Anda di halaman 1dari 6

JAMUR TIRAM

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok


Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum
tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah
lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung (Parlindungan,
2000) dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom (Volk, 1998).
Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan salah
satu jamur konsumsi yang bernilai tingi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P.ostreatus),
jamur tiram merah muda (P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan
jamur tiram abalone (P.cystidiosus). Jamur tiram memiliki ciri-ciri fisik seperti
permukaannya yang licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian tepinya agak
bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan daging buah
berwarna putih (pleurotus spp). Jamur tiram memiliki diameter tudung yang
menyerupai cangkang tiram berkisar antara 5 15 cm, jamur ini dapat tumbuh pada
kayu-kayu lunak dan pada ketinggian 600 meter dari permukaan laut, spesies ini
tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena dapat merusak miselia jamur dan
tumbuhnya buah jamur. Pertumbuhan jamur tiram sangat tergantung pada faktor
fisik seperti suhu, kelembaban, cahaya, pH media tanam, dan aerasi, udara jamur
tiram dapat menghasilkan tubuh buah secara optimum pada rentang suhu 26-28 C,
sedangkan pertumbuhan miselium pada suhu 28-30 C, kelembaban udara 80-90%
dan pH media tanam yang agak masam antara 5-6. Dua komponen penting dala
udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2). Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel.
Sumber energi dalam sel dioksida menjadi karbondioksida. Konsentrasi
karbondioksida (CO2) yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan
pertumbuhan jamur tidak normal.
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain tiamin, niasin, biotin dan
asam askorbat. Pada jamur jarang ditemukan vitamin A dan D. Namun, terkandung
ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D dengan iradiasi sinar ultraviolet
dalam jamur tiram putih. Pada umumnya jamur kaya akan kandungan mineral,
terutama posfor. Potassium, sodium, kalsium dan magnesium merupakan mineral
yang paling banyak terkandung didalam jamur. Menurut hasil penelitian Puslitbang
Hasil Hutan Bogor, jamur tiram dapat digunakan untuk mencegah dan
menanggulangi kekurangan gizi, mencegah dan menyembuhkan anemia, antitumor,
menurunkan berat badan dan mencegah kekurangan zat besi.

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM


1. Pembuatan Kubung
Kumbung atau rumah jamur adalah tempat untuk merawat baglog dan
menumbuhkan jamur. Kumbung biasanya berupa sebuah bangunan dibuat dari
bambu atau kayu, dinding kumbung dibuat dari gedek atau papan. Bagian dalam
kumbung dilengkapi dengan kisi-kisi bertingkat yang diisi rak-rak untuk
meletakkan baglog. Rangka rak bisa dibuat dari bambu atau kayu. Antara rak
satu dengan yang lain dipisahkan oleh lorong untuk perawatan. Bangunan
tersebut harus memiliki kemampuan untuk menjaga suhu dan kelembaban.
2. Pembuatan Baglog
Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram.
Bahan utama baglog adalah serbuk gergaji, karena jamur tiram termasuk jamur
kayu. Baglog dibungkus plastik berbentuk silinder, dimana salah satu ujungnya
diberi lubang. Pada lubang tersebut jamur tiram akan tumbuh menyembul
keluar.
3. Pembuatan Media Tanam
a. Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk kayu
gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu
gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media
tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik
(baglog) dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata.
b. Pencampuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips sesuai
takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya
menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan
perkemangan jamur tiram sampai siap dipanen. Media untuk pertumbuhan
jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur
tiram di alam.
c. Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya secara
rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam. Tujuannya
menguraikan senyawa-senayawa kompleks dengan bantuan mikroba agar
diperoleh senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar
diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah
dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih
baik.
d. Pengisian Media ke Kantung Plastik (Baglog)
Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile (PP)
dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal dan
menghasilkan panen yang optimal. Tujuannya menyediakan media tanam
bagi bibit jamur.
e. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan
mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu
yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki.
f. Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya menurunkan suhu media tanam
setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam bag log tidak
mati. Pendinginan dilakukan 8 12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur
yang diinginkan adalah 30 - 35C.
g. Inokulasi Bibit (Penanaman Bibit)
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari
biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya
adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga
menghasilkan jamur yang siap panen.
h. Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang telah
diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh.
Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
i. Pemindahan ke Tempat Budidaya
Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung
budidaya. Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka
cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.
j. Perawatan
Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan melakukan penyiraman
secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan pinhead jamur. Hal yang
terpenting harus diperhatikan dalam kumbung adalah menjaga suhu dan
kelembaban yang dibutuhkan jamur. Apabila kelembaban kurang, pinhead
mati dan jika terlkalu lembab jamur menjadi basah.
k. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara penyemprotan atau pengkabutan
dengan menggunakan air bersih yang ditujukan pada ruang kubung dan
media tumbuh jamur, tujuan untuk menjaga kelembaban kubung.
l. Pengendalian OPT
Umumnya hama dan penyakit utama pada jamur tiram adalah tikus, dapat
dikendalikan dengan menggunakan seng sebagai pembatas bangunan
kubung agar tidak naik keatas atau lem tikus. Pada malam hari sering
dilakukan pengecekan kubung untuk mengusir tikus.
m. Pemanenan
Pemanenan Jamur tiram harus dilakukan pada saat yang tepat agar
diperoleh kualitas jamur yang benar-benar baik. sebelum memanen jamur
kita harus mengetahui ciri-ciri jamur yang sudah siap panen. Ciri-ciri jamur
tiram yang sudah siap dipanen adalah :
Tudung belum keriting
Warna belum pudar
Spora belum dilepaskan
Tekstur masih kokoh dan lentur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
Panen dilakukan dengan mencabut
Tanpa menyisakan bagian jamur
Bersih dan tidak berceceran

PENANGANAN PASCAPANEN
Jamur yang telah masak (siap panen) harus segera dipetik dari media
tanamnya. Keterlambatan pemetikan dapat berakibat menurunnya kualitas produk
seperti warna yang tidak segar, tekstur lebih liat atau keras, mudah pecah atau
hancur, spora berhamburan, serta mudah membusuk. Jamur yang dipetik umumnya
dalam kondisi bersih, sehingga tidak diperlukan pencucian sebelum dikemas.
Pengemasan jamur sebaiknya tidak dalam wadah yang terlalu besar karena
penumpukan terlalu besar dapat merusak tekstur jamur yang ada pada bagian bawah
tumpukan tersebut. Apabila jamur siap dilepas ke pasar biasanya kemasan
ekonomis menjadi pilihan konsumen. Pemasaran dalam bentuk segar maupun
olahan dapat menjadi pilihan yang harus disesuaikan dengan kondisi produk dan
pasar. Produk olahan jamur (asinan, keripik, tepung, dll.) dapat dipasarkan dengan
nilai lebih tinggi daripada produk segarnya.
Perencanaan strategi pemasaran menjadi salah satu kunci utama kesuksesan
sebuah usaha. Sebagus apapun kualitas hasil panen yang didapatkan, bila tanpa
dukungan strategi pemasaran jamur yang tepat maka bisa dipastikan tidak banyak
orang yang mengetahui keberadaan produk. Karena itu sebelum menjalankan bisnis
budidaya jamur tiram, sebaiknya perhatikan kondisi pasar di sekitar kita sebelum
menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan. Saat ini permintaan produk
jamur segar masih sangat mendominasi pasar, sehingga kita bisa memanfaatkan
keadaan tersebut sebagai sebuah peluang untuk memperluas bisnis jamur tiram.
Dengan merencanakan strategi pemasaran jamur tiram segar secara matang,
diharapkan penjualan produk jamur bisa semakin meluas hingga menjangkau pasar
nasional maupun pasar internasional.

Daftar Pustaka
Susilawati dan Budi Raharjo. 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus
var florida) yang ramah lingkungan. Sumatera Selatan : Merang REDD
Pilot Project

Purwati, Endang Sri. 2015. Pengelolaan Paca Panen Jamur Tiram.


http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Pengelolaan%20Pasca%20Panen
%20Jamur%20Tiram-_1.pdf. Diakses pada tanggal 7 September 2016.

Wibawa, Lutfi. Tanpa Tahun. Strategi Pemasaran Jamur Tiram.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pemasaran%20Jamur%20Tira
mm.pdf. Diakses pada tanggal 7 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai