Anda di halaman 1dari 3

SIKLUS OTTO STANDAR-IDEAL

A. Penjelasan Siklus Otto Standar-Ideal


Siklus Otto standar-ideal merupakan siklus ideal yang mengasumsikan
bahwa penambahan kalor terjadi seketika ketika piston berada pada titik mati atas.
Siklus Otto dapat dilihat melalui diagram p-v sebagai berikut.

Gambar 2.5 Diagram p-v pada siklus otto standar-ideal


Siklus tersebut terdiri dari empat buah proses yang secara internal
reversebel di dalam satu rangkaian. Proses 1-2 merupakan kompresi isentropic pada
udara yang terjadi selama piston bergerak dari titik mati bawah meuju titik mati
atas. Proses 2-3 merupakan proses terjadinya pelepaasan kalor pada volume konstan
dari sumber eksternal ke udara ketika piston berada pada titik mati atas. Proses ini
merepresentasikan pemantikan campuran udara dan bahan bakar dan proses
pembakaran yang cepat yang terjadi selanjutnya. Proses 3-4 merupakan proses
ekspansi isentropic (langkah kerja). Siklus disesesaikan dengan proses 4-1 yang
terjadi pada volume konstan di mana kalor akan dikeluarkan dari udara pada saat
piston berada pada titik mati bawah.

B. Cara Kerja Siklus Otto Standar-Ideal pada Mesin


Adapun siklus Otto dapat diterapkan dalam mesin yang dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Gambar 2.6. Penerapan siklus Otto pada Mesin Motor
Pada kondisi awal terjadi intake diama gasoline keluar ketika torak turum ke bawah.
Setelah itu akan terjadi kompresi dari torak menuju ke kondisi Top Dead Centre.
Ketika sampe pada Top Dead Centre maka campuran dari gasoline dan udara
tersebut akan terjadi pembakaran karena telah terjadi kontak dengan busi. Setelah
terjadi pembakaran, torak akan kembali ke keadaan Bottom Dead Centre dengan
terbukanya valve pembuangan hasil dari pembakaran yang telah terjadi
sebelumnya. Proses akan kembali terulang ke posisis intake, dimana gasoline akan
masuk kembali.
C. Analisis Siklus Otto Standar-Ideal
Siklus Otto Standar-Ideal terdiri dari dua buah proses di mana terjadi kerja
tetapi tidak terjadi perpindahan kalor. Proses 1-2 dan 3-4 dan dua proses di mana
terjadi perpindahan kalor tetapi tidak terjadi kerja, Proses 2-3 dan 4-1. Hubungan
di antara perpindahan energi ini dapat disederhanakan dengan menganggap bahwa
perubahan energi kinetic dan potensial yang terjadi pada kesetimbangan energi di
dalam sistem tertutup tersebut dapat diabaikan. Hasilnya adalah :
𝑊12 𝑊34
= 𝑢2 − 𝑢1 , = 𝑢3 − 𝑢4
𝑚 𝑚

𝑄23 𝑄41
= 𝑢3 − 𝑢2 , = 𝑢4 − 𝑢1
𝑚 𝑚
Adapun kerja netto dari siklus dapat dinaytakan sebagai berikut :
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑊34 𝑊12
= − = (𝑢3 − 𝑢4 ) − (𝑢2 − 𝑢1 )
𝑚 𝑚 𝑚
Sebagai alternative, besarnya kerja netto dapat dievaluasi sebagai kalor netto yang
ditembahkan :
𝑊𝑠𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠 𝑄23 𝑄41
= − = (𝑢3 − 𝑢2 ) − (𝑢4 − 𝑢1 )
𝑚 𝑚 𝑚
Efisiensi termal merupakan nilai perbandingan antara besarnya kerja netto di dalam
siklus dengan kalor yang ditambahkan :
(𝑢3 − 𝑢2 ) − (𝑢4 − 𝑢1 ) 𝑢4 − 𝑢1
𝜂= =1−
𝑢3 − 𝑢2 𝑢3 − 𝑢2
Adapun hubungan yang berlaku untuk proses isentropil 1-2 dan 3-4 sebagai berikut
𝑉2 𝑣𝑟1
𝑣𝑟2 = 𝑣𝑟1 ( ) =
𝑉1 𝑟
𝑉4
𝑣𝑟4 = 𝑣𝑟3 ( ) = 𝑟𝑣𝑟3
𝑉3
Pada saat siklus Otto ketika kondisi isentropic dapat dirumuskan menjadi sebagai
berikut :

𝑇2 𝑉1 𝑘−1
=( ) = 𝑟 𝑘−1 (𝑘 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
𝑇1 𝑉2
𝑇4 𝑉3 𝑘−1
=( ) = 1/𝑟 𝑘−1 (𝑘 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛)
𝑇3 𝑉4
Efek dari rasio kompresi pada kinerja yang terdapat pada siklus Otto standar-Ideal
sebagai berikut.
𝑇4
𝑇1 𝑇1 − 1
𝜂 =1− ( )
𝑇2 𝑇3 − 1
𝑇2
Dengan mengetahui kondisi T4/T1 = T3/T2, persamaa diatan dapat menjadi
𝑇1
𝜂 =1−
𝑇2
Sehingga dapat menjadi
1
𝜂 =1−
𝑟 𝑘−1

Anda mungkin juga menyukai