Anda di halaman 1dari 18

PEMICU 3 TERMODINAMIKA

Hukum Kedua Termodinamika dan Proses Siklus

Disusun oleh :
Dandy Fadhilah – 1606890233
Muhammad Zakwan – 1606824894
Muhammad Zulfikar Fauzi – 1606905254
Resa Astuti Harahap – 1606833450
Surya Ayuati Ning Asih - 1606905310

Fakultas Teknik
Departemen Teknik Kimia
Depok 2018

1
Assigment 1

Hilda received an assigment from her thermodynamics course instructor who asked
students to derive the equation to calculate the efficiency of a Carnot Engine :

𝑇𝑐
Ƞ=1−
𝑇ℎ
Could you also do Hilda’s assigment? Hilda learned that the high temperature source could
be a combustion chamber where mixture of air and coal could react and reach temperature
of 700 K. What is the value of the Carnot engine efficiency calculated by Hilda?

Jawab:

Persamaan Efisiensi mesin Carnot

Gambar 1. PV diagram siklus Carnot untuk gas ideal (Sumber: Introduction To Chemical
Engineering Thermodynamics 6th ed : J.M. Smith)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam siklus mesin Carnot, ada empat proses
reversibel yang terjadi

A – B : Pemampatan adibatik karena suhu meningkat dari Tc ke Th. Volume berkurang.

B – C : Pemuaian isothermal karena menambahkan kalor. Volume bertambah.

C - D : Pemuaian adiabatik karena temperature turun sampai Tc. Volume betambah.

D – A : Pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor Kc.

Didapatkan persamaan untuk proses dari B – C dan D – A


𝑙𝑛𝑉𝑐 𝑙𝑛𝑉𝑑
𝑄𝑛 = 𝑅𝑇ℎ dan 𝑄𝑐 = 𝑅𝑇ℎ (1)
𝑉𝑏 𝑉𝑎

Titik proses adiabtik A – B dan C – D didapatkan persamaan

𝑇ℎ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑉𝑑 𝑇ℎ 𝐶𝑣 𝑑𝑡 𝑉𝑑
∫𝑇𝑐 = ln 𝑑𝑎𝑛 ∫𝑇𝑐 = ln (2)
𝑅 𝑇 𝑉𝑐 𝑅 𝑇 𝑉𝑐

2
Karena kedua persamaan di atas adalah sama baik ruas kiri maupun kanan, maka dapat
ditulis
𝑉𝑎 𝑉𝑑 𝑉𝑐 𝑉𝑑
ln = ln 𝑎𝑡𝑎𝑢 ln = ln (3)
𝑉𝑏 𝑉𝑐 𝑉𝑏 𝑉𝑎

Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi


𝑉𝑐
𝑄ℎ 𝑇ℎ 𝑙𝑛 (𝑉𝑏) 𝑇ℎ
= 𝑉𝑑 = (4)
𝑄𝑐 𝑇𝑐 𝑙𝑛 ( ) 𝑇𝑐
𝑉𝑎

Lakukan pencarian selisih antara kalor suhu Tc diberikan dengan Kalor Tc dikeluarkan
𝑇𝑐
𝑊 = (1 − 𝑇ℎ) 𝑄ℎ (5)

Efisiensi mesin dapat dihitung dengan persamaan


𝑊 𝑇𝑐
Ƞ = 𝑄ℎ = 1 − 𝑇ℎ (6)

Nilai Efisiensi saat suhu 700K


𝑇𝑐 298
Ƞ = 1 − 𝑇ℎ = 1 − 700 = 0,582 (7)

Alasan mengapa efisiensi Carnot lebih tinggi dibandingkan efisiensi pada umumnya adalah
karena pada sistem mesin Carnot dimiliki empat proses reversibel pada saat dioperasikan,
maka nilai efisiensi yang dimiliki oleh mesin Carnot adalah efisiensi keseluruhan atau
maksimum secara teoritis. Beberapa kalor yang diterima akan dilepaskan ke lingkungan
yang dapat difungsikan sebagai reservoir suhu rendah sehingga pada saat kerja akan
memiliki kualitas lebih baik.

Assignment 2

The Ranque-Hilcsh Vortex Tube is a device that receive a gas stream (say at 10 bar and
295 K) and divides it into two streams with equal mass flow rate and equal pressure of 1
bar. There is no mechanical work and heat transfer involved in the operation of this device.
Show by using the first and the second law of thermodynamics, that maximum temperature
difference between the two outlet streams is 501 K. Hint: largest temperature difference
can be obtained only if gas expansion is a reversible process. Assume ideal gas behavior
and use Cp gas of 30 kJ/(kmol.K).

3
Gambar 2. Ilustrasi vortex tube (Sumber: https://nl.aliexpress.com/item/JESON-
vortex-tube-cooler/1174713637.html)

Jawab :
Diketahui : m1 = m2
Tin = Tref = 295K
Pin(1) = 10bar
Pout(2) = Pout(3)
Cp = 30kJ/(kmol.K)
T2 adalah air panas dan T3 adalah air dingin
Berdasarkan hukum I Termodinamika, neraca energi sistem menjadi

∆𝑈 = 𝑄 − 𝑊 (8)

Kerna tidak ada kerja, dihasilkan persamaan

∆𝑈 = 𝑄 (9)

Berdasarkan hukum kekekalan energi, Emasuk = Ekeluar

𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑄 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (10)

𝑚1 . 𝐶𝑝. (𝑇1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) = 𝑚2 . 𝐶𝑝 (𝑇2 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + 𝑚3 . 𝐶𝑝 (𝑇3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) (11)

dengan Tref = 295K

𝑚1 . 𝐶𝑝. (295 − 295) = 𝑚2 . 𝐶𝑝 (𝑇2 − 295) + 𝑚3 . 𝐶𝑝 (𝑇3 − 295)

𝑚1 (295 − 295) = 𝑚2 . (𝑇2 − 295) + 𝑚3 . (𝑇3 − 295)

Dengan memasukkan nilai m2 = m3

(𝑇2 + 𝑇3 ) = 590

4
Hukum II Termodinamika

∆𝑆 = ∆𝑆𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 + ∆𝑆𝑠𝑢𝑟𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 (12)

Karna perpindahan panas hanya terjadi di dalam sistem, maka ∆𝑆𝑠𝑢𝑟𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 tidak ada dan
karna

proses reversible, maka ∆𝑆 = 0

0 = ∆𝑆𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚

Dimana

∆𝑆𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 = 𝑆2 + 𝑆3 (13)

Karna gas ideal


𝑇2 𝑑𝑇 𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (2) 𝑇3 𝑑𝑇 𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (3)
∆𝑆𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 = ∫𝑇𝑟𝑒𝑓 𝐶𝑝 (𝑇) ( 𝑇 ) − 𝑅 ln ( ) + ∫𝑇𝑟𝑒𝑓 𝐶𝑝 (𝑇) ( 𝑇 ) − 𝑅 ln ( ) (14)
𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙

Maka
𝑇2 𝑇3
𝑑𝑇 𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (2) 𝑑𝑇
0 = ∆𝑆𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 = ∫ 𝐶𝑝 (𝑇) ( ) − 𝑅 ln ( ) + ∫ 𝐶𝑝 (𝑇) ( )
𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑇 𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑇𝑟𝑒𝑓 𝑇
𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (3)
− 𝑅 ln ( )
𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙
𝑇𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (2) 𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (2) 𝑇𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (3) 𝑃𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 (3)
0 = 𝐶𝑝 ln ( ) − 𝑅 ln ( ) + 𝐶𝑝 ln ( ) − 𝑅 ln ( ) (15)
𝑇𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑇𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙

𝑘𝐽 𝑇2 𝑘𝐽 1 𝑘𝐽 𝑇3
0 = 30 ( ) ln ( ) − 8.315 ( ) ln ( ) + 30 ( ) ln ( )
𝑘𝑚𝑜𝑙𝐾 295 𝑘𝑚𝑜𝑙. 𝐾 10 𝑘𝑚𝑜𝑙𝐾 295
𝑘𝐽 1
− 8.315 ( ) ln ( )
𝑘𝑚𝑜𝑙. 𝐾 10

0 = 30 ln 𝑇2 − 30 ln 295 − ((8.315). (−2.302)) + 30 ln 𝑇3 − 30 ln 295


− ((8.315). (−2.302)

30 ln(𝑇2 . 𝑇3 ) = 302.92
302.92
(𝑇2 . 𝑇3 ) = 𝑒 30

𝑇2 . 𝑇3 = 24343.001

Karna T2 – T3 = 501, maka

5
𝑇3 . (501 + 𝑇3 ) = 24343.001

𝑇32 + 501𝑇3 − 24343.001 = 0

Dengan menggunakan rumus ABC

−𝑏 ± √𝑏2 −4𝑎𝑐
𝑇3 (1,2) = (16)
2𝑎

Sehingga dapat T3 yang tepat dengan menggunakan metode newton Raphson adalah
44.6157 K, dan suhu maksimumnya sebesar 545.6157 K

Assignment 3

Superheated steam at 40 bar and 360◦C with mass flow rate of 11 kg/s is divided into two
streams. The first stream enters a 90% efficient steam turbine which produces 2.24 MW.
Of shaft work and the second stream enters a throttling valve. The stream exiting the valve
and the turbine mix in a mixing chamber and flows into a condenser where steam becomes
saturated liquid at 198.3◦C. Determine: (a) the temperature of the stream leaving the mixing
chamber; (b) the mass flow rate through the valve, in kg/s; (c) locate the four numbered
states on an h-s diagram. Neglect heat transfer with the surroundings, changes in kinetic
and potential energy, and pressure drop in mixing chamber and condenser.

Jawab :

Diketahui

Gambar 3. Ilustrasi sistem pada assignment 3

Asumsi :

 Sistem berada dalam kondisi steady-state


 Tidak terdapat perpindahan panas ke lingkungan
 Energi Kinetik dan Potensial diabaikan
 Tidak terdapat pressure drop pada mixing chamber dan kondenser

6
A. Menentukan Suhu Keluaran Mixing Chamber (T5)

Untuk menentukan suhu pada titik 5, batasan dari sistem yang ditinjau dapat dilihat pada
gambar berikut

Sehingga sistem di atas dapat disederhanakan menjadi


Neraca Energi dari sistem di atas dapat dituliskan menjadi
∆𝑈 = 𝑄 − 𝑊 − ∑𝑛𝑖(𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡) 𝑚𝑖, 𝑜𝑢𝑡 + ∑𝑛𝑖(𝐻𝑖, 𝑖𝑛) 𝑚𝑖, 𝑖𝑛 (17)
𝑛 𝑛

0 = 0 − 𝑊 − ∑(𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡) 𝑚𝑖, 𝑜𝑢𝑡 + ∑(𝐻𝑖, 𝑖𝑛) 𝑚𝑖, 𝑖𝑛


𝑖 𝑖

𝑊= ∑𝑛𝑖(𝐻𝑖, 𝑖𝑛) 𝑚𝑖, 𝑖𝑛 − ∑𝑛𝑖(𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡) 𝑚𝑖, 𝑜𝑢𝑡 (18)


𝑛 𝑛
106 𝐽/𝑠 𝑘𝑔
2.24 𝑀𝑊 𝑥 = 11 𝑥 (∑(𝐻𝑖, 𝑖𝑛) − ∑(𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡))
𝑀𝑊 𝑠
𝑖 𝑖

di mana aliran superheated steam pada suhu 360 °C dan tekanan 40 bar memiliki nilai
entalpi sebesar 𝐻 = 3118098 𝐽/𝑘𝑔, sehingga

𝑛
106 𝐽/𝑠 𝑘𝑔
2.24 𝑀𝑊 𝑥 = 11 𝑥 (3118098 − ∑(𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡))
𝑀𝑊 𝑠
𝑖

7
𝐽 𝑘𝐽
𝐻𝑖, 𝑜𝑢𝑡 = 2914461.64 = 2914.46
𝑘𝑔 𝑘𝑔

Tekanan pada titik 5 juga dapat ditentukan dengan meninjau sistem kondenser di mana
tekanan keluaran dan tekanan masuk bernilai sama karena tidak adanya pressure drop
dalam kondenser. Tekanan pada keluaran kondenser dapat dilihat dari pembacaan sifat fisik
gas keluaran berupa saturated liquid bersuhu 198.3 °C menggunakan steam table sehingga
diperoleh tekanan sebesar 1.50 MPa. Melalui pembacaan steam table, diperoleh bahwa

Gambar 4. Data pada Steam Table

Sehingga diketahui bahwa pada kondisi tersebut, fluida berwujud superheated steam
dengan suhu T5 = 246.01°C

B. Menentukan Laju Alir Massa yang Masuk ke dalam Throttling Valve (m3)

Bila suatu sistem berjalan secara adiabatic dan reversibel, maka sistem tersebut juga
berjalan secara isentropic di mana entropi bernilai konstan pada seluruh keadaan. Sehingga
𝑘𝐽
nilai entropi di titik 1 akan sama dengan titik 0 yaitu sebesar 𝑆1 = 6.6237 𝑘𝑔.𝐾 . Selain itu,
nilai entalpi pada titik 1 juga bernilai sama dengan entalpi pada titik 0 karena berasal dari
𝑘𝐽
aliran yang sama, sehingga 𝐻1 = 3118.098 𝑘𝑔
Dengan meninjau sistem turbin, maka diperoleh informasi bahwa
𝑊 = 𝑚1 (𝐻1 − 𝐻2 ) (19)
𝑘𝐽
2240 = 𝑚1 (3118.098 − 𝐻2 )
𝑠
Karena turbin memiliki efisiensi sebesar 90%, maka
𝑊𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑚1(𝐻 −𝐻 ) (𝐻 −𝐻 )
ɳ= = 𝑚1(𝐻 2−𝐻 2 ) = (𝐻 1−𝐻 2 ) (20)
𝑊𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 100% 1 2𝑆 1 2𝑆

dimana 𝐻2𝑆 merupakan nilai entalpi pada titik 2 bila sistem berjalan secara isentropic
(𝑆1 = 𝑆2 ) di mana tidak ada usaha yang terbuang. Nilai 𝐻2𝑆 dapat diperoleh dengan
melakukan pembacaan steam table dengan acuan data 𝑆2 dan 𝑃2 di mana 𝑃2 memiliki nilai
yang sama dengan 𝑃5 yaitu sebesar 1.5 MPa karena tidak terdapat pressure drop pada
mixing chamber, sehingga diperoleh
(𝐻1 −𝐻2 )
ɳ= (21)
(𝐻1 −𝐻2𝑆 )
𝑘𝐽
(3118.098 𝑘𝑔 − 𝐻2 )
0.90 =
𝑘𝐽 𝑘𝐽
(3188.098 𝑘𝑔 − 2879.05 𝑘𝑔 )

8
𝑘𝐽
𝐻2 = 2902.95
𝑘𝑔
Nilai 𝐻2 kemudian disubtitusikan ke dalam persamaan usaha turbin, sehingga
𝑘𝐽 𝑘𝐽
2240 = 𝑚1 (3188.098 − 𝐻2 )
𝑠 𝑘𝑔
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
2240 = 𝑚1 (3188.098 − 2902.95 )
𝑠 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝑚1 = 10.41
𝑠
Jumlah laju alir massa titik 1 dan 3 akan bernilai sama dengan titik 0 menurut hukum
konservasi massa sehingga,
𝑚0 = 𝑚1 + 𝑚3
𝑘𝑔 𝑘𝑔
11 = 10.41 + 𝑚3
𝑠 𝑠
𝑘𝑔
𝑚3 = 0.59
𝑠
C. Diagram h-S

Kondisi Suhu Tekanan Entalpi Entropi Fasa


(bar) (Kj/kgK) (Kj/kgK)
(◦C)

0 360 40 3118.098 6.6237 Superhated


steam

1 360 40 3118.098 6.6237 Superhated


steam

2 241.22 15 2902.95 6.6706 Superhated


steam

3 360 40 3118.098 6.6237 Superhated


steam

4 336.26 15 3118.098 7.0550 Superhated


steam

5 246.02 15 2914.490 6.6929 Superhated


steam

6 198.3 15 844.74 2.3147 Saturated

liquid

Tabel 1. Data

9
Gambar 5. Lokasi Setiap Keadaan pada Diagram h-S

Assignment 4
Rankine cycle to generate electricity. Your new assignment is about Rankine cycle, an
important cyclic process in the application of electrical power generation. The following
pictures are the only leads that you received from your thermodynamics course instructor.

Having a textbook on Chemical Engineering thermodynamics you are confident that you
will learn the fundamentals of the Rankine cycle. What you need to do are as follows:
a. Explain what happen to the working fluid as it moves along the cycle
Using steam as your working fluid and the following data: saturate vapor enters the
turbine at 8.0 MPa, saturated liquid exits the condenser at 0.008 MPa, and, the net
power generated by the cycle is 100 MW. Determine the following quantities assuming
non-ideal Rankine cycle:
b. The thermal efficiency
c. The back work ratio
d. The mass rate of steam, in kg/h
e. The rate of heat transfer, qin, into the working fluid as it flows through the boiler, in
MW
f. The rate of heat transfer, qout, from the condensed steam as it flows through the
condenser, in MW
g. The mass flow rate of condenser cooling water, in kg/h, if the cooling water entering
the condenser at 15 oC and use 0.75 for turbine and pump efficiencies
h. Explain why the efficiency of the Carnot heat engine is higher than the typical
efficiency value of an actual heat engine (<0.4)?

10
Jawab :

A. Cara kerja siklus Rankine


Dengan melihat power system yang dijadikan acuan dalam soal ini (disusun atas unit
pompa, boiler, turbin, dan kondensor) dan diagram T-s sebagai tools dalam membantu
memahami sistem tersebut, dapat diketahui bahwa dari 12 adalah sistem Pompa, 23
Boiler, 34 Turbin, dan 41 Kondensor. Pada siklus rankine, terdapat kondisi dimana
tekanan dari working fluid masuk dan keluar tidak mengalami perubahan atau isobarik
seperti pada kondensor dan boiler, juga terdapat kondisi dimana entropi fluida kerja
konstan, isentropik, yaitu pada turbin dan pompa. Hal berikut terjadi pada ideal rankine.

Gambar 6. Ilustrasi Power Sistem Rankine

Gambar 7. Ilustrasi Diagram T-s Power System Rankine

Penjelasan dari fluida kerja akan dimulai dari unit boiler. Boiler digunakan untuk
memanaskan suhu dari fluida yang masuk dari keluaran pompa. Kalor masuk dari sumber
panas (hot reservoir) bersuhu tinggi sehingga panas diserap oleh fluida. Adanya

11
penambahan energi yang tinggi ke dalam sistem boiler menyebabkan fluida berubah fasa
menjadi steam, atau saturated vapor sehingga tekanan dan suhu nya tinggi. Setelah melalui
boiler, fluida kerja dengan tekanan dan suhu yang tinggi masuk ke dalam turbin.
Dalam turbin, steam atau saturated vapor akan berekspansi secara isentropik sehingga
kerja dikeluarkan atau dilepaskan dari sistem, namun tidak ada kalor yang dilepaskan.
Steam juga mulai berubah fasa sedikit karena terjadi penurunan tekanan dan suhu sehingga
disebut sebagai wet steam karena jika melihat dari diagram T-s, terdapat pada daerah di
dalam dome, sehingga fasanya campuran liquid dan vapor. Kemudian, fluida masuk ke unit
kondensor di mana didalamnya terjadi pendinginan, adanya kalor yang dilepaskan yaitu
kalor berpindah ke cold reservoir sehingga wet steam berubah menjadi saturated liquid.
Kemudian, saturated liquid masuk ke dalam pompa di mana terjadi perubahan tekanan,
dari titik masukan pompa dengan titik keluaran pompa. Ada kerja yang masuk ke dalam
sistem sehingga fluida mengalami kompres secara isentropik. Diharapkan fluida yang
masuk kedalam pompa benar-benar berfasa liquid sepenuhnya (seperti compressed fluid)
agar tidak menyebabkan cavitasi dan merusak pompa nya. Baru setelah keluar dari pompa,
fluida kembali masuk ke dalam boiler, dipanaskan dan kemudian proses pengulangan
dilakukan (maka dikatakan siklus). Untuk memudahkan pemahaman, dapat diamati
ilustrasi pada gambar dibawah ini.

B. Mencari nilai efisiensi termal


Diketahui:
 𝜂𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 0.75
 𝜂𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 = 0.75
 𝑃3 = 8.0 𝑀𝑃𝑎
 𝑝1 = 0.008 𝑀𝑃𝑎
 𝑊𝑛𝑒𝑡 = 100 𝑀𝑉

Asumsi :
 Setiap komponen pada siklus Rankine ditinjau dalam kondisi tunak
 Semua proses dari fluida kerja bersifat irreversible
 Turbin dan pompa beroperasi secara adiabatik
 Energi potensial dan energi kinetik diabaikan
 Uap jenuh memasuki turbin dan kondensat keluar dari kondenser sebagai cairan jenuh

12
Gambar 8. Ilustrasi soal dengan Diagram T-s

Pertama kita akan meninjau sistem pompa dan turbin karena telah diketahui efisiensi dari
masing-masing sehingga akan memudahkan dalam pencarian kerja Rankine non-ideal pada
kedua unit tersebut. Jika melihat diagram T-s, fluida kerja dalam turbin dan pompa
diindikasikan oleh aliran 3-4 dan 1-2. Maka, saat kita menghitung kerja turbin pada saat
kondisi ideal, kita perlu mencari nilai entalpi yang terletak di dalam dome diagram T-s
(kondisi isentropik) maka dalam menentukan kualitas,
𝑠4 − 𝑠𝑓
𝑋4𝑠 = (22)
𝑠𝑔− 𝑠𝑓
5.74 − 0.59
𝑋4𝑠 =
7.64
𝑋4𝑠 = 0.67

Sehingga,
ℎ4𝑠 = ℎ𝑓 + 𝑋4 (ℎ𝑓𝑔 ) (23)
ℎ4𝑠 = 173.88 + 0.67(2403.1)
ℎ4𝑠 = 1794.77 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Setelah itu, kita harus mencari nilai dari kerja pompa dan turbin pada saat keadaan non-
ideal di mana kerja ini didapatkan dengan bantuan nilai efisiensi komponen, yaitu
perbandingan kerja ideal dan non-ideal pada pompa dan turbin

Kerja pada turbin


 Kondisi ideal
𝑊̇𝑡 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ4𝑠 ) (24)
𝑊̇𝑡 = 𝑚̇(2758.6 − 1794.77)
𝑊̇𝑡 = 𝑚̇(963.83) 𝑘𝐽/kg

 Kondisi non-ideal
𝑊̇𝑡 = 0.75 𝑥 (𝑊̇𝑡 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 ) (25)

13
𝑊̇𝑡 = 0.75 𝑥 (963.83) 𝑥 𝑚̇
𝑊̇𝑡 = 𝑚̇ 𝑥 722.87 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Kita harus membandingkan kerja pada turbin pada saat kondisi ideal dan non-ideal untuk
mendapatkan nilai entalpi keluaran turbin pada saat kondisi ideal

𝑚̇ 𝑥 722.87 𝑘𝐽 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ4 ) (26)


722.87 𝑘𝑗 = (ℎ3 − ℎ4 )
ℎ4 = (2758.6 − 722.87) 𝑘𝐽/𝑘𝑔
ℎ4 = 2035.73 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Kerja pada pompa


Pada komponen pompa, kita harus mencari nilai entalpi pada saat fluida keluar dari pompa
terlebih dahulu untuk menentukan nilai kerja pompa pada saat kondisi ideal. Kemudian kita
dapat mencari nilai kerja pompa dan entalpi fluida keluar pompa pada kondisi tidak ideal.
ℎ2𝑠 = ℎ1 + (𝑃3 − 𝑃1 )𝑉𝑠 (27)
𝑚3 106 𝑁/𝑚2 1 𝑘𝑗
ℎ2𝑠 = 173.85 + (8 − 0.008)𝑀𝑃𝑎(1.0084 𝑥 10−3 )| || 3 |
𝑘𝑔 1 𝑀𝑃𝑎 10 𝑁. 𝑚
ℎ2𝑠 = 181.91 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Setelah mendapatkan h2 pada kondisi ideal, kita dapat menentukan nilai kerja pompa pada
kondisi ideal dengan menggunakan rumus
𝑊̇𝑝 = 𝑚̇(ℎ2𝑠 − ℎ1 ) (28)

Sehingga kita mendapatkan


𝑊̇𝑝 = 𝑚̇(181.91 − 173.85) 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑊̇𝑝 = 𝑚̇(8.06) 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Selanjutnya, kita mencari nilai kerja pada saat kondisi non-ideal, yaitu dengan
menggunakan efisiensi pompa,

(𝑊̇𝑝 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 )
𝑊̇𝑝 𝑛𝑜𝑛−𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = (29)
0.75

(8.06) 𝑥 𝑚̇ 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑊̇𝑝 𝑛𝑜𝑛−𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 =
0.75
𝑊̇𝑝 𝑛𝑜𝑛−𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑚̇ 𝑥 10.75 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Dari nilai kerja saat kondisi non-ideal ini, kita dapat mencari nilai entalpi fluida keluar
pompa saat kondisi non-ideal
𝑚̇ 𝑥 10.75 𝑘𝐽/𝑘𝑔 = 𝑚̇(ℎ2 − ℎ1 )

14
10.75 𝑘𝐽/𝑘𝑔 = (ℎ2 − ℎ1 )
ℎ2 = 173.85 𝑘𝐽/𝑘𝑔 + 10.75 𝑘𝐽/𝑘𝑔
ℎ2 = 184.6 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Tahap selanjutnya adalah mencari nilai dari 𝑄̇𝑖𝑛 dengan menggunakan rumus
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇ 𝑥 (ℎ3 − ℎ2 ) (30)

Di mana h2 yang digunakan merupakan entalpi fluida keluar pompa pada


keadaan non-ideal sehingga
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇ 𝑥 (2758.6 − 184.6)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇ 𝑥 (2574) 𝑘𝐽/𝑘𝑔

Tahap terakhir adalah tahap di mana kita mencari nilai efisiensi termal dengan
mengggunakan 𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 dan 𝑄̇𝑖𝑛
𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = (31)
𝑄̇𝑖𝑛

Di mana
𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 = 𝑊̇𝑡 − 𝑊̇𝑝 = 𝑚̇[(ℎ3 − ℎ4 ) − (ℎ2 − ℎ1 )] (32)
Dan

𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇ 𝑥 (ℎ3 − ℎ2 ) (33)

Sehingga,
𝑚̇[(ℎ3 − ℎ4 ) − (ℎ2 − ℎ1 )] (34)
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑚̇ (ℎ3 − ℎ2 )
𝑚̇[(ℎ3 − ℎ4 ) − (ℎ2 − ℎ1 )]
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑚̇ (ℎ3 − ℎ2 )

[(ℎ3 − ℎ4 ) − (ℎ2 − ℎ1 )]
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
(ℎ3 − ℎ2 )
[(2758.6 − 2035.73) − (184.6 − 173.85)] 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
(2758.6 − 184.6)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 = 0.28

C. Mencari backwork ratio


Backwork ratio dapat dicari dengan menggunakan perbandingan kerja pompa dan kerja
turbin pada kondisi non-ideal
𝑊̇𝑝 𝑚̇(ℎ2 − ℎ1 ) (35)
𝐵𝑎𝑐𝑘𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = ( ) =[ ]
𝑊̇𝑡 𝑛𝑜𝑛−𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
𝑚̇(ℎ3 − ℎ4 )
𝑚̇(184.6 − 173.85)
𝐵𝑎𝑐𝑘𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = [ ]
𝑚̇(2758.6 − 2035.73)

15
𝐵𝑎𝑐𝑘𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 0.015

D. Mencari nilai laju alir massa uap air


Nilai laju alir massa dapat dicari dengan menggunakan 𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 , 𝑊𝑛𝑒𝑡 , dan 𝑄̇𝑖𝑛 yang telah
dicari terlebih dahulu sebelumnya.
𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (36)
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑄̇𝑖𝑛
𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒
𝑄̇𝑖𝑛 = (37)
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑊̇𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (38)
𝑚̇ (ℎ3 − ℎ2 ) =
𝜂𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙
(100 𝑀𝑊)|3600 𝑠/ℎ||103 𝑘𝑊/𝑀𝑊 |
𝑚̇ 𝑥 (2758.6 − 184.6)𝑘𝐽/𝑘𝑔 =
0.28
(100 𝑀𝑊)|3600 𝑠/ℎ||103 𝑘𝑊/𝑀𝑊 |
𝑚̇ 𝑥 (2574)𝑘𝐽/𝑘𝑔 =
0.28
(100 𝑀𝑊)|3600 𝑠/ℎ||103 𝑘𝑊/𝑀𝑊 |
𝑚̇ =
0.28 𝑥 2574 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑚̇ = 5.5 𝑥 105 𝑘𝑔/ℎ

E. Mencari laju alir kalor yang masuk ke boiler (Qin)


Nilai laju alir kalor yang masuk ke dalam boiler dapat dicari dengan menggunakan entalpi
pada kondisi 3 dan kondisi 2, yaitu pada saat aliran keluar dari boiler dan aliran masuk
boiler
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇ 𝑥 (ℎ3 − ℎ2 ) (39)
(5.5 𝑥 104 )𝑘𝑔/ℎ 𝑥 (2758.6 − 184.59)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑠
3600 ℎ 𝑥 103 𝑘𝑊/𝑀𝑊
𝑄̇𝑖𝑛 = 357.5 𝑀𝑊

F. Mencari laju alir kalor yang keluar dari kondenser (Q out)


Nilai laju alir kalor yang keluar dari kondenser dapat dicari dengan menggunakan entalpi
pada kondisi 4 dan kondisi 1, yaitu pada saat aliran masuk kondenser dan aliran keluar
kondenser
𝑄̇𝑜𝑢𝑡 = 𝑚̇ 𝑥 (ℎ4 − ℎ1 ) (40)
(5.5 𝑥 104 )𝑘𝑔/ℎ 𝑥 (2035.73 − 173.85)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑠
3600 ℎ 𝑥 103 𝑘𝑊/𝑀𝑊
𝑄̇𝑖𝑛 = 258.59 𝑀𝑊

G. Nilai dari laju alir massa pada cooling water dalam condenser
Dengan mengasumsikan area di sekitar kondenser sebagai control volume maka kita akan
mendapatkan neraca energi

16
0 = 𝑄̇𝑐𝑣 − 𝑊̇𝑐𝑣 + 𝑚̇𝑐𝑤 (ℎ𝑐𝑤,𝑖𝑛 − ℎ𝑐𝑤,𝑜𝑢𝑡 ) + 𝑚̇(ℎ4 − ℎ1 ) (41)

Di mana 𝑚̇𝑐𝑣 adalah laju alir massa dari air dingin. 𝑚̇𝑐𝑣 dapat dicari dengan menggunakan
rumus
𝑚̇𝑐𝑤 (ℎ𝑐𝑤,𝑜𝑢𝑡 − ℎ𝑐𝑤,𝑖𝑛 ) = 𝑚̇(ℎ4 − ℎ1 ) (42)
𝑚̇(ℎ4 − ℎ1 )
𝑚̇𝑐𝑤 = (43)
(ℎ𝑐𝑤,𝑜𝑢𝑡 − ℎ𝑐𝑤,𝑖𝑛 )
Asumsi yang digunakan:
 ℎ𝑐𝑤,𝑜𝑢𝑡 = entalpi saat saturated water pada suhu 45 oC ℎ𝑐𝑤,𝑜𝑢𝑡 = 188.44 kJ/kg
 ℎ𝑐𝑤,𝑖𝑛 = entalpi saat saturated water pada suhu 15 oC ℎ𝑐𝑤,𝑖𝑛 = 62.99 kJ/kg
Dan dengan diketahui laju alir massa (𝑚̇) yang digunakan adalah 5.5 𝑥 105 𝑘𝑔/ℎ

Dengan data asumsi yang didapatkan, maka nilai laju alir massa cooling water yang didapat
adalah
𝑘𝑔
5.5 𝑥 105 ℎ (2035.73 − 173.85)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑚̇𝑐𝑤 =
(188.44 − 62.99)𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑚̇𝑐𝑤 = 0.7 𝑥 107 𝑘𝑔/ℎ

H. Penjelasan mengenai mengapa efisiensi Carnot lebih tinggi dibandingkan dengan


mesin aktual
Mesin Carnot merupakan sistem yang ideal atau sistem yang memiliki nilai efisiensi sangat
besar, sebenarnya tidak ada karena ini merupakan sebuah pengandaian atau pendekatan
pada mesin ideal. Berdasarkan hukum kedua termodinamika, tidak ada mesin aktual yang
memiliki nilai efisiensi tepat 100%. Hal ini terjadi karena sistem Carnot merupakan sistem
ideal yang reversible¸ di mana pada sistem reversible faktor-faktor seperti friksi dan
turbulensi diabaikan sehingga jumlah energi sistem yang masuk sama dengan jumlah
energi sistem yang keluar. Berbeda dengan mesin aktual, sistem ini merupakan sistem
irreversible, di mana faktor-faktor tersebut diperhitungkan sehingga akan terjadi perbedaan
jumlah energi sistem yang masuk dan jumlah energi sistem yang keluar dan dalam hal ini,
energi sistem yang keluar lebih kecil dibandingkan dengan yang masuk sehingga efisiensi
yang dihasilkan lebih kecil.

17
REFERENSI

Moran, J. (2006). Fundamentals of Engineering Thermodynamics. 5th edition. John


Wiley & Sons.
Smith, J.M. (2001). Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. 6th ed.
New York: Mc Grawhill
Moran, J. (2011). Fundamentals of Engineering Thermodynamics. 7th edition. John
Wiley & Sons.

18

Anda mungkin juga menyukai