Anda di halaman 1dari 24

Jamur tiram atau Pleurotus ostreatus merupakan jamur yang dapat dikonsumsi dan

memiliki ciri-ciri umum, yaitu tubuh buah yang berwarna putih hingga krem, serta memiliki
tudung yang berbentuk lingkaran mirip dengan cangkang tiram.

Umumnya jamur tiram mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus


hidupnya, yaitu secara aseksual dan juga secara seksual. Secara umum reproduksi
aseksual terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogan pada kantung spora
atau sporangiumnya. Sedangkan secara seksual, reproduksi jamur tiram terjadi melalui
penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina dan kemudian
membentuk zigot yang akan tumbuh menjadi primodia dewasa.

Cara Budidaya Jamur Tiram


Setelah mengenal sekilas tentang apa itu jamur tiram sepreti yang sudah dibahas
diatas, maka saatnya kita akan membahas tentangcara budidaya jamur tiram. Seperti yang
secara umum sudah diketahui bahwa budidaya jamur tiram memiliki bebera keunggulan
dan kemudahan dalam proses budidayanya, sehingga budidaya jamur tiram ini sendiri
dapat dikelola secara usaha sampingan maupun usaha ekonomis dengan skala kecil,
sedang dan besar.

Dalam budidaya jamur tiram akan ditemukan beberapa bagian penting yang akan
dilalui, yaitu mulai dari persiapan budidaya, peralatan yang digunakan dalam
membudidayakan jamur tiram, proses dan teknik budidaya, serta sampai pada proses
pemanenan. Untuk mengetahui step-step budidaya jamur tiram tersebut, maka berikut akan
disajikan secara lengkap kepada Anda, dan akan dimulai dari proses persiapan budidaya
jamur tiram.

1. Persiapan Budidaya Jamur Tiram


Dalam persiapan budidaya jamur tiram ini yang perlu dipersiapkan adalah bangunan atau
ruangan untuk tempat mengembangbiakkan atau membudidayakan jamur tiram. Dalam hal
ini bangunan atau ruangan rumah juga bisa digunakan sebagai tempat budidaya jamur

tiram, namun yang paling penting yang harus diketahui terkait ruangan pembudidayaan
jamur tiram ini terdiri dari:

A. Ruangan Persiapan
Ruangan ini digunakan untuk melakukan berbagai kegiataan awal budidaya jamur tiram,
seperti kegiatan pengayakan, pencampuran pewadahan, dan juga sterilisasi.

B. Ruang Inokulasi
Ruangan inokulasi duganakan untuk tempat menanam bibit pada media tanam, ruangan ini
harus mudah dibersihkan, serta ruangan juga harus tidak banyak memiliki ventilasi yang
dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi dari mikroba.

C. Ruang Inkubasi
Ruangan ini berfungsi untuk menumbuhkan meselium jamur pada media tanam yang sudah
di inokulasi. Kondisi ruangan ini harus diatur dengan suhu antara 22-29 drajat celcius dan
dengan kelembaban 60-80 persen. Ruangan ini juga harus dilengkapi dengan rak-rak yang
terbuat dari bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah di
inokulasi.

D. Ruang Penanaman
Ruangan ini digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi
juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot atau pengabutan. Pengabutan
bertujuan untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal yaitu 16-22
derajat celcius dengan kelembaban 80-90 persen.

2. Peralatan dan Bahan Budidaya Jamur Tiram


Dalam pembudidayaan jamur tiram, maka peralatan-peralatan yang harus
dipersiapakan terdiri dari mixer, cangkul, sekop, filler, botol, boiler, gerobak dorong, sendok
bibit, dan centong. Sementara bahan-bahan yang perlu dipersiapkan adalah serbuk kayu,
bekatul atau dedak, kapur CaCO3), gips (CaSO4), tepung jagung (biji-bijan), glukosa,
kantong plastik, karet, kapas, dan cincin plastik.

3. Proses Budidaya Jamur Tiram


Dalam proses budidaya jamur tiram ini, maka beberapa hal yang perlu dilakukan
diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Persiapan Bahan
Bahan yang harus dipersiapakan diantaranya adalah serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips,
tepung jagung, dan glukosa.

B. Pengayakan
Serbuk kayu yang sudah diperoleh sebaiknya dilakukan pengayakan. Hal ini dimaksudkan
agar tingkat keseragaman serbuk terjaga dengan baik agar tingkat pertumbuhan misela
akan merata. Media pengayak serbuk kayu dapat dibuat sama dengan ukuran mengayak
pasir. Dalam proses pengayakan perlu menggunakan masker karena dalam serbuk gergaji
banyak tercampur debu dan pasir.

C. Pencampuran
Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk
gergaji dan selanjutnya disiram dengan air sekitar 50-60 persen atau bila kita kepal serbuk
tersebut sudah menggumpal, tetapi tidak keluar air. Hal ini menandakan bahwa kadar air
sudah cukup.

D. Pengompresan
Pengompresan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun
campuran serbuk kayu gergaji dan kemudian menutupnya dengan plastik.

E. Pembungkusan (pembuatan baglog)


Pembungkusan dapat dilakukan dengan menggunakan plastik polipropilen dengan ukuran
yang dibutuhkan. Cara membungkus, yaitu dengan memaskukkan media kedalam plastik
dan kemudian dipukul atau ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler
dan kemudian dismpan.

F. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat sterilizer yang bertujuan menginaktifkan
mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur
yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 90 100 derajat celcius selama 12 jam.

G. Inokulasi (Pemberian Bibit)


Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah
disterilisasi. Baglog ditiriskan selama 1 malam setelah sterilisasi, kemudian kita ambil dan
ditanami bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok makan/sendok bibit sekitar + 3
sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit Jamur Tiram
yang baik yaitu:
- Varitas unggul
- Umur bibit optimal 45 60 hari
- Warna bibit merata
- Tidak terkontaminasi

H. Inkubasi (masa pertumbuhan miselium) Jamur Tiram


Inkubasi Jamur Tiram dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan
kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya
media akan tampak putih merata antara 40 60 hari.

4. Panen Jamur Tiram


Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal,
pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan
mempermudah pemasaran.
Sumber: http://karodalnet.blogspot.com/

Budidaya Cabai Rawit


Cabai rawit adalah termasuk bahan bumbu utama dalam memasak. Cabai rawit ini banyak
permintaannya, selain itu harganya juga mahal. Sehingga ketika usaha cabai rawit ini ditekuni maka akan
mendapatkan keuntungan yang besar, karena dalam menanam cabai rawit yang benar maka akan
menghasilkan buah yang memuaskan.Apalagi dengan penggunaan Pupuk Organik NASA dan Pestisida
Organik NASA yang telah banyak di buktikan oleh para petani cabai rawit.
Jenis cabai rawit yang sering diusahakan adalah sebagai berikut :

Cabai kecil atau cabai jemprit.Buahnya kecil dan pendek , lebih pedas dibandingka Janis cabai
lainnya.

Cabai putih atau cabai domba.Buahnya lebihbesar dari cabai jemprit atau cabai celepik , dan rasanya
kurang enak.

Cabai celepik.Buahnya lebih besar dari pada cabai jemprit dan lebih keci dari cabai domba. Rasanya
tidak sepedas cabai jemprit . sewakti muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah cerah .

BERCOCOK TANAM
Pertumbuhan tanaman cabai rawit yang baik dan hasil produksinya tinggi merupakan dambaan dan
harapan kita semua . untuk mencapai tahapan tersebut kita harus melakukan kegiatan bercocok tanam cabai
rawit yang menggunakan tahapan tahapan sebagai berikut:
1. PENGOLAHAN TANAH
Dapat dilakukan dengan mencangkul sedalam 25 30 cm hingga tanah menjadi gembur . setelah itu biarkan
7 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari.

Pembuatan bedeng

1. Lebar bedeng 100 120 cm.


2. Tinggi bedeng 20 30 cm.
3. Jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 45 cm.

Pemberian pupuk kandang. Caranya pupuk yang telah tersedia sebelumnya di fermentasikan dengan
produk nasa yang berupa NATURAL GLIO.Fermentasikan selama sekitar 2 minggu.Lalu masukkan di
sekitar lubang tanam sekitar 20-50 gram/lubang.

Pembuatan jarak tanaman.

2. PESEMAIAN
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau calon tanaman yang baik.adapun
tahapan pesemaian adalah sebagai berikut :
a. membuat bedeng atau tempat pesemaian ,
ukuran bedeng pesemaian sebagai berikut :

Lebar bedeng 1 1,2 m.

Panjang bedeng 3 5 m.

Tinggi bedeng 15 20 cm

b. penyemaian benih
Kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar

300 500 benih . sebelum benih disemai atau ditabur , tempat pesemaian disiram merata . beberapa cara menyemai
benih cabai rawit sebagai berikut :

semai bebas atau ditabur merata.

semai dalam baris.

semai berkelompok

3. Penanaman
Bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan segera ditanam . penanaman sebaiknya pada sore hari
agar tanaman tidak layu.
ciri cirri bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :

Telah berumur satu bulan.

Tidak terserang hama dan penyakit.

Pertumbuhan tanaman seragam

cara penanaman :

Siram bibit yang akan ditanam.

Pilih bibit yangakan ditanam.

Lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit.

Padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah

4. Pemeliharaan tanaman
a. penyiraman
penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan keadaan tanah .
b. penyiangan
Rumpu liar yang tumbuh disekitar tanaman harus dicabut atau di siangi dengan cara di babat.
c. pemupukan

Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan
perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (1 : 1 : 1 ) Kg dalam 250 liter air.
Diberikan umur 1 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk
makro Urea : TSP : KCl : NASA = ( 2 : 1.5 : 1.5 ) Kg dalam 250 liter air, dengan dosis 250 cc/lubang.Untuk
pengocoran 1000 batang tanaman.

Untuk penggunaan Pupuk Organik Nasa dilakukan setiap 1.5 bulan sekali dengan dosis 500gram/1ooo
batang.

Untuk penyemprotan POC NASA + Hormonik + Aero-810 ( 5 + 1 + 1/4 )tutup pertangki.lakukan


Penyemprotan di pagi hari.

d. hama dan penyakit


hama yang sering menyerang tanaman cabai rwit adalah sebagai berikut :

Tungau marah.

Kutu daun berwarna kuning.

Kutu gurem atau thrips

tanda tanda tanaman terserang

Tanaman berwarna seperti perak.

Tanaman tampak pucat.

Daun menjadi layu.

untuk pengendaliannya lakukan penyemprotan Pestisida Organik Nasayang berupa Pestona,Pentana,BVR dan aero810.Lakukan penyemprotan di sore hari.

5. PANEN
Panen merupakan kegiatan yang kita nanti nanti untuk menikmati jerih payah selama penanaman , produksi cabai
rawit hampir sama dengan cabai besar , hanya saja umur cabai rawit lebih lama yaitu 2 3 tahun , sehingga produksi
cabai rawit lebih tinggi dari pada cabai besar .

Sumber: http://nasa88.wordpress.com/

Budidaya Bunga Melati


Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup
menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish Jasmine
ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati
putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de Meici. Dalam tahun 1919
ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di
Inggris pada tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.


Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina
(Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu
(Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).
JENIS TANAMAN
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9
jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial
untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan
karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk
suku melati-melatian atau famili Oleaceae.
Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Species : Jasminum sambac (L) W. Ait..
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai berikut:
a) Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b) Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,.
pubescens willd).
c) Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J.
floribundum=Jasmine
grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter.
d) Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e) Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f) Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g) Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h) Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i) Melati hibrida. Bunga pink dan harum.
Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:a) Jasmine. Sambac (melati
Putih), antara lain varietas:

a)Maid of Orleans, Grand Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke


b) Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
c) Jasmine officinale (melati Gambir)
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum,
farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah,
terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.
5. SYARAT PETUMBUHAN
5.1. Iklim
1. Curah hujan 112119 mm/bulan dengan 69 hari hujan/bulan, serta mempunyai
iklim dengan 23 bulan kering dan 56 bulan basah.
2. Suhu udara siang hari 28-36 C dan suhu udara malam hari 24-30 C,
3. Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4. Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup
mendapat sinar matahari.
5.2. Media Tanam
1. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol
dan andosol.
2. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan drainase
baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
3. Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=57.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya
adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran
rendah hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat
beradaptasi dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di
Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di
dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Teknik Penyemaian Benih
Tancapkan tiap stek pada medium semai 1015 cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup
permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan) agar udara
tetap lembab.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

a) Penyiapan tempat semai: Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran


besar/polybag,
medium
semai
(campuran
tanah,
pasir
steril/bersih).
- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang
berlebihan.
- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 2030 cm. Siram
medium semai dengan air bersih hingga basah.
b) Pemeliharaan bibit stek: Lakukan penyiraman secara kontinu 12 kali sehari.
- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 123 bulan) ke
dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk organik
(1:1:1).
- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan
pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
Pemeliharaan bibit steka) Ambil (angkat) biji-biji mawar dari buah yang telah
membusuk dalam media semai.
b) Pilih biji-biji mawar yang baik, yaitu bernas yang tenggelam bila dimasukkan ke
dalam air
c) Cuci biji mawar dengan air bersih.
d) Tiriskan biji-biji mawar terpilih ditempat teduh untuk segera disemaikan pada bak
persemaian.
e) Semaikan biji mawar secara merata menurut barisan pada jarak antar-baris 5- 10
cm. Biji akan berkecambah pada umur empat minggu setelah semai.
Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaiana) Siram media persemaian mawar secara
kontinu 1-2 kali sehari.
b) Sapih (perjarang) bibit mawar yang sudah cukup besar ke dalam polybag kecil yang
sudah diisi media campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
Pemindahan Bibit
Pindahkan tanam bibit mawar yang sudah berumur 22 bulan ke kebun/tempat
penanaman yang tetap (permanen)
6.2. Pengolahan Media Tanam Pembukaan Lahan
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak
berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,
kemudian biarkan kering angin selama 15 hari.
Pembentukan Bedengan.
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40
60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran
Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnya dengan
kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur
hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah masam adalah
untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.
Pemupukan
Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara
merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang tanam

sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar.
Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm.
Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim
hujan.
6.3. Teknik Penanaman Penentuan Pola Tanam
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan kebun
yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2 gram KCI per
tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0
m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120 kg KCI. Bersama
pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan pembenah dan pemantap tanah misalnya
Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate .
Pembuatan Lubang Tanam
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang
tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati dipadatkan
pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
Cara Penanaman
Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan
tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam umumnya
adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100 x 40
cm.
6.4. Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman.
Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhan abnormal
dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana
penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang bibitnya perlu
diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan setelah tanam.
Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan pemeliharaan tanam
berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu penyulaman sebaiknya
dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara
tidak terlalu panas.
Penyiangan
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput
liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan
kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis pupuk
yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300
kg/ha/tahun. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam
parit di antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian
ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke dalam
lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah sebelum
melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat
pertumbuhan kurang prima. Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati,

terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-2030)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada
pagi hari (Pukul 09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak
terik menyengat.
Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air yang
memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur kurang
lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari. Cara
pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di sekitar
perakaran cukup basah.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk mempertahankan
dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang berpengaruh baik
terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan Etherel. Tanaman
melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm memberikan hasil
bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian
tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang
dianjurkan 3.000 ppm5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila digunakan
Ethrel.
Lain-lain
Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati,
seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi
pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac) dapat
di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati
Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.
7. P A N E N
7.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga sudah
besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati di
Indoensia
masih
rendah
yakni
berkisar
antara
20-25
kg/hektar/hari.
Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga
melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman
antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung
selama 12 minggu (3 bulan).
7.2. Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinar matahari
tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
7.3. Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya, produksi
bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi

7.4. Prakiraan Produksi


Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah, panen
bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 510 kg/hektar, sedangkan panen
pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia
berkisar 1,52 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada musim kemarau.
8. PASCA PANEN
8.1. Pengumpulan
Di
tempat
terbuka
bunga
melati
akan
cepat
layu
untuk
mempertahankan/memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam
tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dingin
antara 0-5 C.
8.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.
a) Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.
b) Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut
benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.
c) Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage
bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
d) Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas
enfleurage, sebagai pewangi teknis.
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan
teknik olesan adalah sebagai berikut:
a) Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .
c) Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat
dari plastik, kayu/logam tahan karat.
d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga
baru/masih segar.
f) Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi
minyak wangi bunga melati.
Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.
a) Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan bahan pelarut
(alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara
berkesinambungan.
b) Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bunga
melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan bahan
pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.
c) Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya
berupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar dan unsure
lain yang tidak menguap.
d) Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untuk
menghilangkan kandungan damar.

e) Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan sthlene glycol penyinaran


dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.

Sumber: http://infokebun.wordpress.com/

Teknik Budidaya Buah Mangga

Tanaman mangga dapat tumbuh baik pada lapisan tanah tebal dan struktur
tanah remah dan berbutir-butir pada ketinggian 50-300 m dpl. Varietas mangga yang
mempunyai nilai jual tinggi yaitu antara lain jenis Gadung 21 atau Arumanis 143.
Varietas lainnya adalah Manalagi 69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31.
P E RS I AP AN L AH AN
Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1 m x 1m x 1 m dan jarak tanam
6 m x 8 m. Dua minggu sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan kembali
ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Akan lebih optimal jika disiram Pupuk Organik (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).
P E N AN AM AN M ANG G A
Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam kantong plastik dilepas.
Kedalaman tanam + 15-20 cm diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke
arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan dengan posisi miring ke barat
dan selanjutnya dikurangi sedikit demi sedikit.
P E MUP UK AN T AN AM AN M ANG G A
Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya dibenamkan
disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi tanaman. Mangga
umur 1 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 15 tahun diberi 60 kg PK. Akan lebih optimal
jika ditambahkan Pupuk Organik SUPERNASA dengan dosis :
Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
Alternatif 2 : 1 botol SUPERNASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan larutan
induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk menyiram per pohon.
Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 4 bulan sekali.
Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp)
+HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 3 bulan sekali.
Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember Desember), akhir musim hujan (April
Mei) dosis sbb:

DOS IS P UP UK MA KR O (K G/ P OHON )
UM UR (TH)

P K (KG)
ZA

TS P

KC L

1 3

20 30

0.5 1

0.25-0.5

0.25-0.5

4 6

30 40

12

0.5 1

0.5 1

7 10

50 60

23

1 1.5

1 1.5

> 10

50 60

34

1.5 2

1.5 2

P E M ANG K AS AN T AN AM AN
Pangkas Bentuk (3 tahap) :
Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan dengan memotong batang setinggi
50 60 cm dari permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang sambungan. Dari cabang
yang tumbuh dipelihara 3 cabang yang arahnya menyebar.
Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang yang tumbuh tersebut setelah
berumur 2 tahun, caranya menyisakan 1 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada masingmasing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan
diperoleh pohon dengan rumus cabang 1- 3 9.
Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II, tetapi tunas yang tumbuh dipelihara
semua untuk produksi.
P ANG K AS P RO DU KS I
Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang mati / kering,
cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda yang
tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah
panen.
P E ND ANG I R AN
Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir musim hujan, dengan membalik
tanah (pembumbunan) di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam tanah
mati.
MULCHI NG (MU LS A)
Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan jerami / sisa-sisa bekas
pangkasan / tanaman sela.
P E NG E ND ALI AN G ULM A
Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.

I NDUKS I BUNG A
Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk Organik Padat SUPERNASA
dengan dosis 1-2 sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara merata di
bawah kanopi pohon setelah pupus kedua ( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA
(3-4 ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki.
P E NG E LO L AAN B UNG A D AN BU AH
Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat bud break, bud elongation,
mango size (kacang hijau) dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan :
Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum muncul tunas baru atau bud break
dan pada saat bud break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter).
POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation, (dosis 4-5 tutup/tangki).
POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per tangki diberikan pada saat mango size
dan marble size.
Untuk meningkatkan pembuahan, mengurangi kerontokan bunga dan buah
gunakanPOWER NUTRITION yang diformulasikan secara khusus untuk merangsang
pertumbuhan bunga dan meningkatkan pembuahan. Cara aplikasinya adalah : Larutkan
3 sendok makan POWER NUTRITION ke dalam 10 liter air. Siramkan merata pada
perakaran di sekitar batang pada pagi atau sore hari. Agar peresapan nutrisi menjadi
optimal bisa ditambahkan AERO 810 dalam lautan POWER NUTRION tadi.
H AM A D AN P E N Y AK I T T AN AM AN M AN G G A
a. Tip Borer (Clumetia transversa)
Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan malai bunga dengan
mengebor/menggerek tunas atau malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai
bunga menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi unsur hara terhenti
kemudian mati. Pengendalian; cabang tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar,
pendangiran untuk mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.
b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )
Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena pada segment perut yang
pertama terdapat suatu garis merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga
bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari epidermis daun dan buah. Tempat
tusukan bisa menjadi sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna coklat
dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok dengan tangan dan dibawahnya
ditaruh alas dengan kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh. Pengendalian :
tunas muda terserang dipotong lalu dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning,
pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau PESTONA.
c. Ulat (Phylotroctis sp.)
Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang warnanya hijau) sering menggerek
pangkal calon malai bunga. Telur Phyloctroctis sp. menetas dan dewasa menyerang
tangkai buah muda (pentil). Buah muda gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah
bernanah kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Seed Borer, Noorda albizonalis


Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan umumnya meninggalkan
bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji
buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek
buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit.
Pengendalian : pembungkusan buah, kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot
dengan PESTONA.\
e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)
Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation. Nimfa dan wereng dewasa
menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering,
penyerbukan dan pembentukan buah terganggu kemudian mati. Serangan parah terjadi
jika didukung cuaca panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang tumbuh dan
berkembangnya penyakit embun jelaga (sooty mold) dengan dikeluarkan embun madu
dari wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas, daun dan bunga.
Pengendalian : pengasapan, penyemprotan BVR / PESTONA sebelum bunga
mekar/pada sore hari.
f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )
Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di sekitar titik menjadi kuning, buah
busuk serta terjadi perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu memungkinkan
serangan hama sekunder (Drosophilla sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian :
pembungkusan buah, pemasangan perangkap lalat buah.
g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika
terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul
embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal
karena bunga menjadi rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan terlalu
rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis
Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis.
Kumbang ini membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia
masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok
(getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae),
kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)
Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum
mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan lebih
merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810
dosis + 5 ml (0,5 tutup) per tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih
efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2
tutup)/tangki

P ANE N D AN P AS C A P ANE N
Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga mekar, buah berbedak, dan pada
jam 09.00 16.00 WIB dengan menyisakan tangkai buah sekitar 0,5 1 cm.

Sumber : http://stockistnasa.com/

BEBERAPA MUSUH ALAMI DARI HAMA PENGEREK BATANG PADI


Pada saat pengerek batang padi masih berupa telur, pengerek batang padi ini mempunyai musuh alami
sebagai berikut :
1. Parasit Telur Telenomus
Parasit telur Telenomus (Telenomus rowani;Hymenoptera;Scelionidae) merupakan parsit kecil berwarna
hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi.tabuhan telenomus mencari ngegat betina
pengerek batang yang telah siap bertelur dan kemudian hinggap di ujung perut ngegat dewasa, dekat
dengan ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Ketika ngegat mulai bertelur, tabuhan ini segera
menitipkan telurnya dengan menyuntikkan kedalam telur-telur yang abru keluar dari ngegat-ngengat
dewasa. Setelah 10-14 hari, yang keluar dari kelompok telur tersebut bukan ulat pengerek batang padi
namun yang keluar tersebut adalah tabuhan telenomus baru yang siap mengamankan sawah dari
serangan pengerek batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah antara 36%90%.
2. Parasit Trichogramma
Parasit Trichogramma (Trichogramma japonicum; Hymenoptera; Trichogrammitidae) ini berwarna hitam,
lebih kecil dari semut. Hama ini sering muncul dari kelompok telur pengerek batang. Parasit ini
meletakkan telur dengan menyuntikkan ovipositornya diantara bulu-bulu halus yang menutup telur. Telur
parasit diletakkan satu per satu pada tiap telur pengerek batang. Tingkat parsitasi dilapangan berkisar
antara 40%.
3. Jangkrik Ekor Pedang
Jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha longipennis; Orthroptera: Gryllidae) merupakan
jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut jangkrik ekor pedang karena memiliki ekor seperti pedang. Cirri
lain dari jangkrik ekor pedang adalah sungutnya yang panjang sehingga dibeberapa tempat jangkrik ini
juga disebut jangkrik sungutpanjang.bukan hanya jangkrik dewasa, jangkrik ekor pedang muda pun
merupakan pemangsa kelompok telur pengerek batang padi yang rakus.
Dan masih banyak musuh-musuh lami yang lain, yang memangsa dari hama pengerek batang padi
sesuai dengan fase-fase dari hama pengerek batang tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan
dalam pertanian organic yang memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan
mengunakan pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada diekosistem
tersebut.

Sumber: https://gapoktanrukunsantoso.wordpress.com

Pestisida Organik
Dengan semakin mahalnya bisaya pestisida, maka para petani kita mulai melirik pestisida
organic. Disamping harganya murah, bahan-bahannya banyak tersedia di sekitar kita. Namun
sayangnya kita enggan untuk membuatnya, karena umumnya kita tidak tahu bagaimana cara
membuatnya.
Berikut ini adalah tips bagaimana cara membuat pestisida organic, di susun oleh Bp. Murjio,
salah seorang petani organic dari Jogjakarta.
1. NIKURAK (mahoni, tembakau dan daun jarak)
a. Bahan-bahan
1. Biji mahoni : 300 gram
2. Tembakau : 100 gram
3. Daun jarak : 1 kg
4. Air : 6 ltr
b. Cara membuatnya
1. Biji mahoni digiling/ditumbuk halus.
2. Daun jarak dan tembakau direbus dengan air sampai mendidih, angkat dan dinginkan. Campurkan
mahoni yang sudah ditumbuk halus aduk hingga rata, kemudian diamkan selama 24 jam, lalu saring.
3. Jika larutan ingin disimpan, maka pencampuran dilakukan pada saat akan digunakan.
c. Dosis :
30 cc larutan pestisida organic ini bias digunakan untuk satu tangki sprayer (+/- 15 liter).
Semprotkan ke lahan yang terkena hama pada waktu pagi atau sore hari. Ulangi tiap 4 hari sekali.
d. Sasaran OPT
Ulat grayak : pada tanaman bawang merah, bawang putih, kedelai, jagung, kacang tanah, kacang
panjang, kubis dan sawi
Ulat penggulung daun dan perusak daun pada tanaman padi.
e. Hasil pencapaian
1. Pestisida NIKORAK bersifat racun kontak, dan hama yang terkena secara langsung , tingka
kematiannya tinggi.
2. Populasi hama turun drastic dan timbulnya lama
3. Keluhan sampingan tidak ditemui, pada waktu setelah penyemprotan.
2. GACASI (gadung, cabe merah dan daun sirih)
a. Bahan-bahan
1. Gadung : 4 kg
2. Cabai merah : 2 on
3. Daunsirih : 2 kg
4. Air : 15 ltr
b. Cara membuatnya
1. Gadung, cabai dan daun sirih digiling halus dan campurkan dengan rata
2. Tambahkan air, aduk sampai rata dan disaring, air ramuan merupakan induk pestisida.

c. Penggunaan
14 liter air dicampur dengan pestisida 250 cc (1 gelas), semprotkan ke lahan pada waktu pagi/sore
hari, ulangi 4-5 hari sekali.
d. Sasaran OPT
Penggerek batang, wereng, walang sangit, thrip, aphia, serangga kecil lainnya.
e. Hasil pencapaian
Sama dengan NIKORAK

Sumber: http://mundirun.wordpress.com/

INSEKTISIDA ALAMI ATAU PESTISIDA NABATI


Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit atau terserang hama maupun
penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik. Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal
menggunakan benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi tanahnya, dan lain-lain.
Banyak kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat menggunakan
obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari tanamannya menderita apa dan kejelian serta
kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali.
Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu
menggunakan BAHAN-BAHAN ALAMI untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang
tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga. Adapun bahan-bahan
INSEKTISIDA ALAMI itu adalah sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit ,
Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai sebagai bahan-bahan pembuat
insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan tersebut , semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah,
yang pasti juga aman karena tidak beracun.
Berikut Tabel yang menunjukan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai Insektisida Alami atau Pestisida Nabati :
JENIS TANAMAN PESTISIDA NABATI ATAU INSEKTISIDA ALAMI
KANDUNGANAN RACUN DAN JASAD SASARANNYA
Berikut RESEP pembuatan Insektisida Alami untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada tanaman.:
Bahan:

Tembakau 100gr
Kenikir 100gr
Pandan 100gr
Kemangi 100gr
Cabe rawit 100gr
Kunyit 100 gr
Bawang Putih 100gr
Aquadestilata 1 lt
Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc
Gula pasir 2 sendok makan.

Cara Pembuatan :

Semua bahan di blender dan di tambah 1lt air suling


Masukkan ke dalam botol yang steril
Tambahkan gula pasir 2 sdm
Tambahkan Decomposer BSA 1-2 cc
Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
Kemudian di saring.
Siap dipergunakan

Pengaplikasian /dosis pemakaian:

60 cc untuk 1 lt air
Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
1 minggu 1 kali
Pencairan 1lt harus habis 1kali pemakaian.

Untuk tanaman padi, hama yang terkenal menyerang tanaman padi adalah HAMAKRESEK, HAMA PENGGEREK
BATANG, HAMA WERENG. Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka
membuat bakteri CORYNE BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20 liter ditambah GULA
dan DECOMPOSER BSA. Bakteri Coryne bacterium dapat melawanXanthomonas campestris pv oryzae (bakteri
penyebab penyakit kresek). Bakteri Coryne ini mempunyai sifat Pathogen, dapat menekan serangan , dan
mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk menumpas hama penggerek batang yang diperlukan adalah
bakteri Tryclogramma spp(agen hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai bakteri Trychoderma sp.
Sedangkan untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan kumbang dibiarkan hidup untuk
menjaga keseimbangan ekosistem.

Sumber: http://luki2blog.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai