Anda di halaman 1dari 69

HUKUM TENTANG LINTAS

AGAMA
MAKALAH
Diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama
Islam
Fakultas Teknologi Industri ,Universitas Islam Indonesia

Oleh:
Deasy R A (13521096)
Nadya Perwita (13521097)
M Saif A
(13521098)
Venna W
(13521099)
Chelinda T R
(13521100)
Ari
(13521101)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum
Tentang Lintas Agama . Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Agama Islam Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan semangat dan doanya demi
terselesainya karya tulis ilmiah ini,
Teman teman dari jurusan teknik kimia yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung
Dosen pengajar mata kuliah Agama Islam FakultasTeknologi Industri Jurusan
Teknik Kimia, Universitas Islam Indonesia
Sumber sumber referensi yang kami baca, dll.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam
penulisan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang telah membacanya.

Yogyakarta, 04 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1. PENDAHULUAN 4
1.1 ( Latar Belakang ) 4
( Perumusan Masalah ) 4
( Tujuan dan Manfaat ) 4

BAB 2. PEMBAHASAN
5
2.1 Faham Lintas Agama
6
2.2 Hukum Perkawinan Dalam Islam........................................... 7
2.3 Perkawinan Beda agama menurut Hukum Islam
2.3.1 Pengertian Non Muslim di dalam Islam
8
2.3.2 Pembagian perkawinan Beda Agama dalam
Hukum Islam.8
2.4 Perkawinan Beda Agama menurut Hukum Indonesia10
2.5 Hukum Doa Bersama Lintas Agama........................................
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA

11
12

PENDAHULUA
N

Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat bhineka yang berbasis
pada budaya, etnisitas, dan keagamaan. Berbasis pada konsep
semboyan Bhineka Tunggal Ika, maka kehidupan masyarakat
bhineka di Indonesia adalah merupakan suatu keniscayaan yang
harus terus ditumbuh kembangkan

Dalam penumbuhkembangan kehidupan masyarakat kehidupan


masyarakat bhineka, selayaknya terus mengakomodir berbagai
keberagaman baik etnisitas, agama, bahasa dan adat istiadat.
Sehingga kebhinekaan dan keberagaman merupakan mozaik yang
semakin memperindah peradaban kebangsaan Indonesia. Negara
tidak berdiri di atas dan tidak untuk satu golongan etnis, ras, dan
agama saja, melainkan semua golongan. Indonesia memiliki
Ideologi Pancasila yang menjadi landasan rumah bersama kita.
Pancasila menjadi rumah bagi tempat bertemunya keberagaman
tersebut. Realitas inilah yang dimaknai sebagai masyarakat
bhineka di Indonesia.

Dewasa ini,hubungan antar umat beragama telah lama menjadi


isu yang populer di Indonesia. Popularitas isu ini sebagai
konsekuensi dari masyarakat Indonesia yang majemuk,
khususnya dari segi agama dan etnis. Karena itu, persoalan
hubungan antar umat beragama ini menjadi perhatian dari
berbagai kalangan,Tidak hanya itu bahkan hal ini sering
menimbulkan polemik dikalangan masyarakat maupun
pemerintah.

Seringkali kita lihat di tengah masyarakat apalagi di kalangan


orang berkecukupan dan kalangan selebriti terjadi pernikahan
beda agama, entah si pria yang muslim menikah dengan wanita
non muslim (nashrani, yahudi, atau agama lainnya) atau
barangkali si wanita yang muslim menikah dengan pria non
muslim.Hal ini sering menjadi pemicu munculnya trend baru
dikalangan masyarakat mulai dari berpindahnya keyakinan
seseorang hingga mereka harus pindah kewarganegaraan demi
tercapainya keinginan mereka.

Namun kadang kita hanya mengikuti pemahaman


sebagian orang yang sangat mengagungkan perbedaan
agama (pemahaman liberal) tanpa tahu bagaiamana itu
semua terjadi dan bagaimana sebenarnya hal itu diatur.
Khususnya menurut aturan Hukum Islam.Oleh karena
itu,makalah ini dibuat guna mengetahui bagaimana
tentang lintas agama itu.

Perumusan
Masalah
H

1. Apa itu lintas


Agama?

2. Bagaimana faham
tentang Lintas
Agama?

3. Bagaimana
perkawinan beda agama
menurut hukum Islam?

4. Bagaimana perkawinan
beda agama menurut
hukum di Indonesia?

Tujuan dan
Manfaat
H

Untuk mengetahui pengertian lintas agama

Untuk mengetahui faham lintas agama


Untuk mengetahui perkawinan lintas agama

Untuk mengetahui hukum-hukum perkawinan dalam


Islam
Untuk mengetahui perkawinan lintas agama menurut
Hukum Islam

PEMBAHASAN

Pengertian Lintas
Agama
H

Lintas agama adalah kumpulan faham-faham antar


agama yang dicampurkan dengan tenggang rasa,
toleransi, keterbukaan ijtihad, nasionalisme, dan lainlain, hingga lahirlah faham-faham yang dikenal oleh
kalangan masyarakat sebagai faham Sekularisme,
Liberalisme, Pluralisme, Inklusif, dan Sinkretisme.

Faham Lintas Agama

Sekularlisme
sekular secara lensikologis berasal dari bahasa latin yaitu
saeculum yang berarti ganda, ruang, atau waktu. Ruang
disini diartikan duniawi, waktu diartikan zaman sekarang, jadi
sekular dapat diartikan sebagai periode tertentu didunia
yang di pandang sebagai proses sejarah, atau dunia tidak
bersifat relegi.

Sekular atau dalam bahasa arab berasal dari kata


al-'Ilmaniyyah diambil dari perkataan ilmu
(dalam bahasa arab = 'ain, lam dan mim). Dari
segi mafhumnya kata ini bermaksud mengangkat
martabat ilmu, jadi ia tidak bercanggah dengan
mafhum Islam yang juga menjadikan ilmu sebagai
satu perkara penting bagi manusia dan menyeru
kepada ilmu sejak wahyu pertama lagi. Tetapi
sebenarnya penterjemahan kalimah sekular
kepada al-'Ilmaniyyah hanyalah satu tipu daya
dan berselindung di sebalik slogan ilmu.
Sebenarnya kalau diperhatikan makna tersirat
bagi sekular ialah al-Ladiniyyah yakni tanpa
agama atau al-La'aqidah yakni tanpa akidah.
Tokoh pemikir Islam Prof. Dr. Yusuf al-Qardhawi
pernah menyebut perkara ini di dalam
penulisannya tentang sekularisme.

Istilah al-'Ilmaniyyah di gunakan agar dapat


diterima dengan baik oleh umat Islam, kerana jika
digunakan
istilah
al-Ladiniyyah
atau
alLa'aqidah, sudah pasti umat Islam akan
menolaknya. Bagi anak didik sistem sekular,
mereka tidak ragu untuk menerima dan matimatian mendukungnya kerena mereka memang
telah diprogramkan untuk menyebarkan fahaman
sekularisme. Namun bagi ulama-ulama Islam yang
faham hakikat makna Islam sebenarnya, mereka
mati-matian pula menentang penyebaran fahaman
ini yang jelas bertentangan dengan hakikat Islam.
Jadi sudah tentu berlaku satu pertembungan antara
pendukung sekularisme dan ulama-ulama Islam
dalam mempertahankan hakikat masing-masing.

Sekularisasi diartikan sebagai pemisahan antara agama dan


politik, menurut ferfektif filosof sekularisasi adalah dampak
negatif dari proses tranformasi yang sedang berlangsung,
berupa pembagunan, dan modernisasi secara implikasi yang
akhirnya menimbulkan proses sekularisasi, yang berarti
juga bahwa ini akan memperburuk keadaan masyarakat.
Sedangkan sekularisme diartikan sebagai kebebasan
bagi aktifitas manusia untuk proses sejarah.
Sekularisme berbahaya karena merupakan asas dari
ideologi Kapitalisme yang terbukti bobrok. Inti ide ini
adalah menyingkirkan peran dan fungsi agama dalam
menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan.
Kalaupun mau, agama hanya diberi peran yang
bersifat moral saja.

sekularisasi berhubungan erat dengan sekularisme, sebab


sekularisasi
berarti
penerapan
sekularisme.
Sesungguhnya akar kontroversi sekularisme maupun
sekularisasi dengan Islam itu berpijak dari konsep atau
gagasan yang telah dikemukakan oleh para pemikir yang
beraneka ragam, terutama diwarnai oleh bidang ilmu
atau sudut pandang masing-masing. Sekularisasi dalam
konteks yang berbeda, akan terkena penilaian yang
berbeda bahkan berlawanan. Tetapi yang perlu
diperhatikan adalah secara historis antara Barat dan
Timur serta Indonesia terdapat pertautan baik dari segi
perkembangan sosial politik ataupun sosial kegamaan.

Ditinjau dari perkembangan sosial politik terhadap


sekularisasi di dunia Barat, maka kesan yang pertama
muncul adalah kemajuan negara-negara Barat
merupakan hasil dari proses evolusi sistem politik
keagamaan sejak abad pertengahan malalui renaisans
dan reformasi. Dalam pandangan Barat, sekularisasi
merupakan fenomena universal dan tak terelakkan,
bahkan
mutlak
diperlukan
sebagai
prasyarat
modernisasi, sebagaimana dikatakan Smith, dunia
tanpa kecuali mengalami the grand process of
modernization. Ini berarti proses sekularisasi itu pasti
terjadi, karena dalam proses modernisasi terimplikasi
sekularisasi.

Sekularisasi dalam bidang sosiologis mempunyai arti


bahwa sekularisasi memperoleh makna yang kongkrit
sebagai desakralisasi. Dengan begitu, istilah sekularisasi
ini tidak berarti penghapusan nilai-nilai agama, tetapi
menumbuhkan semangat keagamaan.
Kontroversi sekularisasi yang muncul dengan sangat populer
telah menimbulkan polemik besar yang cukup berkepanjangan di
kalangan intelektual Muslim dan para penggagas pembangunan
di Indonesia. Akibat polemik tersebut muncul dua kelompok
dikotomis dengan sederetan tokoh intelektual pendukungnya.
Kelompok pertama disebut kelompok konservatif, suatu kelompok
yang menentang keras sekularisasi yang dianggap identik
dengan sekularisme. Kelompok kedua disebut kelompok reformis,
suatu kelompok yang menolak sekularisme sebagai suatu paham
tertutup yang anti agama. Menurut kelompok reformis ini,
sekularisasi diartikan sebagai upaya pembebasan masyarakat
dari kehidupan magis dan tahayyul dengan melakukan
desakralisasi alam.

Problematika Islam dan sekularisme


maupun sekularisasi dalam tradisi
perkembangan pemikiran modern dalam
Islam, baik di dunia internasional maupun
di Indonesia cukup bervariasi di dalam
memahami makna dari sekularisme
ataupun sekularisasi. Adapun para pemikir
modern Islam tersebut adalah:

Pertama
Muhammad al-Bahy, Dia beranggapan bahwa Islam dan sekularisme
merupakan dua hal yang antagonistik, karena posisi Islam kebalikan
dari sekularisme. Dengan demikian, apabila negara-negara yang
berpegang pada sekularisme dapat mencapai kemajuan, bukan
berarti Islam menjadi sebab suatu kemunduran. Ada dasar ijtihad
penggunaan penalaran hukum secara independen untuk memberikan
jawaban atas suatu masalah ketika al-Quran dan Sunnah diam.
Maka dalam Islam, dan ini penting bagi manusia, bahwa hukum
sangat mungkin berubah dan berkembang untuk selalu diinterpretasi
ulang seiring dengan perkembangan jaman dari masa ke masa.
Dengan begitu, kemajuan bukan berarti harus diperoleh dengan
memisahkan urusan agama dari negara sebagaimana kasus Turki,
suatu contoh negara Islam yang menerapkan sekularisme. Pada
hakikatnya kemajuan yang diperoleh Turki saat itu menurut al-Bahy
hanya merupakan sebuah hadiah dari negara lain (Amerika dan
Rusia), karena Turki telah berhasil menjauhkan diri dari Islam,
disamping juga negara tersebut mempunyai kepentingan tertentu
dengan Turki yakni menundukkan negara di Asia.

Kedua
Muhammad Qutb. Dia menggunakan istilah sekularisme dari
bahasa Arab ilmaniyah sebagai tujuan pokok sekularisasi.
Sekularisme cenderung diartikan sebagai membangun struktur
kehidupan tanpa dasar agama atau dalam terminologi bahasa Arab
disebut alla diniyah (non agamis). Kajian Qutb tentang Islam dan
sekularisme ini bertitik tolak dari suatu hadits nabi, yaitu bahwa
Islam bermula dalam kedaaan asing dan nantinya akan kembali
terasing, berbahagialah orang-orang yang terasing. Mereka selalu
memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia .
Hadits tersebut menurut Qutb menunjukkan bahwa orang Islam
terasing dari bumi Islam, karena bumi telah dikuasai oleh
sekularisme dan atheisme yang mengeluarkan umat manusia dari
agama. Dengan kata lain, sekularisme merupakan musuh Islam dan
dalam pandangan Islam adalah batil. Islam tidak hanya terbatas
pada akidah, akan tetapi tidak ada lapangan yang keluar dari
agama. Islam juga mencakup Syariah. Kehidupan dalam Islam
hanya terbagi dua yaitu Islam dan Kafir atau musyrik.

Apabila agama hanya ditempatkan di hati dan tidak


bersangkut paut dengan urusan hidup, ini adalah batil
dan tidak sinkron dengan Islam, terlebih jika ada
pendapat bahwa politik itu kotor sedangkan agama adalah
luhur dan suci. Karena itu, tidak boleh
mencampuradukkan agama dengan politik. Pernyataan
tersebut, menurut Qutb, merupakan statemen sekular
yang terselubung.
Pemikiran tentang perubahan, menurut Qutb,
bukanlah hal baru dalam Islam. Kitab Tuhan abadi, up
to date, segala sesuatu tetap di dalamnya, namun
meliputi aspek-aspek perubahan diantara celah-celah
lembarannya. Disinilah pentingnya arti ijtihad.

Ketiga
Muhammad al-Naquib al-Attas. Ia mengkaji masalah
sekularisasi secara holistik, dalam arti ingin menjembatani
pemikir Barat dan Muslim. Menurutnya, Islam tidak sama
dengan Kristen. Karenanya, sekularisasi yang terjadi pada
masyarakat Kristen Barat berbeda dengan yang terjadi pada
masyarakat Muslim.
Al-Attas membedakan antara pengertian sekular yang
mempunyai konotasi ruang dan waktu, yaitu menunjuk
pada pengertian masa kini atau dunia kini. Selanjutnya,
sekularisasi didefinisikan sebagai pembebasan manusia
dalam agama dan metafisika atau terlepasnya manusia
dari agama dan metafisika atau terlepasnya dunia dari
pengertian religius (dalam istilah weber), pembebasan
alam dari noda-noda keagamaan, sekularisme yang
menunjukkan pada suatu ideologi.

Selanjutnya, menurut al-Attas, Islam menolak penerapan


apapun mengenai konsep-konsep sekular, sekularisasi maupun
sekularisme, karena semua itu bukan milik Islam dan
berlawanan dengannya dalam segala hal. Dengan kata lain,
Islam menolak secara total manifestasi dan arti sekularisasi baik
eksplisit maupun implisit, sebab sekularisasi bagaikan racun
yang bersifat mematikan terhadap keyakinan yang benar (iman).
Dimensi terpenting dari sekularisasi, menurut al-Attas,
sebagaimana pendapat Harvey Cox, adalah desakrisasi atau
penidak keramatan alam. Dimensi inilah yang tidak
diterima oleh kalangan Kristen Barat. Sedangkan Islam
menerima pengertian tersebut dalam arti mencampakkan
segala macam tahayul, kepercayaan animistis, magis serta
tuhan-tuhan palsu dari alam. Pengertian Islam tentang
keramatan alam ini adalah pengertian wajar tanpa
mendatangkan sekularisasi bersamanya.

Sementara itu, dalam konteks pembaharuan pemikiran Islam di


Indonesia, Nurcholish Madjid merumuskan gagasan tentang
sekularisasi. Istilah ini digunakan dalam konsep tauhid. Konsep
tersebut bukan dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme,
sebab sekularisme adalah sebuah ideologi. Karenanya, sekularisasi
disini bukan dimaksudkan untuk mengubah kaum Muslim menjadi
sekular, tetapi untuk menduniawikan nilai-nilai yang semestinya
bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari syirik dan
tahayul. Dengan demikian sekularisasi dimaksudkan untuk
memantapkan dan memutlakkan Tuhan semata-mata (tauhid).
Terminologi yang digunakan Nurcholis Madjid tersebut dinilai terlalu
vulgar dan menimbulkan konotasi radikal, meskipun maknanya
berlawanan dengan aslinya. Istilah tersebut, kemudian menjadi titik
kritis (critical point) dalam berbagai tanggapan yang diberikan
terhadap gagasan yang dianggap baru itu. Jadi sebenarnya, akar
kontroversi tersebut hanya berkisar pada masalah semantik (arti
sekularisasi itu sendiri). Akibatnya, reaksi yang muncul justru
melupakan substansi pemikiran yang dianggap baru dan semangat
empiris yang dikandung di dalamnya. Hal ini karena, dalam kosa kata
bahasa Indonesia, sekularisasi terlanjur berkonotasi negatif, terutama
setelah istilah ini terekam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
maupun dalam Ensiklopedi Indonesia.

Hukum Perkawinan dalam


Islam

Menurut sebagian besar Ulama,hukum asal menikah adalah


Mubah,yang artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak.Apabila
dikerjakan tidak mendapat pahala,dan jika tidak dikerjakan
tidak mendapat dosa.Namun menurut Agama Islam yang
menyatakan bahwa Nabiullah Muhammad SAW melakukan
pernikahan,ini dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu
Sunnah adanya berdasarkan perbuatan yang pernah
dilakukan beliau.Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah
menjadi sunnah,wajib,makruh bahkan haram tergantung
kondisi orang yang akan menikah tersebut.

A. Perkawinan yang Hukumnya Wajib

Hukum yang bersifat wajib adalah hukum yang harus


dijalani.Apabila dijalankan maka orang itu akan mendapatkan
pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.Jika
seseorang dianggap mampu (usia,ekonomi,biologis,psikis)
untuk menikah dan ia sangat beresiko terjebak
perzinaan,maka orang tersebut wajib hukumnya untuk
menikah karena kita tahu bahwa zina merupakan doa
besar,dan kita wajib menghindari zina yang buruk
tersebut.Jika jalan satu satu satunya untuk menghindari zina
adalah menikah,maka nikah menjadi wajib hukumnya dimata
Islam.

B. Perkawinan yang Hukumnya Sunnah

Sunnah adalah hukum yang menganjurkan untuk


melakukan amal tersebut jika dikerjakan maka
memperoleh pahala .Namun jika tidak dikerjakan pun
tidak akan mendapat dosa.Perkawinan dalam Islam
menjadi sunnah kepada kondisi seseorang yang meskipun
telah mampu untuk menikah tetapi ia masih bisa menjaga
dirinya.Orang tersebut berada jauh dari resiko
berzina,mungkin karena ia seorang yang soleh,yang bisa
mengendalikan hawa nafsu,mungkin juga karena ia orang
yang sibuk mengurusi umat sehingga tidak sempat
menikah.

Meskipun hukumnya sunnah,menikah tetap dianjurkan bagi


siapa saja yang sudah mampu,seperti yang dianjurkan oleh
Nabi Muhammad SAW pada dua sabda yaitu :
Nabi Muhammad SAW bersabda,Menikah adalah sunnahku.Siapa
yang tidak mengamalkan sunnahku,ia bukan termasuk
umatKu.Menikahlah sebab Aku akan senang dengan jumlah
besar kalian dihadapan umat umat yang lain.Siapa yang telah
memiliki kesanggupan,maka menikahlah,Jika tidak maka
berpuasalah karena puasa adalah benteng. (H.R.Ibn Majah)

Nabi Muhammad SAW bersabda, Wahai para pemuda,jika


diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah ,maka hendaklah dia menikah karena pernikahan
itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat
memelihara kelamin (kehormatan) dan barang siapa tidak
mampu menikah hendaklah ia berpuasa,karena puasa itu
menjadi penjaga baginya. (H.R Bukhari Muslim)

c. Perkawinan yang Hukumnya Makruh

Makruh artinya dianjurkan untuk tidak melakukan amal


tersebut. Kondisi yang menyebabkan perkawinan dalam
Islam menjadi makruh misalnya jika laki laki tidak bisa
memberika nafkah kepada istri sehingga biaya biaya
hidup ditanggung istri atau bisa juga karena tidak adanya
kemampuan seksual.

d. Perkawinan yang Hukumnya Mubah

Hukum perkawinan dalam Islam yang mubah atau boleh


jatuh
Kepada orang yang berada dalam kondisi tengah
tengah.Ada alasan yang mendorong dia untuk menikah dan
juga ada hal hal yang mencegahnya untu menikah.Orang
tersebut dianjurkan untuk menikah,akan tetapi tidak ada
alas an yang melarangnya untuk menikah.

e. Perkawinan yang Hukumnya Haram

Hukum menikah akan berubah menjadi haram biasanya


karena
beberapa hal misalnya apabila orang
yang Yang ingin
menikah tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu
pihak dalam pernikahan tersebut.Ada pula misalnya saja ada
seorang wanita yang menikah dengan laki laki bukan agama
Islam,maka hukum nya haram hukumnya.Kondisi lain
misalnya menikahi orang yang muhrim (haram untuk dinikahi)
seperti ayah,ibu,adik,sepup atau yang masih mempunyai
ikatan kekeluargaan dengan salah satu pihak.
Atau bisa karena disebabnya tidak sempurnanya rukun dan
syarat dari perkawinan seperti ada tidaknya wali dan saksi
dan sebagainya.Bagi laki laki juga haram hukumnya menikahi
seorang wanita yang sedang dalam masa iddah dan wanita
yang telah ditalak tiga sebelum ia menikah dan bercerai
dengan laki laki lain.Selain itu pernikahan kontrak yang
sekarang ini sering menjadi tren di masyarakat juga
dikatagorikan sebagai perkawinan yang apabila dilakukan

Hukum Perkawinan dalam


Islam

Perkawinan Beda Agama


Menurut Hukum Islam

Dewasa ini,di dalam kehidupan kehidupan kita pernikahan


antara dua orang yang se-agama merupakan hal yang
biasa dan memang itu yang dianjurkan di dalam agama
Islam.Tetapi pada saat sekarang masyarakat sering
mengatasnamakan kepentingan lainnya agar dapat
melakukan pernikahan beda agma atau nikah campur
karena mereka kebanyakan mengatasnamakan cinta untuk
mengusahakan apa yang mereka inginkan.Hal ini
sebenarnya sudah diatur dengan secara baik di dalam
agam Islam.

Pengertian
NonH
Muslim di dalam
Islam

Sebelum kita membahas tentang pernikahan Beda


Agama,sebaiknya kita perlu mengetahui tentang
perngertian non-muslim di dalam agama Islam.Golongan
non-muslim sendiri dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

A. Golongan Orang Musyrik

Menurut Kitab Rowaaiul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1


halaman 282 karya As Syech Muhammad Ali S
Shobuni,orang musrik ialah orang orang yang telah
berani menyekutukan ALLAH SWT dengan makhlukNYA
(penyembahan patung ,berhala dsb)

B. Golongan Ahli Kitab


Menurut Kitab Rowaaiul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1
halaman As Syech Muhammad Ali As Shobuni,Ahli Kitab
adalah mereka yang berpegang teguh pada Kitab Taurat
yaitu agama Nabi Musa As,atau mereka yang berpegang
teguh pada Kitab Injil agama Nabi Isa as.atau banyak pula
yang menyebut sebagai agama samawi atau agama yang
diturunkan langsung dari langit yaitu Yahudi dan Nasrani.
Mengenai istilah Ahli Kitab ini,terdapat perbedaan
pendapat diantara kalangan Ulamaberpendapat bahwa
mereka semua kaum Nasrani termasuk yang tinggal di
Indonesia ialah termasuk Ahli Kitab.Namun ada juga yang
berpendapat bahwa Ahli Kitab ialah mereka yang
nasabnya (menurut silsilah sejak nenek moyangnya
terdahulu)ketika diturunkan sudah memeluk agama
nasrani di Indonesia berdasarkan pendapat sebagian
ulamatidak termasuk Ahli Kitab.

Pembagian
perkawinan
Beda
H
Agama dalam Hukum
Islam

Secara umum pernikahan lintas agama atau beda


agama dalam Islam dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
1. Jelas Nasabnya
Menurut silsilah atau menurut garis keturunannya
sejak nenek moyang adalah ahli kitab.Jadi dapat
dikatakan bahwa sebagian besar kaum nasrani di
Indonesia bukan merupakan golongan ahli kitab.

2. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga


anaknya kelak dari bahaya fitnah.
Ada beberapa Hadits Riwayat Umar bin Khatabb,Usman bin
Affan pernah berkata pria Muslim diperbolehkan menikah
dengan wanita ahli Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli
Kitab menikah dengan wanita MuslimahBahkan Sahabat
Hudzaifah pernah menikah dengan wanita Ahli Kitab tetapi
pada akhirnya wanita tersebut masuk Islam.Dengan
demikian ,keputusan untuk memperbolehkan menikah dengan
wanita Ahli Kitab sudah merupakan Ijma(artinya kesepakatan
yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum dalam agama berdasarkan Al-Quran dan Hadits dalam
suatu perkara yang terjadi)para sahabat.Tetapi dalam Kialtab
Al-Mughni juz 9 halaman 545 karya Imam Ibnu Qudamah,Ibnu
Abbas pernah menyatakan ,hukum pernikahan dalam Qs.Al
Baqarah ayat 221 dan Qs.Al Mumtahanah ayat 10 diatas telah
dihapus (mansukh) oleh Qs.Al-Maidah ayat 5 .Karena yang
berlaku adalah hukum dibolehkannya pernikahan pria muslim
dengan wanita Ahli Kitab.Sedangktap diharamkan pernikahan
antara pria muslim dengan wanita musrik,menurut
kesepakatan para ulamatetap diharamkan ,apapun alasannya
karena dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah.

Pernikahan Antara Pria


Non-Muslim Dengan
Wanita
H
Muslimah

Pernikahan antara wanita muslimah dengan pria non


muslim,menurut kalangan Ulamatetap diharamkan ,baik
menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria
musrik.Hal ini dikhawatirkan wanita yang telah menikah
dengan pria non-muslim tidak dapat menahan godaan yang
akan datang kepadanya.Seperti halnya wanita tersebut tidak
dapat menolak permintaan sang suami yang mungkin
bertentangan dengan syariat Islam,atau wanita itu tidak
dapat menahan godaan yang datang dari lingkungan suami
yang tidak seiman yang mungkin cenderung lebih dominan.
Dalil naqli pernyataan tentang haramnya pernikahan seorang
wanita muslimah dengan pria non-muslim adalah Al-Quran
Surat Al-Maidah ayat 5 yang menyatakan bahwa Allah SWT
hanya memperbolehkan pernikahan seorang pria muslim
dengan wanita Ahli Kitab tidak sebaliknya.Seandainya
pernikahan ini diperbolehkan ,maka Allah SWT pasti akan
menegaskannya di dalam Al-Quran.Karenanya,berdasarkan
mahfum al-mukhalafah,secara implicit Allah SWT melarang
pernikahan tersebut.

Perkawinan Beda
Agama Menurut
Hukum
H
di Indonesia

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10


Juni 1991
Dan Keputusan MenteriAgama Nomor 154 tahun 1991
keluarlah KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) yang menjadi hukum
positif unikatif bagi seluruh umat Islam di Indonesia dan
menjadi pedoman para hakim di lembaga peradilan agama dan
menjalankan tugas mengadili perkara perkara dalam bidang
perkawinan,kewarisan dan perwakafan.
Apabila dilihat berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 40
ayat (c) yang bunyinya Dilarang perkawinan antara seorang
wanita beragama Islam dengan seorang pria tidak beragama
IslamLarangan perkawinan tersebut memiliki alasan yang
cukup kuat yaitu apabila ditinjau dari segi UU perkawinan pasal
2 ayat (1) UU Nomor 1/1974 sudah jelas diterangkan bahwa
tidak ada perkawinan di luar hukum agamanya dan
kepercayaannyasehingga antara KHI dan hukum perkawinan
di Indonesia memiliki kaitan dalam urusan perkawinan Beda
Agama ini.Alasan yang kedua yaitu apabila dihubungkan
dengan dalil dalil hukum Islam diantaranya larangan tersebut
sebagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya
kemurtadan dan kehancuran rumah tangga akibat perkawinan
Beda agama tersebut.

Pada
prinsipnya
agama
Islam
melarang
(haram)
perkawinan antara seorang beragama Islam dengan
seorang yang tidak beragama Islam ( Al-Quran surat AlBaqarah ayat 221),sedangkan izin kawin seorang pria
Muslim
dengan
seorang
wanita
dari
Ahli
Kitab
(Nasrani/Yahudi) ada pada surat Al-Maidah ayat 5 hanyalah
dispensasi bersyarat yakni kualitas iman dan Islam pria
Muslim tersebut haruslah cukup baik.karena perkawinan
tersebut mengandung resiko yang sangat tinggi bagi
rumah tangga nya nanti.Karena itu pemerintah berhak
membuat peraturan yang melarang perkawinan antara
seorang yang beragama Muslim (pria/wanita) dengan
seorang yang tidak beragama Islam(pria/wanita)apapun
agamanya yang juga didukung oleh Kompilasi Hukum Islam
pasal 50 ayat (c) dan pasal 4

Hukum Doa Bersama


Dengan Non
Muslim
H

Peristiwa-peristiwa doa bersama juga sangat


menarik untuk diperhatikan agar menjadi jelas bagi
kita bagaimana Islam memandang doa antar agama
tersebut.
Beberapa
contoh
empiris
akan
dikemukakan berikut ini. Salah satu contoh doa
bersama adalah doa bersama untuk kedamaian
dunia yang diprakarsai oleh paus yohanes paulus II.
Doa itu diadakan pada 26 oktober 1986 di assisi,
kota santo francis, italia bagian tengah. Dalam
pertemuan agung itu wakil-wakil dari masing-masing
agama, termasuk wakil dari Islam, secara bergantian
membacakan doa dengan caranya masing-masing,
dengan bentuk dan ekspresinya masing-masing. Doa
bersama ini dilakukan dengan sebuah teks bersama
yang dibaca oleh semua peserta bersama-sama
dibawah komando salah seorang peserta, untuk
menghindari kebingungan yang mungkin terjadi
dalam
pertemuan
resmi
seperti
itu.

Contoh lain doa bersama diambil dari mesir, salah satu


negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Sejak
awal 1990-an orang-orang Muslim dan orang-orang Kristen
yang bergabung dalam persaudaraan keagamaan, sering
mengadakan pertemuan untuk doa bersama, baik dengan
ekspresi bebas wakil-wakil dari masing-masing agama
maupun dengan membaca sebuah teks bersama untuk
semua peserta. Membaca teks sebuah doa yang disusun
oleh almarhum syaikh Ahmad Hasan al-Baquri, yang semasa
hidupnya pernah menjadi menteri wakaf Mesir dan rektor
Universitas Al-Azhar. Dalam doa terakhir ini pada umumnya
lebih disukai menghindari penggunaan teks-teks resmi
peribadatan salah satu agama dalam organisasi ini (Islam
dan Kristen) untuk menghindari kebingungan.
Contoh lain dari doa bersama adalah doa bersama yang
dilakukan ketika perserikatan bangsa-bangsa (PBB)
merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 di markas
besrnya di New York.

Doa bersama itu dilakukan dengan diikuti oleh semua peserta


dari negara-negara anggota PBB yang hadir pada pertemuan
agung itu. Diantara para peserta itu adalah para peserta
muslim dari negara-negara yang pada umumnya mayoritas
penduduknya adalah muslim. Uskup desmond tutu dari Afrika
Selatan
memimpin
para
hadirin
dalam
doa
itu.
Contoh doa bersama dapat pula ditemukan di Indonesia pada
Jumat, 5 Juni 1998, MADIA (masyarakat dialog antar agama),
sebuah organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
memajukan dialog antaragama di Indonesia, mengorganisir
acara doa bersama solidaritas antar agama di rumah
kediaman KH. Abdurrahman Wahid yang pada waktu itu
adalah ketua PBNU, di Ciganjur, Jakarta Selatan. Tujuan doa
bersama itu adalah memohon agar bangsa Indonesia diberi
kekuatan sehingga dapat menciptakan suasana rukun dan
damai agar mampu mengatasi persoalan-persoalan dan
kemelut yang melanda bangsa ini. Kelompok-kelompok agama
dan aliran kepercayaan yang mengikuti acara itu adalah
kelompok-kelompok dari Islam, Hinduisme, Budhisme,
Konfusiamisme, Katolik, Protestan, Kristen Ortodoks Suriah,
dan Brahma Kumaris. Wakil-wakil tampil secara bergantian

Doa kata (arab dua) dalam Islam adalah seruan, permintaan,


dan permohonan pertolongan, dan ibadah kepada Allah supaya
terhindar dari bahaya mendapatkan manfaat.
Doa adalah cara yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi
dengan tuhan. Doa adalah cara yang dilakukan untuk
mengingat Tuhan dan memohon pertolongannya. Doa adalah
ibadah kepada Tuhan. Allah menyuruh hamba-hambanya agar
berdoa kepadanya. Dan dia niscaya akan memperkenankan doa
mereka.
Doa bukan hanya milik Islam, tetapi juga milik agama-agama
lain. Dapat dikatakan bahwa doa adalah fenomena umum yang
ditemukan dalam semua agama doa adalah salah satu segi
utama kehidupan keagamaan umat manusia. Friederich Heiler
(1892-1967), seorang fenomenolog agama terkemuka kelahiran
Jerman, mengatakan bahwa orang-orang beragama, para
pengkaji agama, para teolog semua kepercayaan dan
kecenderungan, sepakat dalam berpendapat bahwa doa adalah
fenomena utama seluruh agama, jantung seluruh kesalehan
dan karena alasan ini tidak bisa diragukan sama sekali bahwa
doa adalah jantung dan pusat seluruh agama.

Mengenai hal yang memimpin doa bersama adalah seorang


muslim dan doa yang dibaca tidak bertentangan dengan
ajaran Islam, doa bersama jenis ini dibolehkan. Apabila yang
memimpin doa adalah orang muslim atau non muslim maka
boleh, karena doa yang dibaca adalah satu yang dibaca untuk
semua peserta. Karena itu, doa bersama seperti ini yang
dipimpin seorang non muslim dibolehkan. Apalagi doa jenis ini
bertujuan untuk kemaslahatan seperti kedamaian, kerukunan,
persaudaraan, dan solidaritas, maka ia dibolehkan, bahkan
bisa
meningkat
menjadi
dianjurkan.
Orang Kristen dan orang Islam telah berdoa bersama, tidak
hanya dalam arti bahwa mereka disatukan dalam
persahabatan mereka dengan Tuhan, tetapi juga dalam
komitmen mereka bersama melawan kemutlakan-kemutlakan
palsu dimasa sekarang dan melawan ketidak adilan yang
mereka timbulkan dalam kehidupan manusia. jika tidak ada
komitmen pada hal ini, meski berdoa bersama, dalam arti
harfiahnya, maka tak akan ada gunanya.

Orang Islam dan Kristen datang bersama, dalam


keyakinan dan harapan, dalam pemahaman dan
doa,dan melibatkan diri mereka sendiri untuk
mengucapkan puji tuhan dan mencari landasan
kesatuan
dan
kedamaian.
Ketika kita bertemu disini, sebagai orang Kristen dan
muslim kita harap tercapai dengan segala
kerendahan hati pada orang lain dan keyakinan
dengan kepercayaan bahwa tuhan kita adalah Tuhan
mereka juga. Hukum doa bersama antar berbagai
umat beragama yang sering dilakukan di Indonesia
hukumnya tidak boleh, kecuali cara dan isinya tidak
bertentangan dengan syariat Islam.


,
) ( 226 /5
Menjadi keharusan kita untuk mencegah mereka
menampilkan hal tersebut di kalangan kita, semisal
mereka memperdengarkan syiar mereka; Allah adalah
trinitas.



:
:


) . (119 /2

Dan tidak boleh mengamini doa orang kafir karena
doanya tidak diterima sesuai dengan firman Allah SWT.:
dan doa (ibadah ) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia
belaka. (al-rad: 14).

) ( .
) . (/
Haram mencintai orang kafir, yakni adanya rasa suka dan
kecenderungan hati kepadanya. Sedangkan cuma sekedar
bergaul secara lahir saja, maka hukumnya makruh. Adapun
bergaul dengan mereka untuk mencegah timbulnya sesuatu
madharat yang tidak di inginkan yang mungkin dilakukan oleh
mereka, ataupun mengambil sesuatu manfaat dari pergaulan
tersebut, maka hukumnya tidak haram.
(
)

(
)(
)
.












) . (323 /1




Orang kafir dzimmi (yang keamanan dirinya dan hartanya
dalam naungan jaminan pemerintah islam) karena mereka
berhak mencari rezeki. Sedangkan rezeki Allah SWT. itu
sangat luas. Terkadang Allah SWT. mengabulkan harapan
mereka sebagai bentuk istidraj dan ketamakan di dunia.

Kafir dzimmi tersebut dan orang kafir lainnya


tidak diperbolehkan untuk bercampur dengan kita
di tempat peribadatan kita, demikian halnya ketika
berkumpul. Percampuran tersebut makruh, dan
mereka harus berbeda dengan kita umat Islam
ketika berada dalam suatu tempat. Hal ini, karena
mereka adalah musuh-musuh Allah SWT., yang
suatu saat mereka akan ditimpa suatu adzab
dengan kekufuran mereka itu, dan adzab tersebut
akan mengenai kita pula.
Tidak boleh mengamini doa mereka sebagaimana
pendapat yang dianut oleh Imam al-Rauyani,
karena doa mereka tidak akan diterima. Sebagian
ulama ada yang berpendapat, bahwa doa mereka
bisa saja dikabulkan sebagaimana dikabulkannya
doa iblis agar menunda (adzab menggoda manusia)
sampai hari kiamat.

(
)



(72/ 5 ).

Dalam berbagai madzhab ulama perihal ikut berkumpulnya kafir
dzimmi dalam kegiatan salat meminta hujan, bahwa madzhab
kami menyatakan mereka itu dilarang untuk ikut berkumpul
bercampur dengan orang-orang Islam. Namun jika mereka
dibedakan maka tidak dilarang. Pendapat ini dianut oleh imam
Zuhri, Ibnu al-Mubarak, abu Hanifah dan Makhul.



(5/66 ).
Tentang ikut berkumpulnya orang kafir dalam kegiatan salat
meminta hujan mengingat mereka adalah musuh-musuh Allah
SWt., maka tidak diperkenankan untuk bertawasul dengan
mereka. Jika mereka ikut hadir dan keberadaan mereka berbeda
dengan umat Islam, maka mereka tidak perlu dilarang karena
mereka datang untuk mencari rezeki.

).

(119/ 2
Menurut salah satu pendapat, boleh mengamini doa
orang kafir, bahkan sunnah jika misalnya ia berdoa
agar dirinya mendapatkan hidayah dan kita
mendapatkan pertolongan.

PENUTUP
Kesimpulan
H

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa


sebenarnya lintas agama adalah sesuatu yang tidak di
perbolehkan hukumnya. Itu termasuk suatu yang
sukuralisme. Begitu juga dengan pernikahan antara pria
Muslim dengan wanita Ahli Kitab diperbolehkan dalam Islam
tetapi tidak berlaku sebaliknya karena perkawinan antara
pria non muslim dan wanita muslim apapun alasannya tetap
diharamkan oleh Islam.Akan tetapi perkawinan beda agama
antara pria muslim dan wanita ahli kitab saat ini tidak dapat
dikatakan sah karena hampir tidak ada wanita Ahli Kitab
yang berpegang teguh kepada Kitab Taurat dan
Injil.Sedangkan apabila ditinjau dari segi hukum Indonesia
bahwa dalam Hukum Perkawinan pada pasal 2 ayat 1 UU
nomor 1/1974 tentang perkawinan tidak dibenarkan dan
dilarang adanya perkawinan beda agama karena memiliki
alasan - alasan tertentu yang berkaitan dengan rumah
tangga perkawinan tersebut.Sedangkan bila dilihat dari segi
hukum yang berada dalam Al-Quran bahwa segala hal yang
mengatur tentang perkawinan dan izin perkawinan beda
agama dapat ditinjau dari surat Al-Baqarah dan surat AlMaidah dan disesuaikan dengan Iman dan pemikiran
masing masing.

Doa berarti permohonan. Untuk tercapainya sesuatu yang


diinginkan, kita harus berdoa disamping berikhtiar. Allah
mencintai orang yang berdoa. Doa merupakan bentuk
ibadah yang khas dan doa hanya ditujukan kepada Allah
secara langsung dan tanpa perantara.
Di dalam buku yang ditulis oleh Nur Kholish Majid
Mengenai hal yang memimpin doa bersama adalah
seorang muslim dan doa yang dibaca tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, doa bersama jenis ini dibolehkan.
Apabila yang memimpin doa adalah orang muslim atau
non muslim maka boleh, karena doa yang dibaca adalah
satu yang dibaca untuk semua peserta. Karena itu, doa
bersama seperti ini yang dipimpin seorang non muslim
dibolehkan. Apalagi doa jenis ini bertujuan untuk
kemaslahatan seperti kedamaian, kerukunan,
persaudaraan, dan solidaritas, maka ia dibolehkan,
bahkan bisa meningkat menjadi dianjurkan. Hukum doa
bersama antar berbagai umat beragama yang sering
dilakukan di Indonesia hukumnya tidak boleh, kecuali cara
dan isinya tidak bertentangan dengan syariat Islam.Dan
tidak boleh mengamini doa orang kafir karena doanya
tidak diterima.

Saran
H

Sebagaimana kita adalah umat beragama seharusnya


kita perlu benar benar dapat mengerti dan memahami
segala aturan yang bersifat fundamental dan yang
bersifat norma yang ada dalam agama kita masing
masing.Seperti halnya dalam masalah perkawinan
beda agama yang penulis bahas pada kesempatan
ini.Perlu diadakan suatu pembelajaran lanjutan dan
kajian mengenai bagaimana sebenarnya perkawinan
beda agama apabila ditinjau dari segi agama
islam(perbandingan dari surat Al-Baqarah dan
Maidah) dengan hukum yang ada di Indonesia
sehingga pembaca dapat benar benar memahami
perihal perkawinan beda agama secara mendetail lagi.

Siddik, Mr. Haji Abdullah, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: 1983.

http://myoesuf.wordpress.com/2011/02/27/hukum-pernikahan-beda-agama-dala
m-islam/
tanggal 06 maret 2013

http://www.kabarislam.com/hukum-fiqih/perkawinan-beda-agama-menurut-huk
um-islam-dan-hukum-indonesia
tanggal 07 maret 2013

http://filsafat.kompasiana.com/2011/05/31/pernikahan-beda-agama-369247
tanggal 07 maret 2013

Syarifuddin,Amir.2007.Hukum Perkawinan di Indonesia:Antara Fiqh


H
Munakahat dan Undang Undang Perkawinan.Jakarta:Kencana
Prenada
Media Group

Aksari, Hasan, Lintas Iman Dialog Spiritual, diTer. Sunarwoto, Yogyakarta:


LKIS, 2003

Madjid, Nurcholish, dkk., Fiqh Lintas Agama:Membangun Masyarakat


Inklusif-Pluralis, Jakarta:Paramadina,2004

Mahfudh, Sahal, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, diTerj.


Djamaliddin Miri, Surabaya: Lajnah Talif wan Nasyr NU, 2007,

Tsabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah 4, diTrej. Mahyuddin Syaf, Bandung: PT.


Almaarif, 1978

Saleh, Hassan, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT. Raja

DAFTAR
PUSTAKA
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai