Anda di halaman 1dari 43

No.

Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 1 dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA

ACARA I

KETEPATAN, KETELITIAN,
DAN PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

Disusun oleh:
Nama : Siti Muyassaroh
NIM : 21/476579/BI/10730
Gol(Hari)/Kelompok : IV (Rabu) / 2
Asisten : Nudia Mufidah Azasi

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 2 dari 59

YOGYAKARTA
2022

ACARA I
KETEPATAN, KETELITIAN,
DAN PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

I. TUJUAN
Tujuan dilakukan praktikum Acara 1 ini adalah untuk mempelajari
kepresisian melalui titrasi dengan dua ulangan, mempelajari keakuratan
melalui pengambilan akuades dengan mikropipet, dan mempelajari proses
pengenceran dan konsentrasi. Selain itu, untuk mempelajari alat gelas yang
bisa dipanaskan dan yang tidak bisa dipanaskan serta alat berat di laboratorium.

II. DASAR TEORI


Ketepatan atau accuracy merupakaan kedekatan suatu hasil percobaan
terhadap nilai referensi contohnya sebuah kemungkinan benar yang akan cocok
dengan interpretasi sebuah kemungkinan (Selvik and Abrahamsen, 2017). Selain
itu, ketepatan juga di artikan sebagai kedekatan nilai hasil dan nilai referensi
yang di tentukan (Selvik and Abrahamsen, 2017). Sedangkan ketelitian atau
precision merupakan kedekatan antara nilai yang diperoleh dibawah kondisi
yang ditentukan (Selvik and Abrahamsen, 2017). Selain itu, presisi juga
diartikan sebagai ketepatan suatu nilai atau proses yang dilakukan (Selvik and
Abrahamsen, 2017). Terkait definisi tersebut, ketepatan sering dikatikan dengan
masalah systematic error sedangkan ketelitian sering dikaitan dengan gross
error (Selvik and Abrahamsen, 2017).
Terdapat tiga jenis kesalahan pengukuran yang sering terjadi dalam
sebuah penelitian yaitu gross error, systematic error, dan random error
(Mohajan, 2017). Pertama, Gross error merupakan kesalahan yang disebabkan
oleh manusia yaitu kecerobohan eksperimen dalam menggunakan peralatan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 3 dari 59

maupun komputasi (Mohajan, 2017). Gross error dikatakan sebagai kesalahan


yang mudah dikenali dan harus dieliminasi kemungkinan terjadinya (Mohajan,
2017). Kesalahan ini dapat dihindari dengan dua metode, pertama bahwa penguji
harus membaca petunjuk dengan seksama menguasai teknik dan, memahami
setiap kerja dari alat. Kedua, pembacaan atau penentuan suatu nilai pada
instrument boleh dibaca oleh dua penguji untuk mengetahui titik perbedaan
mereka dan mengeliminasi error diantanya (Mohajan, 2017). Contohnya, ketika
membaca hasil pengukuran suhu suatu alat yang didapatkan penguji pertama
adalah 50,1ºC sedangkan pembacaan oleh penguji kedua adalah 51,1ºC maka
perlu kecermatan untuk menentukan hasil dan mengeliminasi error yang terjadi
(Mohajan, 2017).
Kedua, Systematic error merupakan kesalahan yang terjadi karena
kesalahan pada alat ukur. Kesalahan tersebut dapat dihindari dengan
mengkoreksi perangkat pengukuran seperti melakukan pengecekan kelayakan
alat dan melakukan kalibrasi setiap ingin digunakan (Mohajan, 2017). Selain itu,
systematic error juga terjadi karena faktor dari luar seperti tekanan, suhu,
kelembaban, debu, vibrasi, dan efek elektrosatis ataupun magnetic alat
(Mohajan, 2017). Oleh karena itu, peneliti dapat menjaga kelembaban dan suhu
dalam laboratorium serta memastikan tidak ada efek elektrostatis ataupun
magnetic suatu alat disekitarnya dengan meletakkan pada tempat khusus
(Mohajan, 2017).
Ketiga, Random error merupakan kesalahan yang disebabkan oleh
perubahan secara tiba – tiba pada kondisi percobaan termasuk kebisingan dan
kelelahan penguji yang bekerja (Mohajan, 2017). Contohnya, perubahan
kelembaban dan suhu yang tidak terdeteksi dan fluktuasi tegangan selama
eksperimen. Kesalahan tersebut dapat dikurangi dengan mengambil rata – rata
dari angka yang diperoleh (Mohajan, 2017).
Random error dan systematic error keduanya terjadi dalam penelitian
dan dianggap sebagai total kesalahan dalam pengukuran (Mohajan, 2017). Jika
random error bernilai nol dalam penelitian maka penelitian dianggap dapat
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 4 dari 59

dipercaya. Sedangkan, jika random error dan systematic error keduanya bernilai
nol maka penelitian dianggap valid (Mohajan, 2017).
Berkaitan dengan ketepatan dan ketelitian, terkadang dua hal tersebut
dapat diketahui dengan uji sederhana di laboratorium seperti melalui uji titrasi.
Titrasi merupakan metode analisis secara kuantitatif yang mereaksikan bahan
kimia untuk menentukan jumlah yang tepat dari suatu reagen (Ball and Key,
2014). Titrasi dapat terjadi dilakukan pada semua reaksi kimia yang persamaan
kimianya telah diketahui (Ball and Key, 2014). Didalam sebuah titrasi terdapat
dua reagen, reagen pertama telah diketahui konsentrasinya sedangkan reagen
lainnya belum diketahui konsentrasi atau jumlahnya (Ball and Key, 2014).
Reagen yang telah diketahui konsentrasinya disebut titran akan dimasukkan
pada buret dan ditambahkan pada jumlah yang tidak diketahui (Ball and Key,
2014). Sedangkan, reagen yang tidak diketahui jumlah atau konsentrasinya
disebut analit (titrat) akan dihitung konsentrasinya dengan penggunaan rumus
dan reagen ini merupakan reagen yang diberi indicator untuk menentukan titik
ekuivalent (Ball and Key, 2014).
Terdapat beberapa jenis metode titrasi dalam percobaan kimia analitik.
Pertama, titrasi netralisasi merupakn titrasi yang digunakan untuk menentukan
jumlah asam dan basa dalam sampel larutan (Skoog et al., 2014). Titrasi ini
dapat biasa digunakan untuk memonitor progress dari sebuah reaksi yang
memproduksi dan mengonsumsi oksigen (Skoog et al., 2014). Pada titrasi
netralisasi asam dititrasi oleh basa atau sebaliknya dengan penambahan indicator
untuk mendeteksi titik ekuivalen (Reining, 2018). Umumnya, dititrasikan asam
kuat seperti HCl atau H2SO4 dengan basa kuat seperti KOH. Selain itu, titrasi
antara asam kuat seperti asam asetat atau laktat dengan basa kuat. Terakhir,
mereaksikan basa lemah seperti sodium sianida dengan asam kuat (Skoog et al.,
2014). Kedua, titrasi Titrasi presipitasi atau pengendapan merupakan titrasi yang
didasarkan pada pembentukan garam sampel dan reagen yang sulit larut
(Reining, 2018). Aplikasi sederhana dari titrasi ini yaitu penentuan halogenida
(Cl, Br, I) dengan menggunakan larutan AgNO3 atau penentuan kandungan
perak dalam larutan NaCl (Reining, 2018). Ketiga, ada titrasi Titrasi redox yaitu
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 5 dari 59

metode titrasi dimana komponen oksidasi dititrasi oleh agen pereduksi atau
sebaliknya (Reining, 2018). Pada titrasi ini, deteksi titik ekuivalen ditentukan
dengan perubahan warna indikator atau secara potensiometeri dengan sebuah
elektroda redox (Reining, 2018). Aplikasi penting yang sering menggunakan
metode titrasi ini yaitu dalam penentuan kadar vitamin C buah dan titrasi Karl
Fischer (Reining, 2018).
Pengenceran adalah penambahan zat pelarut pada suatu larutan yang
menurunkan konsentrasi zat terlarutnya (Ball and Key, 2014).Pada pengenceran,
ketika volume dari larutan di encerkan maka jumlah solute akan konstan dan
memiliki nilai mol yang sama sehingga dapat dituliskan rumusnya (Pettruci et
al., 2017):

n1 = n2
c1V1 = c2V2
Keterangan:
n1 = mol sebelum pengenceran
n2 = mol sesudah pengenceran
c1 = konsentrasi sebelum pengenceran
c2 = konsentrasi sesudah pengenceran
V1 = volume sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran

Dalam pengenceran juga memiliki keterkaitan dengan konsentrasi dimana


konsentrasi ini merupakan penghilangan zat pelarut sehingga meningkatkan
konsentrasi zat terlarut dalam larutan 54 (Ball and Key, 2014). Hal tersebut
berarti bahwa semakin banyak pelarut yang digunakan dalam pengenceran,
maka konsentrasi yang dimiliki larutan semakin rendah (Ball and Key, 2014).
Peralatan dilaboratorium pada dasarnya dikelompokkan menjadi yaitu
alat gelas dan alat instrumental (Raharjo and Harjanto, 2017). Alat gelas
sendiri dibedakan menjadi alat yang digunakan sebagai tempat sampel yang
boleh dipanaskan serta alat yang yang tidak boleh dipanaskan seperti alat yang
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 6 dari 59

memiliki skala pengukuran dan atau sebagai alat ukur. Sementara itu, alat
instrumental dibagi lagi menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat kesulitan
cara pengoperasiannya (Raharjo and Harjanto, 2017). Kategori tersebut
diantaranya alat yang pengoperasian dan perawatannya sulit, sedang, dan
mudah (Raharjo and Harjanto, 2017).

III. METODE
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum eksperimental di
laboratorium antara lain pada proses titrasi digunakan bahan-bahan
yang meliputi larutan A, larutan B yang dicari volumenya, dan
indicator fenolftalein. Selanjutnya, pada proses pengenceran
dibutuhkan larutan X dan akuades serta pada percobaan pengambilan
akuades dengan mikropipet digunakan bahan berupa akuades berbagai
volume.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum eksperimental di
laboratorium antara lain pada percobaan titrasi dimana digunakan
pipet gondok untuk mengambil sampel larutan A, tabung Erlenmeyer
sebagai wadah larutan A, pipet tetes untuk mengambil indicator
phenolftalein, dan buret sebagai tempat larutan B saat titrasi. Pada
percobaan kedua yaitu pengenceran digunakan pipet gondok untuk
mengambil larutan sampel sebanyak 10 ml serta labu ukur 100 ml
dan 250 ml sebagai wadah pengenceran. Selanjutnya, percobaan
pengambilan akuades menggunakan mikropipet dimana digunakan
beberapa alat diantaranya mikropipet untuk mengambil larutan
dalam satuan μL, pipet tip berbagai ukuran yaitu P2, P20, P100,
P200, P1000 yang dipasang pada mikropipet untuk mengambil
larutan dalam volume tertentu, mikrotube sebagai wadah akuades,
timbangan analitik untuk menimbang akuades dalam mikrotube, dan
gelas beker sebagai tempat akuades sebelum dimasukkan kedalam
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 7 dari 59

mikrotube. Terakhir, pengenalan alat-alat laboratorium yang berupa


alat-alat gelas yang bisa dipanaskan maupun tidak dan alat-alat berat
laboratorium.

C. Cara Kerja
Pada praktikum eksperimental di laboratorium, cara kerja dibagi
menjadi 3 tahap percobaan yaitu:
1. Titrasi
Langkah kerja yang dilakukan pada percobaan titrasi diawali
dengan diambil sebanyak 10 ml larutan A (titrat) dengan pipet
gondok. Selanjutnya, larutan A dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditambah dengan 2 tetes indicator fenolftalein. Berikutnya,
larutan B (titran) dituang kedalam buret. Sebelum perlakuan tersebut,
hendaknya perlu diperhatikan bahwa keran buret diputar sedikit
hingga bagian bawah buret terisi larutan. Terakhir, keran buret
diputar secara perlahan kemudian diteteskan pada larutan yang ada di
Erlenmeyer. Perlakuan tersebut dibarengi dengan larutan di goyang –
goyang. Selanjutnya, larutan A diamati hingga warna tepat berubah
menjadi merah muda. Setelah berubah, maka penetesan atau titrasi
dapat dihentikan.

2. Pengenceran
Langkah kerja yang dilakukan pada percobaan pengenceran
diawali dengan diambil larutan X sebanyak 2 ml dengan pipet
gondok. Setelah itu, larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml kemudian ditambah akuades sampai batas dan sambil
digojok. Selanjutnya, larutan dalam labu ukur tersebut diambil
sebanyak 10 ml dengan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam labu
ukur yang berukuran 250 ml. Berikutnya, larutan tersebut ditambah
akuades hingga batas ukur kemudian digojok hingga homogen .
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 8 dari 59

Terakhir, konsentrasi larutan dihitung dengan rumus yang telah


ditentukan.
3. Pengambilan Akuades menggunakan Mikropipet
Langkah kerja yang dilakukan pada percobaan pengambilan
akuades menggunakan mikropipet diawali dengan microtube yang
bersih dan kering disiapkan terlebih dahulu kemudian ditimbang
menurut beratnya dengan timbangan analitik. Selanjutnya, akuades
dituang pada gelas beker kemudian dipindahkan pada mikrotube
sebanyak yang diinginkan dengan tip yang sesuai ukurannya. Jenis
mikropipet menurut ukuran tipnya yaitu antara lain mikropipet P2,
P20, P100, P200, P1000. Pada percobaan ini digunakan pipet tip P200.
Pengambilan dengan mikropipet dilakukan dengan menekan hingga
first stop kemudian dilepas. Ketika larutan hendak dikeluarkan dari
pipet tip, maka tekan hingga second stop. Setelah mikropipet tidak
digunakan, maka tip harus dilepas dengan menekan tombol ejector
button. Berikutnya setelah akuades diletakkan pada microtube, maka
microtube ditutup kemudian ditimbang pada timbangan analitik.
Terakhir, berat akuades dihitung dengan rumus yang telah
ditentukan.

4. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium


Langkah kerja yang dilakukan pada pengenalan alat-alat
laboratorium cukup sederhana yaitu diawali dengan pengenalan alat-
alat gelas. Selanjutnya, alat-alat tersebut diamati dan dikelompokkan
menurut bisa tidaknya alat dipanaskan. Selain itu, alat tersebut
ditentukan fungsinya. Berikutnya, pengenalan alat-alat berat dengan
cara diamati dan ditentukan fungsinya. Terakhir, nama alat beserta
fungsinya dan juga keterangan lainnya bisa dicatat.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 9 dari 59

D. Bagan Alir
Pada praktikum ini dibuat cara kerja berupa bagan alir yaitu sebagai
berikut.
1. Titrasi
larutan A (titrat) diambil 10 ml dengan pipet gondok.
larutan A dimasukkan ke Erlenmeyer, ditambah 2 tetes indicator fenolftalein

keran buret diputar secara perlahan kemudian diteteskan pada larutan A di erlenmeyer
larutan B (titran) dituang kedalam buret

larutan A diamati hingga berubah menjadi merah muda, titrasi dihentikan


Penetesan dibarengi dengan larutan di goyang – goyang

Gambar 1. Bagan alir titrasi.


2. Pengenceran
Larutan dimasukkan ke labu ukur 100 ml
larutan X diambil 2 ml dengan pipet gondok.

Larutan tersebut diambil 10 ml dan dimasukkan ke labu


Larutan
ukurditambah
250 ml akuades hingga batas, digojog

Larutan ditambah akuades hingga batas, digojog


larutan tersebut dihitung konsentrasinya
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 10 dari 59

Gambar 2. Bagan alir pengenceran.


3. Pengambilan Akuades menggunakan Mikropipet

Dipasangkan dengan tip yang sesuai


Set ukuran volume

Larutan dikeluarkan dengan ditekan hingga second stop


Diambil dengan ditekan hingga first stop, dilepas

Ukuran volume mikropipet dikembalikan ke volume maksimal


Tip dilepas dengan menekan ejector button.
Gambar 3. Bagan alir penggunaan mikropipet.

Mikropipet bersih dan kering ditimbang dengan timbangan


Disiapkan
analitik
akuades dalam gelas beker

2,5; 5; 8,5; 11; 13,5; 100; 225 ml akuades diambil dengan mikropipet yang sesuai (P2, P20, P100, P200,
Akuades dimasukkan pada mikrotube

Akuades dalam microtube ditimbang


Beratdengan
akuades
timbangan
dihitung analitik
dengan cara berat keseluruhan dikurang berat microtube saja

Gambar 4. Bagan alir pengambilan akuades dengan mikropipet.


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 11 dari 59

4. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium

Dikelompokkan sesuai bisa tidaknya dipanaskan, ditentukan fung


Pengenalan alat-alat gelas

nama alat beserta fungsinya dan juga keterangan lainnya bisa dicatat
Pengenalan alat-alat berat laboratorium dengan diamati dan ditentukan fu
Gambar 5. Bagan alir pengenalan alat-alat laboratorium.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Berdasarkan praktikum eksperimental di laboratorium yang telah
dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Titrasi
Pada percobaan titrasi diperoleh hasil volume rata-rata titran dan
konsentrasi larutan A sebagai berikut:
Tabel 1. Volume titran untuk menetralkan larutan A (mL).

Kelompok Ulangan Volume Titran (mL) Rata-rata (mL) Sebelum Sesudah

1 2
I 1.6
2 1.2

1 2
II 1.75
2 1.5

1 1.5
III 1.5
2 1.5

1 1.5
IV 1.55
2 1.6

1 2
V 1.65
2 1.3
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 12 dari 59

Volume rata-rata (mL) 1.61

Maka, konsentrasi larutan A sebesar 0,161X M (perhitungan di lampiran).


Berdasarkan Tabel 1. Volume titran untuk menetralkan larutan A dalam
ml diperoleh hasil bahwa pada kelompok kami yaitu kelompok 2 diperoleh
volume rata-rata titran dari dua pengulangan sebesar 1,75 ml. Apabila
kelima hasil kelompok diakumulasi kemudian dirata-rata kembali, maka
diperoleh hasil sebesar 1,61 ml. Adapun untuk konsentrasi larutan A yang
diperoleh adalah 0,161X M.

2. Pengenceran
Pada percobaan kedua yaitu pengenceran diperoleh hasil konsentrasi
larutan sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil konsentrasi larutan

Pengenceran Volume awal (mL) Volume akhir (mL) Konsentrasi larutan (mg/mL)

I 2 100 0,02X
II 10 250 0,0008X
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 13 dari 59

Berdasarkan Tabel 2. Hasil konsentrasi larutan dalam percobaan


pengenceran diperoleh hasil bahwa volume awal pada pengenceran 1 yaitu 2
mL dengan volume akhir 100 mL, maka konsentrasi larutan sebesar 0,02X.
Sementara itu, pada pengenceran 2 dengan volume awal 10 mL dan volume
akhir sebesar 250 mL, maka konsentrasi larutan sebesar 0,0008X.

3. Pengambilan akuades dengan mikropipet


Pada percobaan ketiga yaitu pengambilan akuades dengan
mikropipet diperoleh hasil penimbangan dan pengambilan akuades sebagai
berikut.

Tabel 3. Hasil penimbangan dan pengambilan menggunakan mikropipet.


Volume akuades Berat Berat Selisih berat awal dan
Kelompok
(µL) mikrotube mikrotube+akuades akhir (mg)
2.5 983 988 5
I
100 984 1087 103
5 984 987 3
II
225 983 1210 227
III 8.5 948 989 41
IV 11 990 1001 11
V 13.5 982 996 14
Berdasarkan Tabel 3. Hasil penimbangan dan pengambilan akuades
menggunakan mikropipet diperoleh hasil bahwa volume akuades yang
diambil dalam microliter paling sedikit terdapat pada kelompok 1 yaitu 2,5μL
sedangkan paling banyak diambil terdapat pada kelompok 2 yaitu 225 μL.
Sementara itu, untuk hasil penimbangan yang diperoleh paling sedikit dan
paling banyak berturut-turut sama-sama terdapat pada kelompok 2 yaitu
sebesar 3 mg (3 μL) dan 227 mg (227 μL). Kedua hasil antara penimbangan
dan pengambilan akuades memiliki range selisih sekitar 0 µL hingga 32,5 µL.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 14 dari 59

4. Pengenalan Alat-alat Laboratorium


Tabel 4. Alat-alat di laboratorium Biokimia.
No. Nama Alat Gambar Ukuran Fungsi
Alat Gelas
1. Labu Ukur - 5 mL Fungsi untuk
(Pyrex), misalnya merk - 10 mL pengenceran.
Pyrex - 25 mL Tidak bisa
- 50 mL dipanaskan
- 100 mL
- 500 mL
- 1000 mL
- 2000 mL
2. Erlenmeyer (Pyrex) - 50 mL - Untuk wadah
- 100 mL pencampuran
- 500 mL larutan
- Dst - Untuk tempat
larutan yang akan
dititrasi
- Bisa dipanaskan

3. Gelas ukur - 5 mL - Mengukur larutan


- 10 mL dengan ketelitian
- 25 mL cukup rendah.
- 50 mL - Tidak boleh
- 100 mL dipanaskan karena
- 500 mL dapat menyebabkan
- 1000 mL data bias

4. Pipet Gondok - 1 mL - Mengambil larutan


- 2 mL dengan volume
- 5 mL tertentu.
- 10 mL - Volume tepat seperti
label yang tertera
digondoknya
5. Pipet ukur - 1 Ml - Untuk mengambil
- 2 mL larutan dengan
- 5 mL volume tertentu
- 10 mL - Bisa mengambil
larutan sesuai
volume yang
ditentukan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 15 dari 59
6. Pipet tetes Untuk mengambil
larutan dalam
jumlah sedikit
(tetes)

7. Mikropipet - P2 Untuk mengambil


- P20 larutan dalam skala
- P100 mikroliter
- P200
- P1000

9. Pipet pump Untuk mengambil


larutan dengan pipet
gondok maupun
pipet ukur

10. Pro pipet Untuk membantu


mengambil larutan
dengan pipet gondok
maupun pipet ukur

11. Pengaduk Gelas Untuk mengaduk


larutan agar
homogen

12. Corong Gelas - 75 mm Untuk memindahkan


larutan pada wadah
yang memiliki mulut
atau lubang kecil
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 16 dari 59
13. Corong Pisah - 250 mL Untuk memisahkan
- 500 mL larutan berdasarkan
- 1000 mL massa jenis

14. Penjepit kayu Untuk menjepit


tabung reaksi saat
pemanasan

15. Tabung reaksi Untuk


Mereaksikan larutan
dan bisa dipanaskan

16. Gelas Beker - 5 mL Sebagai wadah


- 10 mL menampung atau
- 25 mL mencampur larutan
- 50 mL dan bisa dipanaskan
- 100 mL
- dll
17. Mortar - Untuk
menghaluskan
bahan atau sampel.
- Digunakan
bersama alu/pestle

18. Cawan Porselen - 100 mL Sebagai wadah


- 250 mL sampel atau ekstrak
- 500 mL yang akan diuapkan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 17 dari 59
19. Spatula Untuk mengambil
bahan atau sampel
serbuk/ padatan

20. Petry dish Sebagai wadah


dalam kultur
mikrobia atau kultur
kalus

21. Botol Cuci 500 mL Untuk tempat


sementara akuades
atau alcohol yang
digunakan untuk
membersihkan/mens
terilkan alat

22. Botol Timbang - 40mm x 25 Mewadahi bahan


mm kering yang ingin
- 50mm x 30 ditimbang
mm
- dll

23. Gelas Arloji Untuk meletakkan


bahan yang ingin
ditimbang

24. Bunsen Untuk memanaskan


larutan, bahan, atau
sampel
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 18 dari 59
25. Desikator Menjaga bahan agar
tetap keraing dan
steril

ALAT BESAR

1. Almari asam Tempat untuk


mereaksikan bahan
yang bersifat
asam/basa kuat.
Keduanya bersifat
toksik sehingga
bahaya untuk
dihirup

2. Microwave Untuk memanaskan


bahan

3. Vortex Untuk homogenisasi


larutan dengan
getaran

4. Oven Dryer Untuk


mengeringkan
bahan. Terdapat 3
bagian yaitu bagian
ekstraksi untuk
mengeringkan bahan
kering, sampel basah
untuk mengeringkan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 19 dari 59
sampel basah, dan
autoklaf untuk
mengeringkan alat
atau bahan di
autoklaf

5. Inkubator Shaker Untuk homogenisasi

6. Almari Maserasi Untuk


mengeringkan
anginkan bahan

7. Oven Untuk
mengeringkan bahan
dalam suhu tertentu

8. Inkubator Untuk menginkubasi


mikrobia
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 20 dari 59
9. Sonikator Untuk memecah
bahan secara fisik

10. Autoklaf Untuk mensterilkan


bahan/alat

11. Hot Plate Stirrer Untuk homogenisasi


dengan magnet
stirrer dan
memanaskan sampel
dengan gelombang
panas

12. Magnetic Stirrer Sebagai pengaduk


pada hot plate stirrer

13. Timbangan Semi- Menimbang bahan


Analitik dengan ketelitian 2
angga dibelakang
koma

14. Timbangan Analitik Menimbang bahan


dengan ketelitian 4
angka dibelakang
koma
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 21 dari 59
15. Blender Untuk menghaluska
bahan secara
mekanik

16. Kompor Listrik Untuk memanaskan


bahan dengan air

17. Mantel Heater Untuk memanaskan


tanpa air

18. Sentrifuge Untuk memisahkan


senyawa
berdasarkan berat
jenis

19. Thermo- cycle Untuk proses PCR


dan amplifikasi
DNA

20. Aparatus Elektro- Untuk mengadakan


foresis/ horizontal elektroforesis yang
punya 4 bagian
yaitu:
-Comb untuk
membentuk wel
pada gel agarose
-Trey untuk
mencetak gel
agarose
-Camber untuk
wadah gel
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 22 dari 59
agarose
-Sumber listrik untuk
memberi arus
saat
elektroforesis.

21. Almari pendingin Untuk


mendinginkan bahan
pada suhu 4 derajat
celcius

22. Freezer Mendinginkan


bahan pada -20
cerajat celcius

23. Gel Doc Camera Membantu


memvisualisasikan
hasil elektroforesis
dengan sinar UV

24. UV- Trans-iluminator Untuk


memvisualisasikan
hasil elektroforesis
biasanya DNA dan
Protein

25. PCR Amplifikasi fragmen


DNA dari suatu
sampel yang sudah
spesifik secara
kualitatif dan
hasilnya dilihat
menggunakan
computer
26. Q-PCR - Quantitative
- Amplifikasi
DNA secara
kuantitatif
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 23 dari 59
27. Refrigerated centrifuge - Untuk
memisahkan
bahan yang
memiliki berat
molekul yang
berbeda dengan
memanfaatkan
gaya
sentrifugasi
yang dilengkapi
dengan sistem
pengaturan suhu
28. Rotary Evaporator - Untuk
memisahkan
pelarut dengan
zat terlarut

29. Open PCR Memperbanyak


segmen DNA

30. pH Meter Untuk mengukur pH

31. Spektrofoto- meter Vis Untuk mengukur


konsentrasi larutan
berdasarkan
absorbansi. Contoh :
Klorofil
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 24 dari 59
32. Spektrofoto- meter Mengukur
UV- Vis konsentrasi DNA,
RNA, protein

33. Laminar Air Flow Sebagai tempat kerja


(LAF) dalam kondisi steril
atau aseptis

Berdasarkan Tabel 4. Alat-alat di laboratorium Biokimia


diperoleh penjelasan mengenai alat-alat gelas yang dapat dipanaskan maupun
yang tidak bisa dipanaskan dimana keseluruhan berjumlah 25 buah. Selain itu
terdapat pengenalan alat-alat berat yang jumlahnya 33 buah.

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum eksperimental yang dilakukan di
laboratorium, maka diperoleh hasil dari keempat percobaan. Percobaan
pertama yaitu titrasi dimana bertujuan untuk mengukur konsentrasi larutan
A dan mengukur kepresisian hasil titran dalam dua kali pengulangan.
Prinsip percobaan ini adalah netralisasi asam basa. Dasar reaksi titrasi
adalah persamaan mol pada titran dan titrat. Mekanisme reaksi titrasi ini
adalah perubahan warna larutan titrat ketika berada di titik ekuivalen akibat
penambahan titran. Secara kimia, titik ekuivalen menyatakan banyaknya
mol titran yang sudah setara dengan banyaknya mol titrat (Ball and Key,
2014).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 25 dari 59

Pada percobaan titrasi ini digunakan bahan yaitu larutan A yang


berfungsi sebagai titrat/analit yang dititrasi dan larutan B berfungsi sebagai
titran. Pada percobaan ini digunakan pipet gondok karena lebih akurat dari
pipet ukur. Dalam penggunaan pipet gondok perlu dimiringkan, sedangkan
pipet ukur tegak lurus dengan meniscus. Selain itu digunakan Erlenmeyer
agar selama penggojokan lebih aman. Pada titrasi digunakan buret yang
memiliki bagian keran. Keran buret berfungsi untuk membuka tutup agar
larutan bisa keluar perlahan. Adapun indicator PP (phenophtalein) yang
digunakan sebanyak 2 tetes untuk mengetahui perubahan warna titran
menjadi merah muda yang menandakan titik akhir titrasi. Indikator PP
memiliki range pH dari 9,83 – 4,20 dan memiliki rentang warna dari merah
muda hingga bening atau tak berwarna (Apriani et al., 2016).
Perlakuan yang perlu diperhatikan pada percobaan ini yaitu perlu
dilakukan penggoyangan elrenmeyer pada saat penetesan perlahan titran
secara terus menerus supaya perubahan warnanya tepat diketahui dan agar
tidak terlewat titik ekuivalennya. Perlu diperhatikan juga cara dalam
membuka atau memutar keran buret yaitu secara perlahan agar larutan bisa
menetes perlahan. Penghentian tittrasi harus tepat saat larutan berubah
warna menjadi merah muda agar tidak melewati titik ekuivalen yang
membuat warna larutan menjadi lebih gelap. Selain itu, percobaan diulang
sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil yang dapat dibandingkan
apakah akurat dan presisi.
Berdasarkan tabel hasil volume titran untuk menentralkan larutan A,
maka diperoleh hasil bahwa rata-rata volume titran sebesar 1,61 mL yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan A. Konsentrasi larutan A
yang didapatkan adalah 0,161X M. Berdasarkan tabel, volume titran pada
setiap ulangan di masing-masing kelompok menunjukkan hasil yang presisi
dan terdapat juga yang belum presisi. Hasil presisi ditunjukkan oleh hasil
dari kelompok 3 yaitu sama-sama 1,5 mL di masing-masing ulangan.
Sementara itu, hasil belum presisi ditunjukkan oleh hasil yang memiliki
selisih antara 0,1 – 0,8 mL pada kedua ulangannya. Pada hasil volume titran
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 26 dari 59

pada kelompok 2 di percobaan pertama menghasilkan volume sebesar 2 mL,


sedangkan pada ulangan yang kedua sebesar 1,5 mL. Berdasarkan hasil
tersebut maka diperoleh rata-rata sebesar 1,75 mL. Hasil pengukuran yang
didapatkan dari dua pengulangan tersebut memiliki perbedaan sebesar 0,5
mL, maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh belum presisi.
Adanya hasil yang belum presisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh
adanya kesalahan saat titrasi seperti ketidaktepatan pemberhentian titrasi
berupa warna yang belum mencapai merah muda namun sudah dihentikan
atau larutan sudah terlewat dari titik ekuivalen. Selain itu kemungkinan
dipengaruhi oleh peneliti atau praktikan melakukan kesalahan saat melihat
meniscus sehingga hasil yang diperoleh kurang tepat yang menimbulkan
kurang presisi terhadap kedua pengulangan tersebut.
Percobaan kedua yaitu pengenceran dimana bertujuan untuk
memperoleh larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Dasar reaksi
pengenceran adalah hukum kekekalan mol dimana mol sebelum sama
dengan mol sesudah diencerkan. Mekanisme reaksi pengenceran ini dengan
penambahan pelarut dalam larutan yang akan menurunkan konsentrasi zat
terlarutnya.
Fungsi bahan dan perlakuan yang ada pada percobaan ini
diantaranya larutan X yang berfungsi sebagai solute atau zat terlarut yang
diencerkan. Pada pengenceran, penambahan akuades dilakukan di dalam
labu ukur karena agar lebih akurat dan proses homogenasi lebih mudah.
Selain itu, penambahan akuades ini juga dilakukan hingga tanda batas dan
menambahkan beberapa tetes akuades dengan melihat meniscusnya supaya
kadar akuades yang ditambahkan tepat dan akurat sehingga nantinya tidak
menimbulkan kesalahan saat menghitung konsentrasi larutan. Adapun
perlakuan penggojogan dengan posisi membalikkan labu ukur sebesar 180◦
supaya larutan menjadi homogen.
Berdasarkan tabel hasil konsentrasi larutan X, maka diperoleh hasil
bahwa pada pengenceran pertama, konsentrasi larutan yang diperoleh dari
volume awal 2 mL dan volume akhir 100 mL adalah sebesar 0,02X mg/mL.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 27 dari 59

Sementara itu, pada pengenceran kedua dengan volume awal 10 mL dan


volume akhir 250 mL menghasilkan konsentrasi larutan sebesar 0,0008X
mg/mL. Berdasarkan kedua hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil sudah sesuai dengan teori bahwa semakin banyak pelarut yang
ditambahkan, maka konsentrasi larutan semakin rendah. Apabila konsentrasi
rendah, maka warna yang dihasilkan akan semakin muda (Ball and Key,
2014).
Selanjutnya adalah percobaan ketiga yaitu pengambilan akuades
dengan mikropipet dan penimbangan dengan timbangan analitik. Percobaan
tersebut bertujuan untuk mengambil larutan dalam skala microliter dan
menimbang hasilnya dengan timbangan analitik serta melihat keakuratan
pengambilan akuades dengan mikropipet. Pada mikropipet skala microliter
setara dengan milligram. Dalam penggunaannya, mikropipet digunakan
bersama pipet tip yang memiliki bermacam-macam ukuran. Pipet tip tipe P2
berwarna putih yang digunakan untuk mengambil larutan sebanyak 0,2 μL –
2 μL. Adapun pipet tip tipe P20 yang digunakan untuk mengambil larutan
sebanyak 2 μL – 20 μL, tipe P100 untuk mengambil larutan sebanyak 10 μL
– 100 μL, dan tipe P200 untuk mengambil akuades larutan 20 μL – 200 μL.
Ketiga tipe pipet tip tersebut memiliki warna yang sama yaitu kuning.
Selain itu terdapat pipet tip ukuran P1000 yang berwarna biru dan
digunakan untuk mengambil larutan sebanyak 100 μL - 1000 μL. Pada
percobaan ini digunakan pipet tip P200 dimana cara pengambilan akuades
dengan mikropipet ini yaitu dengan menekan hingga first stop kemudian
dilepas. Ketika larutan hendak dikeluarkan dari pipet tip, maka tekan hingga
second stop. Setelah mikropipet tidak digunakan, maka tip harus dilepas
dengan menekan tombol ejector button.
Pada percobaan ini digunakan bahan berupa akuades sebagai sampel
percobaan pengambilan sebuah larutan menggunakan mikropipet. Selain itu
terdapat microtube yang digunakan sebagai tempat akuades. Adapun
perlakuan penting pada percobaan ini yaitu pada bagian first stop
mikropipet harus ditekan sebelum alat dimasukkan pada akuades agar tidak
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 28 dari 59

terbentuk gelembung saat pengambilan. Selain itu, microtube dalam


keadaan kosong tanpa larutan perlu ditimbang terlebih dahulu untuk
mengetahui berat mikrotubenya. Setelah dimasukkan akuades, kemudian
microtube ditimbang kembali untuk mendapatkan berat totalnya sehingga
nantinya bisa digunakan untuk mengetahui berat akuadesnya saja. Untuk
mengetahui berat microtube, berat akuades dan juga berat totalnya, maka
digunakan timbangan analitik sebab lebih akurat dan memiliki ketelitian
sebesar 4 angka dibelakang koma (Tirtasari, 2017).
Berdasarkan tabel 3 hasil penimbangan dan pengambilan
menggunakan mikropipet, maka diperoleh hasil bahwa terdapat hasil yang
sangat akurat dan kurang akurat. Hasil yang sangat akurat yaitu terdapat di
kelompok 4 dengan volume akuadesnya 11 μL. Keakuratan tersebut ditandai
dengan adanya kesamaan berat akuades saat ditimbang dengan volume
akuades yang diambil. Sementara itu, hasil yang dikatakan kurang akurat
yaitu antara volume akuades penimbangan dan pengambilan memiliki
selisih sekitar 0,5 - 32,5 µL yang terdapat disebagian besar hasil percobaan
(kecuali kelompok 4). Data hasil percobaan pada kelompok 2 diperoleh
bahwa volume akuades yang diambil menggunakan mikropipet pada
percobaan 1 dan 2 berturut-turut adalah 5 µL dan 225 µL. Sementara itu,
volume akuades yang ditimbang pada percobaan 1 dan 2 berturut-turut
adalah 3 µL dan 227 µL. Kedua hasil, baik volume pengambilan maupun
volume penimbangan memiliki selisih yang sama yaitu 2 µL. Berdasarkan
selisih tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil antara penimbangan
dan pengambilan volume akuades kelompok 2 kurang akurat karena
selisihnya memiliki perbedaan cukup jauh dengan angka atau volume
akuades yang diambil yaitu 5 µL dan 225 µL. Ketidakakuratan tersebut
kemungkinan disebabkan oleh adanya gross error seperti menekan first stop
saat tip sudah berada di dalam larutan, sehingga terbentuk gelembung yang
mampu mempengaruhi hasil volume akuades. Selain itu, kemungkinan tip
belum benar-benar bersih sehingga masih terdapat sisa larutan sebelumnya
yang mungkin mampu menambah volume larutan yang diambil. Adapun
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 29 dari 59

kemungkinan yang lainnya yaitu akuades belum sepenuhnya tuntas keluar


dari tipnya dan masih terdapat akuades yang tertinggal di dalam pipet tip
sehingga volume akuades berkurang setelah ditimbang yang menyebabkan
hasil kurang akurat.
Selanjutnya percobaan terakhir yaitu pengenalan alat-alat di
laboratorium Biokimia dimana bertujuan untuk mengetahui berbagai macam
alat gelas yang dapat dipanaskan maupun tidak dapat dipanaskan serta alat
berat di dalam laboratorium beserta fungsinya. Hasil yang diperoleh dari
percobaan pengenalan alat laboratorium ini yaitu diketahui bahwa alat
laboratorium terdiri dari alat gelas dan alat besar. Alat gelas dibedakan
menjadi alat yang dapat dipanaskan dan tidak dapat dipanaskan. Alat gelas
yang dapat dipanaskan diantaranya tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, dan
gelas beker. Gelas beker dapat dipanaskan walaupun memiliki skala sebab
skala tersebut tidak digunakan sebagai alat ukur dan hanya sebagai tempat
penampungan atau pencampuran larutan. Sementara itu, alat yang tidak
dapat dipanaskan meliputi alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan
memiliki skala pengukuran serta alat yang digunakan untuk pengambilan
larutan atau pelarut, seperti labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, pipet gondok
dan lainnya. Alat-alat tersebut tidak dapat dipanaskan sebab digunakan
sebagai alat ukur maupun alat pengambilan. Apabila alat tersebut
dipanaskan maka dapat mengurangi keakuratan alat dan juga mampu
menghilangkan tanda skala pada alat. Adapun alat-alat berat yang ada di
laboratorium meliputi almari asam, microwave, vortex, oven dryer,
inkubator shaker, almari maserasi, oven, inkubator, sonikator, autoklaf, hot
plate stirrer, magnetic stirrer, timbangan semi analitik, timbangan analitik,
blender, kompor listrik, mentel heater, sentrifuge, thermocycle, aparatus
elektroforesis / horizontal, almari pendingin, freezer, gel doc camera, UV-
Transiluminator, PCR, Q-PCR, refrigerated centrifuge, rotary evaporator,
open PCR, pH meter, spektrofotometer vis, spektrofotometer UV-vis, dan
laminar air flow (LAF).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 30 dari 59

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar volume titran pada percobaan titrasi memperoleh hasil
yang belum presisi dengan selisih 0,1 – 0,8 mL pada kedua ulangan. Pada
percobaan pengenceran disimpulkan mengenai konsentrasi larutan yaitu pada
pengenceran pertama sebesar 0,02X M, sedangkan pada pengenceran kedua
sebesar 0,0008X M. Selain itu disimpulkan bahwa pada percobaan pengambilan
akuades dengan mikropipet, sebagian besar hasil yang diperoleh kurang akurat
dengan selisih 0,5 - 32,5 µL antara berat penimbangan dan pengambilan akuades.
Pada percobaan pengenalan alat-alat laboratorium dapat disimpulkan bahwa alat
laboratorium terdiri dari dua macam yaitu alat gelas dan alat berat. Alat gelas
dibedakan menjadi alat gelas yang dapat dipanaskan dan alat gelas yang tidak
dapat dipanaskan.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Apriani, F, Idiawati, N & Destiarti, L. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa
Kuat Asam Kuat. JKK 5(4) : 77.
Ball, D. W., and Key, J. A. 2014. Introductory Chemistry- 1st Canadian Edition
(1st editio). BCcampus. Victoria, pp.585 - 615.
Mohajan, H. K. 2017. Two Criteria for Good Measurements in Research:
Validity and Reliability. Journal Annals of Spiru Haret University
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 31 dari 59

Economic Series, 17(4): 59–82.


Petrucci, R., Herring, F., Madura, J., & Bissonnette, C. 2017. General Chemistry
Principles and Modern Application (Eleventh E). Pearson. Canada,
p.125.
Raharjo, R., dan Harjanto, S. 2017. Penanganan Alat Dan Bahan Yang Baik
Dalam Rangka Menunjang Kegiatan Di Laboratorium Kimia. Metana,
13(2): 58 - 60.
Reining, R. 2018. Titration Handbook. SI Analytic. Menz, pp.12 - 20.
Selvik, J. T., and Abrahamsen, E. B. 2017. On the meaning of accuracy and
precision in a risk analysis context. Proceedings of the Institution of
Mechanical Engineers, Part O: Journal of Risk and Reliability, 231(2):
91–100.
Skoog, D. ., West, D. ., Holler, F. ., and Crouch, S. . 2014. Fundamentals of
Analytical Chemistry 9E (Ninth edit). Brooks/Cole Cengage Learning.
Canada, pp. 603 – 604.
Tirtasari, N. L. (2017) ‘Uji Kalibrasi ( Ketidakpastian Pengukuran ) Neraca
Analitik di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES’, Indonesian Journal
of Chemical Science, 6(2), pp. 151–155.

VII. LAMPIRAN
A. Screenshot Pustaka yang Disitasi
(Apriani et al., 2016)
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 32 dari 59

(Ball and Key, 2014)


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 33 dari 59

(Mohajan, 2017)
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 34 dari 59
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 35 dari 59

(Pettruci et al., 2017)

(Raharjo and Harjanto, 2017)


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 36 dari 59

(Reining, 2018)
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 37 dari 59

(Selvik and Abrahamsen, 2017)


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 38 dari 59

(Skoog et al., 2014)

(Tirtasari, 2017)
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 39 dari 59

B. Skema Kerja
Hasil scan skema kerja
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 40 dari 59
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 41 dari 59

C. Data Mentah
1. TITRASI
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 42 dari 59

Gambar 6. Data mentah golongan mengenai volume titran untuk


menetralkan larutan A (mL).

2. PENGENCERAN

Gambar 7. Data mentah kelompok mengenai konsentrasi larutan setelah


pengenceran.

3. PENGAMBILAN DENGAN MIKROPIPET

Gambar 8. Data mentah golongan mengenai hasil penimbangan dan


pengambilan dengan mikropipet
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOKIMIA Revisi 00
LABORATORIUM BIOKIMIA Halaman 43 dari 59

Anda mungkin juga menyukai