Anda di halaman 1dari 9

STUDI PENGARUH VARIABEL LAJU ALIR NaOH DALAM PROSES ABSORBSI

GAS CO2

M. Hasnan A. Najib, Putri Prima A, Nurul Kumaeti, dan Hapsoro A. Aji


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro, Semarang
Jl. Prof. Soedarto – 50239 Semarang, Telp./Fax. 024-7460058

ABSTRAK
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih
komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Tujuan percobaan kami adalah untuk
mempelajari pengaruh waktu terhadap jumlah CO2 yang terserap, menentukan besar kGa dan
kLa serta k2 pada proses absorbsi. Variabel tetap pada percobaan kami adalah NaOH 0,1 N,
HCL 0,1 N, beda pengambilan sampel satu menit, tekanan 5,6 atm. Variabel berubahnya laju
alir NaOH (0,2; 0,4; 0,6) L/menit. NaOH. Dari hasi percobaan didapatkan bahwa semakin
lama watktu, kontak antara NaOH dengan CO2 semakin lama sehingga terjadi peningkatan
jumlah CO2 yang terserap. Semakin besar laju alir, nilai k Ga turun kemudian naik karena
aliran belum steady. Semakin besar laju alir, nilai k La turun kemudian naik karena aliran
belum steady. Semakin besar laju alir maka nilai k2 makin tinggi.

Kata Kunci: Absorbsi, kGa, kLa, dan k2


ABSTRACT
Absorption is a process of separation in the chemical industry in which a gas mixture
is contacted with a liquid absorbent so that one or more specific gas component is dissolved
in the liquid. The purpose of our experiments was to study the effect of time on the amount of
CO2 absorbed, determine the amount and kGa, kLa and k2 in the process of absorption. Fixed
variable is 0.1 N NaOH, 0.1 N HCl, different sampling one minute, the pressure of 5.6 atm.
Changing the variable flow rate of NaOH (0.2: 0.4: 0.6) L / min. Goal should be obtained
from experiments that the longer time, contact between the NaOH with CO2 so as to increase
the longer the amount of CO2 absorbed. The greater the flow rate, the value kGa down then
go up because the flow has not been steady. The greater the flow rate, kLa value decreased
and then increased as the flow has not been steady. The greater the flow rate the higher the
value of k2.
Keywords: Absorption, kGa, kLa, and k2

PENDAHULUAN Latar Belakang


Hampir semua reaksi kimia yang mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi
diterapkan dalam industri kimia melibatkan larutan NaOH cukup rendah (encer).
bahan baku yang berbeda wujudnya, baik Perancangan reaktor kimia dilakukan
berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh berdasarkan pada permodelan hidrodinamika
karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di
dapat terjadi dalam fase ganda atau dalamnya. Suatu model matemátika
heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier merupakan bentuk penyederhanaan dari
(Coulson 1996). Walaupun terdapat proses sesungguhnya di dalam sebuah
perbedaan wujud pada bahan-bahan baku reaktor yang biasanya sangat rumit
yang direaksikan, namun terdapat satu (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya
fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi dikaji dalam suatu proses batch berskala
kimia berlangsung, maka salah satu atau laboratorium dengan mempertimbangkan
lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian
dari aliran utamanya menuju ke lapisan reaksi, peralatan, kemudahan menjalankan
antarfase/batas atau menuju aliran utama reaksi dan analisis, dan ketelitian.
bahan baku yang lain yang berada di fase
yang berbeda. Tujuan Percobaan
Absorpsi gas-cair merupakan proses Tujuan dari percobaan yang
heterogen yang melibatkan perpindahan dilakukan adalah agar mahasiswa mampu
komponen gas yang dapat larut menuju menjelaskan mengenai pengaruh laju alir
penyerap yang biasanya berupa cairan yang NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
tidak mudah menguap (Franks 1967). Reaksi pada berbagai waktu reaksi, pengaruh laju
kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di alir NaOH terhadap nilai tetapan
lapisan gas, lapisan antar fase, lapisan cairan perpindahan massa CO2 (kGa), pengaruh laju
atau bahkan badan utama cairan, tergantung alir NaOH terhadap nilai tetapan
pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan perpindahan massa CO2 (kLa), dan pengaruh
yang direaksikan. Untuk memfasilitasi laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi
berlangsungnya tahapan-tahapan proses antara CO2 dan NaOH (k2)
tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan
dalam reaktor tangki berpengaduk
bersparger, kolom gelembung (bubble
LANDASAN TEORI
column) atau kolom yang berisi tumpukan
partikel inert (packed bed column). Proses Absorbsi
absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada
pemurnian gas sintesis, recovery beberapa Absorbsi merupakan salah satu
gas yang masih bermanfaat dalam gas buang proses separasi dalam industri kimia dimana
atau bahkan pada industri yang melibatkan suatu campuran gas dikontakkan dengan
pelarutan gas dalam cairan, seperti H2SO4, suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
HCl, HNO3, formadehid dll (Coulson 1996). atau lebih komponen gas tersebut larut dalam
Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid cairannya. Absorbs dapat terjadi melalui dua
yang kuat merupakan proses absorpsi yang mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi
disertai dengan reaksi kimia order 2 antara kimia.
CO2 dan ion OH- membentuk ion CO32- dan Absorbsi fisik merupakan suatu
H2O. Sedangkan reaksi antara CO2 dengan proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
CO32- membentuk ion HCO3- biasanya gas dalam larutan penyerap, namun tidak
diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekar dan disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses
Sharma, 1972). Namun, menurut Rehm et al. ini adalah absorbsi gas H2S dengan air,
(1963) proses ini juga bisa dianggap methanol, propilen karbonase. Penyerapan
terjadi karena adanya interaksi fisik.
Mekanisme proses absorbsi fisik dapat gas dan dalam fase larutan, perpindahan
dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama
teori dua lapisan (two films theory) oleh larutan NaOH dan reaksi antara CO 2 terlarut
Whiteman (1923), teori penetrasi oleh dengan gugus hidroksil (OH-). Skema proses
Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui. tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Absorbsi kimia merupakan suatu
proses yang melibatkan peristiwa pelarutan
gas dalam larutan penyerap yang disertai Gas bulk flow Gas film Liq. film Liq. bulk flow
dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini
adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan
MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya.
Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pg
pai
pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
Amonia seperti yang terlihat pada gambar
2.1 A*

Gambar 2 Mekanisme absorpsi gas CO2


dalam larutan NaOH

Gambar 2 Mekanisme Absorbsi Gas CO2


dalam Larutan NaOH

Laju perpindahan massa CO2


melalui lapisan gas:
Ra = kga ( pg − pai ) (1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam
Gambar 1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 fase gas dan dalam fase larutan :
dengan pelarut MEA di pabrik A* = H . pai (2)
Amonia dengan H pada suhu 30 C = 2,88 × 10-5 g
o

mole/cm3. atm.
Proses absorpsi dapat dilakukan Laju perpindahan massa CO2 dari
dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi lapisan gas ke badan utama larutan NaOH
dengan sparger, kolom gelembung (bubble dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus
column), atau dengan kolom yang berisi hidroksil:
packing yang inert (packed column) atau
Ra = [ A*]a D A .k 2 .[OH − ]
piringan (tray column). Pemilihan peralatan
proses absorpsi biasanya didasarkan pada (3)
reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, Kedaan batas:
tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
D A .k 2 .[OH − ]
Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi (a) >>> 1
kL
dalam Proses Absorpsi Gas oleh Cairan.
(b) (b)
Secara umum, proses absorpsi gas D A .k 2 .[OH − ] [OH − ] D A
CO2 ke dalam larutan NaOH yang disertai <<<<
reaksi kimia berlangsung melalui empat kL z. A * D B
tahap, yaitu perpindahan massa CO2 melalui
lapisan gas menuju lapisan antar fase gas- dengan z adalah koefisien reaksi kimia
cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.
Di fase cair, reaksi antara CO2
dengan larutan NaOH terjadi melalui
D A .k 2 .[OH − ] [OH − ] D A
≈ (6)
beberapa tahapan proses: kL z. A * D B
NaOH(s) Dengan demikian, maka laju
absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH
Na+ (l) + OH- (l) (a) akan mengikuti persamaan:
a.H . pg.φ.k L
CO2 (g) CO2 (l) (b) Ra =
a.H .φ.k L
1+
CO2 (l) + OH- (l) HCO3- (l) (c) k Ga
(7)
HCO3-(l) + OH-(l) Dengan φ adalah enhancement
factor yang merupakan rasio antara koefisien
H2O(l) + CO32-(l) (d) transfer massa CO2 pada fase cari jika
absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak
CO32-(l) + Na+(l) Na2CO3(l) (e) disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh
Juvekar dan Sharma (1973):
Langkah d dan e biasanya
berlangsung dengan sangat cepat, sehingga
1/ 2
proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh
 [OH ] DB 

−  1+ .φ 
peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan
NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam
bentuk campuran dengan gas lain atau DA.k2.[OH ] z.A* DA
dikendalikan bersama-sama dengan reaksi
φ= . −  (8)
kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma,
1973). kL  [OH ] DB 
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2
 z.A * D 
dan 3 menghasilkan :
 A
a.H . pg . D A .k 2 .[OH − ]
Ra = Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2
a.H . D A .k 2 .[OH − ] (4)
1+ dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah
k Ga 2,1 × 10-5 cm2/det (Juvekar dan Sharma,
Jika nilai kL sangat besar, maka: 1973).
D A .k 2 .[OH − ] Nilai kGa dapat dihitung
≈1 , berdasarkan pada absorbsi fisik dengan
kL
meninjau perpindahan massa total CO2 ke
sehingga persamaan di atas menjadi:
dalam larutan NaOH yang terjadi pada
selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi.
2
a.H . pg. D A .k 2 .[OH − ] + k L Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
Ra = dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro
a.H . D A .k 2 .[OH − ] + k L
2 (5)
1+ dan Hadiyanto, 2000):
k Ga
1, 4003 1/ 3
Jika keadaan batas (b) tidak k Ga .dp 2  ρ .Q   µCO 2 
= 4,0777 ×  CO 2 CO 2  ×  
dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] DA  µCO 2 .a   ρCO 2 .D A 
dalam larutan. Hal ini berakibat: (9)
6(1 − ε ) Menggunakan udara dari kompresor.
Denga a= dan
dp  Aquadest (H2O)
Vvoid Menggunakan H2O dari proses Reverse
ε=
VT Osmosis (RO).
Secara teoritik, nilai kGa harus  HCl
memenuhi persamaan: Menggunakan HCl dengan kemurnian
25% yang diproduksi oleh MERCK
2− KGaA.
mol (CO2 , liq ) mol (CO3 )
k GA = =  Indikator Titrasi
A.Z .ε . plm . A.Z .ε . plm . Menggunakan PP dan MO
(10)
Jika tekanan operasi cukup rendah,
maka plm dapat didekati dengan 2. Alat Percobaan
∆p = pin-pout.  Tabung CO2
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara  Kolom Packing
empirik dengan persamaan (Zheng dan and  Tangki NaOH
Xu, 1992):  Pompa
0,3 0,5
 Manometer
k la .dp ρ .Q   µ   Kompresor
= 0,2258 ×  NaOH NaOH  ×  
DA  µ.a   ρ.D A   Tabung Penyampur
(11)  Ember

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3


jauh lebih besar dibandingkan dengan laju Gambar Alat
difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka
konsentrasi CO2 pada batas film cairan
dengan badan cairan adalah nol. Hal ini
pengendali

disebabkan oleh konsumsi CO2 yang sangat Bak


aliran
Kran

cepat selama reaksi sepanjang film.Dengan penam


absorpsi
Kolom

demikian, tebal film (x) dapat ditentukan pung


persamaan: 2

D A .( pin − p out )
x= 2− (12) mano
mol (CO3 ).R.T meter
Bak
penam kompr
pung mano esor
METODOLOGI PERCOBAAN Pompa1 meter Tangkimano Tangki
celup penca meter CO2
mano
Bahan dan Alat yang Digunakan mpur
meter
1. Bahan yang Digunakan Gambar 3 Rangkaian Alat Utama
 Natrium Hidroksida (NaOH)
Menggunakan NaOH teknis berbentuk Variabel Operasi
kristal dan berwarna putih, diproduksi
oleh PT. BRATACO CHEMIKA. a. Variabel tetap
 Gas Karbondioksida (CO2) • Tekanan CO2 : 5,6 atm
Menggunakan CO2 teknis yang • Konsentrasi NaOH : 0,1 N, 10 L
dicairkan, diproduksi oleh PT. • Konsentrasi HCl : 0,1 N
SAMATOR. • Suhu : 30 oC
 Udara
• Beda pengambilan sampel 1 menit  Fraksi ruang kosong kolom
Vvoid
absorpsi = ε =
b. Variabel berubah VT
Laju alir NaOH : 0,2 L/menit; 0,4
L/menit; 0,6 L/menit 3. Operasi Absorpsi
 NaOH 0,1 N dipompa dan diumpankan
Respon Uji Hasil ke dalam kolom melalui bagian atas
kolom pada laju alir tertentu hingga
Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel
keadaan mantap tercapai.
dan CO2 yang terserap
 Alirkan gas CO2 melalui bagian bawah
kolom. Ukur beda ketinggian cairan
dalam manometer 1, manometer 2 dan
manometer 3, manometer 4 jika aliran
gas sudah steady.
Prosedur Percobaan
 Ambil 10 mL sampel cairan dari dasar
1. Buat larutan induk NaOH dengan kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10
konsentrasi 0,1 N sebanyak 10 L menit dan dianalisis kadar ion karbonat
 Timbang 40 gr NaOH atau kandungan NaOH bebasnya.
 Dilarutkan dalam aquadest sebanyak  Ulangi percobaan untuk nilai variabel
10 L kajian yang berbeda.
 Larutan NaOH ditampung dalam 4. Analisis sampel
tangki untuk dioperasikan  Sebanyak 10 mL sampel cairan
ditempatkan dalam gelas erlenmeyer
2. Menentukan fraksi ruang kosong pada 100 mL.
kolom absorpsi  Tambahkan indikator fenol fthalein
 Pastikan kran di bawah kolom (PP) sampai merah jambu, dan titrasi
absorpsi dalam posisi tertutup sample dengan larutan HCl 0,1 N
 Alirkan larutan NaOH dari bak sampaiwarna merah hampir hilang
penampung 2 ke dalam kolom (kebutuhan titran = a mL), maka mol
absorpsi. HCl = a × 0,1 mmol.
 Hentikan jika tinggi cairan di  Tambahkan 2-3 tetes indikator metil
dalam kolom tepat setinggi tumpukan jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan
packing. lagi sampai warna jingga berubah
 Keluarkan cairan dalam kolom menjadi merah (kebutuhan titran = b
dengan membuka kran di bawah mL), atau kebutuhan HCl = b × 0,1
kolom, tampung cairan tersebut dan mmol.
segera tutup kran jika cairan dalam  Jumlah NaOH bebas = (2a-b) × 0,1
kolom tepat berada pada packing mmol di dalam 10 mL sample
bagian paling bawah. Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b) × 0,01
 Catat volume cairan sebagai mol/L
volume ruang kosong dalam kolom
absorpsi = Vvoid.
 Tentukan volume total kolom HASIL DAN PEMBAHASAN
absorpsi, yaitu dengan mengkur
diameter kolom (D) dan tinggi Pengaruh Waktu terhadap CO2 yang
πD 2 .H Terserap
tumpukan packing (H), VT =
4
Gambar 5 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH
0,03
terhadap Konstanta Perpindahan
0,028 Q1 (0,2
L/ menit) Massa ( kGa)
0,026
0,024 Q2 (0,4 Pada gambar di atas terlihat bahwa
0,022 L/ menit) grafik turun pada laju alir 0,4 L/menit,
p
a
rsO
C
N
te
2

0 2 4 6 8 10 Q2 (0,6 kemudian naik pada 0,6 L/menit,. Grafik


L/ menit) turun karena aliran pada packed column
Waktu (menit)
belum mencapai keadaan steady. Karena jika
aliran pada packed column sudah steady,
Gambar 4 Grafik Hubungan Waktu Vs maka nilai kGa akan semakin besar (grafik
Jumlah CO2 Terserap naik) seiring meningkatnya laju alir. Hal ini
disebabkan karena kenaikan laju alir NaOH
Pada gambar di atas menunjukkan akan meningkatkan koefisien perpindahan
bahwa pada variabel I dengan laju alir 0,2 massa antar fase gas-cair. Hal ini dapat
L/menit grafik konstan pada menit ke-4, terjadi karena semakin besar laju alir cairan
variabel II dengan laju alir 0,4 L/menit grafik maka kontak antara gas dengan cairan
konstan pada menit ke-6, variabel III dengan semakin baik. Dengan demikian, jumlah gas
laju alir 0,6 L/menit grafik konstan pada yang didapat berpindah dari fase gas menuju
menit ke-7. Hal tersebut menunjukkan fase cairan juga semakin besar.
bahwa semakin lama waktu operasi maka
kontak antara udara dengan CO2 akan (Kumoro, Andri Cahyo dan
semakin lama. Sehingga reaksi berjalan lebih Hadiyanto, “Absorpsi Gas Karbondioksida
sempurna. Pada awalnya akan terjadi dengan Larutan Soda Api dalam Unggun
peningkatan jumlah CO2 yang terserap Tetap”)
kemudian pada suatu waktu jumlah CO2
yang terserap akan konstan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah
Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap
CO2 yang terserap akan konstan seiring
Konstanta Perpindahan Massa ( kLa)
berjalannya waktu.
(tekimerzites.wetpaint.com/page/abso 0,000006
rbsi+CO2+Dengan+NaO) y = 2E-05x2 - 2E-05x + 7E-
0,000004
06
0,000002 R² = 1
Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap 0
Konstanta Perpindahan Massa kGa
(/m

0 0,2 0,4 0,6 0,8


n
.e
it)3 L
a
k

Laju Alir NaOH (L/ menit)


0,0001
0,00008
y = 2E-05x2 - 9E-05x + 0,000
0,00006 R² = 1 Gambar 6 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH
0,00004 terhadap Konstanta Perpindahan
0,00002 Massa ( kLa)
0
n
it)(/m
.e
3 G
a
k

0,2 0,4 0,6 Gambar di atas terlihat bahwa grafik


turun pada laju alir 0,4 L/menit, kemudian
Laju Alir NaOH (L/ menit) naik pada 0,6 L/menit,. Grafik turun karena
aliran pada packed column belum mencapai
keadaan steady. Karena jika aliran pada
packed column sudah steady, maka nilai kGa
akan semakin besar (grafik naik) seiring Reynold lebih besar dari 1000 ( Steven F.
meningkatnya laju alir. Hal ini disebabkan Miller and C Judson King, 1996).
karena laju alir (Q) berbanding lurus dengan Hubungan antara faktor
nilai kLa, sesuai rumus: tumbukan dengan harga k2 digambarkan
melalui persamaan Arhenius:
0,3 0,5
k la .dp ρ .Q   µ  k = Ae-E/RT, dimana:
= 0,2258 ×  NaOH NaOH  ×   k : Konstanta kecepatan reaksi
DA  µ.a   ρ.D A 
A: Faktor tumbukan
( 11 )
E : Energi aktivasi
Berdasarkan persamaan tersebut, R : Konstanta gas, dan
dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju T : Suhu
alir suatu cairan, maka nilai kLa semakin Berdasarkan persamaan tersebut di
besar sebagai akibat dari kontak antara gas atas maka semakin besar faktor tumbukan,
dengan cairan yang semakin banyak. harga konstanta kecepatan reaksi juga besar.
Hal ini terjadi karena faktor tumbukan
(buku panduan praktikum proses dipengaruhi oleh laju alir. Jadi semakin besar
kimia/ landasan teori) laju alir NaOH maka k2 semakin besar,
karena besarnya laju alir berbanding lurus
dengan besarnya k2 ( Levenspiel, O, 1972)

Pengaruh Laju Alir NaOH terhadap Nilai 5. Kesimpulan


k2
Dari percobaan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa semakin lama waktu
3 operasi maka kontak antara larutan NaOH
y = 0,701x - 0,572 dengan gas CO2 akan semakin lama sehingga
2
R² = 0,815
terjadi peningkatan jumlah CO2 yang
1
terserap, kemudian semakin besar laju alir
cairan maka kGa mengalami penurunan
(m

0
n
/e
it)32
k

0 0,2 0,4 0,6 terlebih dahulu baru kemudian naik karena


aliran belum steady sehingga saat keadaan
Laju Alir NaOH (L/ menit)
sudah steady maka nilai kGa akan semakin
besar, selanjutnya semakin besar laju alir
maka nilai kLa mengalami penurunan terlebih
Gambar 7 Grafik Hubungan Laju Alir NaOH
dahulu baru kemudian naik karena aliran
terhadap Nilai k2
belum steady sehingga saat keadaan sudah
Pada gambar di atas terlihat bahwa steady maka nilai kLa akan semakin besar
grafik cenderung fluktuatif. Hal ini dan semakin besar laju alir NaOH maka nilai
disebabkan aliran belum mencapai keadaan k2 semakin besar
steady. Karena jika aliran sudah steady maka
semakin besar aliran maka semakin besar
Ucapan Terima Kasih
laju alir yang menyebakan nilai k2 semakin
tinggi. Hal itu disebabkan oleh arus turbulen Terima kasih disampaikan kepada Dr. Andri
pada variabel-variabel tersebut. Pada aliran Cahyo Kumoro, S.T., M.T. selaku dosen
turbulen, molekul-molekul dalam fluida pembimbing dan asisten Laboratorium
bergerak ke segala arah sehingga Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia,
menyebabkan tumbukan antar partikel yang Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
semakin besar pula. Dikatakan aliran Semarang.
turbulen karena mempunyai bilangan
Referensi Soda Api dalam Unggun Tetap,
Forum Teknik, 24 (2), 186-195.
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Levenspiel, O., 1972, Chemical reaction
Chemical Engineering: Volume 1: engineering, 2nd ed. John Wiley and
Fluid flow, heat transfer and mass Sons, Inc., New York, NY, USA,
transfer, 5th ed. Butterworth pp. 210-213, 320-326.
Heinemann, London, UK. Olutoye, M. A. dan Mohammed, A., 2006,
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Modelling of a Gas-Absorption
Kinetics of liquid-film process in Packed Column for Carbon
gas absorption. Part I: Models of the Dioxide-Sodium Hydroxide System,
absorption process, Transaction of African Union Journal of
the Institution of Chemical Technology, 10(2),132-140
Engineers, 32:S49-S52. Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L.,
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid 1963, Unsteady State Absorption of
Reactions, McGraw-Hill Book Carbon Dioxide by Dilute Sodium
Company, Inc., New York, pp. 42- Hydroxide Solutions, American
44, Institute of Chemical Engineers
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical Journal, 9(5), 760-765.
modeling in chemical engineering. Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on
John Wiley and Sons, Inc., New catalytic distillation processes. Part
York, NY, USA, pp. 4-6. I. Mass transfer characteristics in
Higbie, R., 1935, The rate of absorption of a catalyst bed within the column,
pure gas into a still liquid during Transaction of the Institution of
short period of exposure, Chemical Engineers, (Part A) 70,
Transaction of the Institution of 459–464.
Chemical Engineers, 31,365-388. Steven F. Miller and C. Judson King. Axial
Juvekar, V. A. dan Sharma, M.M., 1972, Dispersion in Liquid Flow Trough
Absorption of CO, in a suspension Packed Bed. Vol.12-No 44. Page
of lime, Chemical Engineering 770. 1966
Science, 28, 825-837. http://tekimerzites.wetpaint.com/page/absorb
Kumoro dan Hadiyanto, 2000, Absorpsi Gas si+CO2+Dengan NaOH
Karbondioksid dengan Larutan

Anda mungkin juga menyukai