Anda di halaman 1dari 18

BAB 5

SISTEM REFRIGERASI SIKLUS UDARA

5.1 Pendahuluan

Sistem refrigerasi siklus udara menggunakan udara sebagai refrigeran. Udara ditekan kemudian
didinginkan melalui heat exchanger dan setelah itu diekspansikan melalui suatu turbin ke
temperatur rendah yang diinginkan.
Aplikasi dari peralatan sistem refrigerasi siklus udara sangat cocok digunakan di pesawat udara
karena :
 Sangat ringan (1/2 kali berat sistem refrigerasi kompresi uap untuk kapasitas yang
sama).
 Membutuhkan ruang yang jauh lebih kecil dibanding sistem refrigerasi kompresi uap.

Kerugiannya adalah bahwa sistem ini kurang efisien dibandingkan dengan sistem refrigerasi
kompresi uap, karena sistem refrigerasi yang menggunakan noncondensable gas (misal udara)
mempunyai COP yang lebih rendah dibanding dengan COP sistem refrigerasi kompresi uap.

Pesawat udara membutuhkan pendinginan ruang karena :


 Panas radiasi dari matahari yang mengenai dinding dan jendela pesawat
 Beban kalor dari dalam ruangan
 Kabin pressurizing untuk mengantisipasi tekanan yang sangat rendah pada ketinggian
tertentu (adanya kompresi berakibat naiknya temperatur kabin)
 Kecepatan pesawat akan mengakibatkan kenaikan temperatur badan pesawat akibat
gesekan udara.
5.2 Teori Dasar
5.2.1 Siklus Karnot

Gambar 5.1 : Siklus Carnot

5.2.2 Siklus Bell-Coleman

Gambar 5.2 : Siklus Bell - Coleman


Titik 1 mempunyai spesifik volume pada suction kompresor. Ruang dingin berada pada keadaan
awal tekanan dan temperatur lingkungan, lalu ditekan secara isentropic hingga mencapai kondisi
2 ( temperatur dan tekanan akan naik). Titik 2 mewakili kondisi udara saat keluar dari kompresor.
Udara masuk ke pendingin udara dan didinginkan pada tekanan konstan hingga tercapai keadaan
2. Setelah temperaturnya turun dari keadaan 3, udara lalu diekspansi secara isentropis hingga
tekanannya sama dengan tekanan ruangan pendingin. Dengan menyerap kalor dari ruang
pendingin, spesifik volume udara akan naik pada tekanan konstan.
Jika T1, T2, T3, dan T4 adalah temperatur absolut dari titik 1,2,3 dan , maka kalor yang diserap
dari ruang dingin atau kalor yang diterima oleh sistem dari lingkungan untuk setiap kg udara
adalah:

qA = CP (T1 – T4) per kg udara

Sedang kalor yang dilepas ke lingkungan melalui air pendingin di pendingin udara untuk setiap kg
udara adalah :

qR = CP (T2 – T3) per kg udara

Kerja yang dilakukan sist. = Kalor yang dilepas oleh sistem – Kalor yang diserap oleh sistem

W = CP (T2 – T3) – CP (T1 – T4)


𝑞𝐴 𝐶𝑃 (𝑇1 −𝑇4 )
COP = =
𝑊 𝐶𝑃 (𝑇2 −𝑇3 )−𝐶𝑃 (𝑇1 −𝑇4 )
(𝑇1 −𝑇4 )
=
(𝑇2 −𝑇3 )−(𝑇1 −𝑇4 )
𝑃2 𝑃3
Expansion ratio = Compression ratio = rP = =
𝑃1 𝑃4
𝛾−1 𝛾−1
𝑇2 𝑃 𝛾 𝑃 𝛾 𝑇3
=( 2 ) =( 3 ) =
𝑇1 𝑃1 𝑃4 𝑇4
1 1
Sehingga : COP = 𝛾−1 = 𝛾−1
𝑃 𝛾 (𝑟𝑃 ) 𝛾 − 1
( 2 ) −1
𝑃1

Catatan : [PVn = Constan] = proses politropik


n = Koefisien politropik

Jika n = 0 → proses secara isobar


n = 1 → proses secara isothermal
n = ∞ → proses secara isokhorik
𝐶𝑃
Jika 𝛾 = k = → Proses secara isentropik
𝐶𝑉

Contoh soal :
Pada suatu sistem refrigerasi Bell-Coleman, udara ditarik dari ruang dingin pada 1 kg f/cm 2 dan
10ºC (1 kg f/cm2 = 98067 kPa), dan dikompresikan hingga 5 kg f/cm 2. Pada tekanan yang sama
lalu didinginkan hingg 25ºC sebelum diekspansikan.
a. Tentukan COP teoritis dari sistem
b. Hitung efek refrigerasi teoritis per kg udara
𝑅
Asumsikan 𝛾 = 1,41 ; CP = 0,241 kcal/kg K ; harga = 0,0686
𝛾
c. Jika kompresi dan ekspansi mengikuti rumus PV1,35 = konstan dan PV1,3 = konstan,
tentukan perubahan hasil perhitungan a dan b.

Jawab :

P2 = 5 kg f/cm2
P1 = 1 kg f/cm2
T1 = 273,14 + 10 = 283,14 oK
T3 = 273,14 + 25 = 298,14 oK
𝛾−1
𝑇2 𝑇3 𝑃2 𝛾
a. = =( )
𝑇1 𝑇4 𝑃1
𝛾−1 1,41−1
𝑇2 𝑃2 𝛾 5 1,41
=( ) =( ) = 50,2908 = 1,5968
𝑇1 𝑃1 1
T2 = 1,5968 x T1 = 452,1139 oK
𝑇3
T4 = = 186,7126 oK
1,5968
(𝑇1 −𝑇4 ) 96,4274
COP = = = 1,6756
(𝑇2 −𝑇3 )−(𝑇1 −𝑇4 ) 153,9739−96,4274

b. qA = CP (T1 – T4) = 0,241 (96,4274) = 23,2390 kcal/kg

1,35−1
𝑇2 𝑃2 1,35
c. Kompresi : =( ) = 1,5177
𝑇1 𝑃1

nk = 1,35 T2 = T1 x 1,5177 = 283,14 x 1,5177 = 429,72 oK


1,3−1
𝑇3 𝑃2 1,3
Ekspansi : =( ) = 1,4498
𝑇4 𝑃1
𝑇3
ne = 1,3 T4 = = 205,64 K
1,4498
qA = CP (T1 – T4) = 0,241 (..............–.............) = 18,677 kcal/kg
𝑛𝑘 𝑅 𝑛𝑒 𝑅
Nett . W = 1W2 – 3W4 = . . (T2 – T1) – . . (T3 – T4)
𝑛𝑘 −1 𝛾 𝑛𝑒 −1 𝛾
= ............... – ................
= 11,2887 kcal/kg
𝑞𝐴 …………
COP = = = 1,6544
𝑊 …………

Catatan : PV = nRT dan PVn = C (constant)


2 2 𝐶 1 2
W = ∫1 𝑃𝑑𝑉 = ∫1 𝑑𝑉= C.𝑛−1 . V(1-n) ∫1
𝑉𝑛

𝑃2 𝑉2 𝑛 .𝑉2 (1−𝑛) −𝑃1 𝑉1 𝑛 .𝑉1 (1−𝑛)


=
𝑛−1
𝑃2 𝑉2 .𝑃1 𝑉1 𝑛
= = . R . (T2 – T1)
𝑛−1 𝑛−1

Kesimpulan
Beberapa sifat pada sistem refrigerasi siklus udara Bell-Coleman
𝛾−1 𝑅
𝑇2 𝑇3𝑃 𝛾
CV =
1. = =( 2 ) 𝑘−1
𝑇1 𝑇4 𝑃1
𝑘.𝑅
CP =
𝑘−1

Untuk setiap kg massa udara yang disirkulasikan dalam sistem, maka:

2. Efek refrigerasi : qA = CP (T1 – T4)


3. Kalor yang dilepas : qR = CP (T2 – T3)
𝛾
4. Kerja kompresor : WC = (P2V2–P1V1)
𝛾−1
= CP (T2 – T1)
𝛾
5. Kerja ekspander : WE = (P3V3–P4V4)
𝛾−1
= CP (T3 – T4)
1 1 1
6. COP = 𝑇2−𝑇3 = 𝛾−1 = 𝛾−1
( )−1 𝑃2 𝛾
𝑇1−𝑇4 ( ) −1 (𝑟𝑝 ) 𝛾 −1
𝑃1

7. Nett.W = Kerja netto = WC – WE


5.2.3 Siklus Reversi Brayton (Reversed Brayton Cycle)

Gambar 5.3 : Siklus Reversi Brayton

Secara prinsip mirip dengan siklus Bell-Coleman. Siklus ini dipakai untuk sistem tata udara pada
pesawat yang mempunyai udara sebagai refrigeran.

5.3 Sistem Refrigerasi Siklus Udara untuk Pesawat

Untuk penggunaan sistem refrigerasi pada pesawat, berarti netto dari sistem sangatlah penting
untuk diperhatikan.
Sistem refrigerasi siklus udara menjadi diperlukan karena udara refrigeran tidak perlu di”simpan”
dalam pesawat sebagaimana sistem refrigerasi yang lain.(udara yang juga sebagai refrigeran
disirkulasikan ke dalam kabin pesawat)
Seperti telah disinggung, karena adanya gesekan, temperatur badan pesawat akan meningkat.

Dari persamaan energi dalam keadaan mantap :

𝑉1 2 𝑉2 2
+ h1 = + h2
2gc J 2gc J
Dimana: V1 = kecepatan pesawat (m/s)
gc = Konversi gravitasi (kgm/kgf sec2)
= 9,81 kgm/kgf sec2 (mks)
= 1 kgm/N sec2 (SI)
J = Faktor konversi = 427 kgf m/kcal
V2 = 0
h1 = entalpi udara yang tidak bergerak kcal/kg
h2 = entalpi udara terkompresi kcal/kg

Sehingga kenaikan temperature secara adiabatik:

𝑉1 2
Cp (T2 – T1) = h2 – h1 =
2gc J

𝑉1 2
T2 – T1 =
2gc J Cp

Atau dalam SI:

𝑉𝑖 2 𝑉𝑒 2
q + hi + 2
+ g Zi = W + he + 2
+ g Ze

adiabatik: q = W = 0
pada ketinggian yang sama: Zi = Ze
𝑉𝑖 2 𝑉𝑒 2
hi + = he +
2 2
𝑉𝑖 2 −𝑉𝑒 2
∆h = he – hi =
2
𝑉𝑖 2 −𝑉𝑒 2
T2–T1 =
2 𝐶𝑃

Contoh Soal :
Berapa kenaikan temperatur badan pesawat jika pesawat bergerak dengan kecepatan 1500
km/jam?
Jawab:
1500 𝑥 1000
1500 km/jam = m/s = 308,9 m/s
3600
(308,92 )
T2–T1 = ≈ 47 K
2 𝑥 9,81 𝑥 427 𝑥 0,24
2
(308,92 )𝑚 ⁄ 2
𝑠
W (SI) = 𝐽 ≈ 47,54 K
2 𝑥 1 𝑥 1003,5 ⁄𝑘𝑔 𝐾

Joule = kg m2/sec2

Ada 4 macam sistem refrigerasi siklus udara untuk pesawat, yaitu :


 Basic / simple type
 Bootstrap type
 Regenerative type
 Reduced ambient type
5.3.1 Basic Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.4 : Basic air cycle


5.3.2 Basic Evaporative Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.5 : Basic evaporative air cycle

Evaporant atau cairan evaporator


 Air (H2O)
 Alcohol
 Amonia (not recommended)
Gambar 5.6 : Diagram Ts basic evaporative air cycle
5.3.3 Bootstrap Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.7 : Bootstrap air cycle

Sistem refrigerasi ini adalah yang paling sering digunakan dalam pesawat angkut (transport
type aircraft)
5.3.4 Simple and Bootstrap Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.8 : Simple and bootstrap air cycle


5.3.5 Regenerative Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.9 : Regenerative air cycle


5.3.6 Reduced Ambient Air Cycle Refrigeration System

Gambar 5.10 : Reduced ambient air cycle

5.4 Keuntungan Sistem Refrigerasi Siklus Udara untuk Pesawat

Keuntungannya adalah :
 Udara yang terkompresi cukup tersedia (begitu pula udara yang terkompresi)
 Berat sistem per ton refrigeran yang kecil
 Ruang atau tempat per ton refrigeran relative lebih sedikit dibanding sistem lain
 Udara yang tidak mudah terbakar (tidak terdapat bahaya kebakaran)
 Tidak ada masalah dengan kebocoran refrigeran seperti halnya sistem refrigerasi yang
lain.
 Biaya pemeliharaan yang rendah
 Bagian-bagian sistem yang dapat dengan mudah dipindahkan dan diperbaiki.
5.5 Siklus Udara Tertutup

Meskipun hampir semua sistem refrigerasi siklus udara yang digunakan saat ini adalah siklus
terbuka, tetapi khusus untuk perhitungan dibawah ini, dimisalkan suatu siklus thermodinamik
tertutup.

Gambar 5.11 : Siklus udara tertutup

Anda mungkin juga menyukai