Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAMAN DAN HIJAUAN PAKAN


“ANALISIS KOMPOSISI BOTANI”

OLEH :
NAMA : RIZKY PUTRI UTAMI
NIM : D1A021051
KELOMPOK : 1C
ASISTEN : MUHAMMAD GHULAM AZIZUL H

LABORATORIUM AGROSTOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padang penggembalaan ialah suatu wilayah yang ditumbuhi vegetasi dominant
famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legum,
dan herbal lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang penggembalaan
pada daerah tropis biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada musim
hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan
baik dan cepat. Peternak kecil di perdesaan telah lama memanfaatkan padang
penggembalaan sebagai sumber pakan hijauan.
Padang penggembalaan alami bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan hijauan
telah lama dilakukan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan.
Peternak pada umumnya menggembalakan ternaknya pada padang rumput alami
yang berada di sekitar tempat tinggalnya untuk memperoleh pakan hijuan.
Pemeliharaan ternak ruminansia dengan sistem pemeliharaan tersebut, pada
kenyataannya cenderung memperlihatkan bahwa produksi yang dihasilkan rendah.
Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan kualitas
hijauan pakan. Suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan adanya
spesies-spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di dalam suatu ekosistem
padangan merupakan metode dari analisis komposisi botani. Komposisi suatu
padangan tidak konstan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan susunan
akibat adanya pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak.
Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang
dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis
komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung
komposisi botani yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi
masalah dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang diperlukan untuk
melihat kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani
yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode analisis komposisi
botani hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat.
1.2. Tujuan
1. Praktikkan dapat menganalisis suatu komposisi botani padang rumput.
2. Praktikkan dapat mengenal macam-macam padang penggembalaan dan
jenisnya.

1.3. Waktu Dan Tempat


Praktikum “Analisis Komposisi Botani” dilaksanakan hari Kamis, 3 Maret 2022
pukul 14.50-selesai di Experimental Farm, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Padang rumput merupakan area yang didominasi oleh rerumputan, terdapat
pohon, serta semak-semak tersebar dengan luas kanopi tidak lebih dari 2 %. Jika
dikaitkan dengan kepentingan produksi ternak, padang rumput dapat diartikan
sebagai suatu ekosistem sumber pakan hijauan untuk ruminansia (Pratt, Greenway
dan Gwynne, 1966.
Ternak ruminansia pakan utamanya adalah hijauan. Ketersediaan dan kualitas
hijauan suatu wilayah memerlukan perhatian khusus, di karenakan hijauan
merupakan salah satu penentu keberhasilan peternakan ruminansia (Abdullah,
2013). Hijauan alam dapat dimanfaatkan sebagai ladang penggembalaan ternak.
Daerah yang kondisi lahannya luas dan jarang penduduk, hamparan hijauan
alamnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan penggembalaan.
Produktivitas hijauan pakan pada suatu padang penggembalaan dipengaruhi
oleh faktor ketersediaan lahan yang memadai, dimana lahan tersebut harus mampu
menyediakan hijauan pakan yang cukup bagi kebutuhan ternak. Faktor kesuburan
tanah, ketersediaan air, iklim dan topografi juga turut berpengaruh dalam
ketersediaan pakan (Subagyo dan Kusmartono, 1988). Kualitas suatu padang
penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi botanis (tumbuhan) yang
terdapat pada padang penggembalaan.
Tinggi rendahnya keragaman spesies tanaman, khususnya spesies yang
tergolong palatabel (rumput maupun legum) dapat dijadikan indikator kualitas
suatu padang penggembalaan. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa semakin
beragam hijauan pakan yang dikonsumsi, maka semakin kecil peluang ternak
kekurangan zat gizi tertentu akibat supplementary efect. Oleh karnanya, untuk
meningkatkan kualitas hijauan makanan ternak ruminansia pada padang
penggembalaan alami dapat dilakukan dengan menambah/menanam beberapa
spesies terutama legum (Yuniza Selan dkk, 2019).
Komposisi botani oleh pakar padang rumput, sering dipandang sebagai salah
satu indikator kualitas suatu padang penggembalaan. Hal ini dapat diketahui lewat
pendeteksian komposisi komponen rumput, legum dan gulma. Lahan
penggembalaan yang terlalu didominasi oleh jenis rumput-rumputan akan
berkurang kualitasnya. Komposisi botani juga dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya gangguan pada komunitas vegetasi dengan cara melakukan pengamatan
terhadap pola-pola persebaran vegetasi di dalam komunitas (Smith, 2002).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
No. Gambar Keterangan

1. Rumput Minjangan

2.

Odot

3. Rumput Synedrella

4. Rumput Jepun

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hijauan yang dapat
dimakan oleh ternak hanya satu jenis, yaitu Rumput Odot.
3.2. Pembahasan
Komposisi botani adalah angka yang digunakan untuk menentukan peniliaian
secara kualitatif terhadap padang penggembalaan alam yang dapat mempengaruhi
aktivitas ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdullah (2013) yang menyatakan
bahwa Hijauan merupakan salah satu pakan utama bagi ternak ruminansia. Hijauan
merupakan salah satu penentu keberhasilan peternakan ruminansia, sehingga perlu
perhatian khusus terhadap ketersediaan dan kualitas hijauan di suatu wilayah.
Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan yang ditumbuhi
tanaman pakan ternak sehingga ternak dapat merenggut sesuai kebutuhannya
dalam waktu yang singkat. Tanaman pakan yang biasa tumbuh di padang
penggembalaan meliputi jenis browse dan legum. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Crowder dan Chheda (1982) yang menyatan bahwa kualitas padang
penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara rumput dibanding legume
sebanyak 3: 2.
Padang penggembalaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu padang
rumput alam, padang rumput alam yang sudah diperbaiki dan padang rumput
buatan. Apabila dilihat dari spesiesnya, padang rumput dibagi menjadi dua
kelompok yaitu padang penggembalaan dan padang rumput potongan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Susetyo (1980) yang menyatakan bahwa Padang
penggembalaan ternak umumnya terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa
saja, ataupun campuran rumput dan leguminosa. Pada padang penggembalaan
spesies yang ditanam adalah spesies yang bersifat stoloiferous, merupakan rumput
tahan dengan injakan dan dapat bertahan pada musim kekeringan (curah hujan
kurang dari 1000 mm), sedangkan pada padang rumput potongan spesies yang
ditanam adalah spesies yang bersifat rhizomateus, ialah rerumputan yang tidak
tahan injakan dan membutuhkan curah hujan pertahun lebih dari 1000mm.
Hijauan yang masih alami dan belum ditanam oleh manusia merupakan bagian
dari padangan rumput alam yang sudah ditinggkatkan. Tetapi manusia sedikit
mengubah metode analisis botaninya (seperti proses pemotongan lalu ditimbang
komposisinya) sehingga didapat spesies hijauan yang lebih selektif dan
menguntungkan ternak. Hal tersebut sesuai dengan Djufri (2016) yang menyatakan
bahwa peningkatan padang rumput alam adalah memperbaiki padang rumput alam
dengan rumput-rumput hasil seleksi.
Hasil komposisi botani dari UPT Fakultas Peternakan yaitu hijauan yang tumbuh
di lahan padang rumput ditemukan ada sebanyak 12 spesies, yang terdiri atas 5
jenis gramineae yang mencakup sekita 61,75%, 4 jenis leguminosae yang mencakup
13.14%, dan 3 jenis browse yang mencakup 25.11%. Tanaman gramineae
didominasi oleh rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan jumlah persentase
39.69%, diikuti oleh rumput pahit (Axonopus compressus) 8.45% dan alang-alang
(Imperata cylindrica) 7.84%.61.75% dari rumput, 13.14% dari leguminosa dan
25.11% leguminosa. Hal ini memperlihatkan bahwa Padang rumput UPT Fakultas
Peternakan kurang baik, diduga karena kurangnya perawatan terhadap lahan
Padang rumput di UPT Atas Fakultas Peternakan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Susetyo (1980) dan Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa padang
rumput yang baik perbandingan komposisi botanis dengan leguminosa adalah 60%
rumput dan 40% leguminosa.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Komposisi botani adalah angka yang digunakan untuk menentukan
peniliaian secara kualitatif terhadap padang penggembalaan alam yang
dapat mempengaruhi aktivitas ternak.
2. Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan yang ditumbuhi
tanaman pakan ternak sehingga ternak dapat merenggut sesuai
kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Tanaman pakan yang biasa
tumbuh di padang penggembalaan meliputi jenis browse dan legum.
4.2 Saran
1. Diharapkan kedepannya praktikan melalukan praktikum ini dengan
semangat, serius, serta disiplin akan waktu.
2. Diharapkan ubtuk kedepannya praktikan dapat menjaga ucapan dan attitude
nya dengan baik dimanapun berada.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah L, PDMH Karti, dan S. Hardjosoewignjo 2013. Reposisi Tanaman Pakan
dalam Fakultas Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Crowder LV dan HR Chheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman. London
and New York.
Djufri, D. 2016. Potensi Padang Rumput (Grass Land) sebagai Peluang Usaha
Prospektif belum Dimanfaatkan secara Optimal. Prosiding Biotik. 3(1): 6-19.
Reksohadiprojo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Djogjakarta.
Smith RL, Smith TM. 2002. Elements of Ecology. Community Science Publishing. San
Fransisco.
Subagyo I, Kusmartono. 1988. Ilmu Kultur Padangan. Nuffic. Universitas Brawijaya.
Malang.
Susetyo, S., I. Kismono, dan B. Soewandi. 1980. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat
Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai