Anda di halaman 1dari 4

A.

Landasan Teori
Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi
(Harjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Basset, 1994).
Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan penurunan intensitas cahaya yang
diserap oleh suatu media tergantung pada tebal tipisnya media dan konsentrasi warna spesies
yang ada pada media tersebut. Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu
pembentukan warna pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh.
Pembentukan warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap
unsur yang ditentukan
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu
sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan
arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen
yang berbeda.
Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah spektrofotometer
UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat
menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 800
nm). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang
diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer,
yaitu:
A = log T = log It / I0 = . b . C
Dimana:
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= Serapan molar
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki satuan dan
biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada persamaan di atas adalah
karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul
zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai serapan molar suatu zat maka
semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan
semakin besar.
Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi kurang dari sama
dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan dengan konsentrasi pekat maka
satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul terlarut lain sebagai akibat dari kedekatan
masing-masing molekul pada larutan dengan konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu
molekul dekat dengan molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu molekul itu akan
berubah atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang dihasilkan pun ikut
terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak mencerminkan jumlah
molekul yang diukur di dalam larutan uji.
Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber sinar dilewatkan
melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar sampai ke prisma untuk
didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu. Selanjutnya sinar
dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan. Sinar
monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap dan diteruskan. Sinar yang
diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang diterima oleh detektor diubah menjadi
sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk transmitansi.
Kromium
Kromium merupakan logam industri yang penting karena rerupakan polutan utama, yang
bersifat karsinogen, mutagenik, dan sangat beracun. Kromium memiliki dua bentuk oksidatif
dalam lingkungan perairan. Pertama adalah Cr(VI) yang diketahui sebagai bentuk Cr yang sangat
beracun, dan yang lain adalah Cr(III) yang sedikit pergerakannya, tidak beracun, dan bahkan
merupakan unsur yang esensial bagi manusia dan hewan (Liu et al, 2006).
Kromium dalam lingkungan umumnya berada dalam bentuk Cr(III) atau Cr(VI). Cr(III)
terdapat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak pada bebatuan dan tanah dalam bentuk
senyawa Cr2O3. Sedangkan Cr(VI) secara alami jarang terdapat di alam. Kehadirannya dalam
bentuk kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-) dalam lingkungan biasanya disebabkan oleh
limbah maupun emisi dari kegiatan industry dan rumah tangga. Cr(VI) banyak digunakan dalam
industry logam seperti pembuatan logam Cr, aloi Cr, dan pelapisan logam serta industry kimia
sebagai agen pengoksidasi. Cr(III) terutama sebagai garamnya umumnya digunakan dalam
industry tekstil, industry penyamakan, industry keramik dam gelas serta fotografi (Anonim,
2011).
Distribusi senyawa yang mengandung Cr(III) dan Cr(VI) tergantung pada potensial
redoks, pH, adanya senyawa oksidator atau reduktor, kinetika reaksi redoksnya, pembentukan
kompleks Cr(III) atau garam Cr(III) tak larut, dan konsentrasi kromium total (WHO, 1996).
Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk menentukan kadar Cr terutama Cr(VI)
menggunakan spektrofotometri sinar tampak umumnya menggunakan reagen organik yang dapat
dioksidasi dan pembentukan ion asosiasi. Reagen yang paling umum digunakan untuk
menentukan kadar Cr(VI) secara spektofotometri sinar tampak yaitu 1,5 difenilkarbazida. Akan
tetapi gangguan dari Fe(III), No(VI), Cu(II), dan Hg(II) sangat mempengaruhi hasil yang
diperoleh dan hanya membentuk kompleks yang stabil selama 30 menit dengan adanya buffer
fosfat

Anda mungkin juga menyukai