Anda di halaman 1dari 9

Rangkuman Buku

I. Identitas Buku

Judul : Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu Shiitake-Kuping-Tiram

Pengarang : H. Unus Suriawiria

Penerbit : Penebar Swadaya

Tempat Terbit : Jakarta

Tahun : 1999

Halaman : viii + 104

II. Kandungan buku

Buku ini mengupas tentang tata cara beragrobisnis jamur Kayu Shiitake-Kuping-

Tiram dan masalah lain yang terkait, terbagi atas 9 bab:

1. Jamur Dalam Kehidupan Manusia

2. Bisnis Jamur Dunia dan Prospek Pengembangan Di Indonesia, dengan 2 subbab

3. Jamur Kayu Komersial: Manfaat Dan Kandungan Nutrisinya, dengan 3 subbab

4. Kunci Praktis Memulai Usaha, dengan 8 subbab


5. Pembuatan Substrat Tanam, dengan 5 subbab

6. Pembuatan Bibit, dengan 3 subbab

7. Budi Daya Jamur Kayu: Shiitake, Kuping, Tiram, dengan 5 subbab

8. Penanganan Pasca Panen dan Pemanfaatan Limbah Substrat Tanam, dengan 2

subbab

9. Perhitungan Keuntungan Usaha Jamur Kayu, dengan 3 subbab

III. Isi Rangkuman

Dalam kehidupan manusia, jamur mendatangkan keuntungan juga kerugian. Manfaatnya

misal beberapa jenis jamur dapat dijadikan bahan makanan seperti jamur merang, jamur kuping

atau lamber memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun, jamur kancing dan jamur shiitake

yang juga memiliki khasiat sebagai obat penurun gula darah dan kolesterol darah karena di

dalam jamur shiitake terdapat senyawa lentinan, dan sebagainya. Sebagai bahan makanan, jamur

mengandung banyak vitamin, seperti tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin,

vitamin C, biotin, dan sebagainya. Juga terkandung mineral seperti K, P, Ca, Cu, Mg, serta mikro

elemen lainnya.

Beberapa jamur juga dapat menjadi bagian dalam pembuatan obat-obatan tradisonal.

Jenis yang paling popular sejak ribuan tahun lalu adalah jamur ling-zhi/lingshih memiliki khasiat

menjaga kebugaran dan kesehatan, khususnya untuk menghambat karsinogen penyebab

kanker/tumor, selain itu ada jamur maitake yang memiliki banyak keunggulan sebagai antikanker

dan anti-HIV.

Selain mendatangkan keuntungan, beberapa jenis jamur dapat mendatangkan kerugian,

misalnya sebagai penyebab penyakit pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.


Pertumbuhan jamur pada kayu atau bamboo yang dijadikan sebagai bahan bangunan juga

merugikan karena dapat mengakibatkan kerusakan (pelapukan).

Pada awalnya sebelum dibudidayakan, jamur konsumsi ataupun jamur berkhasiat obat

ditemukan dalam bentuk jamur liar yang tumbuh di kebun, tegalan, bahkan pekarangan rumah

sekalipun. Sejalan dengan kebutuhan manusia terhadap jamur untuk konsumsi ataupun bahan

obat maka bila hanya tergantung pada alam akan sulit terpenuhi. Oleh karena itu, beberapa jenis

jamur mulai dibudidayakan.

Prospek pengusahaan jamur kayu di Indonesia cukup cerah karena kondisi alam dan

lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidayanya, bahan baku untuk membuat substrat/log

tanam jamur kayu cukup berlimpah, bibit jamur yang unggul sudah tersedia sehingga untuk

memulai usaha dalam skala terbatas tidak perlu membeli bibit dari luar apalagi mengimpor.

Tenaga terampil pun dapat dilatih dalam kurun waktu 1-3 bulan saja. Penampungan/pangsa pasar

penerima produksi juga terbuka, asalkan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan

persyaratan. Selain itu, perkembangan agrobisnis jamur di Indonesia yang cukup pesat didukung

oleh beberapa alasan, seperti penggunaan lahan tidak perlu luas, bahan baku penanaman jamur

umumnya dalam bentuk limbah atau buangan, biaya produksi dapat ditekan, waktu tanam sejak

penanaman bibit hingga pemanenan sangat singkat, harga jual jamur sangat tinggi, serta jamur

kayu umumnya memiliki nilai gizi yang cukup tinggi untuk kesehatan dan kebugaran.

Sejak awal tahun 1980-an, dibeberapa tempat di kawasan Jawa telah erdiri perusahaan

perjamuran, terutama untuk jenis shiitake, jamur tiram, dan jamur kuping. Bentuk perusahaan

dengan skala menengah produksi rata-rata per hari 650 kg setiap perusahaan, walaupun kendala

utama yang harus dihadapi menyangkut langkanya tenaga terampil, kurangnya bibit yang baik,

penguasaan teknologi budidaya yang terbatas/kurang, permodalan yang terbatas, serta pangsa

pasar. Kegiatan agrobisnis jamur kayu akan besar dan memiliki jangkauan bisnis yang luas bila

masalah dasar dan penunjang direncanakan secara terperinci dan benar.


Sebelum memulai sebuah usaha, ada persyaratan yang harus diperhatikan. persyaratan

tersebut antara lain :

1. Sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat pemeliharaan harus baik

2. Ruangan tempat pemeliharaan dengan memperhatikan temperatur, kelembapan, dan

pencahayaan dan cara budi daya harus diperhatikan

3. Kualitas bibit, baik dari segi hasil yang dicapai maupun dari segi respeonsnya terhadap

lingkungan, substrat, dan iklim/cuaca di sekitarnya

4. Penyediaan tenaga terampil/terlatih akan banyak membantu keberhasilan usaha

5. Perlengkapan dan permodalan yang dibutuhkan cukup memadai.

Selain persyaratan diatas, juga ada faktor penentu keberhasilan dalam memulai usaha

dalam budi daya jamur. Pemilihan lahan yang memenuhi persyaratan menjadi hal yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan budi daya. Hal yang harus diperhatikan pertama adalah

lahan. Lahan yang relatif datar sangat baik untuk mobilitas kegiatan yang menyangkut angkutan

bahan baku, peralatan, tempat pemeliharaan, dan hasil. Kedua adalah Lokasi lahan sebaiknya di

ketinggian lebih dari 700 m dpl. Untuk yang ketiga, Lokasi budi daya yang strategis yaitu lokasi

yang dekat dengan sumber bahan baku dan jauh dari pencemaran.

Bibit yang baik, teruji, dan unggul merupakan persyaratan yang menentukan keberhasilan

budi daya jamur. Maka dari itu bibit harus dibeli dari lembaga yang sudah teruji dan professional

serta kalau mungkin sudah bersetifikat.

Selanjutnya adalah mengenai pertimbangan ketersediaan bahan baku. Bahan yang

diperlukan untuk pembuatan substrat adalah sekitar 90% berbentuk serbuk gergajian kayu dan

sisanya adalah bekatul. Untuk tenaga kerja bisa diambil dari penduduk setempat dan juga harus

ada tenaga terdidik yang terampil, terampil, dan siap kerja.

Ditinjau dari jumlah produksi per hari serta kekuatan produksinya, sentra kegiatan usaha

jamur terbagi menjadi empat kelompok, yaitu pengusaha kecil atau keluarga dengan jumlah
produksi rata-rata sekitar 50 kg jamur segar per hari, pengusaha sedang atau terbatas, umumnya

dalam bentuk usaha patungan dari 3-5 orang dengan priduksi rata-rata sekitar 100 kg jamur segar

per hari, pengusaha menengah dalam bentuk koperasi ataupun perorangan dengan produksi rata-

rata sekitar 250-500 kg jamur segar per hari, serta pengusaha besar, dengan produksi rata-rata

lebih dari 500 kg jamur segar per hari.

Budi daya jamur kayu secara tradisional tidak memerlukan ruangan tempat pemeliharaan

karena gelondongan kayu yang seduah ditanami bibit cukup ditempatkan di bawah rimbunan

pohon. Namun, kini pemeliharaan jamur kayu harus menggunakan ruangan yang sesuai dan

memenuhi persyaratan dalam hal bentuk, ukuran, dan lingkungannya. Kebutuhan yang

diperlukan untuk membuat ruangan tersebut adalah lahan yang dibutuhkan minimal 6000 m2,

bangunan berukuran panjang 12 m, lebar 10 m, tinggi 5 m. Tiang bangunan dari kayu atau

bambu, lantai bata merah/betako, atap genting atau seng bergelombang, dan dinding dari

lembaran plastik yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan.

Secara umum, peralatan dalam budi daya jamur kayu dibagi menjadi empat kelompok.

1. Peralatan dalam pembuatan substrat tanam, yaitu alat angkut, alat pengayak, mixer dll

2. Peralatan untuk sterilisasi substrat tanam yaitu boiler dan serilisator

3. Peralatan untuk penanaman bibit jamur dalam substrat tanam, yaitu bejana bebas hama

(laminar flow) dan meja beroda

4. Peralatan untuk pemanenan dan pengolahan pascapanen, yaitu alat pengatur temperature dan

kelembapan ruangan, alat pengering hasil panen, alat pengepak, sarung tangan, pisau, gunting,

dan sebagainya.

Yang terakhir adalah perencanaan pembagian organisasi pelaksana. Bagian-bagian yang

diperlukan adalah bagian substrat tanam, bibit jamur, pemeliharaan, panen dan pasca panen, dan

bagian pemasaran. Dengan pembagian pekerjaan seperti itu maka setiap komponen akan
dikerjakan secara professional dan seandainya muncul masalah maka segeralah untuk

menyelesaikannya.

Substrat tanam jamur terbuat dari serbuk gergajian kayu, bekatul dan tohor. Bahan

tersebut kemudian diangkut ke tempat penimbunan berupa gudang terbuka yang hanya memiliki

atap saja, tetapi bebas dari air hujan. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran untuk

pembuatan substrat tanam, serbuk gergajian kayu harus diayak agar ukuran serbuk seragam dan

tidak tercampur benda asing. Semua bahan diatas dicampur secara rata dengan komposisi

tergantung kebutuhan. Campuran itu kemudian di isikan secara manual atau menggunakan mesin

pengisi ke dalam kantong plastik tahan panas berukuran 1.000g.

Bahan baku substrat jamur banyak mengandung mikroba, khususnya jamur liar. Apabila

tidak disterilkan maka jamur liar yang tidak diharapkan akan tumbuh lebih dahulu dan akan

menghambat pertumbuhan jamur yang ditanamkan. Oleh karena itu, sterilisasi bagi substrat

tanam merupakan keharusan sebelum substrat tanam tersebut ditanami bibit jamur. Bejana untuk

mensterilkan substrat tanam terbagi menjadi dua bagian yaitu bejana penghasil uap air panas dan

bejana sterilisator. Pengontrolan substrat tanam perlu dilakukan secara rutin agar serat jamur

dapat tumbuh secara baik dan merata. Selain itu, bila ada pertumbuhan jamur kontaminasi yang

tidak diharapkan akan diketahui sebelum ditempatkan di ruang pemeliharaan.

Langkah selanjutnya adalah pembuatan bibit jamur. Pembuatan bibit jamur harus

memperhatikan mutu dari bibit jamur. Untuk pembuatan bibit jamur, paling baik menggunakan

biji gandum. Namun karena di Indonesia tidak ada biji gandum, maka dapat diganti dengan biji

sorgum atau cantel. Apabila biji sorgum juga tidak ada, maka dapat diganti dengan biji jagung,

tapi hasinya kurang memuaskan.

Kebutuhan yang diperlukan untuk pendirian pabrik penghasil bibit jamur yang baik

meliputi kebutuhan peralatan laboratoria, kebutuhan bahan habis, kebutuhan peralatan,

kebutuhan tenaga, dan kebutuhan ruangan. Pertama, untuk kebutuhan peralatan laboratoria kita
membutuhkan tabung reaksi, pinset, lup, cawan petri, labu erlemenyer, mikroskop, jarum

bertangkai, lampu Bunsen. Kedua, yang dimaksud dengan bahan habis yaitu media untuk

pertumbuhan biakan jamur murni, senyawa kimia berupa alcohol, kapas tanpa lemak, dan

sebagainya. Ketiga, ada beberapa peralatan yang dibutuhkan yaitu hygrometer, thermometer,

bejana AC, Mixer, Genset, dll. Keempat, kebutuhan tenaga yang diperlukan yaitu Teknisi,

analisis, tenaga administrasi, dan tenaga kasar. Kelima, untuk kebutuhan ruang karena kegiatan

ini untuk memproduksi bibit jamur maka persyaratan lokasi seperti untuk menghasilkan jamur

tidak diperlukan.

Ada beberapa masalah pokok yang harus diperhatikan di dalam pembuatan bibit jamur

yaitu media dasar, bibit murni, substrat bibit, incubator, dan pelaksanaan. Media dasar berguna

untuk menumbuhkan bibit murni sebagai hasil perkecambahan spora. Bibit Murni ialah

pertumbuhan miselia jamur di dalam media dasar dan merupakan sediaan untuk keperluan

pembuatan bibit jamur. Substrat bibit berbeda dengan substrat media dasar. Substrat bibit terbuat

dari bahan-bahan yang berhubungan dengan substrat tanam, sedangkan media bibit dapat dibuat

dari biji serelia. Inkubator merupakan tempat berbentuk lemari dengan temperature yang dapat

diatur untuk menumbuhkan miselia jamur pada media dasar atau media bibit. Untuk

pelaksanaan, bibit murni yang sudah ditumbuhkan pada media dasar kemudian ditanamkan ke

media bibit secara steril dan selanjutnya disimpan di inkubator.

Bibit jamur yang sudah ditanamkan umumnya masih dalam bentuk serat atau miselia

yang tumbuh terbatas. Dari miselia tersebut akan tumbuh tubuh buah, petumbuhan tubuh buah

tergantung pada lingkungan yang menunjangnya. Faktor penunjang pertumbuhan miselia jamur

antara lain air, sumber nutrien, temperatur, cahaya dan raising. Dalam membudidayakan jamur

shiitake, kuping dan tiram terdapat banyak kesamaan. Diantaranya adalah penyiapan substrat

tanam, penyiapan lokasi dan bangunan yang sumber airnya berlimpah dan jauh dari bahan

pencemar, pengontrolan/pemeliharaan pertumbuhan miselia jamur secara teratur serta


pemanenan tubuh buah jamur jika sudah menunjukkan bentuk dan ukuran yang sudah

ditentukan.

Di dalam pembudidayaan jamur, kita juga harus mengendalikan hama dan penyakit yang

berkemungkinan merusak. Hama yang sering merusak substrat tanam jamur dan merugikan

diantaranya adalah rayap, lalat, serangga tanah seperti cacing, tikus dan celurut. Hama tersebut

dapat dibasmi dengan menggunakan insektisida. Sedangkan penyakit jamur umumnya

disebabkan oleh bakteri dan jenis jamur lainnya. Banyak bakteri penyebab penyakit pada tubuh

jamur sehingga membuat jamur rusak, membusuk atau berlendir dan tidak bernilai jika dijual.

Cara penaggulangan hama dan penyakit jamur adalah dengan usaha pengontrolan secara

menyeluruh dan terpadu sehingga hama dan penyakit jamur dapat dicegah sedini mungkin.

Saat jamur sudah siap panen, ada hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca panen

jamur, karena jamur merupakan komoditas hasil pertanian yang akan cepat layu atau

membusuk kalau disimpan tanpa perlakuan yang benar. Oleh karena itu, perlakuan harus

segera dilakukan setelah pemanenan agar tidak mendatangkan kerugian. Yang pertama, kita

dapat melakukan penanganan pasca panen dengan memperpanjang kesegaran dengan

menyimpannya ditempat dingin, umumnya pada suhu antara 1-5o C. Dengan kondisi

temperature seperti ini, umur jamur dapat diperpanjang minimal 4-5 x 24 jam, terutama untuk

jamur kayu. Lalu dengan pengeringan, pengasapan dan terakhir dengan penambahan senyawa

pengawet. Yang kedua yaitu pemanfaatan limbah substrat tanam dari susunan formula

substrat/ media tanam jamur terdiri sebagian besar oleh serbuk gergajian kayu yang terdapat

senyawa lain yang masih dapat digunakan lagi untuk tanaman lainnya karena masih terdapat

unsur hara yang yang banyak.

Dalam budi daya jamur kayu kita harus memperhitungkan keuntungan, kerugian,dan

dampak dari usaha yang kita lakukan. Dalam perhitungan keuntungan kerugian berbudi daya

jamur, kita harus memperhatikan kebutuhan dasar, bahan untuk substrat tanam, bahan
penunjang, bahan lain, biaya langsung dan biaya tidak langsung. Keuntungan paling besar

berasal pada budi daya jamur kuping. Meskipun budi daya jamur kuping menghasilkan

keuntungan yang besar, kita juga memerlukan modal yang relatif besar pula.

Cara perhitungan keuntungan budi daya jamur kayu antara lain:

Perhitungan Laba/rugi = pendapatan – modal usaha

Anda mungkin juga menyukai