Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 1, April 2022 40

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI CABAI KERITING VARIETAS PM 999

The Effect of Various Dosages of SP-36 Fertilizer on the Growth and Production of Curly
Red Chili Cultivar PM 999

Darudriyo1*, Anna Sulistyaningrum2


1
Staff Pengajar Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda
Jalan Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720
2
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
Jalan Tentara Pelajar No. 3C Cimanggu, Bogor
*
e-mail: darudriyo87@gmail.com

Diterima 10 April 2022/Disetujui 28 April 2022

ABSTRAK

Cabai merupakan salah satu komoditas strategis yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu upaya
untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah melalui kegiatan pemupukan. Penggunaan pupuk P berfungsi
untuk mempercepat pembungaan dan pemasakkan buah, serta memperbesar persentase pembentukan bunga
menjadi buah/biji. Pupuk SP-36 merupakan salah satu pupuk sumber P. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh dosis pemupukan SP-36 terhadap pertumbuhan dan produksi cabai keriting PM 999.
Percobaan ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri dari 6
ulangan. Faktor yang diuji adalah dosis pupuk SP-36 yang terdiri atas 6 taraf, yaitu tanpa aplikasi pupuk SP-36
(0%R), 77,5 kg/ha (25%R), 155 kg/ha (50%R), 232,5 kg/ha (75%R), 310 kg/ha (100%R), dan 387,5 kg/ha
(125%R). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi berbagai dosis pupuk SP-36 memberikan pengaruh pada
fase pertumbuhan generatif tanaman cabai varietas PM 999 yang ditanam di Bogor yang meliputi pembentukan
bunga kuncup, bunga mekar hingga produksi tanaman cabai, sedangkan pada fase vegetatifnya seperti tinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang tidak memberikan pengaruh. Pemberian pupuk SP-36 sebesar 387,5
kg/ha menghasilkan produktivitas tertinggi yaitu 7,92 ton/ha.

Kata kunci: pembungaan, pemupukan, produktivitas, unsur P

ABSTRACT

Chili is a strategic commodity that is widely used by the community. One of the efforts to increase chili productivity
is through fertilization activities. The use of P fertilizer serves to accelerate flowering and fruit ripening, as well
as increase the percentage of flower formation into fruit/seeds. SP-36 fertilizer is a source of P fertilizer. This
study aimed to determine the effect of SP-36 fertilizer dose on curly PM 999 chili growth and production. This
experiment used a single-factor complete randomized design (CRD) with six replications. The factor tested was
the dose of SP-36 fertilizer which consisted of 6 levels, namely without the application of SP-36 fertilizer (0% R),
77.5 kg/ha (25% R), 155 kg/ha (50% R), 232.5 kg/ha (75%R), 310 kg/ha (100%R), and 387.5 kg/ha (125%R). The
results showed that various doses of SP-36 fertilizer affected the generative growth phase of the PM 999 chili
variety grown in Bogor, which included the formation of flower buds and blooming flowers in the production of
chili plants. In contrast, in the vegetative phase, such as plant height, number of leaves, and stem diameter has
no effect. Applying SP-36 fertilizer of 387.5 kg/ha resulted in the highest productivity of 7.92 tons/ha.

Keywords: element P, fertilization, flowering, yield

PENDAHULUAN memanfaatkan cabai baik dalam bentuk


segar maupun olahan sebagai bumbu
Kebutuhan cabai setiap tahun masakan dan camilan (Koryati 2004;
cenderung mengalami peningkatan baik Barus dan Arfiani 2006). Cabai
untuk konsumsi dalam negeri maupun merupakan salah satu komoditas
kebutuhan ekspor. Masyarakat hortikultura strategis (Kusumawardana
41 Darudriyo Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai

et al. 2019) yang memiliki nilai ekonomi pertumbuhan dan produksinya optimal.
dan kandungan gizi yang tinggi Menurut Firmansyah et al. (2017),
(Kusmana et al. 2017). Cabai pemupukan dengan dosis yang tepat
mengandung vitamin dan mineral, akan menghasilkan keuntungan yang
seperti kalsium (Ca), fosfor (P), besi lebih tinggi. Aplikasi pupuk sesuai
(Fe), dan senyawa-senyawa alkaloid, dengan kebutuhan tanaman dan
seperti capsaicin, flavonoid, minyak lingkungan akan mendorong tanaman
esensial serta vitamin C (Prasetya 2014; untuk berproduksi secara optimal
Taufik 2011). Kandungan vitamin C (Widyanti dan Susila 2015).
yang tinggi diperlukan untuk Ketersediaan unsur hara P sangat
meningkatkan metabolisme zat besi, penting untuk tanaman karena berperan
biosintesis karnitin, biosintesis kolagen dalam pertumbuhan dan produksi
melindungi sel dari kanker, dan tanaman, seperti mempercepat
meningkatkan penyerapan kalsium pembuangaan dan pemasakan buah,
(Sulistyaningrum dan Darudriyo 2018; memperbesar persentase pembentukan
Wulandari et al. 2012). Senyawa bunga menjadi buah/biji, serta sebagai
capsaicin pada cabai bermanfaat untuk bahan penyusun inti sel, lemak dan
memperkuat jantung, nadi, saraf, protein. Menurut Agustin et al. (2010),
mencegah flu, mengatur peredaran jika tanaman kekurangan unsur P akan
darah, mengurangi nyeri encok dan berdampak pada tanaman umumnya
rematik (Palar et al. 2016). Berdasarkan pendek, lambat dalam pembungaan,
data dari Kementan (2019), konsumsi waktu panen lambat, serta vigor benih
cabai nasional Indonesia mencapai yang dihasilkan rendah. Pemberian
960,31 ribu ton pada tahun 2018, pupuk ini sangat penting dilakukan
sehingga perlu ada peningkatan pasokan karena mengingat ketersediaan unsur
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. hara merupakan salah satu faktor
Menurut data Kementan (2019) pembatas produksi tanaman (Dewanto
pada tahun 2018, produktivitas cabai di dan Tuturoong, 2013). Salah satu sumber
Indonesia mencapai 6,77 ton/ha dengan pupuk P yang banyak digunakan oleh
luas panen cenderung meningkat dan masyarakat (petani) adalah SP-36.
rata-rata pertumbuhannya sebesar 4,36% Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pada periode 1980-2018. Luas panen mengetahui pengaruh dosis pupuk SP-36
cabai di Pulau Jawa tercatat lebih tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi
(5,09%) dibandingkan di luar Jawa cabai keriting kultivar PM 999.
(3,55%) (Kementan 2019). Berdasarkan
data tersebut, produktivitas cabai di METODOLOGI
Indonesia masih tergolong rendah,
sementara potensinya dapat mencapai Penelitian ini dilaksanakan di
20-30 ton/ha (Marpaung et al. 2019). Kebun Percobaan Universitas Djuanda
Terdapat beberapa faktor yang pada bulan Maret-Juli 2018.
menyebabkan rendahnya produktivitas Bahan dan Alat
cabai, salah satunya adalah pemupukan Bahan yang digunakan adalah
yang tidak optimal (Agustin et al. 2010). benih cabai merah keriting F1 kultivar
Pemupukan merupakan salah PM 999, pupuk kandang, pupuk sintetik
satu upaya yang dapat dilakukan untuk (Urea, SP-36 dan KCl), akarisida Samite,
meningkatkan produktivitas tanaman. fungisida Antrachol, fungsida
Melalui pemupukan, kebutuhan unsur Amistartop, insektisida Curacron,
hara tanaman dapat terpenuhi, sehingga perangkap kuning, polybag kecil, mulsa
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 1, April 2022 42

hitam perak dan ajir. Alat yang Pada penelitian ini menggunakan
digunakan berupa alat tanam, penyiram rancangan acak lengkap (RAL) faktor
dan penyemprot manual. tunggal dan terdiri dari 3 ulangan. Faktor
Pelaksanaan Percobaan yang diuji adalah dosis pupuk SP-36
Media semai berupa campuran yang terdiri dari 6 taraf, yaitu 0 kg/ha
arang sekam: kompos:tanah (1:1:1) (0%R); 77,5 kg/ha (25%R); 155 kg/ha
dimasukkan ke dalam bak semai plastik. (50%R), 232,5 kg/ha (75%R), 310 kg/ha
Benih cabai direndam dalam air hangat (100%R), dan 387,5 kg/ha (125%R).
selama 5 menit, ditiriskan di atas Berdasarkan Susila (2006), dosis
kertas/tisu, kemudian ditebar di atas alur rekomendasi pupuk SP-36 pada cabai
yang dibuat pada media semai. adalah 310 kg/ha. .
Lahan dibersihkan dari gulma Peubah yang diamati
dan diolah hingga gembur, kemudian Peubah yang diamati pada
dibuat bedengan setinggi 0,3 m, panjang penelitian ini meliputi tinggi tanaman,
3 m dan lebar 1,2 m. Satu minggu jumlah daun, diameter batang, bunga
sebelum tanam di atas bedengan kuncup pertanaman, bunga mekar
ditaburkan pupuk kandang sebanyak 1 pertanaman, jumlah buah pertanaman,
karung (20 kg) per bedengan dan pupuk bobot buah pertanaman, dan
SP 36 sesuai perlakuan, 199 kg/ha Urea produktivitas tanaman.
dan 90 kg/ha KCl. Bedengan ditutup Analisis data
dengan mulsa plastik hitam perak, dan Data yang diperoleh dianalisis
dibuat lubang tanam diameter 10 cm. menggunakan sidik ragam (uji F) pada
Jarak tanam yang dipakai adalah double taraf 5% dan data yang menunjukkan
row (dua baris tanaman per bedeng) adanya pengaruh nyata, diuji lanjut
dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm. menggunakan Duncan’s Multiple Test
Bibit berumur 2 MSS (DMRT) pada taraf 5% dan analisis
dipindahtanam ke dalam polibag kecil regresi.
berukuran 10 cm x 10 cm. Bibit siap
dipindah ke bedengan pada umur 4 MSS HASIL DAN PEMBAHASAN
dan ditanam pada lubang tanam yang
telah disiapkan. Pemeliharaan yang Karakter Vegetatif
dilakukan meliputi pengendalian gulma, Berdasarkan hasil analisis ragam
hama dan penyakit, serta pewiwilan dosis pemupukan tidak memberikan
tunas air. Pemanenan dilakukan pada pengaruh nyata pada peubah tinggi
buah cabai yang sudah matang tanaman cabai 2-5 MST. Rata-rata tinggi
(berwarna merah). tanaman cabai 2-5 MST tertera pada
Rancangan Percobaan Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman cabai pada 2-5 MST


Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
0%R (0 kg/ha) 18,53 29,12 38,71 50,01
25%R (77,5 kg/ha) 21,27 28,09 37,85 46,66
50%R (155 kg/ha) 20,11 26,48 35,47 45,98
75%R (232,5 kg/ha) 17,97 26,16 34,19 42,80
100%R (310 kg/ha) 19,68 25,69 37,11 47,81
125%R (387,5 kg/ha) 22,51 30,21 39,45 50,02
43 Darudriyo Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai

Hasil analisis ragam penambahan pupuk SP-36 yang


menunjukkan bahwa dosis pemupukan merupakan sumber hara P tidak
SP-36 tidak memberikan pengaruh nyata memberikan pengaruh yang nyata baik
pada jumlah daun pada 2-5 MST. pada tinggi tanaman maupun pada
Pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah jumlah daun (Duaja 2012; Rahmah dan
daun sebgai karakter vegetatif lebih Izzati 2014). Rata-rata jumlah daun cabai
didominasi adanya unsur N, sehingga 2-5 MST tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman cabai pada 2-5 MST


Jumlah daun (helai)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
0%R (0 kg/ha) 14,49 19,24 27,62 45,26
25%R (77,5 kg/ha) 14,08 18,56 27,09 37,68
50%R (155 kg/ha) 13,80 18,40 27,80 39,37
75%R (232,5 kg/ha) 14,72 20,02 27,72 41,96
100%R (310 kg/ha) 13,27 17,70 27,80 42,73
125%R (387,5 kg/ha) 14,05 19,33 28,57 41,87

Hasil analisis ragam diameter batang. Hal ini sesuai dengan


menunjukkan bahwa perlakuan berbagai hasil penelitian Barus dan Arfiani
dosis SP-36 tidak berpengaruh nyata (2006), bahwa pemberian berbagai dosis
terhadap diameter batang pada 4-5 MST. fosfor tidak memberikan pengaruh pada
Pertumbuhan vegetatif tidak terlalu diameter batang cabai. Rata-rata
dipengaruhi oleh pemberian pupuk P, diameter batang cabai disajikan pada
sehingga aplikasi berbagai dosis SP-36 Tabel 3.
tidak memberikan perbedaan pada

Tabel 3. Rata-rata diameter batang tanaman cabai pada 4-5 MST


Diameter batang (cm)
Perlakuan
4 MST 5 MST
0%R (0 kg/ha) 0,65 0,89
25%R (77,5 kg/ha) 0,42 0,54
50%R (155 kg/ha) 0,79 1,00
75%R (232,5 kg/ha) 0,35 0,53
100%R (310 kg/ha) 0,37 0,52
125%R (387,5 kg/ha) 0,29 0,54

Karakter Generatif Fosfor merupakan unsur hara makro


Dosis pemupukan SP-36 yang diperlukan dalam jumlah besar
memberikan pengaruh nyata pada pembentukan primordia bunga dan
jumlah kuncup bunga cabai 6 MST, organ tanaman untuk reproduksi
tetapi tidak berpengaruh nyata pada (Rosmarkam dan Yuwono 2002), namun
jumlah kuncup bunga 7 dan 8 MST. ketersediaan fosfor dalam tanaman lebih
Jumlah kuncup bunga cabai yang diberi kecil dibandingkan dengan N dan K,
perlakuan SP-36 125%R nyata lebih sehingga penambahan hara P direspon
banyak dibandingkan yang tidak diberi dengan baik oleh tanaman cabai
pupuk SP-36, tetapi tidak berbeda nyata (Mashud et al. 2016).
dengan perlakuan lainnya (Tabel 4).
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 1, April 2022 44

Tabel 4. Rata-rata jumlah kuncup bunga cabai pada 6-8 MST


Jumlah kuncup bunga (buah)
Perlakuan
6 MST 7 MST 8 MST
0%R (0 kg/ha) 5,19b 12,67 41,03
25%R (77,5 kg/ha) 8,93ab 15,73 22,87
50%R (155 kg/ha) 11,86ab 24,39 36,71
75%R (232,5 kg/ha) 13,83ab 27,58 41,62
100%R (310 kg/ha) 7,12ab 13,18 23,72
125%R (387,5 kg/ha) 18,33a 24,82 38,53
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%

Dosis pemupukan SP-36 dibandingkan yang tidak diberi pupuk


memberikan pengaruh nyata pada SP-36, tetapi tidak berbeda nyata dengan
jumlah bunga mekar cabai 6 MST, tetapi perlakuan lainnya (Tabel 4). Menurut
tidak berpengaruh nyata pada jumlah Singh (2003), fosfor sangat berperan
bunga mekar 7 dan 8 MST. Jumlah dalam memperbaiki pertumbuhan
bunga mekar cabai yang diberi perlakuan generatif terutama masa awal
SP-36 125%R nyata lebih banyak pembentukan bunga.

Tabel 5. Rata-rata jumlah bunga mekar cabai pada 6-8 MST


Jumlah bunga mekar (buah)
Perlakuan
6 MST 7 MST 8 MST
0%R (0 kg/ha) 4,56 2,20b 6,79
25%R (77,5 kg/ha) 3,08 5,84ab 7,25
50%R (155 kg/ha) 3,82 7,42ab 14,92
75%R (232,5 kg/ha) 3,28 5,01ab 7,50
100%R (310 kg/ha) 3,01 4,67ab 7,90
125%R (387,5 kg/ha) 6,35 10,25a 12,35
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%

Hasil analisis ragam banyak dari yang tidak diberi pupuk SP-
menunjukkan bahwa dosis pemupukan 36, dosis SP-36 25%R, dan 125%R,
SP-36 memberikan pengaruh nyata pada tetapi tidak berbeda nyata dengan
jumlah buah cabai panen 1, panen 2 dan perlakuan lainnya.
total panen. Pada panen 1, jumlah buah Jumlah buah per tanaman secara
cabai yang diberi perlakuan 100%R total menunjukkan trend grafik fungsi
nyata lebih banyak dibandingkan kuadratik Y total = -0,0009X2 + 0,4751X
perlakuan 0%R dan 25%R, tetapi tidak + 32,698 (R2 = 0,9087) yang mengalami
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. titik maksimum pada pemupukan dosis
Hasil panen 2 menunjukkan bahwa SP-36 sebesar 310 kg/ha, kemudian
jumlah buah cabai yang diberi perlakuan menurun pada dosis pemupukan SP-36
100%R nyata lebih banyak sebesar 387,5 kg/ha (Gambar 1). Unsur
dibandingkan tanpa perlakuan pupuk hara P yang terkandung dalam pupuk SP-
SP-36, tetapi tidak berbeda nyata dengan 36 sangat bermanfaat untuk
perlakuan lainnya. Panen total pertumbuhan tanaman pada fase
menunjukkan jumlah buah cabai yang generatif (Kasno 2013).
diberi perlakuan 100%R nyata lebih
45 Darudriyo Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai

Tabel 6. Rata-rata jumlah buah cabai per tanaman pada berbagai dosis SP-36
Jumlah buah per tanaman (buah)
Perlakuan
Panen 1 Panen 2 Total
0%R (0 kg/ha) 21,44b 16,59b 38,03c
25%R (77,5 kg/ha) 21,38b 31,31ab 52,68bc
50%R (155 kg/ha) 37,78ab 52,81a 90,59ab
75%R (232,5 kg/ha) 32,16ab 58,66a 90,82ab
100%R (310 kg/ha) 53,53a 46,32a 99,85a
125%R (387,5 kg/ha) 37,18ab 39,33ab 76,52bc
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%

Unsur P terdapat dalam struktur tanaman dari pertumbuhan tanaman


dua senyawa ester (C-P) dan adenosin muda sampai pembentukan bunga, dan
difosfat (ADP), yang terlibat dalam biji serta pemasakannya (Munawar
berbagai reaksi biosintesis di dalam 2011).

Gambar 1. Grafik pengaruh dosis pupuk SP-36 terhadap jumlah buah per tanaman cabai

Hasil analisis ragam aplikasi SP-36 dan dosis SP-36 25%R,


menunjukkan bahwa dosis pemupukan tetapi tidak berbeda nyata dengan
memberikan pengaruh nyata pada bobot perlakuan lainnya. Panen 2 dan panen
buah cabai pertanaman baik pada panen total menunjukkan bahwa bobot buah
1, panen 2, maupun secara total. Panen 1 per tanaman cabai yang diberi SP-36
menunjukkan bahwa bobot buah per 125%R nyata lebih tinggi dibandingkan
tanaman cabai yang diberi SP-36 125%R tanpa aplikasi SP-36, tetapi tidak
nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 7. Rata-rata bobot cabai per tanaman pada panen 1, 2, dan total
Bobot cabai pertanaman (g)
Perlakuan
Panen 1 Panen 2 Total
0%R (0 kg/ha) 47,60b 35,41b 83,01b
25%R (77,5 kg/ha) 40,40b 51,95ab 92,35ab
50%R (155 kg/ha) 70,06ab 106,85a 176,91ab
75%R (232,5 kg/ha) 65,79ab 110,8a 176,59ab
100%R (310 kg/ha) 86,84a 85,08ab 171,92ab
125%R (387,5 kg/ha) 88,45a 110,76a 190,21a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 1, April 2022 46

Pemberian dosis pupuk SP-36 antara sumber dan organ reproduksi,


secara total dapat meningkatkan bobot pembentukan inti sel, dan pengalihan
cabai pertanaman mengikuti grafik sifat-sifat keturunan (Munawar 2011).
fungsi linear dengan persamaan Y total = Menurut Kasno (2013), pemupukan P
0,2855X + 93,185 (R2 = 0,7564) akan berpengaruh terhadap
(Gambar 2). Unsur P memiliki peran keseimbangan hara P sehingga
dalam proses fotosintesis dan meningkatkan hara P potensial dan
metabolisme karbohidrat sebagai fungsi tersedia dalam tanah.
regulator pembagian hasil fotosintesis

Gambar 2. Grafik pengaruh dosis pupuk SP-36 terhadap bobot buah cabai per tanaman

Produktivitas Cabai mempunyai produktivitas total terendah


Hasil analisis ragam yaitu 3,46 ton/ha. Produktivitaspada
menunjukkan bahwa dosis pemupukan perlakuan 50%R, 75%R, 100%R dan
SP-36 memberikan pengaruh yang nyata 125%R secara statistik tidak berbeda
terhadap produktivitas cabai (Tabel 8). nyata dengan kisaran produktivitas 7,16
Produktivitas tanaman dihitung dari ton/ha - 7,92 ton/ha. Perlakuan 125%R
hasil konversi produksi tanaman cabai (dosis 387,5 ton/ha) memiliki
per luasan penelitian.Tanaman cabai kecenderungan produktivitas yang
yang tidak diberikan pupuk SP-36 tertinggi yaitu 7,92 ton/ha.

Tabel 8. Rata-rata produktivitas cabai pada panen 1, 2, dan total


Produktivitas cabai (ton/ha)
Perlakuan
Panen 1 Panen 2 Total
0%R (0 kg/ha) 1,98ab 1,48b 3,46b
25%R (77,5 kg/ha) 1,68ab 2,17ab 3,85b
50%R (155 kg/ha) 2,92ab 4,45a 7,37a
75%R (232,5 kg/ha) 2,74ab 4,62a 7,36a
100%R (310 kg/ha) 3,62a 3,54ab 7,16a
125%R (387,5 kg/ha) 3,68a 4,24a 7,92a
Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%

Pemberian pupuk SP-36 dapat (Gambar 3). Semakin banyak dosis


meningkatkan produktivitas cabai pemberian pupuk SP-36 hingga 387,5%
dengan mengikuti fungsi linear Y= akan meningkatkan produktivitas cabai
0,0119X + 3,8852 (R2= 0,7557) secara linier.
47 Darudriyo Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai

Gambar 3. Grafik pengaruh dosis pupuk SP-36 terhadap produktivitas cabai

Penambahan unsur P pada DAFTAR PUSTAKA


tanaman cabai akan meningkatkan hasil
cabai. Pupuk P dalam tanaman bertindak Agustin W, Ilyas S, Budi SW, Anas I,
sebagai pengedar energi serta Suwarno FC. 2010. Inokulasi
penyimpan energi yang diperlukan fungi mikoriza arbuskula (FMA)
tanaman untuk proses pertumbuhan dan dan pemupukan P dalam
proses reproduksi (Mashud et al. 2016). meningkatkan hasil dan mutu
Metabolisme fosfat pada proses benih cabai (Capsicum annuum
fotosintesis menghasilkan senyawa- L.). Indonesian Journal of
senyawa yang berenergi tinggi. Energi Agronomy. 38(3):218–24.
inilah yang nantinya akan dibebaskan Barus W, Arfiani. 2006. Pertumbuhan
dengan membentuk ATP. Adapun peran dan produksi cabai (Capsicum
penting ATP inilah yang nantinya annum L.) dengan penggunaan
mempengaruhi pertumbuhan dan mulsa dan pemupukan PK.
reproduksi tanaman (Poerwowidodo Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
1992). Pertanian. 4(1):41–44.
Dewanto FG, Londok JJMR, Kaunang
KESIMPULAN WB, Tuturoong RAV. 2013.
Pengaruh pemupukan anorganik
Aplikasi berbagai dosis pupuk dan organik terhadap produksi
SP-36 memberikan pengaruh nyata pada tanaman jagung sebagai sumber
fase vegetatif tanaman cabai keriting pakan. J. Zootek. 32(5):1–8.
varietas PM 999. Tanaman cabai yang Duaja W. 2012. Pengaruh pupuk urea,
diberi SP-36 125%R memiliki jumlah pupuk organik padat dan cair
bunga kuncup, jumlah bunga mekar, kotoran ayam terhadap sifat
bobot buah cabai per tanaman pada tanah, pertumbuhan dan hasil
panen 2 dan total nyata lebih tinggi selada keriting di tanah
dibandingkan tanpa aplikasi SP-36, inceptisol. Jurnal Unja
tetapi tidak berbeda nyata dengan 1(4):236–46.
perlakuan lainnya. Jumlah buah cabai Firmansyah I, Liferdi L, Muhammad S.
yang diberi SP-36 100%R nyata lebih 2017. Pengaruh kombinasi dosis
banyak dibandingkan tanpa aplikasi SP- pupuk N, P, dan K terhadap
36, 25%R, dan 125%R. Dosis optimum pertumbuhan dan hasil tanaman
aplikasi SP-36 untuk meningkatkan terung (Solanum melongena L.)
jumlah buah per tanaman adalah 387,5 [The influence of dose
kg/ha. combination fertilizer N, P, and
Jurnal Agronida ISSN 2407-9111 Volume 8 Nomor 1, April 2022 48

K on growth and yield of Darkam M. 2019. Karakterisasi


eggplant crops (Solanum dan keragaan pertumbuhan tiga
melongena L.)]. J Hortikultura. klon cabai merah (Capsicum
27(1):69–78. annuum L.) lokal
Kasno A. 2013. Respon tanaman jagung (Characterization and growth
terhadap pemupukan fosfor pada performance of three clone of
Typic dystrudepts. Journal of local hot pepper). Jurnal
Tropical Soils. 14(2):111–18. Hortikultura. 29(1):33.
[Kementan] Kementerian Pertanian. Mashud N, Maliangkay RB, Nur M.
2019. Outlook Cabai Komoditas 2016. Pengaruh pemupukan
Pertanian Subsektor Hortikultu terhadap pertumbuhan vegetatif
ra. https://satudata.pertanian.go. tanaman aren belum
id/assets/docs/publikasi/Outloo_ menghasilkan. Buletin Palma.
Komoditas_Hortikultura_Caba_ 14(1):13–19.
Besar_Tahun_2020.pdf. [20 Munawar. 2011. Kesuburan Tanah dan
September 2018]. Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB
Koryati T. 2004. Pengaruh penggunaan Press.
mulsa dan pemupukan urea Palar N, Pangemanan PA, Tangkere EG.
terhadap pertumbuhan dan 2016. Faktor Faktor yang
produksi cabai merah (Capsicum mempengaruhi harga cabai rawit
annum L.). Jurnal Penelitian di Kota Manado. Jurnal Agri-
Bidang Ilmu Pertanian. Sosioekonomi. 12 (2):105–20.
2(April):13–16. Poerwowidodo. 1992. Telaah
Kusmana N, Kusandriani Y, Lukman L. Kesuburan Tanah. Bandung:
2017. Uji daya hasil tujuh Penerbit Angkasa.
genotipe cabai rawit pada Prasetya ME. 2014. Pengaruh pupuk
ekosistem dataran tinggi NPK Mutiara dan pupuk kandang
Pangalengan, Jawa Barat. Jurnal sapi terhadap pertumbuhan dan
Hortikultura. 27(2):147-154. hasil tanaman cabai merah
Kusmana NFN, Rinda K, Astiti R. 2019. keriting varietas Arimbi
Uji adaptasi dan stabilitas hasil (Capsicum annuum L.). Jurnal
enam genotipe cabai hibrida di Agrifor. 13(2):191–98.
dataran tinggi Jawa Barat Rahmah A, Izzati M, Parman S. 2014.
(Adaptation and yield stability of Pengaruh pupuk organik cair
six hybrid chili genotypes in berbahan dasar limbah sawi putih
highland area of West Java). (Brassica chinensis L.) terhadap
Jurnal Hortikultura. 29(1):17- pertumbuhan tanaman jagung
22. manis. Buletin Fisiologi dan
Kusumawardana, Aditya, Bambang P, Anatomi UNDIP. 22(1):65–71.
Pardono NFN. 2019. Pengujian Rosman R, Trisilawati O, Setiawan.
mutu benih cabai (Capsicum 2013. Pemupukan nitrogen,
annuum.L) dengan metode uji fosfor, dan kalium pada tanaman
pemunculan radikula [Seed akar wangi. Jurnal Littri.
quality test in pepper (Capsicum 19(1):33–40.
annuum.L) seeds using radicle Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu
emergence]. Jurnal Hortikultura. Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
29(1):9-16. Kanisius.
Marpaung, Agustina E, Susilawati B, Setiawati, Wiwin, Nani S, Yeni K, Ashol
49 Darudriyo Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Cabai

H, Tinny SU, Rahmat S. 2016. Bogor.


Penerapan Teknologi Susilawati, Wardah, Irmasari. 2016.
pengendalian hama terpadu pada Pengaruh berbagai intensitas
tanaman cabai merah untuk cahaya terhadap pertumbuhan
mitigasi dampak perubahan semai cempaka (Michelia
iklim. Jurnal Hortikultura. champaca L.) di persemaian. J.
23(2):174-183. ForestSains. 14(1):59–66.
Setiawati W, Hasyim A, Hudayya A. Taufik M. 2011. Analisis pendapatan
2018. Penggunaan rain shelter usaha tani dan penanganan
dan biopestisida atecu pada pascapanen cabai merah. J.
budidaya cabai di luar musim Litbang Pertanian. 30(2):66–72.
untuk mengurangi kehilangan Widyanti AS, Susila AD. 2015.
hasil dan serangan OPT. Jurnal Rekomendasi pemupukan kalium
Hortikultura 28(2):1-12. pada budi daya cabai merah besar
Singh SS. 2003. Soil fertility and nutrient (Capscicum annuum L) di
management. Kalyani inceptisols Dramaga. Jurnal
Publishers. New Delhi. Hortikultura Indonesia. 6(2):65.
Sulistyaningrum A, Darudriyo. 2018. Wulandari S, Bey Y, Tindaon KD. 2012.
Penurunan kualitas cabai rawit Pengaruh jenis bahan pengemas
selama penyimpanan dalam suhu dan lama penyimpanan terhadap
ruang. J. Agronida. 4(2):64–71. kadar vitamin C dan susut berat
Susila AD. 2006. Panduan Budidaya cabai rawit (Capsicum frutescens
Tanaman Sayuran. IPB Press. L.). J. Biogenesis. 8(2):23–30..

Anda mungkin juga menyukai