Anda di halaman 1dari 14

BUDIDAYA CABE MERAH KERITING

PENDAHULUAN
 Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6.
 Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis
budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll..
 Pada umumnya sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi cabai masih
menggunakan benih lokal dan populasi tanaman per hektarnya tinggi.
 Populasi yang sangat rapat ini dapat mengakibatkan penangkapan sinar matahari
setiap tanaman berkurang dan kelembaban udara di sekitar kebun menjadi tinggi.
 Kelembaban yang tinggi seringkali dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit.
 Perbaikan kultur teknik budidaya cabai secara intensif untuk meningkatkan produksi
maupun kualitas hasil, diantaranya adalah penggunaan benih unggul dari varietas
hibrida yang bermutu tinggi, penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian
hama dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan
perempelan tunas ataupun daun.
 Dalam budidaya cabai, penyiapan lahan harus didahulukan, kemudian disusul dengan
penyiapan benih atau pembibitan. Maksudnya agar tanah sebagai media tanam benar-
benar telah matang dan layak ditanami.
 Sebaliknya, bila pembibitan didahulukan, maka penyiapan lahan akan terburu-buru,
sehingga tanahnya belum matang benar dan bibit sudat terlanjur tua.
 Bibit cabai hibrida umumnya siap dipindahtanamkan dari persemaian ke lapangan
(kebun) pada umur 17 - 23 hari (berdaun 2 - 4 helai).
 Bila bibit terlambat dipindahtanamkan (terlanjur tua), pertumbuhan kurang optimal dan
produksinya menurun (rendah).

Persyaratan lahan:
 Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
 Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun
tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.
 Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak
perlu membajak cukup berat.
 Lahan tegalan (tanah kering) dapat digunakan, asal cukup tersedia air.

Syarat Iklim
 Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran
tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu
lembab.
 Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270 C, dan untuk
pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C.
 Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap
lingkungan tumbuh.
 Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi + 1200 m dpl.
 Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 -
1500 m dpl.
 Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi.
 Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika
antara 210 - 250 C, sedangkan untuk pembentukan buah memerlukan temperatur
18,30.
 Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena
dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah
akan sangat rendah.
 Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan
mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil.
 Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula
dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara
memanipulasi lingkungan.
 Alih teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara lain menggunakan
sungkup beratapkan plastik bening (transparan).

SyaratTanah
 Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula
bagi tanaman cabai.
 Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah
yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas
cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.
 Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, karena pada pH di bawah 5.5
atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah).
 Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman
cabai mudah terserang penyakit layu.
 Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan
kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.
 Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas:
 Paling masam (< 4.0)
 Sangat asam (4.0 - 4.5)
 Asam (4.5 - 5.5)
 Agak asam (5.5 - 6.5)
 Netral (6.5 - 7.5)
 Agak basa (7.5 - 8.5)
 Basa (8.5 - 9.0)
 Sangat basa (9.0).
 Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium,
Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat.
 Pada pH tanah basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium,
Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit.
 Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium
(Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
 Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi
penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara
optimum.

PRATANAM
Pengolahan Lahan
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
 Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman
sebelumnya.
 Tebarkan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan POC Warung Tani I 3
ton/ ha.
 Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 - 40 cm, semprot secara merata di
permukaan lahan dengan POC Warung Tani I,WT Bakterisida, WT
Trico/Glio masing2 dengan dosis 10 ml/lt air, (biarkan + 1 minggu), kemudian
dikeringkan selama 7 - 14 hari.
 Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 - 120
cm, tinggi 40 - 50 cm, lebar parit 60 - 70 cm, sedangkan panjang bedengan sebaiknya
lebih dari 12 meter.
 Khusus pada tanah yang banyak mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit
dibuat sedalam 60 - 70 cm. Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling selebar
dan sedalam 70 centimeter.
 Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000
Siramkan & semprot secara merata di permukaan bedengan dengan POC Warung
Tani I, WT Bakterisida, WT Trico/Glio masing2 dengan dosis 10 ml/lt air.
 Tambahkan pupuk kandang yang sudah terfermentasi dengan POC Warung Tani I,
masukkan ½ dari lobang tanam yg sdh dibuat. Populasi cabai hibrida per hektar antara
18.000 - 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 x 70 cm.
 Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, sekaligus dibuat lubang tanam dengan
kedalaman kira2 20 cm, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2
minggu ).

Pemasangan MPHP
 Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu
dilakukan pemupukan secara total sekaligus.
 Pemasangan MPHP sebaiknya memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik matahari
antara pukul 14.00 - 16.00 agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup
tanah serapat mungkin.
 Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2 orang. Caranya adalah : tariklah kedua
ujung MPHP ke masing-masing ujung bedengan arah memanjang.
 Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu berbentuk "U" yang ditancapkan di
setiap sisi bedengan.
 Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga
nampak rata menutup permukaan bedengan.
 Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak 40 - 50 cm.
 Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan dulu selama + 7hari agar pupuk buatan
larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit cabai yang ditanam.

Keuntungan penggunaan plastik hitam-perak


Mulsa plastik yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam
dengan ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah membudaya pada
tanaman mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi atau pengembangan
teknologi sistem Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang memperkenalkan
Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna, yaitu
muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk
menutup permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam
suatu tanaman budidaya.
Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :
 Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.
 Warna hitam dari mulsa menimbulkan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-
rumput liar atau gulma.
 Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat
mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan
serangan penyakit virus.
 Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
 Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar
matahari.
 Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah
sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
 Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
 Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti
Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan
tanpa harus membeli plastik khusus.
 Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan
penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya
pemeliharaan tanaman tersebut.
 Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari dalam tanah,
sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).

PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)


Persiapan Persemaian
 Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
 Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih dan
pembibitan di pesemaian.
 Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih + 180 gr atau 18 bungkus
kemasan masing-masing berisi 10 gram.
 Benih dapat disemai langsung satu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun
pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan
terlebih dahulu.
 Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam duludalam larutan POC
Warung Tani I, WT Bakterisida, WT Trico/Glio masing2 dengan 10 ml / liter air
hangat selama 15 - 30 menit kemudian diperam semalam untuk mempercepat proses
perkecambahan dan mencucihamakan benih tersebut.
 Bila benih cabai akan disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag
harus diisi dengan media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk
kandang fermentasi atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1.
 Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag
hingga 90% penuh.
 Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk
kandang fermentasi yang telah disaring.
 Berikutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara
teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat
berkecambah.
 Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka sehabis direndam harus segera
dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab) selama + 3 hari.
 Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan ke dalam
polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih yang siap disemai dalam
polybag.
 Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag prinsipnya sama seperti cara di atas
hanya perlu alat bantu pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak.
 Penyimpanan polybag berisi semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau
bambu, namun dapat pula diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 - 120
cm.
 Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan
sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net
kassa.
 Semprot POC Warung Tani I & WT Zpt dosis masing2 10 ml/ltr air pada umur 5,10,
17, & 24 HSS
 Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

Pengamatan Hama & Penyakit dalam pembibitan


a. Penyakit
 Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk ,
disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman
yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan
mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram/semprot dengan WT
Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant (
dosis 2 ml/ltr air ).
 Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun
atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi
siram/semprot dengan WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10
ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ).
 Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau
pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara
mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan WT
Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant (
dosis 2 ml/ltr air ).

Hama
 Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau
lipatan pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit
dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ).
 Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena
cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti
tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore
hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan WT
Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2
ml/ltr air ) untuk mengurangi penyebaran.
 Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning
kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk
menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda,
bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti
pada Aphis dan Thrip·
 Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat
makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari
sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan
dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air
), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air )
 Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil
berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak
segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva
memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-
bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal
ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di
sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan WT Bvr (
dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr
air )
 Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar
pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

PENANAMAN
 Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
 Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai telah berumur
17 - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai.
 Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang
tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm,
sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm atau 60 x 70 cm.
 Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari
potongan pipa besi diisi arang.
 Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai
dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian MPHP akan
berlubang berupa bulatan-bulatan kecil berdiameter + 6 - 8 cm dengan kedalaman 20
cm.
 Selain itu, dapat juga menggunakan alat bantu bekas kaleng susu yang salah satu
permukaannya telah dipotong.
 Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah : tutupkan pada calon lubang tanam
yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan alakadarnya, maka akan
langsung terbentuk lubang kecil.
 Cara lain adalah menggunakan pisau silet atau pisau cutter dengan cara dikeratkan
langsung pada MPHP berbentuk bulatan kecil.
 Isi lubang tanam dengan pupuk kandang fermentasi ½ dari kedalaman lubang.
 Bibit cabai hibrida yang siap dipindahtanamkan segera disiram dengan air bersih
secukupnya.
 Kemudian bersama dengan polybagnya direndam dalam larutanWT Bvr ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air
) selama 15 - 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit.
 Setelah media semainya cukup kering, bibit cabai hibrida dikeluarkan dari polybag
secara hati-hati.
 Caranya : ambil polybag berisi bibit sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai
dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah.
 Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, maka bibit cabai akan
keluar bersama akar dan medianya.
 Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam pada lubang tanam yang tersedia.
 Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam
diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil diurug
tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai hibrida yang disemai
dalam polybag ini, begitu dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami
kelayuan (stagnasi).
 Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC Warung Tani
I & WT Zpt dosis masing2 10 ml/ltr air .

PEMELIHARAAN TANAMAN (7-70 HST)


 Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : pemasangan ajir (turus), penyiraman
(pengairan), perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan tambahan (susulan),
perempelan daun bawah di bawah cabang, pengendalian hama dan penyakit.
 Khusus untuk cabai paprika yang sifatnya peka terhadap sinar matahari yang terik
diperlukan naungan beratap plastik bening (transparan).
 Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per bedengan, atau 2 bedengan
bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun ketersediaan bahan.
 Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai paprika (atau cabai hibrida di
musim hujan), pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
 Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 - 80 cm di bagian pinggir
bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4 meter.
 Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah lingkaran setinggi 160 -
200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan memasukkan ujung bilah
bambu ke dalam lubang bambu gelondongan yang letaknya berpasangan.
 Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang lainnya dengan bilah
bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan tali kawat, hingga akhirnya
sungkup (kerangka) naungan siap dipasang atap plastik bening.
 Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar tidak mudah lepas
oleh terpaan angin.

Pemasangan ajir (turus)


 Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan
tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah
bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm.
 Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti
arah panjang bedengan.
 Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan dengan bilah bambu memanjang (gelagar)
tepat pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah.
 Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1
bulan setelah pindah tanam.
 Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman cabai sewaktu memasang
(menancapkan) ajir.
 Khusus untuk cabai paprika, pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir.

Pengairan (Penyiraman)
 Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri
terhadap lingkungan kebun (adaptasi), maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin
tiap hari, terutama di musim kemarau.
 Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya
dilakukan dengan cara dileb setiap 3 - 4 hari sekali.
 Pengeleban ini airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung
MPHP.
 Setelah tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali melalui saluran
pembuangan.
 Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit
layu.
 Di lahan tertentu yang tidak mungkin melakukan pengairan dengan cara dileb, dapat
menggunakan teknik kocoran melalui selang yang dialirkan di antara 4 tanaman.
 Ujung selang dimasukkan ke dalam lubang MPHP di tengah-tengah bedengan.
 Tanaman cabai hibrida di bawah 40 hari, memerlukan pengairan yang intensif dan
rutin.
 Sedangkan tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air
banyak. Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan.

Perempelan
 Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun.
 Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal.
 Oleh karena itu, perlu dilakukan perempelan (pembuangan) tunas samping.
 Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai hibrida yang berumur
antara 7 - 20 hari.
 Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk
cabang, maka perempelan tunas dihentikan.
 Biasanya perempelan tunas ini dilakukan 2 - 3 kali. Tanpa perempelan tunas samping,
pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.
 Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan
pertama, maka bunga ini pun harus dirempel.
 Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-
tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah
yang lebat.
 Kelak tanaman cabai hibrida yang sudah berumur 75 - 80 hari biasanya sudah
membentuk percabangan yang optimal.
 Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat dirempel, terutama daun yang
terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan
seringkali menjadi sumber penularan hama dan penyakit.
 Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
 Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan cabang daun
belum optimal.
 Kesalahan perempelan daun tua, justru berakibat fatal, yakni menyebabkan tanaman
cabai tumbuh merana dan produksinya menurun.
Pemupukan susulan.
 Sekalipun tanaman cabai hibrida sudah dipupuk total pada saat akan memasang
MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk
tambahan (susulan).
 Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas)
adalah POC Warung Tani I ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air
), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ) ke tanaman mulai pada umur 5 hst dilakukan scr
periodik 5 – 7 hari sekali,, pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, misalnya
Multimicro dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun antara 10 - 14 hari
sekali, dengan dosis atau konsentrasi yang tertera pada labelnya (kemasan) pupuk
daun tersebut.
 Pada fase pertumbuhan bunga dan buah (generatif), masih perlu pemberian pupuk
daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi, POC Warung Tani II (
dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr
air ) dilakukan scr periodik 5 – 7 hari sekali.
Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium. Untuk memacu
pertumbuhan bunga dan buah.
 Tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat dipupuk susulan berupa NPK atau
campuran ZA, Urea, TSP, Kcl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak 5 gr/phn.
 Cara pemberiannya adalah dengan melubangi MPHP diantara 4 tanaman.
 Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang tersebut sambil diaduk-aduk dengan
tanah dan langsung disiram air bersih agar cepat larut dan meresap ke dalam tanah.
 Pemupukan susulan berikutnya masih diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan
tanaman cabai kurang memuaskan atau karena terserang hama dan penyakit.
Pemberian pupuk susulan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali.
 Varietas cabai hibrida umumnya bisa berbuah cukup lama, sehingga dapat dipanen
beberapa kali (12 - 14 kali), terutama pada hibrida Hot Beauty dan Hero.
 Setiap kali selesai panen perlu dipupuk susulan untuk mempertahankan produktivitas
buah. Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa POC Warung Tani II ( dosis 10 ml/ltr
air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ) & NPK
atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak 5 gr/phn yang diberikan di
antara 2 tanaman cabai bagian kiri dan kanan.
 Pada kondisi pertumbuhan tanaman cabai cukup bagus, pemberian pupuk susulan ini
cukup sebulan sekali.

Jenis Pupuk 20 hst(kg/ha) 50 hst(kg/ha)

Urea 7 10
SP-36 21 30
KCl 25 56

Catatan :
 Pupuk kimia dasar bisa digantikan dengan NPK mutiara 2 gram/lubang tanam pada 20
hst & 5 gram /lubang tanam pada 50 hst.
 Pemberian NPK mutiara untuk tahap selanjutnya deberikan setiap selang 3 / 4 kali
panen, 5 gram/lubang tanam.
 Penyemprotan POC Warung Tani I ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ) ke tanaman mulai pada umur 5 hst
dilakukan scr periodik 5 – 7 hari sekali, kemudian pada umur 50 hst POC Warung Tani
II ( dosis 10 ml/ltr air ),WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10
ml/ltr air ) dilakukan scr periodik 5 – 7 hari sekali.

Pengamatan Hama dan Penyakit


 Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.
 Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.
 Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan
Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur
daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, semprotkan &
kocor dengan WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air )
 Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan
diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai
ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini
sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah
dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. untuk
mengurangi penyebaran, semprotkan & kocor dengan WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr
air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air )
 Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan
menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah
bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga
buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai
busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan
aktif Metil Eugenol 40 buah / ha , semprotkan & kocor dengan WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr
air ), WT Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air )
 Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan
mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang
menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis
melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh
bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah
terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan
berat semprotkan & kocor dengan WT Bakterisida ( dosis 10 ml/ltr air ), WT
Trico/Glio ( dosis 10 ml/ltr air ), WT Bvr ( dosis 10 ml/ltr air ) & WT Ajuvant ( dosis 2
ml/ltr air ).

PANEN DAN PASCA PANEN


PANEN
 Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan
lingkungan tempat tanam.
 Di dataran rendah, umumnya cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah
tanam.
 Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali.
 Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur
90-100 hari setelah tanam.
 Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali.
 Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai dipilih pada tingkat kemasakan 85% - 90%
saat warna buah merah-kehitaman.
 Di dataran rendah, panen cabai untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali ;
sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.
 Pada cabai paprika, persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah mencapai
ukuran maksimal, hampir matang tetapi warnanya masih hijau.
 Buah cabai paprika yang dipanen terlalu muda bobotnya akan menurun secara drastis
dan kurang tahan angkut (cepat rusak).
 Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen terlalu matang atau warnanya sudah
merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar (konsumen). Kecuali beberapa varietas
cabai paprika memang khusus untuk dipanen buah merah ataupun buah kuning.
 Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati di
saat cuaca terang.
 Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di tempat
penampungan.
 Pada pertanaman yang baik, dapat menghasilkan produksi antara 20-40 ton/ha.
Khusus cabai paprika minimal dapat menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga jualnya lebih
mahal dibanding dengan jenis-jenis cabai lainnya.
 Setiap setelah pemetikan panen disemprot dengan POC Warung Tani II ( dosis 10
ml/ltr air ), WT Zpt ( dosis 10 ml/ltr air ) & WT Ajuvant ( dosis 2 ml/ltr air ).

PASCA PANEN
 Pemilihan buah (seleksi dan sortasi) Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih
berdasarkan warna merah, masih kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat
dengan buah sakit atau rusak (busuk).
 Pengkelasan (klasifikasi) Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih
buah-buah cabai yang panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu
matang.
 Untuk sasaran pasar lokal, pengemasan cabai dapat dilakukan dalam karung plastik
yang tembus udara ataupun keranjang bambu.
 Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai ditata rapi dalam kardus-kardus ukuran
30 x 40 x 50 cm berisi + 20 kg, dan berventilasi atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
 Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh
dan cukup lembab, serta sirkulasi udara baik.
 Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat dilakukan dalam ruang dingin (cold
storage) yang suhunya rendah antara 2-15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi
sekitar 90%-95% agar tetap segar selama + 20 hari.
Cabai Kering
 Pemasaran cabai kering memiliki beberapa keuntungan, diantaranya memudahkan
pengangkutan, produk-nya dapat dikemas secara ringkas dan tahan lama.
 Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah), kemudian dicuci bersih
dan tangkainya dibuang.
 Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah dan dibuang biji-bijinya.
 Perendaman sesaat dalam air hangat (blanching)
 Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke dalam air mendidih yang telah dicampur
Kalium Metabisulfit 0,2%.
 Lama perendaman + 6 menit, kemudian disusul pencelupan ke dalam air dingin.
 Tujuan blanching adalah untuk menambah ketahanan warna buah sehingga tidak
cepat berubah terjadi coklat (browning).
 Pengeringan cabai dapat dilakukan secara alami (sinar matahari) selama 7-10 hari,
ataupun dengan alat mekanis yang bersuhu 600 C sehingga dapat kering selama 12-20
jam.
 Pengeringan dengan alat mekanis memiliki beberapa keuntungan, antara lain
waktunya relatif singkat, bersih, dan kadar air dapat seminim mungkin + 10%.
 Cabai kering dapat dikemas dalam kantong ataupun karung plastik tertutup rapat.
 Tempat penyimpanannya yang baik adalah ruangan kering dengan kelembaban 70%.

Anda mungkin juga menyukai