan
(Enriching Section), yaitu dimana terjadi pengayaan fraksi ringan di distilat.
Seksi ini berada diatas seksi umpan.
3. Seksi Stripping, yaitu seksi dimana terjadinya stripping (pelucutan) fraksi
ringan. Seksi ini berada dibawah seksi umpan.

Gambar 2.10 Seksi-seksi dalam Kolom Distilasi


Sumber: Distillation, Van Winkle, 1967, page 273 - 275
16

Pada proses distilasi, campuran yang akan dipisahkan mula-mula


ditampung dalam tanki umpan, kemudian pompa umpan mengalirkannya melalui
pemanas awal (pre-heater) dimana campuran itu dipanaskan. Campuran yang
telah dipanaskan tersebut kemudian memasuki menara melalui valve ke dalam
flash zone sesuai dengan kondisi kesetimbangannya. Akibatnya, komponen yang
lebih ringan bergerak melalui tray menara sebagai cairan.

Gambar 2.11 Laju Alir Produk Uap dan Cairan Dalam Kolom Distilasi
Sumber: Distillation, Van Winkle, 1967, page 482
Bagian menara distilasi diatas tray umpan disebut bagian fraksinasi atau
rektifikasi. Dibagian inilah kandungan komponen yang lebih ringan ditingkatkan
yang kemudian akan dikondensasi menjadi cairan kembali melalui kondensor.
Sebagian dari produk atas diambil sebagai distilat dan sebagian lagi dipompakan
kembali ke dalam menara sebagai reflux.

Gambar 2.12 Proses di Produk Atas


Sumber: Distillation, Van Winkle, 1967, page 256
Bagian menara dibawah tray umpan disebut sebagai bagian stripping
dimana cairan yang mengalir ke bawah diambil komponen ringannya ketika
17

bersentuhan dengan uap dan cairan yang lebih panas pada masing-masing tray
yang lebih bawah. Hal ini dikarenakan pada tiap tray yang dilalui cairan ketika
mengalir kebawah lebih panas dari pada tray diatasnya dimana komponen ringan
yang terikut dalam cairan itu akan menguap, sementara yang lebih berat akan
terus mengalir kebawah. Ketika cairan meninggalkan dasar menara, sebagian akan
ditarik keluar sebagai produk bawah dan sebagian dikembalikan ke menara lagi
setelah terlebih dahulu diuapkan oleh reboiler.

Gambar 2.13 Proses di Produk Bawah


Sumber: Distillation, Van Winkle, 1967, page 256
Pada setiap tray, uap terpisah dari campuran yang mendidih dan naik
melalui lubang-lubang pada tray diatasnya. Lubang-lubang ini dipasangi pipa
yang disebut riser dan diatasnya dipasangi bubble cap, untuk memaksa uap yang
naik menggelembung melalui cairan yang terkondensasi pada tray diatasnya. Pada
setiap tray terdapat banyak riser dan bubble cap, sehingga uap yang naik
bersentuhan secara maksimal dengan cairan (waktu kontak tinggi). Dengan
demikian terjadi perpindahan panas dan massa secara maksimal.

Gambar 2.14 Penampang Kontak dan Aliran Kontak


Sumber: Distillation, Van Winkle, 1967, page 481
18

2.12. Variabel Perhitungan Distilasi Secara Umum


Dalam proses perhitungan distilasi ada banyak variabel perhitungan yang
perlu diketahui diantaranya yaitu :
a. Tekanan Parsial
1. Tekanan Parsial merupakan suatu komponen bagian dari tekanan total
pada sebuah sistem yang nilainya sebanding dengan mol fraksi komponen
masing-masing dalam suatu campuran.
2. Pada fase uap menurut Dalton
Pi = P. Yi
3. Pada fase cair menurut Raoult
Pi = P. Xi
b. Tekanan Uap Murni
Tekanan murni merupakan tekanan yang dimiliki oleh komponen tertentu
yang merupakan fungsi langsung dari suhu, artinya tekanan uap murni akan
naik jika terjadi kenaikan suhu.
c. Konstanta Keseimbangan (K)
1. K merupakan angka perbandingan antara fraksi mol komponen fasa uap
(Yi) dan dengan fraksi mol komponen fasa cairnya (Xi).
2. Jika kesetimbangan tercapai pada suatu sistem, maka telah terjadi
kesetimbangan antara uap dan cairan yang dapat dinyatakan sebagai
konstanta kesetimbangan (K).
d. Relative Volatilitas (α)
1. Merupakan perbandingan antara konstanta keseimbangan komponen satu
dengan konstanta kesetimbangan komponen lainnya dalam sebuah sistem
yang setimbang.
2. Relative Volatilitas menyatakan tingkat kemudahan penguapan relative
suatu komponen terhadap komponen lainnya pada keadaan setimbang.
e. Bubble Point (titik didih)
Menyatakan suhu dimana gelembung uap pertama terbentuk dari pemanasan
suatu cairan campuran pada tekanan uap.
f. Dew Point (titik embun)
19

Suhu dimana tetesan air pertama kali terbentuk dari proses pendinginan uap
campuran pada tekanan tetap.
g. Flash Zone
Suhu pada lokasi feed masuk sehingga bahan baku yang masuk ke kolom
terjadi flash dan terjadi pemisahan.
h. Plate Teoritis
Menyatakan tentang banyaknya plate yang akan digunakan sesuai dengan
perhitungan secara teoritis. (Coulson & Richardson’s. 1983:395 - 488).

2.13. Kinerja Kolom Distilasi


Beberapa hal yang paling berpengaruh pada pengoperasian kolom distilasi,
yaitu :
a. Tekanan
Kebanyakan kolom diset pada tekanan tertentu dan tidak diatur secara regular.
Jika terjadi perubahan tekanan, misalkan jika tekanan naik dibutuhkan panas
yang lebih pada reboiler di bawah kolom. Naiknya tekanan akan menaikkan
titik didih sehingga tentunya temperaturnya pun dibutuhkan lebih tinggi untuk
laju alir yang sama, sebaliknya jika tekanan berkurang, temperatur yang
dibutuhkan juga berkurang.
b. Temperatur
Pengontrolan spesifikasi produk yang diinginkan utamanya terletak pada
penentuan temperatur reboiler dibagian bawah kolom. Temperatur harus diset
secara tepat sehingga diperoleh produk yang diinginkan. Pada kolom distilasi,
temperatur reboiler harus diset pada suatu angka sehingga propylene naik ke
atas kolom sedangkan propane jatuh ke bagian bawah kolom.
c. Jumlah Tray
Semakin tinggi kemurnian produk yang diinginkan maka dibutuhkan jumlah
tray yang lebih tinggi.
d. Komposisi Gas Umpan
Komposisi gas umpan berdampak pada kuantitas produk yang akan dihasilkan
di akhir proses.
20

e. Rasio Refluks
Refluks sangat penting dalam pemisahan fraksinasi karena semakin besar
refluks semakin tinggi kemurnian produk, namun harus dilakukan hati-hati
karena kolom dapat menjadi tidak efisien jika terlalu banyak, dikarenakan
perbedaan tekanan di kolom akan semakin besar yang mengakibatkan
penambahan panas yang banyak pada reboiler. Rasio refluks adalah laju alir
molar dari refluks dibandingkan dengan kuantitas produk yang dikeluarkan
dari bagian atas kolom. Rasio refluks mengindikasikan banyaknya produk
yang dikembalikan diatas kolom. (Coulson & Richardson’s. 1983:392).

Anda mungkin juga menyukai