Pustaka :
1. Mickley, T.S. Sherwood, C.E. Reed,"Applied Mathematics in Chemical
Engineering", McGraw Hill, 2nd. ed., New York, 1975.
2. Jonson, G.V. Jeffreys,"Mathematical Methods in Chemical Engineering", Academic
Press, 2nd. Ed., London, 1977.
3. Richard G. Rice, Duong D. Do,”Applied Mathematics and Modeling for Chemical
Engineers”, John Wiley & Sons, 1995.
Materi :
1. Perumusan Matematika untuk Persoalan-persoalan Fisik dan Kimia.
2. Penyelesaian Persamaan Differensial Biasa Secara Deret.
3. Fungsi-Fungsi Khusus.
4. Deret Fourier.
5. Persamaan Differensial Parsial.
BAB I
Perumusan Matematika
untuk Persoalan-persoalan Fisik dan Kimia
I. Perumusan Matematika.
MTK-2/1
II. Hukum-hukum dasar yang dipakai.
1. Hukum Kekekalan :
a. massa :
1. overall :
laju akumulasi massa dalam sistem = laju massa masuk ke sistem -
laju massa keluar dari sistem
2. komponen :
laju akumulasi mssa komponen i dalam sistem = laju massa
komponen i masuk ke sistem - laju massa komponen i keluar dari
sistem + laju massa komponen i yang timbul dalam sistem - laju
massa komponen i yang terpakai dalam sistem
b. energi :
laju akumulasi energi dalam sistem = laju energi masuk ke sistem -
laju energi keluar dari sistem + laju energi yang timbul dalam
sistem - laju energi yang terpakai dalam sistem
c. momentum :
laju akumulasi i momentum dalam sistem = laju i momentum i
masuk ke sistem - laju i momenutm keluar dari sistem + gaya-gaya
ke arah i yang bekerja dalam sistem
MTK-2/2
xy = -.Vx/y (hk. newton untuk viskositas), dimana :
xy = fluks perpindahan x momentum ke arah y
Vx = kecepatan ke arah x
= viskositas
d. reaksi kimia :
aA + bB cC
kecepatan A bereaksi dinyatakan dengan :
rA k. CA . CB mol A bereaksi/(volume . waktu), dimana
:
k = konstanta kecepatan reaksi
= orde reaksi terhadap A
= orde reaksi terhadap B
3. Hukum kesetimbangan :
a. kesetimbangan fasa : uap-cair, cair-cair, gas/uap-padat, cair-padat
b. kesetimbangan kimia :
C A a . C B b
air lar.
5 l/min 3 l/min
lar
8 l/min
I II lar.
V1 dan C1 V2 dan C2 5 l/min
Tangki I :
neraca massa total : akumulasi = input - output
d V1 . dV
5 3 8 1 0 V1 konstan = 100 l
dt dt
neraca massa garam : akumulasi = input - output
MTK-2/3
d V1 . C1
5.0 3C2 8C1
dt
dV1 dC
C1 V1 1 3C2 8C1
dt dt
dC
100 1 3C2 8C1 (1)
dt
Tangki II :
neraca massa total : akumulasi = input - output
dV
2 0 V2 konstan = 100 l
dt
neraca massa garam : akumulasi = input - output
d V2 . C2
8C1 8C2
dt
dV dC
C2 2 V2 2 8C1 8C2
dt dt
dC2 dC
100 8C1 8C2 C1 C2 12.5 2 (2)
dt dt
dC1 dC2 d 2C
Pers. (2) didefferensialkan : 12.5 2 2 (3)
dt dt dt
Substitusi pers.(2) + (3) ke pers. (1) :
dC d 2C dC
100 2 1250 2 2 3C2 8C2 100 2
dt dt dt
2
d C dC
1250 2 2 200 2 5C2 0
dt dt
d 2 C2 dC2
250 2 40 C2 0 , diselesaikan dengan P.D. linier tereduksi
dt dt
tingkat n
250 m + 40 m + 1 = 0, diperoleh m1 = -0.031 dan m2 = -0.129, maka
2
MTK-2/4
dC
100. L 1 3. LC2 8. LC1
dt
~ 20 ~ ~
100s. C1 ( s) C1 (0) 3. C2 ( s) 8. C1 ( s)
~ ~
(100. s 8)C1 ( s) 3. C2 ( s) 2000 (1)
dC2
100 8C1 8C2 , dilakukan transformasi Laplace :
dt
dC
100. L 2 8. LC1 8. LC2
dt
~ 20 ~ ~
100s. C2 ( s) C2 (0) 8. C1 ( s) 8. C2 ( s)
~ ~
8. C1 ( s) (100. s 8)C2 ( s) 2000 (2)
MTK-2/5
A 5 m3/jam
2 kgmol/m3
A
R
S
V
5 m3/jam
1 kgmol A kgmol A
a. rA =- k. CA 3
= -6.CA 3
jam m m . jam
neraca massa total : akumulasi = input - output
dV
5 5 0 , V konstan = 2 m3
dt
neraca massa komponen A : akumulasi = input - output
d V .C A
5.2 5.C A rA .V
dt
dC
2 A 10 5. C A ( 6. C A .2) 10 17C A
dt
2
dC A dt , diintegralkan :
10 17C A
CA t
2
10 17C A dC A dt
0 0
10 17C A
CA
2
ln(10 17C A ) t ln 8.5t
17 0 10
1-1,7CA = e-8.5t C A
1
17.
1 e 8.5t kgmol/m3
b. 0.518
1
17
.
1
1 e 8.5t t ln1 17
8.5
. . 0.518 = 0.25 jam.
d V .CR
neraca massa komponen R : 5.0 5.CR rA .V 12C A 5CR
dt
d V .C R
5.0 5.C R rR .V ; dim ana : rR rA ,
dt
d V .C R
5C R rAV 5C R kCAV 5C R 12C A
dt
dC 1
2 R 12. (1 e 8.5t ) 5CR
dt 17
.
dCR 6
2.5CR (1 e 8.5t )
dt 17
. x e 2.5t
MTK-2/6
dCR 6 2.5t
e 2.5t 2.5e 2.5t CR e (1 e 8.5t )
dt 17
.
d e 2.5t . CR
6 (e 2.5t e 6t ) ,diintegralkan :
dt 17
.
e 2 .5 t .CR t
0 0
6 1 1
e 2.5t . CR ( e 2.5t e 6t ) k , t = 0 CR = 0
17
. 2.5 6
6 1 1
0 ( ) k k 2 , maka :
17
. 2.5 6
( e ) 2. e 2.5t ,
6 1 1 8.5t
CR
17
. 2.5 6
Saat t = 0.25 CR = 0.4115 kgmol/m3, dan dari pers. reaksi CS = CR = 0.4115
kgmol/m3.
1
c. Keadaan mantap tercapai saat t = , maka CA = (1 0) = 0.588 kgmol/m3.
17
.
Feed A
P = 3 atm
T = 800 oF
Product A, B
MTK-2/7
rA = -kC
2A B
awal nAo 0
reaksi nAo.x 0.5 nAo.x
akhir nAo.(1- x) 0.5 nAo.x
(x = konversi reaksi)
Jumlah mol gas di dalam reaktor = nAo.(1- x) + 0.5 nAo.x = nAo.(1- 0.5 x)
Konsentrasi gas A di dalam reaktor = (1 - 1/3) = 2/3 = nAo.(1- x)/(nAo.(1- 0.5 x))
= (1 - x)/(1 - 0.5 x)
3 - 3x = 2 - x
1 = 2x , maka x = 0.5
nA = nAo(1 - x) = 1(1 - 0.5) = 0.5
Neraca massa komponen A di dalam reaktor :
dnA/dt = nAo - nA – k(nA/V)2v
dnA/dt = nAo - nA - knA2/V (steady state)
0 = 1 - 0.5 - 1000 . 0.52/V ====> V = 500 ft3
b./
P
Feed A
P = 3 atm
T = 800 oF
V = 500 ft3
P.V 3 . 500
n 163034
. lbmol nA = 0.1 x 1.63034 = 0.163 lbmol
R. T 0.7302 . 1260
neraca massa komponen A :
t 0.163
dn A k . n 2A 1 k . n 2A dn A 1 k . n 2A 2.V dn
. . dt . 2A
dt V 2 V dt 2 V 0
k 0.5 n A
0.163
2.V 1 2 . 500 1 1
t . 4.135 min
k n A 0.5 1000 0163
. 0.5
1. Perpindahan panas ke suatu dinding semi infinite. Suatu slab yang luasnya tak
berhingga, mula-mula pada suhu T0 di semua bagian. Tiba-tiba salah satu
permukaan slab dikontakkan pada cairan panas bersuhu T s terus-menerus.
Jabarkan P.D. yang menggambarkan peristiwa perpindahan panasnya.
MTK-2/8
Jawab :
Ts
T0
T
qx k . S.
x x
x T
x x .qx k . S.
x x x
x x x x
x
Asumsi :
konveksi di permukaan slab bersuhu Ts diabaikan.
arah perambatan panas hanya pada arah x.
k dan Cp tak tergantung suhu.
m. C p . T k . S. T
k . S .
T
t x x x x x x x
. S .x. C p .(T Tref k . S. T
k . S .
T
t x x x x x x x
T T T 2T
. S .x. C p k . S. k . S. k . S .x 2
t x x x
T T
2
T k T 2
T 2 T
2
. S .x. C p k . S .x 2
t x t . C p x 2 t x 2
Untuk menyelesaikan diperlukan batasan masalah sbb. :
- t = 0 : 0 x L T = T0
- t > 0 : x = 0 T = Ts dan x = T = T0.
2. Suatu batang silinder logam yang ke-2 ujungnya terisolasi, mula-mula pada
suhu T0 di semua bagian, dan berjari-jari a. Tiba-tiba silinder ini dimasukkan ke
dalam oven pada suhu Ts. Dianggap sejak saat itu suhu permukaan silinder selalu
bersuhu Ts. Jabarkan P.D. yang menggambarkan peristiwa perpindahan panasnya.
Jawab :
MTK-2/9
a
r
T T
L k .2. .r.L. k .2. .r.L.
r r r r r r r
r
Asumsi :
konveksi di permukaan slab bersuhu Ts diabaikan.
arah perambatan panas hanya pada arah r.
k dan Cp tak tergantung suhu.
m.C p .T T T
k.2. .r.L. k .2. .r.L.
t r r r r r r r
.2. .r.L.r.C p .T Tref T T
k .2. .r.L. k.2. .r.L.
t r r r r r r r
T
k . r.
T T T r
.2. . r. L.x. C p k .2. . r. L. k .2. . r. L. .2. . L.r
t r r r
T T
k . r. k . r.
T r T 1 r
.2. . r. L.r. C p 2. . L.r . C p .
t r t r r
T T 1 T T
2
k T 1 T
2
.C p . k. 2 . .
t .C p r 2 r r
.
t r r r
T 2T 1 T
2 . 2 .
t r r r
MTK-2/10
- t = 0 : 0 r a T = T0
- t > 0 : r = a T = T s.
3. Suatu bola terbuat dari logam dengan jari-jari a, yang mula-mula bersuhu T0.
Tiba-tiba bola ini dimasukkan ke dalam cairan pada suhu T s. Dianggap sejak saat
itu suhu permukaan bola selalu tetap pada T s. Jabarkan PD yang menyatakan
distribusi suhu di dalam bola.
Jawab :
r
T T
k .(4. . r 2 ). k .(4. . r 2 ).
r r r r r r r
Asumsi :
konveksi di permukaan slab bersuhu Ts diabaikan.
arah perambatan panas hanya pada arah r.
k dan Cp tak tergantung suhu.
T 2 T 2 T
2 . . 2
t r r r
IV. Soal-Soal.
MTK-2/11
1. Diinginkan untuk menghasilkan suatu zat B dari bahan baku A didalam reaktor
tangki teraduk dengan volume efektif V m 3. Bila Q m3/detik suatu larutan A
dengan konsentrasi Co dialirkan ke reaktor yang semula kosong, dan reaksi yang
terjadi dalam reaktor :
K1
A B K3
C
K2
dimana semua reaksi berorder 1. Jabarkan PD yang menunjukkan jumlah mol B
didalam reaktor sebelum cairan tumpah.
2. Suatu aliran liquida dengan densitas, , dan panas jenis, Cp, mengalir melalui
pipa dengan jari-jari dalam, a m. Kecepatan linier cairan didalam, U m/jam.
Dinding pipa dipertahankan pada suhu, T 1 oC, dan suhu liquida masuk, T0 oC, (T1
> T0). Koeffisien perpindahan panas secara konveksi pada dinding pipa, h
kcal/(m2.jam.oC). Konduksi didalam cairan diabaikan dan perubahan suhu ke arah
radial diabaikan. Pada keadaan steady state :
a. Tunjukkan PD yang menggambarkan peristiwa perpindahan panas di dalam
cairan.
b. Tentukan kondisi batas PD pada soal a).
c. Bila diketahui :
Cp = 1 kcal/(m2.jam.oC) = 1000 kg/m3
U = 6000 m/jam a = 0.025 m
L = panjang pipa = 5 m T0 = 40 oC
o
T1 = 100 C h = 500 kcal/(m2.jam.oC)
tentukan suhu cairan keluar pipa.
3. Turunkan distribusi suhu pada keadaan steady state pada suatu silinder
berongga dengan jari-jari dalam, r = a, dan jari-jari luar, r = b. Pada badan silinder
yang bersuhu seragam dan selalu tetap, T, terdapat sumber panas, yang mengalir
secara radial sebagai fungsi jari-jari dengan kecepatan Q(r) = Q0.r, dan
konduktifitas panas bahan silinder berubah menurut fungsi waktu, k = k 0.r,
dimana Q0 dan k0 adalah konstanta. Permukaan batas dalam suhunya dijaga 0,
pada permukaan batas luar terjadi perpindahan panas secara konveksi ke udara
sekitarnya yang bersuhu Ts, dengan koeffisien perpindahan panas, h.
4. Sebuah metal berpenampang segi empat dengan lebar 3 inchi dan tebal 0.2
inchi) dan panjang 4 ft. Pada salah satu ujungnya dipanaskan pada suhu tetap 600
o
F. Permukaan samping metal diisolasi. Anggap keadaan steady. Hitung suhu pada
ujung-ujung lain dari metal bila diketahui : suhu ruangan : 86 oF, k = 200
Btu/jam.ft2/ft.oF, h = 8 Btu/jam.ft2.oF.
MTK-2/12
Qout
3"
0.2"
Qin
Qout
Qout 4"
5. Oksigen cair produksi PT. Aneka Gas Industri disimpan dalam tangki
berbentuk bola, yang berventilasi ke udara atmosfer. Jari-jari dalam tangki, r = r0,
bersuhu T0, dan jari-jari luar, r = r1, bersuhu T1. Kondutifitas panas bahan tangki
tergantung dari suhu, dengan fungsi sbb. : k = k0 + (k1 - k0).((T - T0)/(T1 - T0)).
a. Tentukan laju perpindahan panas yang melalui bahan tangki sebagai fungsi jari-
jari dan suhu pada keadaan stady state, Q = f(r,T).
b. Tentukan laju penguapan oksigen dari dalam tangki yang berdiameter dalam 6
ft dengan tebal 1 ft, dimana kondisi tangki sbb. :
- suhu permukaan dalam tangki, T0 = -183 oC
- suhu permukaan luar tangki, T1 = 0 oC
- titik didih normal O2 = -183 oC
- panas penguapan normal oksigen = 1636 cal/mol
- k, pada suhu : 0 oC = 0.090 Btu/(hr.ft2/ft.oF)
-183 oC = 0.072 Btu/(hr.ft2/ft.oF)
(Bird, soal 9.F2)
7. Suatu tangki berisi N2 (anggap sebagai gas ideal) pada tekanan 780 kPa dan
suhu 30 oC, dengan volume tangki adalah 28 m 3. Tiba-tiba terjadi sedikit
kebocoran pada tangki. Laju alir gas melalui lubang bocor pada saat itu adalah
0.1 kgmole/jam. Selanjutnya laju alir gas melalui lubang bocor dinyatakan
sebagai berikut,
F = Cd P Patm kgmole/jam
dimana ,
P = Tekanan pada tangki, Pa
MTK-2/13
Patm = Tekanan atmosfir = 1.013 x 105 Pa
Cd = suatu konstanta
Anggap selama kebocoran tak ada perubahan suhu pada tangki. Tentukan tekanan
pada tangki 15 menit setelah kebocoran terjadi.
8. Panas diregenerasi seragam oleh reaksi kimia dalam silinder panjang dengan
jari-jari 91.4 mm. Rate generasi konstan pada 46.6 W/m3. Dinding silinder
didinginkan dan suhu dinding dijaga pada 311 K. Thermal konduktifity bahan
silinder adalah 0.865 W/m.K. Hitung suhu pada sumbu silinder dalam keadaan
steady state.
MTK-2/14
BAB II
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL
BIASA DENGAN DERET
disebut deret Pangkat. Deret ini disebut memusat bila deret ini mendekati suatu
harga yang berhingga bila n mendekati tak berhingga. Pengujian yang paling
sederhana untuk kondisi memusat adalah rasio test, yaitu bila :
A
lim n 1 x x 0 J L x x 0 1 (2-2)
n A
n
maka deret ini memusat, namun bila J > 1, deret menjadi tak memusat. Pengujian
1 A
ini tak dapat digunakan bila J = 1. Besaran : lim n 1 sering disebut jari-jari
L n A n
pemusatan. Di dalam selang pemusatan, suatu deret pangkat bisa diperlakukan
sebagai fungsi kontinyu dengan turunan-turunannya untuk semua tingkat juga
kontinyu. Berikut ini sifat-sifat penting dari deret pangkat :
1. Di dalam selang pemusatan deret pangkat awal, deret yang dibentuk
dengan cara differensiasi atau integrasi suku persuku deret awal juga
memusat.
2. Hasil kali dua deret pangkat memusat di dalam selang pemusatan yang
bersamaan dari pada kedua deret asal.
3. Perbandingan dua deret pangkat memusat di dalam selang pemusatan yang
bersamaan kedua deret asal, asalkan penyebut mempunyai harga yang
tidak nol di dalam selang ini.
Operasi dengan deret lebih mudah dilaksanakan bila notasinya disingkat. Bila y
menyatakan suatu fungsi x [f(x)] yang disajikan dalam selang pemusatan sebagai
deret pangkat :
y = f(x) = A0 + A1(x - x0) + ... + An(x - xn)n + ... =
n 0
An(x - xn)n (2-3)
maka,
dy
dx
= A1 + 2A2(x - x0) + ... + n.An(x - x0)n - 1 + ... =
n 0
n.An(x - xn)n - 1 (2-4)
2
d y
= 2A2 + 6A3(x - x0) + ... + n.(n - 1).An(x - x0)n - 2 + ...
dx 2
MTK-2/15
=
n 0
n.(n - 1).An(x - xn)n - 2 (2-5)
dk y
k
= n.(n - 1)....(n - k + 1).An.(x - xn)n - k (2-6)
dx n 0
Deret pangkat I seperti pada pers. (2-3), bisa diajdikan bentuk yang lebih
bermanfaat yang dikenal sebagai "Deret Taylor" sebagai berikut :
differensiasikan pers.(2-3) n kali dan tetapkan x = x0. Masing-masing anggota
daripada sistem persamaan-persamaan yang dihasilkan akan menentukan satu
konstanta :
A0 = y0 = f(x0) (2-7)
dy
A1 = = f '(x0) (2-8)
dx x 0
f n (x 0 )
An = (2-9)
n!
akibatnya, pers.(2-3) menjadi :
f n (x 0 )
y = f(x) = (x - x0)n (2-10)
n0 n!
supaya pers.(2-10) valid, seluruh turunan-turunan f(x) harus ada pada x = x0.
Suatu fungsi yang dapat disajikan dengan deret Taylor di sekitar x = x 0 dikatakan
sebagai regular pada x = x0. Penyelesaian suatu PD orde dua homogen linier
seringkali bisa diperoleh dengan metoda deret pangkat. Dalam bentuk standart,
PD ini bisa ditulis sbb. :
d2y dy
2
a1 ( x ) a1 ( x ) y 0 (2-11)
dx dx
Sifat-sifat koeffisien-koeffisien a1(x) dan a2(x) mempunyai arti yang penting pada
karakteristik penyelesaian deret pangkatnya. Apabila fungsi a 1(x) dan a2(x) tak
dapat dinyatakan dengan deret pangkat yang memusat dalam selang tertentu,
maka penyelesaian deret pangkatnya akan sulit dikerjakan.
Karakteristik penyelesaian deretnya disekitar x 0 dapat diperkirakan dari sifat-sifat
fungsi a1(x) dan a2(x) didekat x0. Titik x0 dapat diklasifikasikan sbb. :
1. x0 disebut titik ordinary PD bila a1(x) dan a2(x) dapat disajikan sebagai deret
pangkat yang memusat yang meliputi x = x 0 di dalam selang pemusatannya,
artinya a1(x) dan a2(x) regular pada x = x0.
2. x0 disebut titik singular PD bila salah satu a 1(x) atau a2(x) tak regular pada x =
x0.
3. x0 disebut titik regular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi hasilkali (x
- x0).a1(x) dan (x - x0)2.a2(x) kedua-duanya regular pada x = x0.
4. x0 disebut titik irregular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi 3 tidak
berlaku.
Contoh :
a(x) = x hanya mempunyai titik-titik ordinary
a(x) = 1 +1/x akan tak berhingga pada x = 0, jadi x = 0 adalah titik
singular, tetapi x (1 + 1/x) regular pada x = 0
MTK-2/16
1
a(x) = mempunyai titik singular pada x = 0 dan x = 1
x(1 x)
d2y 2 x (1 x ) dy 1
2 2 y0
dx 2
x (1 x ) (1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
2 2
d2y 2 dy 1
2 y0
dx 2
x (1 x )(1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
2
2 1
maka : a1(x) = dan a2(x) = 2
x.(1 x )(1 x )
2
x (1 x 2 ) 2
x0 = 0 : - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2
- x.a1(x) : : regular
.(1 x )(1 x )
2
1
- x2.a2(x) : : regular
(1 x 2 ) 2
x0 = 0 : titik regular singular
x0 = 1 : - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2( x 1) 2(1 x )
- (x-1).a1(x) : =
x.(1 x )(1 x ) x.(1 x )(1 x )(1 x )
2
2
: regular
. x.(1 x ) 2
( x 1) 2 (1 x ) 2
- (x-1)2.a2(x) : 2
x .(1 x 2 ) 2 x 2 .(1 x ) 2 .(1 x ) 2
1
: regular
x .(1 x ) 2
2
MTK-2/17
2. Bila x0 adalah titik regular singular pers.(2-11), maka penyelesaian deret
pangkat yang regular pada x = x0 tak dapat dijamin. Tetapi metoda yang akan
dijelaskan sesudah ini akan selalu menghasilkan setidak-tidaknya sebuah
penyelesaian dengan bentuk :
y = (x - x0)s An(x - x0)n (2-13)
n 0
dimana s adalah sebuah bilangan yang harganya dapat ditentukan.
3. Bila x0 adalah titik irregular singular pers.(2-11), maka penyelesaian deret
pangkatnya mungkin ada atau mungkin tidak ada.
identity :
2A2 + A0 = 0 A2 = -1/2 A0
6A3 + 2A1 = 0 A3 = -1/3 A1
12A4 + 3A2 = 0 A4 = -1/4 A2 = 1/8 A0
20A5 + 4A3 = 0 A5 = -1/5 A3 = 1/15 A1
30A6 + 5A4 = 0 A6 = -1/6 A4 = -1/48 A0
42A7 + 6A5 = 0 A7 = -1/7 A5 = -1/105 A1
....
....
( 1) n
A2 n n A0
2 . n!
Jadi penyelesaian PD adalah :
( 1) n 2 n 1 1 1 7
Y ( x )` A0 n . x A1 . x x 3 x 5 x ...
n 0 2 . n! 3 15 105
MTK-2/18
I. METODA FROBENIUS.
Harga-harga numerik koeffisien Rk, Pk, dan Vk dapat ditentukan dalam setiap
persoalan-persoalan praktis. Penyelesaian pers.(2-14) dianggap berbentuk :
y = xs .
n 0
An.xn (2-18)
= 0 (2-19)
MTK-2/19
maka koeffisien-koeffisien xl+s-2 diinginkan bila l mempunyai suatu harga
tertentu. Pandanglah suku, V
k 0 n 0
k . An . x k n s 2
(2-21)
untuk l = 0, harga-harga n = 0 dan k = 0 merupakan satu-satunya pasangan yang
memenuhi pers.(2-20). Sehingga koeffisien xs-2 dalah V0.A0. Untuk l = 1,
pasangan-pasangan n = 0, k = 1,dan n = 1, k = 0 yang memenuhi pers.(2-20).
Koeffisien-koeffisien xs-1 adalah V1.A0 + V0.A1. Bila proses ini dilanjutkan,
ternyata koeffisien-koeffisien ini diperoleh dari pernyataan :
l
.V
l 0 k 0
k . Al k x l s 2 (2-22)
(l s k ).(l s k 1) R
k 0
k ( l s k ). Pk Vk . Al k 0 (2-23)
MTK-2/20
pada pers.(2-27) menjadi nol untuk suatu harga n tertentu, katakanlah n = N, dan
AN tak dapat ditentukan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bila metoda Frobenius
digunakan untuk menentukan penyelesaian deret suatu PD linier homogen, timbul
beberapa alternatif berikut :
1. Bila s1 - s2 0 dan juga bukan bilangan bulat, maka metoda Frobenius
memberikan dua buah penyelesaian yang independent dalam bentuk pers.(2-
18).
2. Bila s1 - s2 = 0, maka metoda Frobenius hanya memberikan sebuah
penyelesaian dengan bentuk pers.(2-18)
3. Bila s1 - s2 = N, dimana N adalah bilangan bulat real, maka pemakaian harga s
yang lebih besar (yaitu s1) akan selalu memberikan sebuah penyelesaian
dengan bentuk pers.(2-18). Bila harga s yang lebih kecil yang digunakan (yaitu
s2). maka mungkin tak diperoleh penyelesaian dengan bentuk pers.(2-18) atau
mungkin juga diperoleh dua penyelesaian independent dengan bentuk pers.(2-
18), salah satu dari padanya adalah identitas dengan yang diperoleh dari harga
s1. Yang terakhir ini terjadi bila x = 0, merupakan ordinary point.
4. Dalam semua keadaan dimana dapat diperoleh hanya sebuah penyelesaian
dengan bentuk :
y1 = A .x
n0
n
n s1
A0 . u1 ( x ) (2-28)
MTK-2/21
R(x) = R
n 0
k .xk = R0 + R1.x + R2.x2 + R3.x3 + ...
R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0
P(x) = P .x
n 0
k
k
= P0 + P1.x + P2.x2 + P3.x3 + ...
V0 = 0, V1 = -1/2, V2 = V3 = ... = 0
n
q k ( s n). An k
Pers. rekurensi : An k 1
,
f ( s n)
dimana : - qk(s) = Rk.(s-k)2 + (Pk - Rk).(s - k) + Vk
- f(s) = s2 + (P0 - 1)s + V0
untuk s = s1 = 0 :
[q1 (1). A0 ]
n = 1 A1
f (1)
q1(1) = R1.(1 - 1)2 + (P1 - R1).(1 - 1) + V1 = -1/2
f(1) = 12 + (P0 - 1).1 + V0 = 1 + (1/2 - 1).1 + 0 = 1/2
[ 1 / 2. A0 ]
A1 A0
1/ 2
MTK-2/22
q1(3) = R1.(3 - 1)2 + (P1 - R1).(3 - 1) + V1 = -5/2
q2(3) = R2.(3 - 2)2 + (P2 - R2).(3 - 2) + V2 = 0
q3(3) = R3.(3 - 3)2 + (P3 - R3).(3 - 3) + V3 = 0
f(3) = 32 + (P0 - 1).3 + V0 = 9 + (1/2 - 1).3 + 0 = 15/2
[ 5 / 2. A1 ] 1 1
A3 A2 A0
15 / 2 3 6
n = ....
1
n = n An . A0
n!
1 1
Jadi : Y1 x s1 . An . x n = x 0 . A0 . x n A0 . x n
n 0 n 0 n! n 0 n!
untuk s = s2 = 1/2 :
[q1 (1,5). A0' ]
n = 1 A '
1`
f (1,5)
q1(1,5) = R1.(1,5 - 1)2 + (P1 - R1).(1,5 - 1) + V1 = -1
f(1,5) = 1,52 + (P0 - 1).1,5 + V0 = 3/2
A' 2
A1' 0 A0'
3/ 2 3
Jadi : Y2 = x s2 . An' . x n x 0,5 .[ A0' A1' . x A2' . x 2 ...]
n 0
MTK-2/23
2 22 2 23 3
= x 0,5 . A0' [1 . x x x ...]
3 35
. 35
. .7
1 2 22 2 23 3
Sehingga : Y(x) = A0 . x n + x 0,5 . A0' [1 . x x x ...]
n 0 n! 3 35. 35
. .7
MTK-2/24
Contoh : [s1 - s2 0 tetapi bilangan bulat, Mickley 5-4c]
Selesaikan PD berikut dengan metode Frobenius yang valid disekitar x = 0 :
d2y dy
x 2 2 xy 0 .....(A)
dx dx
Jawab :
d2y 1 dy 1
PD diubah ke bentuk PD Frobenius : R( x ). 2 . P ( x ) .V ( x ). y 0 ,
dx x dx x 2
yaitu :
d 2 y 2 dy x 2
y0
dx 2 x dx x 2
dimana : R(x) = 1 R(0) = 1
P(x) = 2
V(x) = x2
Identity :
R(x) = R
n 0
k .xk = R0 + R1.x + R2.x2 + R3.x3 + ...
R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0
P(x) = P .x
n 0
k
k
= P0 + P1.x + P2.x2 + P3.x3 + ...
P0 = 2, P1 = P2 = P3 = ... = 0
V(x) = V
n 0
k .xk = V0 + V1.x + V2.x2 + V3.x3 + ...
V0 = 0, V1 = 0, V2 = 2, V3 = V4 = ... = 0
MTK-2/25
[0. A0 ]
A1 0
2
untuk s = s2 = -1 :
y2 c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x n s2
n0
( 1)
n
y2 c.ln( x). x 2 n Bn . x n 1 .....(B)
n 0 ( 2n 1)! n0
MTK-2/26
dy2
( 1) n .2n 2 n 1
( 1) n
c.ln( x). .x c. . x 2 n 1 Bn .(n 1). x n 2
dx n 0 (2n 1)! n 0 ( 2n 1)! n0
.....(C)
d 2 y2
( 1) n .2n.(2n 1) 2 n 2
( 1) n .2n 2 n 2
dx 2
c .ln( x ).
n0 (2n 1)!
. x c .
n 0 ( 2n 1)!
.x
( 1) n .(2n 1) 2 n 2
c. .x Bn .(n 1).(n 2). x n 3
n0 (2n 1)! n0
.....(D)
Pers.(B), (C), dan (D) (A) :
( 1) n .2n.(2n 1) 2 n 1
( 1) n .2n 2 n 1
c.ln( x). .x c. .x
n0 (2n 1)! n 0 ( 2n 1)!
( 1) n .(2n 1) 2 n 1
c. .x Bn .(n 1).(n 2). x n 2
n0 (2n 1)! n0
( 1) n .4n 2 n 1
( 1) n .2 2 n 1
c.ln( x). .x c. .x Bn .2.(n 1). x n 2
n0 ( 2 n 1)! n0 ( 2 n 1 )! n0
( 1) n
c.ln( x). x 2 n 1 Bn . x n 0
n 0 ( 2n 1)! n0
( 1) n .(4n 2 2n) 2 n 1
( 1) n .(4n 1) 2 n 1
c.ln( x). .x c. .x
n0 (2n 1)! n0 (2n 1)!
( 1) n
c.ln( x). x 2 n 1 Bn .(n 1). n. x n 2 Bn . x n 0
n 0 (2n 1)! n0 n0
16 . . x 3 .ln( x ) 142
. . x.ln( x ) 120 . . x 5 .ln( x)
c ...
3! 5! 7!
15
. . x 9. x 3
13. x 5
c x 1 ...
3! 5! 7!
x 3 .ln( x) . x 5 .ln( x) x 7 .ln( x)
c x.ln( x) ...
3! 5! 7!
+ [2B2 + 6B3.x + 12B4.x + 20B5.x + 30B6.x4 + 42B7.x5 + ...]
2 3
MTK-2/27
- suku : x3 20B5 + B3 = 0 B5 = -B3/20 = B1/120
( 1) n . B1
generalisasi : - suku ganjil : B2 n 1
(2n 1)!
( 1) n . B0
- suku genap : B2 n
(2n)!
( 1) n 2 n 1
( 1) n
y2 B0 .x B1 . x 2n
n 0 ( 2n)! n 0 ( 2n 1)!
( 1) n
( 1) n 2 n 1
( 1) n
Jadi : y A0 . x B0
2n
.x B1 . x 2n
n 0 ( 2n 1)! n 0 (2n)! n 0 ( 2n 1)!
( 1) n 2 n 1
( 1) n
y B0 .x ( A0 B1 ) . x 2n
n 0 (2n)! n 0 ( 2n 1)!
MTK-2/28
( 1) k x 2 k
y1 ( x ) A0 . x 1
p
(2-35)
k 1 (1 p)(2 p)...( k p).2 . k !
2k
e
x
harga-harga p yang positif, integral : (p) = . x p 1dx ; p > 0 (2-37)
0
MTK-2/29
Fungsi yang dinyatakan dengan Jp(x) disebut “Fungsi Bessel jenis pertama order
p”. Bila p tak nol dan bukan bilangan bulat positif, pnyelesaian kedua bisa
diperoleh dari pers.(2-36) sbb. :
y2(x) = c2.J-p(x) (2-48)
2k p
x
( 1)
2
J p ( x) (2-49)
k 0 k !( k p)!
Akibatnya, bila p tidak nol dan bukan bilangan bulat positif, penyelesaian lengkap
persamaan Bessel (2-30) adalah :
y = c1.Jp(x) + c2.J-p(x) (2-50)
Bila p mempunyai harga nol atau bilangan bulat positif n, kedua penyelesaian
menjadi tidak independent, yaitu ada hubungan antara J -n(x) dan Jn(x) sbb. :
J-n(x) = (-1)n.Jn(x) (2-51)
Dalam hal ini, metoda Frobenius tak memberikan penyelesaian lengkap. Tetapi
metoda yang telah diterangkan dimuka (yaitu alternatif ke-4) bisa digunakan
untuk menentukan penyelesaian kedua sbb. :
y2(x) = c2Yn(x)
(2-52)
dimana Yn(x) disebut fungsi Bessel jenis kedua order n atau bentuk Weber dan
didefinisikan sebagai berikut :
x
2 k n
( n k 1 )!
ln x J ( x ) 1
n 1
2
2 2 n 2 k 0 k!
Yn ( x )
x
2 k n
1
2
( 1) k 1 ( k ) ( k n)
2 k 0 k !(n k )!
(2-53)
dimana adalah konstanta Euler yaitu : = 0.5772157 (2-54)
k
1
dan (k) = =1 + 1/2 + ... + 1/k ; k 1 (2-55)
m 1 m
(0) = 0 (2-56)
Akibatnya, bila p = 0 atau bilangan bulat, penyelesaian lengkap persamaan Bessel
(pers.2-30) adalah : y = c1.Jn(x) + c2.Yn(x) (2-57)
Contoh :
d2y dy
x 2
2
x ( x 2 4) y 0 ,
dx dx
dimana : x = 1 y = 5 dan x = 2 y = 8, selesaikan PD ini.
Jawab :
p = 2, maka penyelesaian : y = c1.J2(x) + c2.Y2(x)
-x=1 : 5 = c1.J2(1) + c2.Y2(1)
= c1.0.1149 + c2.-1.65068
5 = 0.1149.c1 - 1.65068.c2
-x=2 : 8 = c1.J2(2) + c2.Y2(2)
MTK-2/30
8 = 0.35283.c1 - 0.6174.c2
maka c1 = dan c2 = , sehingga : y = J2(x) + Y2(x)
PD linier order 2 :
d2y dy
x 2 2 x (x 2 p2 ) y 0 (2-58)
dx dx
bisa diubah ke pers. Bessel (pers.2-30) dengan cara substitusi ix = z. Sehingga,
penyelesaian pers.(2-58) adalah :
y = c1.Jp(ix) + c2.J-p(ix) (2-59)
bila p tidak nol dan bukan bilangan bulat positif, maka :
y = c1.Jn(ix) + c2.Yn(ix) (2-60)
bila p adalah nol atau bilangan bulat positif n. Tetapi biasanya pers.(2-59) dan (2-
60) ditulis dengan bentuk yang lebih baik. Maka bila p tidak nol dan bukan
bilangan bulat positif, penyelesaian pers.(2-58) ditulis sbb. :
y = c1.Ip(x) + c2.I-p(x) (2-61)
dan bila p adalah nol atau bilangan bulat positif n, penyelesaian pers.(2-58)
menjadi
y = c1.In(x) + c2.Kn(x) (2-62)
Ip(x) disebut modifikasi fungsi Bessel jenis pertama order p dan didefinisikan
sebagai berikut :
2k p
x
2
Ip(x) = i .Jp(ix) =
-p
(2-63)
k 0 k !( k p)!
Kn(x) disebut modifikasi fungsi Bessel jenis kedua order n dan didefinisikan sbb. :
Kn(x) = i n 1 J n (ix ) i.Yn (ix ) (2-64)
2
PD. berikut :
d2y dy
x 2 2 x (a 2bx r ) (c dx 2 s b(1 a r ). x r b 2 . x 2 r ) y 0 (2-65)
dx dx
bisa direduksi menjadi bentuk persamaan Bessel (pers.2-30) dengan melakukan
transformasi variabel-variabel. Kemudian penyelesaian pers.(2-65) bisa
dinyatakan dalam fungsi Bessel. Penyelesaian umum pers.(2-65) menjadi sbb. :
d d
y x (1a )/ 2 e (b.x / r ) c1 Z p . x s c2 Z p .xs
r
(2-66)
s s
1 1 a
2
dimana : p c (2-67)
s 2
Zp menyatakan salah satu dari fungsi Bessel, yaitu :
d
i. bila real dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka : Z p = Jp, dan
s
Z-p = J-p.
MTK-2/31
d
ii. bila real dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka : Z p = Jn, dan
s
Z-p = Yn.
d
iii. bila imaginer dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka Z p = Ip,
s
dan Z-p = I-p.
d
iv. bila imaginer dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka Z p = In,
s
dan Z-p = Kn.
1.0
-1.0
J0(x)
Y0(x)
Batas yang didekati berbagai fungsi Bessel bila x mendekati nol atau bila x
mendekati tak berhingga adalah sangat penting dalam penyelesaian problema-
problema praktis. Untuk harga-harga yang kecil, pendekatan berikut bermanfaat :
1 1
Jp(x) p . x p dan J-p(x) .xp (2-70)
2 p! ( p)!
2 n (n 1)! 2
Yn(x) . x n ; n 0 dan Y0(x) ln x (2-71)
1 2p
Ip(x) . x p
dan I-p (x) .xp (2-72)
2 p p! ( p)!
Kn(x) 2n-1(n-1)!.x-n; n 0 dan K0(x) -ln x (2-73)
Peninjauan hubungan-hubungan diatas menunjukkan bahwa hanya J p(x) dan Ip(x)
yang berhingga pada x = 0. Tetapi deret pangkat dalam semua fungsi-fungsi
Bessel memusat untuk seluruh harga-harga x yang berhingga, terjadinya
divergensi fungsi-fungsi Bessel tertentu pada x = 0 diakibatkan karena deret
MTK-2/32
pangkatnya dikalikan dengan x yang berpangkat negatif atau dengan suku yang
mengandung logaritma x.
Untuk harga-harga x yang besar (x ), pendekatan berikut berguna :
2 p
Jp(x) cos x (2-74)
. x 4 2
2 p
Yn(x) sin x (2-75)
. x 4 2
ex
Ip(x) (2-76)
2x
Kn(x) .e x (2-77)
2x
Jp dan Yn berosilasi seperti fungsi sinusoidal yang teredam dan mendekati nol bila
x . Amplitudo osilasi menurun bila x makin besar, dan jarak antara dua titik
nol yang berturutan makin kecil sampai mendekati batas bila x naik. Titik nol
Jp+1(x) memisahkan titik-titik nol Jp(x), artinya dua harga x yang membuat J p=1(x)
= 0 terdapat satu dan hanya satu harga x yang membuat J p(x) = 0. Pernyataan ini
berlaku juga untuk Yn+1(x) dan Yn(x). Tabel 2.1 dan tabel 2.2 menunjukkan
harga=harga x yang membuat J0(x) dan J1(x) = 0.
Tabel 2.1. Harga-harga x untuk J0(x) = 0 dan harga-harga J1(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk Beda harga-harga Harga J1(x) yang
J0(x) = 0 x bersesuaian
2.4048 +0.5191
3.1153
5.5201 -0.3403
3.1336
8.6537 +0.2715
3.1378
11.7915 -0.2325
3.1394
14.9390 +0.2065
Tabel 2.2. Harga-harga x untuk J1(x) = 0 dan harga-harga J0(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk Beda harga-harga Harga J0(x) yang
J1(x) = 0 x bersesuaian
3.8317 -0.4028
3.1834
7.0156 +0.3001
3.1379
10.1735 -0.2497
3.1502
13.3237 +0.2184
3.1469
16.4706 -0.1965
MTK-2/33
Bertolak belakang dengan sifat-sifat Jp(x) dan Yn(x), Ip(x) naik secara kontinyu
dengan x, dan Kn turun secara kontinyu. Fungsi-fungsi Bessel dengan ode sama
dengan setengah dari bilangan ganjil dapat dinyatakan dalam fungsi-fungsi
elementer :
2 2
J1/2(x) = sin x dan J-1/2(x) = cos x (2-78)
x x
2 2
I1/2(x) = sinh x dan I-1/2(x) = cosh x (2-79)
x x
Fungsi-fungsi Bessel dengan orde setengah dari bilangan ganjil dapat dihitung
dengan rumus rekurensi berikut :
2n 1
Jn+1/2(x) = J n 1/ 2 ( x) J n 3/ 2 ( x )
x
(2-80)
2n 1
In+1/2(x) = I n 1/ 2 ( x) I n 3/ 2 ( x) (2-81)
x
dan persamaan-persamaan (2-78) dan (2-79) diatas.
Selanjutnya, hubungan-hubungan berikut sangat berguna dalam
penyelesaian problema-problema praktis :
x Z p 1 (x ); Z J , Y , I
p
dx
d p
x Z p (x )
x p
Z ( x ); Z K
(2-82)
p 1
x Z p 1 (x ); Z J , Y , K
p
dx
d p
x Z p (x ) p
x Z ( x ); Z I
(2-83)
p 1
p
Z p 1 (x ) Z p (x ); Z J , Y , I
d
Z p (x )
x
(2-84)
dx Z p 1 (x ) p Z p (x ); Z K
x
p
Z p 1 (x ) Z p (x ); Z J , Y , K
d
dx
Z p (x )
x
p
(2-85)
Z p 1 (x ) Z p (x ); Z I
x
2
d
dx
I p (x) I p 1 (x) I p 1 (x) (2-86)
x
I p (x )
2p
I p 1 (x) I p 1 (x) (2-89)
x
Kn (x )
2p
Kn1 (x) Kn1 (x) (2-90)
MTK-2/34
J n (x ) ( 1) n J n (x )
I n (x ) I n (x ) bila n = 0 atau bil. bulat (2-91)
K n (x ) Kn (x )
1 d dy
sin . p( p 1) y 0
sin d dx
d y dy
cot p( p 1) y 0 (2-92)
d 2 d
Persamaan-persamaan ini timbul dalam problema distribusi suhu atau
tegangan, dll yang mempunyai bidang batas berbentuk bola. Dengan metoda
Frobenius, diperoleh penyelesaian dengan bentuk :
y = c1up(x) + c2vp(x) (2-93)
dimana :
p( p 1) 2 p( p 2)( p 1)( p 3) 4
up(x) = 1 x x
2! 4!
p( p 2)( p 1)( p 1)( p 3)( p 5) 6
x ...
6!
( p 1)( p 2) 3 ( p 1)( p 3)( p 2)( p 4) 5
Vp(x) = x x x ...
3! 5!
Perhatikan bahwa bila p merupakan bilangan bulat genap atau nol, u p(x) akan
merupakan suatu polinomial dengan jumlah suku yang berhingga, bila p
merupakan bilangan bulat ganjil, vp(x) mempunyai suku-suku yang jumlahnya
berhingga. Jadi bila p merupakan bilangan bulat, maka salah satu penyelesaian
merupakan deret tak berhingga, dan bila p bukan bilangan bulat, kedua
penyelesaian merupakan deret tak berhingga.
MTK-2/35
Dari persamaan asal, dapat dilihat bahwa u p dan vp akan memusat bila -1<
x < 1. Untuk harga p yang bulat (p = n), maka diberikan notasi lain :
u ( x)
- bila n genap atau nol : Pn(x) = n
un (1)
v ( x)
- bila n ganjil : Pn(x) = n (2-94)
v n (1)
- bila n genap : u1(1) = 1
2.4.6.... n
un(1) = (-1)n/2 .
. . ...(n 1)
135
- bila n ganjil : v1(1) = 1
2.4.6....(n 1)
vn(1) = (-1)9n-1)/2 (2-95)
135
. . ... n
sehingga : - P0(x) = 1
- P1(x) = x
- P2(x) = (3x2 - 1)/2
- P3(x) = (5x3 - 3x)/2
- P4(x) = (35x4 - 30x2 + 3)/8
MTK-2/36
d2y dy
x(1 x) 2
[v ( 1) x ] y 0 (2-99)
dx dx
dinyatakan dalam bentuk :
y = A0.F(,;v;x) + B0x1-yF(-v+1,-v+1;2-v;x) (2-100)
F(,;v;x) menyatakan deret hypergeometric :
( 1) ( 1) 2
F(,;v;x) = 1 x x ...
1. v 12. . v.(v 1)
[ ( 1)...( k 1)][ ( 1)...( k 1) k
x ...
. ... k ]v.(v 1)...(v k 1)
[12
(2-101)
Deret dikalikan A0 pada pers.(2-100) tak ada (pada umumnya) bila v nol atau
bilangan bulat negatif, dan deret dikalikan B0 tak ada bila v bilangan bulat positif
yang lebih besar dari satu.
d2y dy
Persamaan : x 2 (c x ) ay 0 (2-102)
dx dx
dipenuhi oleh confluent hypergeometric function dari Kummer, M(a,c;x), nila c
adalah bukan bilangan bulat.
y = AM(a,b;x) + x1-cM(1+a-c,2-c;x) (2-103)
bila c = 1 dan a= -n, dimana n merupakan bilangan bulat positif atau nol, satu
penyelesaian adalah Laquerre Polynomial ke-n : y = Ln(x) (2-104)
bila c = k+1 dan a = k-n, dimana k dan n adalah bilangan bulat, satu penyelesaian
berhubungan dengan Laquerre Polynomial :
dk
y = ALkn ( x ) A k Ln ( x ); bila k n (2-105)
dx
d2y dy
Persamaan : 2
2 x 2ny 0 (2-106)
dx dx
dipenuhi oleh Hermite Polynomial derajat n, y = Ah n(x) (2-107)
bila n adalah bilangan bulat positif atau nol.
d2y dy
Persamaan : (1 x ) 2 x n 2 y 0
2
(2-108)
dx dx
dipenuhi oleh Tschebyscheff Polynomial ke-n : y = A.Tn(x) (2-109)
bila n adalah bilangan bulat positif atau nol.
MTK-2/37
d2y dy
Persamaan : x(1 x) 2
[a (1 b) x ] n(a n) y 0 (2-109)
dx dx
dipenuhi oleh Jacobi Polynomial ke-n : y = A.Jn(a,b,x) (2-110)
MTK-2/38
V. SOAL - SOAL.
2. Suatu reaksi katalitik terjadi di dalam katalis bentuk bola dengan diameter 1
cm. Reaksi yang terjadi di dalam katalis adalah 2 A k B yang berorder
satu, dengan konstanta kecepatan reaksi, k = 0.18/menit. Koeffisien diffusi A
didalam katalis, D = 3.10-5 cm2/dt, dan konsentrasi A pada permukaan katalis
8.5 mol/lt.
a. Tentukan distribusi konsentrasi A didalam katalis.
b. Tentukan laju molar B yang terbentuk di dalam katalis.
c. Tentukan efektifness faktor katalis, .
laju reaksi A di dalam katalis sesungguhnya
laju reaksi A di dalam katalis andaikan kons. A didalam katalis seragam 8.5 mol / lt
MTK-2/39
BAB III
FUNGSI-FUNGSI KHUSUS
g( t ). e
pt
Bentuk khusus integral Laplace : dt , dimana g(t) = tn-1 dan p =1
0
( n 1) n ( n) (3-2)
berlaku untuk semua n >0, dengan bukti :
n t
( n 1) t e dt t
n t
e n t e dt 0 n t n e t dt n ( n)
n t
0 0 0 0
Bila diketahui harga-harga (n) untuk 0 < n 1, maka dengan pers.(3-2) dapat
dihitung semua harga (n) untuk n > 0,misalnya :
(3.5) = 2.5(2.5) = 2.5 x 1.5(1.5) = 2.5 x 1.5 x 0.5(0.5); (0.5) = = 1.76
= 2.5 x 1.5 x 0.5 x 1.76 = 3.30; (0.5) = = 1.76 dan ; (1) = 1
Untuk n = bil. bulat positif, berlaku : (n) = n! (3-3)
dan pers.(3-2) bisa ditulis : (n) = (n+1)/n (3-4)
misalnya : (-0.5) = (0.5)/-0.5 = -3.5222.
Untuk n = 0 atau bil. bulat negatif, maka harga (n) sama dengan tak berhingga,
(n) = , dimana n = bil genap neagif : (n) = dan n = bil. ganjil. negatif :
(n) = - .
x
m 1
(m,n) = (1 x ) n1 dx ; m > 0 dan n > 0 (3-5)
0
y
m 1
(m,n) = a 1- m - n
( a y ) n1 dy (3-7)
0
2. y / y + 1 = x.
MTK-2/38
y
n1
(m,n) = (1 y ) m n dy (3-8)
0
/2
3. (m,n) = 2 cos 2 m1 .sin 2 n1 d (3-9)
0
1. Kesalahan rata-rata : Dr =
zi 1 0.5642
n h h
2. Kesalahan standart : Ds =
zi2 D 1 0.7071
r
n 2 h 2 h
3. Probable error :
Probable error r didefinisikan sebagai kesalahan sedemikian rupa sehingga
setengah kesalahan dari n pengukuran lebih besar dari r dan setengah lagi lebih
kecil daripada r.
hr
2
dz 0.5
z2
e
0
dan harga h.r yang bersesuaian dengan Erf(h.r) = 0.5 di atas adalah : h.r = 0.4769
r = 0.4769/h, dengan Ds > Dr > r.
MTK-2/39
ha
2
e
t2
Prob.[-a z a] = dt , dimana h = indeks ketelitian.
0
Contoh :
jumlah panjang batang, kesalahan, n.z
pengukuran, n x z
2 1.01 0.044 0.088
6 1.02 0.034 0.204
12 1.03 0.024 0.288
15 1.04 0.014 0.210
20 1.05 0.004 0.080
13 1.06 -0.006 0.078
15 1.07 -0.016 0.240
10 1.08 -0.026 0.260
5 1.09 -0.036 0.180
2 1.11 -0.056 0.112
nz = 1.74
Dr =
z i
174
.
0.0174 , dengan indeks ketelitian : h = 0.5642/Dr = 32.42.
n 100
MTK-2/40
BAB IV
DERET FOURIER
a f i ( x ). f k ( x ). dx
Ck ; i k
(4-1)
Bila tiap fungsi fk(x) dalam himpunan diatas dibagi dengan Ck maka diperoleh
himpunan :
f ( x) f ( x) f ( x)
F1 ( x ) 1 , F2 ( x ) 2 ,..., Fk ( x) k
C1 C2 Ck
dan himpunan fungsi-fungsi F1(x), ...Fk(x),... memenuhi syarat :
0; i k
b
Contoh :
1. Fungsi-fungsi a, cos x, sin x,..., cos kx, sin kx,... adalah himpunan fungsi-
fungsi orthogonal dalam interval (-,) karena :
0; k m
cos ( kx).cos (mx) dx ; k m 0
2 ; k m 0
0; k m
sin ( kx).sin (mx) dx ; k m 0
MTK-2/41
0; k m
sin ( kx ).sin ( mx ) dx
2 ; k m 0
0; k m
cos ( kx).cos (mx) dx 2 ; k m 0
; k m 0
d2y dy
Ditinjau pers. Bessel berikut x 2 2
x (2 x 2 n 2 ) y 0 , dimana
dx dx
y= Jn(x), dan Jn(a) = 0 dalam interval (0,a) merupakan pernyelesaian
persamaan diatas. Bila Jn(x) adalah penyelesaian persamaan differensial yang
memenuhi syarat batas
a
x. J
0
n ( i . x ). J n .( k . x )dx 0 , bila i k, dan
a
a2
x. J n ( i . x) dx J n1 ( i . x) 2
2
0
2
MTK-2/42
a0
f ( x ).cos( kx )dx
2
cos( kx)dx
n 1
a n cos( kx ).cos( nx ) dx bn cos( kx ).cos( nx ) dx
f ( x ).sin( kx)dx bk (sin( kx )) 2 dx bk . , sehingga
1
bk
f ( x).sin( kx)dx; k 0,1,2,...
IV.3.1. Definisi.
1. Fungsi f(x) dinamakan “smooth function” dalam interval (a,b) bila dalam
interval (a,b), f(x) kontinyu bersama-sama dengan turunan pertamanya.
2. F(x) dinamakan “piece wise smooth” dalam interval (a,b) bila interval tsb.
dapat dibagi menjadi sejumlah tertentu sub interval dan dalam tiap sub
interval itu f(x) merupakan smooth function.
3. Titik diskontinuitas order pertama fungsi f(x) adalah suatu titik dimana f(x)
mempunyai limit kanan dan limit kiri yang tak sama.
IV.3.2. Teorema
Bila f(x) adalah piece wise smooth dalam interval (-,), maka deret
Fourier fungsi tsb. konvergen ke f(x) disemua titik dimana f(x) kontinyu. Dititik
diskontinuitas deret konvergen ke harga rata-rata limit kiri dan limit kanan.
Contoh :
1; x 0
f ( x)
1;0 x
deret Fourier dalam sembarang interval :
nx nx
a
f ( x) 0 a n .cos bn .sin , dimana :
L n 1 L L
MTK-2/43
nx nx
L L
1 1
an
L L
f ( x ).cos
L
. dx dan bn f ( x ).sin
L L L
. dx
Contoh :
f ( x )dx 2 f ( x )dx; f ( x ) : fungsi genap
0
Contoh :
1. Diketahui f(x) = 2x+1 dalam interval - < x < .Uraikan f(x) dalam deret
Fourier untuk - x .
2. Diketahui f(x) = 2x+1 dalam interval 0 x 2.Uraikan f(x) dalam deret
Fourier untuk 0 x 2.
3. Diketahui f(x) = 2x+1 dalam interval 0 < x .Uraikan f(x) dalam deret
Fourier cosinus untuk 0 < x .
4. Diketahui f(x) = 2x+1 dalam interval 0 < x .Uraikan f(x) dalam deret
Fourier sinus untuk 0 < x .
5. Diketahui f(x) = 2x+1 dalam interval 0 x .Uraikan f(x) dalam deret
Fourier cosinus untuk 0 x .
---------------@TNT/141096---------------
MTK-2/44
BAB V
PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL
dimana u = u(x,y).
Klasifikasi PD Parsial :
- pers. eliptik, bila B2-AC < 0
- pers. hiperbolik, bila B2 - AC > 0
- pers. parabolik, bila B2 - AC = 0
Contoh :
2u 2u
0 : pers. laplace dua dimensi atau pers. potensial, adalah pers.
x 2 y 2
eliptik, dimana A = 1, B = 0, dan C = 1, sehingga B2 - AC = 0 - 1.1 = -1 < 0.
u 2u
C 2 2 : pers. panas satu dimensi, adalah pers. parabolik, dimana A =
t x
C2, B = 0, dan C = 0, sehingga B2 - AC = 0 - C2.0 = 0.
2u 2 u
2
C : pers. gelombang satu dimensi, adalah pers. hiperbolik,
2t x 2
dimana A = C2, B = 0, dan C = -1, sehingga B2 - AC = 0 - C2.-1 = C2 > 0.
MTK-2/45
oleh kondisi-kondisi batas dan kondisi awal. Ada dua jenis problema, yaitu
problema nilai awal untuk kondisi-kondisi diketahui di suatu titik dan problema
nilai batas untuk kondisi-kondisi diketahui tidak hanya di satu titik, tetapi
domainnya terbatas.
Teorema 1 : Bila u1, u2, ..., uk merupakan penyelesaian pers. (2) maka u = c 1u1 +
c2u2 + ... + ckuk, dimana c1, c2,..., ck adalah konstanta-konstanta, juga
merupakan penyelesaian.
Teorema 2 : Bila u1, u2, ..., un, ... merupakan penyelesaian pers. (2) maka u =
C .u
n 1
n n , juga merupakan penyelesaian.
Contoh 1:
Perpindahan panas ke suatu dinding semi infinite. Suatu slab yang
tebalnya tak berhingga, mula-mula pada suhu T0 di semua bagian. Tiba-tiba salah
satu permukaan slab dikontakkan pada cairan panas bersuhu T s terus-menerus.
Tentukan distribusi suhu di dalam dinding.
Penyelesaian :
Problema perpindahan panas ini dinyatakan dengan P.D. sbb. :
T k 2T T 2 T
2
(1-1)
t . C p x 2 t x 2
kondisi awal : T(x,0) = T0 (1-2)
kondisi batas : 1. T(0,t) = Ts (1-3)
2. T(,t) = T0 (1-4)
Tahap 1 :
MTK-2/46
Transformasi Laplace pada pers. (1) :
T 2 T
L 2 . L 2
t x
d 2T
s. T T ( x,0) 2
dx 2
d 2T
2 s. T T0
dx 2
d 2T s T
2 . T 02 (1-5)
dx 2
Transformasi Laplace pada kondisi batas (pers. (3) dan pers. (4)) :
1. L{T(0,t)} = L{Ts}
T
T (0, s) s (1-6)
s
2. L{T(,t)} = L{T0}
T
T (, s) 0 (1-7)
s
Tahap 2 :
Penyelesaian umum pers. (5) adalah :
s s
.x .x T
T K1 . e
K2 . e
0 (1-8)
s
Dari kondisi batas ke-2 (pers. (7)) dan pers. (8) diperoleh K1 = 0. Sehingga pers.
(8) menjadi :
s
.x T
T K2 . e
0 (1-9)
s
Dari kondisi batas ke-1 (pers. (6)) dan pers. (9) diperoleh :
Ts T T T0
K2 0 K2 s (1-10)
s s s
Substitusi pers.(10) ke pers. (9), diperoleh :
Ts T0 s .x T0
T .e (1-11)
s s
Tahap 3 :
T(x,t) = L-1 T ( x, s)
1 x
s
1
= (Ts-T0).L-1 . e +T0.L-1
s s
x
= (Ts-T0). Erf + T0
2. . t
(1-12)
dengan kondisi batas x = 0 erf(0) = 0 dan x = erf() = 1, sehingga pers.
(12) menjadi :
MTK-2/47
x
T(x,t) = = (Ts-T0). 1 Erf + T0
2. . t
(1-13)
Tahapan-tahapan penyelesaian :
1. Melakukan pemisahan variabel sehingga diperoleh dua P.D. biasa.
2. Menyelesaikan kedua P.D. ini yang memenuhi kondisi-kondisi batas.
3. Mendapatkan penyelesaian total yang memenuhi kondisi awal.
Bila kondisi batas atau P.D. tidak homogen, maka sebelum digunakan metode ini
perlu dilakukan transformasi variabel, agar kondisi batas dan P.D. menjadi
homogen.
Untuk kondisi batas tak homogen, misalnya U(0,t) = U 0 dan U(L,t) = UL, lebih
dulu dilakukan substitusi variabel :
V = U + a + bx
V(0,t) = U(0,t) + a
0 = U0 + a a = -U0, dan
V(L,t) = U)L,t) + a + bL
0 = UL + a + bL
U0 U L
0 = UL - U0 + bL b
L
U0 U L U UL
Jadi V = U - U0 - .x atau U = V + U0 + 0 .x.
L L
Contoh 2 :
Suatu batang yang kedua permukaan sisinya terisolasi, dengan suhu mula-
mula di dalam batang tersebut terdistribusi dengan persamaan : T(x,0) = f(x).
Tiba-tiba (pada t = 0), kedua ujungnya dikontakkan dengan air es sehingga
suhunya dipertahankan tetap pada 0 oC.
X
0 oC 0 oC
MTK-2/48
Tentukan suhu batang sebagai fungsi x dan t atau T(x,t).
Penyelesaian :
Proses perambatan panas pada batang ini dapat digambarkan sebagai P.D. :
T 2 T
2
(2-1)
t t 2
Kondisi awal : T(x,0) = f(x) (2-2)
Kondisi batas :T(0,t) = 0 dan T(L,t) = 0 (2-3)
Pers. (1), merupakan P.D. Parsial homogen dan kondisi-kondisi batasnya (pers.
(3)) juga homogen. Maka metode pemisahan variabel dapat diterapkan.
Tahap 1 :
T(x,t) = F(x).G(t) (2-4)
G ' F '
Substitusi pers.(4) ke pers. (1) : F . G' 2 F ". G atau 2 (2-5)
.G F
Dapat disimpulkan bahwa kedua sisi pada pers. (5) merupakan konstanta yaitu :
G' F'
C (2-6)
.G F
2
Kemungkinan-kemungkinan harga C :
a. C > 0 :
penyelesaian pers. (8) adalah : F ( x) K1 . e C .x K2 . e C .x
Dari kondisi batas : 0 = K1 + K2
0 = K1 . e C Lx K2 . e C . L
maka diperoleh K1 = 0 dan K2 = 0, sehingga tidak merupakan penyelesaian non-
trivial.
b. C = 0 :
penyelesaian pers. (8) adalah : F ( x) K1 K2 . x
Dari kondisi batas : 0 = K1
0 = K1 + K2.L
maka diperoleh K1 = 0 dan K2 = 0, sehingga tidak merupakan penyelesaian non-
trivial.
c. C < 0 :
penyelesaian pers. (8) adalah : F ( x) K1 .cos( C . x) K2 .sin( C . x)
Dari kondisi batas : 0 = K1
0 = K1 .cos( C . L) K2 .sin( C L)
maka diperoleh K1 = 0 dan K2 0, sehingga merupakan penyelesaian non-trivial.
Maka dipilih C yang berharga negatif, misalnya C = -p2. Maka pers. (8) menjadi :
F” + p2.F = 0 (2-9)
dan pers. (7) menjadi :
MTK-2/49
G’ = -p2.2G (2-10)
Tahap 2 :
Penyelesaian pers. (9) :
Dari kondisi batas : F(0) = 0 dan F(L) = 0, maka penyelesaian umum pers. (9) :
F(x) = K1.cos (px) + K2.sin (px)
Untuk kondisi batas pertama : 0 = K1 + 0 atau K1 = 0, maka F(x) = K2.sin (px),
dan untuk kondisi batas kedua : 0 = K2.sin (pL), maka sin (pL) = 0, jadi pL = n.
atau p = n./L, dimana : n = 1,2,3, ... .
n. . x
Sehingga penyelesaian pers.(10) : Fn ( x ) K2 n .sin
L
Penyelesaian pers. (10) :
n.
2
. .t
2
p 2 . 2 .t L
Ge atau Gn (t ) e
Jadi :
T(x,t) = Tn ( x, t ) =
n 1
F ( x). G (t )
n 1
n n
n. n.
2 2
n. . x . .t
2
n. . x . .t
2
= K2 n .sin .e L
atau An .sin .e L
(2-11)
n1 L n1 L
Tahap 3 :
n. . x
Dari kondisi awal : T(x,0) = f(x) = A .sin n
L
, nampak bahwa f(x) adalah
n1
n. . x
L
2
deret Fourier Sinus, dimana : An f ( x ).sin dx (2-12)
L0 L
Jadi penyelesaian umum problema ini adalah pers. (2-11) dengan harga-harga An
diperoleh dari pers. (2-12).
Contoh 3 :
Ditinjau sebuah silinder tak berhingga panjang (atau sebuah silinder yang
ujung-ujungnya terisolir). Jari-jari silinder adalah R. Mula-mula distribusi suhu di
dalam silinder adalah f(r). Tiba-tiba pada t = 0, permukaan silinder dipertahankan
tetap pada suhu 0 oC. Tentukan suhu silinder sebagai fungsi r dan t, yaitu T(r,t).
Penyelesaian :
Persoalan perpindahan panas pada silinder ini dapat dinyatakan dengan
P.D. sbb. :
T 2 T
2
1 T
. 2 . (3-1)
t r r r
Kondisi awal : T(r,o) = f(r) (3-2)
Kondisi batas : T(R,t) = 0 oC (3-3)
Tahap 1 :
T(r,t) = F(r).G(t) (3-4)
MTK-2/50
Substitusi pers.(4) ke pers. (1) :
1
F " . F '
1 G' r
F . G' 2 F ". G . F '. G atau 2 C (3-5)
r .G F
seperti pada contoh-contoh yang lalu C harus negatif : C = -p2. Sehingga pers. (3-
5) menjadi :
1
F " . F '
G' r
p2 (3-6)
.G
2
F
pers. (6) ini terpecah jadi dua persamaan :
1
F " . F ' p 2 . F 0 (3-7)
r
dan
G’ + 2.p2.G = 0 (3-8)
Tahap 2 :
Penyelesaian pers. (7) :
Pers. (7) bisa ditulis : r2.F” + r.F’ + p2.r2.F = 0, pers. ini merupakan pers. Bessel
yang penyelesaian umumnya adalah :
F(r) = K1.J0(pr) + K2.Y0(pr) (3-9)
Pada r = 0 : Y0 (0) = , agar F(r) berhingga untuk r = 0, maka K2 = 0, sehingga
pers. (9) menjadi : F(r) = K1.J0(pr). Dari kondisi batas : r = R T(R,t) = 0
F(R) = 0, jadi F(R) = 0 = K1.J0(pR), dimana K1 0 dan pR = akar-akar
fungsi Bessel order nol. Jadi pR = 2.4, 5.52, 8.65, 11.79, 14.93, ... atau p n = 2.4/R,
5.52/R, 8.65/R, 11.79/R, 14.93/R, ... . Maka pers. (9) dapat ditulis :
Fn(r) = K1n.J0(pn.r) (3-10)
Tahap 3:
Sesuai dengan teorema 2, maka :
T ( x, t ) = F ( x). G (t ) = K . J 0 (r , t ). e
2
. pn2 .t
T(r,t) = n n n 1n
n 1 n 1 n 1
atau
A .J (r , t ). e
2
. pn2 .t
T(r,t) = n 0 (3-13)
n 1
juga merupakan penyelesaian. Dan dari kondisi awal :
T(r,o) = f(r) = A J
n 1
n 0 ( pn . r ) (3-14)
MTK-2/51
Konstanta An dicari dengan menggunakan sifat-sifat ortogonalitet fungsi Bessel,
yang dalam hal ini, pers. (14) dikalikan dengan r.J 0(pn.r) dan diintegralkan dari 0 -
R, sehingga menjadi :
R R
0 r . f ( r ). J 0 ( p n . r ) dr = An . r. J 0 ( pn . r ). J 0 ( pn . r )dr
n 1 0
R
R2
= An r. J 02 ( pn . r )dr = An . J1 ( pn . R) 2
0
2
R
2
J1 ( pn . R) 2 0
jadi : An 2
. r. f (r ). J 0 ( pn . r )dr (3-15)
R
Jadi penyelesaian problema ini adalah pers. (3-13) dimana An diperoleh dari pers.
(3-15).
Contoh 4 :
Suatu bola logam dengan radius R yang mula-mula bersuhu 30 oC disemua
bagian, tiba-tiba dimasukkan ke dalam oven yang diatur pada suhu 400 oC, ynag
dijaga konstan. Dianggap tahanan perpindahan panas secara konveksi dan radiasi
pada permukaan logam diabaikan. Tentukan suhu dalam bola sebagai fungsi
waktu dan radius dari pusat bola, T(r,t).
Penyelesaian :
PD. yang menggambarkan problema ini :
T 2 T 2 T
2 . . 2 (4-1)
t r r r
Tahap - 1 :
Substitusi : V = T - 400, sehingga :
- kondisi awal : V(r,0) = 30 - 400 = -370 oC (homogen) (4-4)
o
- kondisi batas : T(R,t) = 400 - 400 = 0 C (homogen) (4-5)
Pemisahan variabel, didfenisikan : V(r,t) = F(r).G(t), yang disubstituikan ke pers.
(1) :
2
. F F "'
2 2 G' r
F . G' . F '. G F ". G atau 2 C (4-6)
r .G F
harga C harus negatif, C = -p2, sehingga diperoleh dua persamaan terpisah :
2
F " . F ' p 2 . F 0 (4-7)
r
MTK-2/52
dan
G’ + 2.p2.G = 0 (4-8)
Tahap 2 :
Penyelesaian pers. (7) :
H
Substitusi : H = r.F, sehingga : - F (a)
r
1 1
- F' 2
. H . H' (b)
r r
2 1 1 1
- F " 3 . H 2 . H ' . H" 2 . H ' (c)
r r r r
yang disubstitusikan ke pers. (7) :
2 2 1 2 1 1 H H" H
. H 2 . H ' . H" 2 . H . H ' p 2 . 0 p2 . 0
r 3
r r r r r r r r
Tahap 3:
n. .
2
.t
B
V(r,t) = Vn (r , t ) = Fn (r ). Gn (t ) = n .sin . r . e R
n 1 n 1 n 1 r
R
atau
MTK-2/53
n.
2
n. . R .t
2
B
V(r,t) = n .sin . r . e (4-13)
n 1 r
R
juga merupakan penyelesaian. Dan dari kondisi awal :
n.
B
V(r,o) = -370 = n .sin . r (4-14)
n 1 r
R
Konstanta Bn dicari dengan menggunakan sifat-sifat ortogonalitet fungsi sinus,
m.
yang dalam hal ini, pers. (14) dikalikan dengan r.sin( r ) dan diintegralkan
R
dari 0 - R, sehingga menjadi :
m.
R
= B1 . sin . r .sin . r dr +
0
R R
2. m.
R
B2 . sin . r .sin . r dr + . . . +
0
R R
2
m.
R
Bm . sin . r dr + . . .
0 R
dimana untuk n m, hasil integrasi adalah 0., maka :
m. Bm 2m.
R R
R
370.
m. 0
r . d cos
R
. r
= .
2 0 1 cos
R
. r dr
R m.
R
m.
R
1 m. Bm
370. . R.cos . R
m. R 2
740. R.( 1) m 740. R.( 1) n
Bm atau Bn (4-15)
m. n.
Penyelesaian umum problema ini adalah :
T(r,t) = 400 + V(r,t) atau
n.
2
n. .
2
.t
B
T (r , t ) 400 n .sin . r . e R
(4-16)
n 1 r
R
dengan Bn dari pers. (15).
MTK-2/54
Terjadi generasi panas di dalam butiran-butiran uranium berbentuk bola
dengan kecepatan per unit volume sebesar Q. pada permukaan batasnya diadakan
pendinginan dengan heat transfer koeffisien, h, dan suhu fluida pendingin, Tf
konstan. Pada saat awal, suhu didalam butiran seragam, T 0. Tentukan distribusi
suhu didalam butiran, T(r,t)
Penyelesaian :
Phenomena proses tsb. dapat dirumuskan :
T 1 2 T Q
2 r (1)
t r r r C p
kondisi awal dan batas :
T
r = R ; k
r
h T Tf (2)
t = 0 ; T (0,r) = T0 (3)
Jelas bahwa PD yang dihasilkan tidak homogen, sehingga metode separation
variabel tidak langsung digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi
berikut, untuk membuat PD menjadi homogen. Dalam hal ini variabel suhu
diuraikan menjadi dua bagian : penyelesaian steady state (future steady state) dan
simpanagn terhadap steady state, yaitu :
T(r,t) = T (r ) y(r , t ) (4)
PD pada steady state dinyatakan :
1 d 2 dT Q
2 r 0 (5)
r dr dr C p
dan diintegralkan :
dT Q
dr2 r 2 dr (6)
dr k
dT Q r3
r2 C1 (7)
dr k 3
pada pusat : C1 = 0, maka :
dT Q r C1
(8)
dr k 3 r2
diintegralkan :
Q r2
T (r ) C2 (9)
k 6
R Q R2
Q h C2 Tf (10)
3 k 6
QR QR 2
dimana : C2 Tf , pada keadaan steady state, t = :
3h 6k
QR QR 2 r
2
T (r ) Tf 1 (11)
3h 6k R
Jika persamaan ini disubstitusikan ke persamaan awal dan kondisi batasnya :
MTK-2/55
y 1 2 y
2 r (12)
t r r r
y
r = 0; 0 (13)
r
y
r = R; k hy (14)
r
t = 0; y(r,0) = T0 - T (r ) (15)
dimana bagian steady menghilangkan Q dari pers. (5), pada batasan t ,
digunakan variabel bebas tak berdimensi :
r t
; dan 2
R R
maka pers. (12) menjadi :
y 1 2 y
2 (16)
y
0; 0 (17)
y
1; Bi y (18)
hR
dimana : Bi =
k
Sekarang persamaan untuk y dan kondisi batasnya, telah homogen, maka metode
pemisahan variabel dapat digunakan :
y( , t ) ( ) ( ) (19)
1 d d
( 2 )
d d
2
2
kita dapatkan : (20)
maka ada dua variabel yang harus diselesaikan :
1 d 2 d
0
2
(21)
d
2
d
dan
d
2 0 (22)
d
Pers. (21) diselesaikan dengan bantuan = u()/, maka :
d 2u
2 u 0 (23)
d 2
penyelesaiannya :
u( ) A0 sin( ) B0 cos( ) (24)
atau
sin( ) cos( )
( ) A0 B0 (25)
Pers. (22) diselesaikan dengan :
MTK-2/56
K exp( 2 ) (26)
jika = 0, penyelesaian menjadi sederhana dengan C/ + D, maka penyelesaian
akhir adalah :
sin( ) cos( ) C
y A B exp( 2 ) D (27)
Pada pusat : B = C = 0 dan karena y 0 sebagaimana , sehingga D =
0, maka :
sin( )
y ( , ) A exp( 2 ) (28)
dengan , diterapkan = 1, menghasilkan :
sin () - cos () = Bi sin() (29)
atau
n cot ( n ) - 1 = - Bi (30)
untuk Bi yang besar, menjadi sin (n) = 0, jadi n = n; (n = 0,1,2, ...).
Penyelesaian umumnya menjadi :
sin( n )
y ( , ) An exp( 2n ) (31)
n 1
dengan menggunakan sifat orthogonal :
1 R QR 2 2
sin( n )
T0 Tf QR
3h 6k
6k
n 1
An
(32)
konstanta An adalah :
1 1
QR 1 R QR 2 2
An sin( n )d sin( n ) x (T0 Tf )
0 0 3 h 2k 6k
diintegralkan :
1 1 sin( n ) cos( n )
An
2 2 n
QR 1 R sin( n ) n cos( n )
= T0 Tf
3 h 2 k 2n
+
QR 2 3 n 6 sin( n ) ( n 6 n ) cos( n )
2 3
6k
4
n
Jadi penyelesaian umumnya adalah :
Nk
1
y ( , )
2n cos n sin( n )
2 Bi
exp 2n
T0 T f
n 1 Bi 1 cos n
2
n
dimana :
QR 2 hR
Nk ; Bi = .
k (T0 Tf ) k
MTK-2/57
Contoh 6 :
Perpindahan panas dua dimensi dalam keadaan steady :
y Qy=y+y
C
T = f(x)
b lebar = w
R
T=0 T=0
0 a x
Qx=x+x
Qx=x Qy=y
Penyelesaian :
P.D. yang menggambarkan fenomena perpindahan panas ini adalah :
T T
Qx x k . . w. y dan Qy y k . . w. x
x x x y y y
MTK-2/58
T(a,y) = 0 dimana 0 < y < b
T(x,b) = f(x) dimana 0 < x < a
T(0,y) = 0 dimana 0 < y < b
Tahap 1 :
T(x,y) = F(x).G(y) (5-3)
Substitusi pers. (3) ke pers. (1) didapat : F”.G + F.G” = 0 atau
F" G"
p2 (5-4)
F G
Pers. (4) dapat dipecah menjadi :
F” + p2.F = 0 (5-5)
2
dan G” - p .G = 0 (5-6)
Tahap 2 :
Penyelesaian pers. (5) :
F(x) = K1. cos (px) + K2.sin (px) (5-7)
Kondisi batas : F(0) = 0, F(a) = 0, dengan kondisi batas ini dan pers. (7) diperoleh
:
0 = K1 + 0 K1 = 0
dan 0 = K2.sin (pa) pa = n. atau p = n./a, dimana : n = 1,2,3, ... .
n. . x
Jadi penyelesaian pers. (5) : Fn ( x ) K2 n .sin (5-8)
a
Penyelesaian pers. (6) :
n.
2
MTK-2/59
n. . x
a
2
An
n. .b 0
f ( x ).sin
a
dx (5-12)
a.sinh
a
Jadi penyelesaian problema ini adalah pers. (11) dimana An diperoleh dari pers.
(5-12).
Contoh 6 :
Sebuah paralel epipedum, kelima sisinya bersuhu T 0 dan hanya pada sisi
bagian atas bersuhu T1 yang dipertahankan konstan (z = H). Dalam keadaan
steady state, distribusi suhu didalam benda ini, dirumuskan :
2T 2T 2T
2T 2 2 2 0 (6-1)
x y z
Tentukan distribusi suhu dalam paralel epipedum tsb. T(x,y,z).
Penyelesaian :
x y
L
D
Tahap 1 :
T T0
Substitusi : (6-2)
T1 T0
ke pers. (1), sehingga menjadi :
2 2 2
0 (6-3)
x 2 y 2 z 2
dengan kondisi batas :
= 0 : x = 0, y 0, z 0 (6-4a)
= 0 : x = L, y 0, z 0 (6-4b)
= 0 : y = 0, x 0, z 0 (6-4c)
= 0 : y = D, x 0, z 0 (6-4d)
= 0 : z = 0, x 0, y 0 (6-4e)
= 1 : z = L, x 0, y 0 (6-4f)
MTK-2/60
X " Y" Z"
0 (6)
X Y Z
atau
X " Y" Z"
a 2 (7)
X Y Z
X" Y"
maka : a2 b2 (8)
X Y
sehingga terdapat 3 pemisahan variabel :
X” + b2X = 0 (9a)
Y” + (a2 - b2)Y = 0 (9b)
Z” - a2Z = 0 (9c)
Tahap 2 :
Kemungkinan-kemungkinan penyelesaian, bila :
a b 0, maka : X = c1.cos (bx) + c2.sin (bx)
Y c3 .cos( a 2 b 2 . y) c4 .sin( a 2 b 2 . y)
Z = c5.cosh (az) + c6.sinh (az) . . . . . (10)
a = 0, b = 0, maka : X = c9 + c10.x
Y = c7 + c8.y
Z = c11 + c12.z . . . . . (12)
a 0, b = 0, maka : X = c9 + c10.x
Y = c15.cos (ay) + c16.sin (ay)
Z = c5.cosh (az) + c6.sinh (az) . . . . . (14)
MTK-2/61
c13 = 0
c15 = 0
pers. (4d), dimana : = 0, y = D Y(D) = 0, maka :
c14 = 0
m. n 2 m2
a2 b2 sehingga : a 2 2
D L D
pers. (4e), dimana : = 0, z = 0 Z(0) = 0, maka :
c5 = 0
c11 = 0
Tahap 3 :
dari pers. (4f) :
n. n. n 2 m2
1 Amn .sin . x .sin . y .sinh . 2 2 . H (16)
n 1 m1
L D L D
lalu konstanta Amn dicari dari sifat-sifat orthogonal, dengan mengalikan dengan
faktor :
p. q. p. q.
L D L D
0 0 L D
sin . x .sin . y dy dx = 0 L 0 .sin D . ydy (17)
sin . x dx.
MTK-2/62
n. m.
L D
4
jadi : Amn . sin . x dx. sin . y dy
n 2 m2 L D
sinh . 2 2 . H . L. D
0 0
L D
16
atau Amn (20)
n 2 m2
sinh . 2 2 . H . m. n. 2
L D
Jadi penyelesaian problema ini adalah pers. (15) dengan Amn dari pers. (20).
Sebagai contoh dari metode ini adalah untuk problema perpindahan panas
x
pada dinding semi infinite. Didefinisikan variabel baru : (1)
2. . t
P.D. yang menggambarkan proses perpindahan panasnya :
T 2T
2 2 (2)
t x
Penyelesaian :
T T t x T
. . (3)
t t t 4. . t . t
T T 1 T
. . (4)
x x 2. . t
T 1 T
T
2
x 2. . t 1 2T
. . (5)
x 2 x x 4. 2 .. t 2
Substitusi pers. (3) dan pers. (5) ke pers. (2) :
x T 1 2T 2T 2. x T
. = 2. . atau . . (6)
4. . t . t 4. .. t 2. . t
2 2 2 2
T 2 T R
Substitusi : R , sehingga pers. (6) menjadi :
2
R R T
2.. R 2.. R K1 . e atau K1 . e
2 2
R
T K1 . e 2
T K1 . . e K2
2
(7)
0
MTK-2/63
Ts = 0 + K2 K2 = Ts, sehingga : T K1 . . e Ts
2
(10)
0
atau : T K1 . Erf () Ts (11)
2
dari kondisi batas pers. (9) dan pers. (11) :
T0 K1 . .(1) Ts K1 . T0 Ts
2 2
Dengan kondisi batas x = 0 erf(0) = 0 dan x = erf() = 1, sehingga pers.
(11) menjadi :
x
T(x,t) = = (Ts-T0). 1 Erf + T0
2. . t
(12).
y B
CA0 x
z
vz(x)
MTK-2/64
p = presure drop
vo = kecepatan rata-rata
Neraca massa komponen A, dengan mengabaikan diffusi arah axial :
1 2 C 2CA
v max 1 A D A (2)
B z x 2
dengan DA = diffusi molekuler A, dan kondisi batasnya :
C A
0 pada x = 0 (3)
x
C A
DA kC A pada x = B (4)
x
CA CA
0
pada z = 0 (5)
kondisi batas kedua menunjukkan fluks difusi yang setara dengan laju
dekomposisi pada dinding. Pada kondisi diffusi terbatas, k , sehingga :
D C A
lim A 0 C A pada x = B (6)
k x
k
Pada reaktor yang pendek, maka waktu kontak kecil, sehingga dekomposisi utama
terjadi di dekat dinding. Untuk setengah reaktor, kita mempunyai :
x+y=B (7)
dan kecepatan pada arah y :
y y 2
v z v max 2 (8)
B b
pada daerah dekat dinding y/B << 1, maka :
y
v z 2v max (9)
B
Substitusi pers. (7) ke pers. (2) :
y C A 2CA
2v max DA (10)
B x y 2
dengan kondisi batas :
CA 0 pada y = 0, z > 0 (11)
CA = CAO pada z = 0 , y >0 (12)
CA CAO pada y (13)
CA 0 pada z (14)
MTK-2/65
y
= 1/ 3
(16)
9 BD A z
2v max
Pernyataan kondisi batas diubah ke fungsi CA = f() :
f = CA0 pada = (z = 0 atau y = ) (17)
f=0 pada = 0 (z = atau y = 0) (18)
dan
C A f 1
1
f ' () (19)
z z 3 z
C A f 1
f ' 1/ 3
(20)
y y
9 BD A z
2v max
2CA 1
f ' ( ) 1/ 3
(21)
y 2 9 BDA z y
2v max
2CA 1
f " () (22)
y 2 9 BD A z
2/3
2v max
y 1 1 1
2v max f ' () D A f " () (23)
B 3 z 9 BD A z
2/3
2v max
atau f "() 3 2 f '() 0 (24)
df
diintegrasi : f '() A exp( 3 ) (25)
d
diintegrasi lagi : f () A exp( 3 )d B (26)
f () D exp( 3 )d B (27)
0
C AO
B 0, D
(28)
exp( ) d
3
t
x 1
( x ) e 1dt (29)
0
MTK-2/66
1 1 4
exp( )d
3
(30)
0
3 3 3
exp( ) d
3
CA
0
(31)
C AO 4
3
untuk waktu kontak kecil sampai ~ 1. Fluks massa pada dinding dapat dihitung
dari :
C A df
N 0 ( z) D A DA (32)
y y 0 d 0 y
dan lokal fluks :
1/ 3
D A C AO 2v max
N 0 ( z) (33)
4 9 BD A z
3
fluks rata-rata :
L
1
L 0
N0 N 0 ( z ) dz (34)
N0 2 C AO (35)
4 9 BD A L
3
untuk dua permukaan dengan lebar W, total luas permukaan = 2(WL), maka laju
penurunan organik metal adalah :
R = 2 ( W L ) N0 (35)
1/ 3
3 2 v max L2 DA2
R WC AO (36)
4 9 B
3
pada umumnya kecepatan rata-rata dinyatakan : vo = 2vmax/3, maka :
1/ 3
3 3/ 2 v L2 D A2
R WC AO 0 (37).
4 B
3
V.4. Soal-soal.
MTK-2/67
perpindahan panas secara konveksi dan radiasi pada permukaan luar ketela
diabaikan, sehingga suhu dipermukaan luar ketela konstan, 100 oC selama
direbus. Menurut koki ini, ketela akan masak bila suhu di sumbu ketela 80 oC.
Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk memasak ketela tsb. Diketahui : Cp =
0.2 cal/(gr.oC), = 3 gr/cc, dan k = 2.4 cal/(cm.oC.jam).
------------@TNT101196------------
MTK-2/68
Contoh :
Suatu bola logam berongga dengan radius rongga dalam, a, dan radius
luar, b, yang mula-mula bersuhu T0 disemua bagian, tiba-tiba bagian rongga diatur
pada suhu T1 dan permukaan luar pada T2, yang dijaga konstan. Dianggap tahanan
perpindahan panas secara konveksi dan radiasi pada permukaan logam diabaikan.
Tentukan suhu dalam bola sebagai fungsi waktu dan radius dari pusat bola, T(r,t).
Penyelesaian :
Tahap - 1 :
Substitusi : V(r,t) = T(r,t) + A + B/r atau T = V - A - B/r, sehingga :
T V
(i)
t t
T V B
(ii)
r r r 2
2 T 2V 2 B
2 3 (iii)
r 2 r r
Substitusi pers. (I), (ii), dan (iii) ke pers. (1) :
V 2 V B 2V 2 B
2 3 atau
t r r r 2 rr r
V 2 V 2V
(5)
t r r rr 2
dari pers. (3) :
V(a,t) = T(a,t) + A + B/a
0 = T1 + A + B/a (6)
dari pers. (4) :
V(b,t) = T(b,t) + A + B/b
0 = T2 + A + B/a (7)
Tahap 2 :
Tahap 3:
1 cos2 p . zdz
1 Bm
. T1 T0 r T2 T1 = . m
pm cos( pm a ) 0
ba
1 Bm 1
. T1 T0 r T2 T1 = . z .sin2 pm . z
pm cos( pm a ) 2 pm 0
1 Bm
. T1 T0 r T2 T1 = .(b a )
pm cos( pm a )
cos( pm a )
Bm . T0 T1 r T1 T2
m
atau
cos( pn a )
Bn . T0 T1 r T1 T2 (23)
n
Penyelesaian umum problema ini adalah pers. (20) dengan Bn dari pers. (23).