Anda di halaman 1dari 9

DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah


(Capsicum annum L. var Laris) pada Berbagai Dosis
Pupuk Kandang Sapi dengan Sistem Terapung

Pemrasaran/NIM : Rahmat Hidayatulah/05091381924049

Pembimbing : Dr. Ir. Susilawati, S.P., M. Si

Pembahas : Dr. Ir. Muhammad Ammar, M.P.

Hari/Tanggal : Kamis, 31 Maret 2022

Waktu : 09:00 WIB-Selesai

Tempat : Zoom Meeting

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hortikultura merupakan komoditas yang masih memiliki masa depan relatif
cerah berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam
pemulihan perekonomian Indonesia pada waktu mendatang, sehingga perlu mulai
mengembangkannya sejak saat ini. Jenis tanaman hortikultura terdiri dari tanaman
sayuran, buah-buahan, obat-obatan, maupun tanaman hias (Aryasita, Mukarromah.
2013). Sektor hortikultura mempunyai peran yang strategis dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan komersial adalah tanaman cabai merah. Dengan demikian
pertanian hortikultura sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius terutama
menyangkut aspek produksi dan pengembangan sistem pemasarannya (Ayu
Andayani, 2016). Sebagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan seluas 87.017 km2
merupakan lahan rawa yang tersebar di daerah bagian timur, mulai dari kabupaten
Musirawas, Muba, OKI, Muaraenim, dan Banyuasin. Lahan rawa yang berpotensi
untuk pertanian di Provinsi Sumatera Selatan adalah 1.602.490 ha, terdiri atas lahan
rawa pasang surut 961.000 ha dan rawa non pasang surut atau lebak 641.490 ha.
Sebagian besar lahan rawa tersebut atau sekitar 1,42 juta ha merupakan lahan rawa
gambut.

Universitas Sriwijaya
Cabai (Capsicum annuum L.) berasal dari Meksiko kemudian menyebar ke
daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah serta ke Eropa. Cabai dikonsumsi
dalam bentuk segar, kering atau olahan sebagai sayuran dan bumbu. Daerah sentra
utama cabai keriting adalah Bandung, Brebes, Rembang, Tuban, Rejanglebong,
Solok, Tanah Datar, Karo, Simalungun, Banyuasin dan Pagar Alam. Hal yang sangat
berpengaruh dalam proses budidaya cabai adalah penggunaan varietas. Varietas
adalah suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik genotip tertentu
seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga dan biji yang dapat membedakan
dengan jenis atau spesies tanaman lain dan apabila diperbanyak tidak mengalami
perubahan (Sepwanti et al., 2016)
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang penting. Banyaknya manfaat pada cabai yang dapat dipergunakan
untuk berbagai keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan rumah tangga
maupun untuk keperluan lain seperti untuk bahan ramuan obat tradisional, bahan
makanan dan minuman serta industri. Tanaman cabai memiliki kandungan gizi dan
vitamin di antaranya, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin
C (Zahroh et al., 2018). Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga dapat
digunakan juga untuk pembuatan obat-obatan dan kosmetik. Cabai merah
mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai
merah juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi
(Fe) (Ollo et al., 2019).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar mendapatkan peningkatan
produksi cabai merah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara perbaikan teknik
budidaya yang meliputi varietas unggul, pengaturan jarak tanam dan pemupukan
(Maruapey, 2017). Pemilihan Varietas Laris dapat membantu mewujudkan upaya
diatas karena cabai merah Varietas Laris merupakan salah satu varietas non hibrida
dari jenis cabe merah lokal yang cocok ditanam pada dataran rendah (Zahroh et al.,
2018).
Pada proses budidaya, peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan secara
agronomi yaitu melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk anorganik lebih
banyak digunakan dengan alasan lebih cepat dalam penyediaan unsur hara
dibandingkan dengan pupuk organik. Namun penggunaan pupuk anorganik yang
terus menerus dapat mengganggu keseimbangan kimia tanah sehingga produktifitas
tanah menurun dikarenakan tidak tersedianya bahan organik pada media tanam.
Untuk mengatasi permasalahan penggunaan pupuk anorganik secara berulang, perlu
dilakukannya perbaikan struktur tanah, dalam hal ini pemberian pupuk kandang.
Pupuk kandang dianggap dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah seperti
dapat meningkatkan kegiatan jasad renik dalam membantu proses dekomposisi bahan

Universitas Sriwijaya
organik. Setiap jenis pupuk kandang yang berbeda tentunya mengandung unsur hara
yang berbeda (Wijayanti et al., 2013). Pemilihan pupuk organik sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman cabai merah, jenis pupuk organik yang diharapkan dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah dan hasil tanaman adalah pupuk kandang sapi. Pupuk
kandang sapi didapatkan dari hasil fermentasi alami bahan organik yang dapat
digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga bisa
memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. Menurut (Prasetya, 2014)
Kualitas pupuk pupuk kandang sapi tergantung dari bahan bakunya seperti pupuk
kandang, jerami, serasah atau sisa makanan sapi dan lain sebagainya.
Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan
mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang
berfungsi untuk meningkatkan daya tahan terhadap air, aktivitas mikrobiologi tanah,
nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Pengaruh pemberian
pupuk kandang secara tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air.
Pemakaian pupuk kandang sapi dapat meningkatkan permeabilitas dan kandungan
bahan organik dalam tanah, dan dapat mengecilkan nilai erodobilitas tanah yang pada
akhirnya meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi (Yuliana et al., 2015).
Budidaya terapung bersifat ramah lingungan karena menyesuaikan dan
beradaptasi dengan lingkungan yang ada dan efisien karena tidak perlu menyiram
tanaman. Budidaya sayuran sistem pertanian terapung prospektif dikembangkan
berdasarkan pernyataan petani yang berminat terhadap penggunaan pertanian
terapung yang diintroduksikan. Salah satu hal yang menarik bagi petani adalah
kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat serta kemudahan
membuatnya. Di samping itu petani juga optimis sistem pertanian terapung ini dapat
dikembangkan oleh petani setempat. Pada lahan rawa lebak, tidak dapat diprediksinya
tinggi air menjadi kendala utama untuk budidaya terutama sayuran. Oleh karena itu
pertanian terapung menjadi bentuk adaptasi petani terhadap banjir yang datang setiap
tahun. Bila mereka tetap memakai lahan konvensional, banjir akan menghancurkan
tanaman mereka. Dengan lahan apung, bila ada banjir, tanaman akan tetap terapung
tidak diterjang banjir (Hasbi et al., 2017).
Budidaya tanaman sistem terapung dapat menjadi salah satu altenatif solusi
yang dapat dikembangkan di lahan tergenang (Siaga, Lakitan. 2021). Sistem budidaya
terapung yang digunakan pada penelitian ini dengan memanfaatkan rakit terapung
batang bambu yang ramah lingkungan pada budidaya tanaman cabai merah.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
berbagai dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
merah (Capsicum annum L. var. Laris).

Universitas Sriwijaya
I.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil optimum pada berbagai dosis
pupuk kandang sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah
(Capsicum annum L. var. Laris).
I.3. Hipotesis
Diduga pemberian berbagai dosis pupuk kandang sapi mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annum L. var. Laris) pada
sistem terapung.

Universitas Sriwijaya
II. METODE PENELITIAN
II.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Embung Universitas Sriwijaya Kecamatan
Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Mei sampai bulan Agustus 2022.
II.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Alat Tulis, 2)
Baki, 3) Cangkul, 4) Ember, 5) Jangka Sorong, 6) Neraca analitik, 7) Leaf Area
Meter, 8) Oven, 9) Penggaris, 10) Pot Tray, 11) Rakit apung, dan 12) Smartphone.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Air, 2) Benih
Cabai merah Varietas Laris, 3) Kapur pertanian, 4) Polybag, 5) Pupuk Kandang Sapi,
6) Pupuk TSP, Urea, Zk, dan KCL 7) Tanah.
II.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dan 3 ulangan kemudian setiap
ulangan terdapat 2 tanaman. Sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Berikut merupakan
perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini :
Penelitian ini menggunakan empat perlakuan yaitu:
S0 = Kontrol
S1= Pupuk Kandang Sapi dengan dosis 300 g/polybag
S2= Pupuk Kandang Sapi dengan dosis 600 g/polybag
S3= Pupuk Kandang Sapi dengan dosis 900 g/polybag

II.4. Analisis Data


Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji Anova (Analisis Sidik
Ragam) dengan F tabel, analisis ini dilakukan dengan membandingkan F hitung. Jika
F hitung lebih kecil dari F tabel 5% maka perlakuan tidak berpengaruh nyata. Jika F
hitung lebih besar dari F tabel 5% maka perlakuan berpengaruh nyata dan jika F tabel
1 % maka perlakuan berpengaruh sangat nyata. Apabila F hitung nyata atau sangat
nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk melihat beda antar
perlakuan.
II.5. Cara Kerja
II.5.1. Persiapan Benih
Sebelum dilakukan penyemaian, benih cabai direndam ke dalam air hangat
kuku selama 30 menit untuk mempermudah proses perkecambahan dan
membersihkan benih dari cendawan yang terdapat pada benih. Benih disemai dalam
tray, setelah 14 hari dipindahkan ke dalam polybag.

Universitas Sriwijaya
II.5.2. Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah tanah Top Soil yang berasal dari ATC Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya, Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir. Media tanah
dibersihkan dari sisa-sisa akar dan sampah dengan tujuan untuk membersihkan tanah
dari material lainya. Sebelum digunakan media tanam dicek pH jika kondisi pH di
bawah normal maka akan diberikan kapur pertanian dengan dosis 5 g/polybag,
selanjutnya Pemberian pupuk kandang sapi sesuai dengan dosis perlakuan pemberian
pupuk kandang sapi pada media tanam yang akan digunakan. Dosis pupuk kandang
sapi yaitu S0 = Kontrol, S1= Pupuk kandang sapi 300 g/pot, S2= Pupuk kandang
sapi 600 g/pot, dan S3= Pupuk kandang sapi 900 g/pot. Pupuk kandang sapi diaduk
dengan merata, campuran campuran tanah tersebut kemudian dimasukkan kedalam
planterbag dan dimasukkan kedalam polybag yang akan ditanam di kebun percobaan
Fakultas Pertanian.
II.5.3. Penanaman
Bibit cabai merah ditanam ke dalam media pada umur 25 hari, masing – masing
polybag berukuran 5 kg yang telah disiapkan dengan kedalaman 2-3 cm. Sebelum
dilakukan penanaman, media tanam disiram terlebih dahulu.
II.5.4. Pemupukan
Pupuk diberikan adalah pupuk TSP dengan dosis 100 kg/ha diberikan 7 hari
setelah tanam, kemudian Urea 100 kg/ha, Zk 300-400 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha
diberikan pada umur 4,7 dan 10 minggu setelah tanam (mst) masing masing 1/3
dosis.
II.5.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pengendalian gulma serta
pengendalian hama dan penyakit. Pada media tanam tiap tanaman dilakukan
pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
tumbuh disekitar tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
cara manual yaitu memotong bagian tanaman yang terserang hama.
II.5.6. Pemanenan
Panen dilakukan pada saat buah menunjukkan ciri umum kematangan, yaitu
buah telah berwarna merah. Kemudian buah dipetik langsung menggunakan tangan.

II.6. Peubah yang akan diamati


II.6.1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 20 hari, 40
hari, 60 hari diamati dengan mengukur pada pangkal batang 1 cm dari permukaan
tanah sampai ke titik tumbuh tanaman
II.6.2. Jumlah Daun Per Tanaman

Universitas Sriwijaya
Jumlah daun yang dihitung penambahan setiap helai daun yang keluar.
pengukuran dilakukan setiap satu minggu sekali.
II.6.3. Umur Berbunga
Umur berbunga dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanaman dipindah
tanam sampai tanaman menghasilkan bunga pertama.
II.6.4. Berat Segar Tanaman (g)
Berat basah tanaman sayuran ditimbang setelah panen, dengan menggunakan
timbangan analitik. Bagian tanaman yang akan timbang adalah akar, batang, buah,
dan daunnya.
II.6.5. Berat Kering (g)
Bobot kering tanaman yaitu bobot kering semua bagian tanaman. Kemudian
dilakukan pengovenan dengan suhu 105ºC selama 1 x 24 jam, lalu ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik.
II.6.6. Luas daun (cm)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan metode leaf area meter,
pengukuran dilakukan dengan cara daun tanaman dipetik dan diletakkan pada suatu
bidang datar yang berwarna terang.
II.6.7. Berat Buah per Tanaman
Berat buah diperoleh dengan menimbang seluruh buah yang dihasilkan per
tanaman sejak awal panen hingga panen terakhir.
II.6.8. Diameter Buah (cm)
Diameter buah diukur menggunakan jangka sorong pada bagian terbesar buah
yang diambil dari buah sampel setiap tanaman untuk setiap kali panen.
II.6.9. Panjang Buah
Panjang buah dihitung berdasarkan panjang buah yang diambil dari buah
sampel untuk setiap kali panen.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Aryasita, P. R, Mukarromah, A. 2013. Analisis Fungsi Transfer pada Harga Cabai


Merah yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Di Surabaya. Jurnal Sains Dan Seni
POMITS, 2(2):249–254.
Ayu Andayani, S. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah.
MIMBAR AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis, 1(3), 261–268.
Hasbi, Lakitan, B., Herlinda, S. 2017. Persepsi Petani terhadap Budidaya Cabai
Sistem Pertanian Terapung. Lahan Suboptimal, 6(2), 126–133.
Maruapey, A. 2017. Pengaruh Pupuk Organik Limbah Biogas Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum
var . Longum) Growth And Production Plant Chili Curly Red ( Capsicum
annum var Longum ) On Various Organic Fertilizer Waste. Jurnal
Agrologia,6(2):93–100.
Ollo, L., Kolodan, B. 2019. Uji Penggunaan PGPR terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman cabai merah (capsiscum annum L.) jurnal Mipa, 8 (3):150
Prasetya, M. E. 2014. Pengaruh pupuk NPK mutiara dan pupuk kandang sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah keriting varietas arimbi
(Capsicum annuum L.) Agrifor, XIIII(M). 191-198
Sepwanti, C., Rahmawati, M. 2016. Pengaruh varietas dan dosis kompos yang
diperkaya Trichoderma harzianum terhadap pertumbuhan dan hasi tanaman
cabai merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Kawista. 1 (1):68-74
Siaga, E., & Lakitan, B. (2021). Pembibitan Padi Dan Budidaya Sawi Hijau Sistem
Terapung Sebagai Alternatif Budidaya Tanaman Selama Periode Banjir Di
Lahan Rawa Lebak, Pemulutan, Sumatera Selatan. Abdimas Unwahas, 6(1):1–6.
https://doi.org/10.31942/abd.v6i1.4424
Wijayanti, M., Hadi, M. S., Pramono, E. 2013. Pengaruh Pemberian tiga Jenis Pupuk
Kandang da dosis urea pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capssicum
annum L.). Jurnal agrotropika, 1(2):172-178
Yuliana, Y., Rahmadani, E., Permanasari, I. 2015. Aplikasi pupuk Kandang Sapi dan
ayam Terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe (Zingiber officinale
Rosc.) di media gambut. Jurnal agroteknologi, 5 (2):37
Zahroh, F., Kusrinah, K., Setyawati, S. M. 2018. Perbandingan Variasi Konsentrasi
Pupuk Organik Cair dari Limbah Ikan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.). Al-Hayat: Journal of Biology and Applied

Universitas Sriwijaya
Biology, 1(1):50.

DENAH PENELITIAN

Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 1

S1 S3 S2

S3 S0 S3

S2 S1 S0

S0 S2 S1

Keterangan :

S0 = Kontrol (tanpa perlakuan) Kelompok 1 = Ulangan 1

S1 = Dosis Pupuk Kandang Sapi 300 g/pot Kelompok 2 = Ulangan 2

S2 = Dosis Pupuk Kandang Sapi 600 g/pot Kelompok 3 = Ulangan 3

S3 = Dosis Pupuk Kandang Sapi 900 g/pot

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai