Anda di halaman 1dari 6

PENGUKURAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM MONOETHANOLAMINE

PADA SUHU 30-60C (Eleonora Amelia, dkk)

PENGUKURAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM MONOETHANOLAMINE


PADA SUHU 30-60C

Eleonora Amelia(1), Deasy R. Alwani(2), Sholeh Mamun(3)


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri1,2,3)
Universitas Islam Indonesia1,2,3)
Jl.Kaliurang Km. 14,5, Sleman, Yogyakarta1,2,3)
ameliaeleonora95@gmail.com, drahmawahida@gmail.com, sholeh.mamun@uii.ac.id

ABSTRACT

Global warming caused by greenhouse gas emissions, e.g. carbon dioxide (CO 2), in the
atmosphere is now becoming a very serious problem facing the world community. Carbon
dioxide emission increase from year to year, thus a necessary effort to reduce CO 2 is required.
Amine-based absorption is one of the methods for post-combustion capture.
Monoethanolamine (MEA) is commonly used for CO 2 capture solvent. This study aims to
measure protonation constant (pKa) of MEA from 30 to 60C using the potentiometric
titration method. The results show that the pKa values of MEA are in general agree with the
literature data. For instance, the pKa value of MEA at 30C is 9.83 and that obtained from
the literature is 9.80. Comparison between those two values gives a deviation of 0.31%.
(Abstract).

Keywords : Global Warming; Monoethanolamine; CO2 Capture; pKa.

1. PENDAHULUAN
Pemanasan global adalah suatu proses
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan Bumi. Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-
rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia melalui efek Gambar 1. Perhitungan pemanasan global
rumah kaca [1]. Perhitungan pemanasan pada tahun 2001 dari beberapa
global berdasarkan scenario SRES A2 model iklim berdasarkan scenario
dengan mengasumsikan tidak ada tindakan SRES A2.
yang dilakukan untuk mengurangi emisi
dapat dilihat pada Gambar 1 [2-4]. Metode CO2 Capture and Storage (CCS),
Indonesia menempati peringkat keempat merupakan salah satu metode yang cocok
di dunia sebagai penyumbang emisi karbon untuk diterapkan pada skala industri yang
dioksida (CO2) berdasarkan World Resources menghasilkan limbah CO2 dalam jumlah
Institute (WRI). Emisi CO2 dapat meningkat besar untuk mengurangi kadar konsentrasi
pada tahun 2015 salah satunya disebabkan CO2 dengan cara menyalurkan CO2 melalui
oleh kebakaran hutan dan revolusi industri. pipa untuk diinjeksikan ke dalam bumi. Pada
Pada tahun 2015, total emisi Indonesia metode CCS, CO2 diperangkap di dalam
berkisar sekitar 760 juta ton CO2 (tidak rongga-rongga pori batuan dalam waktu
termasuk perubahan penggunaan lahan). ratusan sampai ribuan tahun. Metode CCS
dapat dikombinasikan dengan proses
didesaknya hidrokarbon pada rongga-rongga
pori batuan. Proses tersebut dinamakan
proses CO2-Enhanced Oil Recovery (CO2-

1
Teknoin Vol. XX No. X Month Year : amount of pages like 01-05

EOR) seperti yang dilihat pada Gambar 2. matematis kesetimbangan uap-cair dan reaksi
Senyawa amina seperti MEA, DEA, dan kimia antara CO2 dengan larutan MEA.
MDEA sering digunakan sebagai absorben Pada proses absorpsi CO2 oleh larutan
pada absorpsi CO2 karena memiliki alkanolamine (amine) akan terjadi transfer
kemampuan menyerap gas CO2 yang baik, massa dan reaksi-reaksi kimia secara
laju absorpsi cepat, dan mudah untuk simultan dengan tahapan-tahapan sebagai
diregenerasi [5]. berikut [7]:
1. Pelarutan CO2 dari fasa gas ke fasa cair
CO2 g CO2 l (1)
2. Disosiasi air
2H2O H3O+ + OH- (2)
3. Disosiasi CO2
CO2 l + 2H2O HCO3- + H3O+ (3)
4. Disosiasi ion bikarbonat
HCO3- + H2O CO3= + H3O+ (4)
5. Disosiasi amine terprotonasi
AmH+ + H2O Am + H3O+ (5)
6. Pembentukan karbamat
Am +CO2 l + H2OAmCOO- + H3O+ (6)
7. Disosiasi karbamat terprotonasi
+
HAmCOO-+ H2OAmCOO- + H3O+ (7)

Gambar 2. Skema kombinasi CCS dan EOR Nilai-nilai konstanta kesetimbangan asam
atau lebih dikenal dengan nama (pKa) pada berbagai suhu dapat
CO2-EOR. dikolerasikan dalam bentuk persamaan
Arrhenius (Levenspiel, 1999)
Senyawa amina merupakan absorben yang B
lnKa = A+
paling banyak digunakan pada proses T
absorpsi CO2, karena senyawa amina dapat (8)
bereaksi dengan CO2 membentuk senyawa dimana K = konstanta kesetimbangan asam
kompleks (ion karbamat) dengan ikatan A,B = tetapan pada persamaan (8)
kimia yang lemah. Ikatan kimia ini dapat T = suhu (K)
dengan mudah terputus dengan pemanasan Pada proses CO2 capture sangat berkaitan
(mild heating) sehingga regenerasi absorben dengan laju absorpsi dan laju desorpsi CO 2.
senyawa amina dapat dengan mudah terjadi Hubungan antara konstata laju reaksi amine
[6]. dengan CO2 dan pKa amine untuk larutan
Pada proses pemisahan gas CO 2 di kolom
primary dan secondary alkanolamine [8].
absorber, gas alam dialirkan melalui bagian
bawah kolom, sementara larutan MEA 7188
Lnk2= pKa + 17.60 - (9)
dialirkan melalui bagian atas kolom. T
Perpindahan gas CO2 dari gas alam ke Sedangkan untuk tertiary amine [8].
larutan MEA dapat terjadi akibat adanya 8270
kontak antara gas dan MEA di dalam kolom. Lnk2= 1.3pKa+11.48- (10)
T
Larutan MEA yang telah menyerap CO2 Pada persamaan Henderson-Hasselbalch
kemudian keluar melalui bagian bawah menjelaskan bahwa, ketika [A-]=[HA] maka
kolom untuk selanjutnya dikirim ke kolom
pH larutan akan sama dengan nilai pKa. Jika
regenerasi untuk melepaskan gas CO2 yang
pH larutan adalah nilai pKa asam lemah
terikat. Untuk itu, data konstanta disosiasi
asam (pKa) Monoetanolamine (MEA) sangat maka terdisosiasi sebanyak 50% atau pH
diperlukan dalam perancangan sebuah kolom pada setengah dari volume larutan penyangga
absorber untuk menyelesaikan pemodelan yang dibutuhkan untuk mencapai titik

2
PENGUKURAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM MONOETHANOLAMINE
PADA SUHU 30-60C (Eleonora Amelia, dkk)

ekivalen. Persamaan Henderson-Hasselbalch Pada Gambar 3. Tingkat akurasi pH meter


dapat dilihat pada persamaan berikut [9]. yang digunakan lebih dari 0,01, tingkat
[A - ]i [A - ] akurasi thermometer digital TFA > 0,1C,
pKa+log pKa+log = pH neraca digital OHAUS dengan tingkat
[HA]i [HA]
ketelitian > 0,0001 g.
(9) Variabel Proses
HA tidak terdisosiasi secara sempurna Variable tetap dalam penelitian ini
maka [HA] [HA]i dan [A-] [A-]i. adalah 10,217 g H2SO4 96% yang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur untuk membuat larutan H2SO4 0,1M dalam
konstanta disosiasi asam (pKa) dari MEA 1000 mL aquadest, 0,5g MEA 98%, dan 50
pada kisaran suhu 30-60C. mL aquadest
Variabel bebas yang digunakan dalam
2. METODE PENELITIAN penelitian ini adalah variasi titran H2SO4
0,1M yang ditambahkan ke dalam reaktor,
Penelitian dilakukan di Laboratorium
suhu percobaan (30-60C), dan lama titrasi
Penelitian Program Studi Teknik Kimia
potensiometri yang dilakukan kurang lebih
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 120 menit.
Alat dan Bahan Cara Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Tahap penelitian diawali dengan
ini dapat dilihat pada Gambar 3. Pada merangkai alat pengukuran konstanta
penelitian pengukuran konstanta disosiasi disosiasi asam (pKa) kemudian pemanas
asam (pKa) MEA bahan-bahan yang dinyalakan sampai suhu yang diinginkan
digunakan antara lain Larutan buffer pH 4 tercapai. Kalibrasi pH meter dilakukan dua
dan pH 7, MEA 98%, H 2SO4 96%, serta kali dan pencucian pH meter menggunakan
aquadest. aquadest sebelum penelitian dimulai. Larutan
MEA 98% sebanyak kurang lebih 0,5g
ditambahkan ke dalam reaktor jaket yang
sudah berisi aquadest 50 mL. Pada setiap
percobaan diusahakan jumlah MEA yang
ditambahkan konstan. Larutan diaduk sampai
homogen.
Selanjutnya ditambahkan sejumlah mL
titran berupa larutan H2SO4 0,1 M dari
Gambar 3. Rangkaian alat percobaan. syringe dilakukan berulang-ulang hingga titik
ekuivalen terlampaui. Pada saat mendekati
Keterangan:
1. Reaktor jacket 300mL.
titik ekuivalen, penambahan titran dilakukan
2. Pengaduk magnetik. dengan jumlah yang sangat sedikit agar titik
3. Batang pengaduk. ekuivalen tidak terlewati dan perubahan nilai
4. pH meter. pH tidak turun secara drastis.
5. Thermometer digital. Data-data penelitian yang diukur selama
6. Aliran panas masuk. proses berlangsung antara lain, volume titran
7. Aliran panas keluar. H2SO4 yang di tambahkan, pH setelah MEA
8. Waterbath. ditambahkan dan setelah titran H2SO4
9. Pompa. ditambahkan ke dalam reaktor pada setiap
10.Neraca digital. suhu percobaan. Percobaan dilakukan
11.Syringe 5mL. sebanyak dua kali untuk setiap suhu yang
diinginkan. Data-data yang diperoleh
selanjutnya digunakan untuk menghitung
nilai konstanta disosiasi asam (pKa)
Monoethanolamine (MEA).

3
Teknoin Vol. XX No. X Month Year : amount of pages like 01-05

3. PEMBAHASAN Gambar 4. Hubungan antara volume H2SO4


0,1 M dengan pH pada suhu 60C.
Studi yang dilakukan bertujuan untuk
mengukur konstanta kesetimbangan asam
(pKa) pada larutan MEA dengan variasi suhu
30, 40, 50, dan 60C. Nilai pKa sangat
diperlukan untuk laju absorpsi dan desorpsi
CO2 yang mempengaruhi proses CO2
capture. Semakin cepat laju reaksi maka
akan mengurangi ketinggian packing pada
absorber dan stripper. Sehingga dapat
menghemat energi pada proses CO2 capture.
Pengukuran konstanta disosiasi asam
(pKa) dilakukan dengan menggunakan
metode titrasi potensiometri. Prinsip
potensiometri pada penelitian ini didasarkan
pada pengukuran potensial listrik antara
Gambar 5. Hubungan antara pH/V
elektroda yang potensialnya bergantung pada
dengan volume H2SO4 pada suhu
konsentrasi ion yang akan ditetapkan serta
60C.
berdasarkan jenis senyawa yang hendak
ditentukan atau indikator elektroda dengan
elektroda yang potensialnya diketahui
selama pengukuran energi potensialnya tetap
atau bisa juga diartikan elektroda yang
dicelupkan pada larutan atau elektroda
pembanding. Data-data yang diperoleh
dalam titrasi akan menghasilkan grafik
hubungan antara volume H2SO4 0,1 M
dengan pH seperti terlihat pada Gambar 4-6.
Gambar 6. Hubungan antara pH/V
Melalui grafik hubungan antara volume
dengan volume H2SO4 pada suhu
titran dan pH dapat ditentukan titik akhir
60C di sekitar titik ekuivalen.
titrasinya. Titik ekuivalen tercapai ketika
terjadi perubahan pH secara drastis pada
Pada saat titrasi berlangsung terjadi reaksi
volume penambahan titran yang sedikit.
antara MEA dan H2SO4 sebagai titran, reaksi
Metode titrasi potensiometri dipilih dalam
disosiasi Monoethanolamine (MEA) yang
penelitian ini karena penyajian langsung data
terprotonasi terjadi sebagai berikut:
penelitian dapat digunakan untuk penentuan
MEA + H3O+ MEAH+ + H2O (10)
titik ekivalen yang lebih akurat dan tidak
C2H7NO+H2SO4C2H7NSO4 +H2O (11)
membutuhkan indikator.
Nilai pKa dihitung dengan menggunakan
data pH dan volume pada titik ekivalen. Titik
ekivalen tercapai pada slope pH/V
terkecil. Nilai pKa dari asam akan sama
dengan pH larutan pada saat penambahan
volume H2SO4 0,1 M sebanyak setengah dari
volume H2SO4 0,1 M yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen.
Pada Gambar 4 dan 5 diperoleh volume
ekuivalen sebesar 39.84 mL H2SO4 0,1 M
dan diperoleh setengah dari volume
ekuivalen sebesar 19.92 mL (V=0,5 Ve).

pKa = pH
4 0.5Ve= 25.86 mL
PENGUKURAN KONSTANTA DISOSIASI ASAM MONOETHANOLAMINE
PADA SUHU 30-60C (Eleonora Amelia, dkk)

Pada saat V=0,5Ve, maka diperoleh pH ion H+ yang sama dengan OH- yaitu 10-7 mol
larutan yang nilainya sama dengan nilai pKa per liter. MEA 98% termasuk dalam basa
yaitu sebesar 8.66 pada suhu 60C. Nilai pKa lemah, sehingga penambahan H2SO4 dengan
yang diperoleh dari percobaan ini mendekati kadar 96% dalam penelitian ini akan
nilai pKa MEA yang terdapat di literature menaikkan konsentrasi ion H+ dan
[10] yaitu sebesar 8.67 pada suhu yang sama menurunkan ion OH-. Asam kuat H2SO4 akan
menghasilkan deviasi sebesar 0.12%. mengikat OH- sehingga nilai pKa mendekati
Sedangkan pada suhu 30C, nilai pKa yang nol. Asam yang lebih kuat memiliki nilai Ka
dihasilkan yaitu 9.83 dan nilai pKa literature yang lebih besar dan pKa yang lebih kecil.
[11] sebesar 9.80. Pada suhu tersebut deviasi
yang dihasilkan cukup kecil yaitu sebesar
4. KESIMPULAN
0,31%.
Konsentrasi air diabaikan pada Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perhitungan konstanta disosiasi asam (pKa), dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan
karena reaksi berjalan di dalam larutan berair, bahwa konstanta disosiasi asam (pKa) MEA
di mana konsentrasi air relatif tidak berubah. yang dihasilkan pada suhu 30-60C dapat
Jika dilihat pada Gambar 7 semakin tinggi digunakan sebagai dasar dalam perancangan
suhu maka semakin kecil nilai pKa MEA. absorber dan stripper CO2. Pengaruh suhu
Pada umumnya jika suhu dinaikkan, laju terhadap nilai konstanta disosiasi asam (pKa)
reaksi bertambah cepat. Hal ini disebabkan MEA yaitu semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi temperature kecepatan gerak semakin kecil nilai pKa yang dihasilkan.
partikel-partikel pereaksi dan energi kinetik Nilai pKa MEA yang dihasilkan
partikel akan ikut meningkat. dipengaruhi oleh kekuatan asam yang
digunakan. Semakin kuat asam yang
digunakan maka semakin kecil nilai pKa
yang dihasilkan. Semakin cepat waktu
percobaan dengan rentang perubahan pH
yang kecil maka nilai pKa yang dihasilkan
semakin akurat.

5. SARAN
Saran yang diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah perlu lebih teliti dan
dikembangkan lebih lanjut agar MEA yang
Gambar 7. Hubungan antara LnKa ditambahkan tidak menguap telalu banyak
percobaan dengan LnKa literatur diantaranya dengan menggunakan peralatan
terhadap 1/T (K-1). standar untuk menjaga suhu dan dapat pula
menghitung laju penguapan MEA untuk
TABEL 1. Perbandingan pKa percobaan dan memperkecil error yang dihasilkan.
literatur pada berbagai suhu Penelitian dilakukan dengan cepat agar
1/T pKa Ln Ka larutan MEA tidak menguap terlalu banyak.
-1
(K ) Percobaan [11] Percobaan [11] Untuk menghindari deviasi yang besar
sebaiknya digunakan larutan buffer yang
0.0033 9.83 9.80 -22.63 -22.57
masih fresh serta menghindari mencampur-
0.0032 9.18 9.07 -21.14 -20.88 kan larutan buffer yang telah dipakai ke
0.0031 8.88 8.77 -20.45 -20.19 dalam larutan buffer baru. Hal ini disebabkan
0.0030 8.66 8.53 -19.94 -19.64 oleh sifat larutan buffer yang tidak stabil dan
mudah terdekomposisi oleh bakteri atau
Pada percobaan ini, semakin tinggi jamur sehingga dapat mempengaruhi pH
konsentrasi asam maka semakin rendah nilai larutan yang dihasilkan [12].
pKa yang dihasilkan. Air memiliki jumlah

5
Teknoin Vol. XX No. X Month Year : amount of pages like 01-05

of the solubility of carbon dioxide


in aqueous 30 mass % 2-((2-
aminoethyl)amino)ethanol solution
UCAPAN TERIMA KASIH . Ind. Eng. Chem. Res. 32 (1993)
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada 1419-1430.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi [8] Versteeg, G. F.; van Dijck, L. A. J.; van
Industri, Universitas Islam Indonesia, Swaaij, W. P. M. On the Kinetics
Yogyakarta, atas pendanaan penelitian ini Between CO2 and Alkanolamines
melalui skema Penelitian Dosen dan both in Aqueous and Non-Aqueous
Mahasiswa TA 2015/2016. Solution, An Overview. Chem.
Eng. Commun. 1996, 144, 113
158.
DAFTAR PUSTAKA
[9] Henry N. Po and N. M. Senozan, J. 2001.
Henderson-Hasselbalch Equation:
[1] Alley, R., Climate Change 2007: The
Its History and Limitations,Chem.
Physical Science Basis.
Educ., 78 (11), p 1499
Contribution of Working Group I
[10] S. Mamun, Kamariah, D. Kurniawan.
to the Fourth Assessment Report
E. Amelia, V. Rahmat, D.R.
of the Intergovernmental Panel on
Alwani. 2016. Experimental
Climate Change.
Determination of
[2] Torn, Margaret; Harte, John (26-05-
Monoethanolamine Protonation
2006). "Missing feedbacks,
Constant and Its Temperature
asymmetric uncertainties, and the
Dependency. Sub. No. 267. CPB-
underestimation of future
018.
warming". Geophysical Research
[11] A. Tagiuri, M. Mohamedali, A. Henni.
Letters 33 (10). L10703.
Dissociation Constant (pKa) and
[3] Harte, John; et al. (30-10-2006). "Shifts
Thermodynamic Properties of
in plant dominance control carbon-
Some Tertiary and Cyclic Amines
cycle responses to experimental
from (298 to 333) K. J. Chem.
warming and widespread drought".
Eng. Data, 2016, 61 (1), pp 247
Environmental Research Letters 1
254.
(1). 014001.
[12] Prof. Dr. Leo Gros, P.A. Bruttel, M.V.
[4] Scheffer, Marten; et al. (26-05-2006]]).
Kloeden. Practical Titration. CH-
"Positive feedback between global
9101 Herisau, Switzerland
warming and atmospheric CO2
8.029.50032005-05.
concentration inferred from past
climate change." (PDF).
Geophysical Research Letters 33.
doi:10.1029/2005gl025044.
[5] Astarita, G.; D.W. Savage; A Bisio, 1983.
Gas Treating with Chemical
Solvents. New York: Willey.
[6] Wang; et al. 2003. Impact of DEA
solutions with and without CO2
loading on porous polypropylene
membranes intended for use as
contactors. Journal of Membrane
Science.
[7] S. Mamun, J.P. Jakobsen, H. F.
Svendsen, O. Juliusen.
Experimental and modeling study

Anda mungkin juga menyukai