Anda di halaman 1dari 12

KAPAS – KAPAS YANG

TERBAKAR
Wira Bahri Winalda

NASKAH LAKON KAPAS-KAPAS YANG TERBAKAR MERUPAKAN HASIL REFLEKSI DARI


FENOMENA HARTA WARISAN. MELALUI NASKAH LAKON KAPAS-KAPAS YANG TERBAKAR
TIM PENULIS MENCOBA MEMOTRET RUANG KESADARAN (MANUSIA) MELALUI DIALOG,
KARAKTER TOKOH DAN PERISTIWA TEATER. KONTEKSTUAL NASKAH LAKON INI
MENGGUNAKAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA. HAL INI DILAKUKAN
SEBAGAI BENTUK IDENTITAS DARI SEBUAH KARYA SENI. JIKA NASKAH INI BERADA
DITANGAN PEMILIK BUDAYA MASYARAKAT BATAK TOBA TENTU DENGAN KESADARAN
KAMI MEMINTA RUANG REFLEKSI DAN MASUKAN AGAR TERWUJUDNYA
KESEMPURNAAN. NAMUN NASKAH LAKON INI JUGA DIBEBASKAN UNTUK DITAFSIRKAN
OLEH SEORANG SUTRADARA MANAPUN HAK CIPTA DAN KEPEMILIKAN KARYA INI
MILIKI TIM PENULIS . 13/11|2023
OPENING
BEBERAPA DETIK PANGGUNG KOSONG. SATU ORANG PENARI (PEREMPUAN) MEMBAWA
KEMENYAN DARI PINTU MASUK. SETIAP BEBERAPA LANGKAH MEMBUNYIKAN
LONCENG. BEBERAPA PENARI LAINNYA KELUAR DARI SISI PANGGUNG. (LATARNYA
TERLIHAT LANGIT HITAM DAN BULAN. BEBERAPA BURUNG GAGAK MENGISI SUASANA)

PENARI : Keinginan adalah sumber dari sebuah penderitaan. Kita hanyalah


peruhu yang dipaksa menghadapi riak kehidupan. Aku dan kau,… akan menujunya!
(beberapa penari membangun pola. Dan keluar!)

ADEGAN 1

SUASANA SENJA DIPINGGIRAN DANAU TOBA TERLIHAT SEORANG IBU DAN ANAK
GADISNYA SEDANG MENIKMATI SUASANA PINGGIRAN DANAU TOBA. ANGIN DAN RIAK
OMBAK MEMBANGUN PERISTIWA AWAL PERTUNJUKAN. SUASANA DIBANGUN
DALAM BENTUK AUDIO VISUAL [CAST. IBU,ANAK PERTAMA (SD), AYAH]

Lihatlah,….
Matahari tersipu malu tenggelam
Riak-riak harapan menggasing dibibir Danau Toba
Aku simpan mimpi dalam ingatanmu
Tumbuh dan menyatulah bersama bumi
Aku pahat kasih dan cinta
Sayangku yang melebihi luas danau
Rindu yang lebih dingin dan tak akan berkesudahan…
Kita, bersama akan menjadi kisah panjang yang tergelincir bersama matahari ( boleh
dikembangkan komposer)

ADEGAN 2

SUASANA PERUBAHAN DIMENSI WAKTU. PENARI MEMBANGUN SUASANA


MASYARAKAT KOTA. AKHIR ADEGAN TERLIHAT BEBERAPA AKTOR. LATAR
PANGGUNG TERLIHAT VISUAL TAMAN. (CINDY,TARULI, MARIA)

CINDY : Hei,… Bestie!


MARIA : ( Ruli dan Mari saling memendang) hmmm,,… ulat bulu
datang! Ahahahah ( mereka tertawa bersama)
TARULI : Seger banget, nih. Ada info?
CINDY : ada dong! Tau gak sih,….
MARIA : Kepo nih,.. apa-apa ?
TARULI : HMMMmmmn,… giliran ini kencang! Giliran dosen bertanya,.
anak-anak ada pertanyaan? Diam seribu bahasa!
CINDY : Uhhhfftt,….BacOT! EH kalian tau gak? (menghayal) hmmmm,
parah si woy! Pas aku lihat…… dia kaget. Berlari
terberit…berit! Sampai-sampai, anu! (meyakinkan Ruli dan
Maria)
TARULI : (Ruli menatap penasaran Maria) Ih,…. apaan woy? Kepo deh…
CINDY : Kepo ya? Ayo…
MARIA : HMMMmmm Bacot! Tadi lagakmu,.. macam anak-anak
jenius…. ya gak ? (menatap CINDY) hahahaa
TARULI : gini,. lho! Terkadang sistem pergaulan itu sangat menentukan
bagaimana orang didalamnya. Jika sistemnya baik. Aku
yakin! Orang buruk sekalipun bakalan bisa didorong menjadi
baik. Begitupun sebaliknya. Jika sistem yang tidak baik. Ia
bisa membuat orang baik menjadi buruk! Ya,… seperti aku
ini. ( meledek teman-temannya)
CINDY :tapi,… kalau hidup kebanyakan teori tanpa aksi itu namanya
rencana!
MARIA : Dan rencana yang di diamkan,. itu namanya Bacot! Hahaha
(semua orang tertawa)
CINDY : EITTTsss,… kok kalian malah bahas yang berat-berat sih!
MARIA : Iya nih Ruli,…. yang ringan-ringan aja kali. Eh teringatnya! Apa
yang mau kamu ceritakan?
TARULI : ia,…. gak jelas!
CINDY : Itu lho! Tadi aku lihat si ( berbisik kepada Ruli dan Maria)
kalian tau gak. Tadi aku melihat dia beli bedak…. baju,….
beli skincare. Dan setiap malam jumpa cowoknya di cafe….
tapi?
TARULI\MARIA : Tapi? (SERENTAK)
CINDY : Bon pinjolnya jatuh ketinggalan saat dia kaget melihatku,..
hahaha
TARULI : HAHA Parah! Parah gak sih?
MARIA : Banget!
CINDY : Ia,… gawat gak? Maksudnya,… kalau diri gak mampu. Jangan
dipaksanakan. Coba? Kalau udah terlilit hutang
semuanya bisa dilakukan. Yang rugi siapa?kita kan?
MARIA DAN TARULI : (TERTAWA BERSAMA)
MARIA : GILA! Dunia ini kalau dipikirin sekali bisa mampus kita
TARULI : Benar sih…
CINDY : Aku teringat obrolan kemarin sore,…LHO!
TARULI : Masih ada orang bego! Yang percaya dengan takdir, kualat dan
tata krama….kuno gak sih! Hehe
MARIA :namanya Orang tua,… masih mengira kita-kita ini bocah
ingusan. Tidak mengerti bagaimana dan seharusnya
mereka….mereka hanya melihat dengan kacamata mereka!
TARULI :Benar-bener,.. apalagi nanti kalau kita pulang. Tetangga pasti
kepoin tuh! (berdiri memperagakan) eh,… lihat-lihat anaknya si
Anu,. Udah pulang! Gayanya selangit. Betul gak sih,. Dia kuliah.
Palingan mengabisin duit doang! Helloww( ekpresif)
CINDY : haha,.. ya! Lagian gak make duit mereka juga. Hmmmm,..
begitulah sulitnya kita hidup dikalangan orang –orang
kampung. Keponya kebangetan.
TARULI : Terbaik memang bapakku,… sampai dirumah aku langsung
saja cerita. Sebelum cerita kita selesai. Dia sudah meledak
duluan. ( memperagakan) siapa dia? Berani-beraninya ya dia
memaki anak gadisku….! Mana-mana biar bapak bakar sekalian
rumahnya. Biar tau dia betapa panasnya telinga seorang bapak.
Jika anaknya dinihilkan.
CINDY : (TEPUK TANGAN) Gila,…. Keren bapakmu! Ruli, Memang
beruntunglah kamu masih memiliki bapak. Aku teringat 15
tahun lalu. (menghayal) seorang lelaki brengsek! pernah
merampas senyum ibu disorenya. Ditangan kirinya botol bir
mengayung kesamping pinggang. MemCINDYi rambutku. Ibu
sontak berteriak…. Memakinya! Binatang! Lepaskan …
(terdiam) kau tau? Bapak ada disamping sambil mengisap
rokoknya. Aku berlari menujunya! Berharap ia mampu
memCINDY kami. Yang kami dengar hanyalah tindakan bodoh!
“ ya,… gitu saja marah! Kamu tinggal pergi. Sial! Sejak itu aku
bersumpah…. Lelaki adalah biang dari kebencian.
TARULI : sory! Cindy. Tidak ada maksudku, untuk,,….
MARIA : Ya, begitulah hidup. Kita sama-sama menyimpan misteri. Aku,
kita dan mereka (memandang pengunjung) sama-sama akan
menafsirkan misteri apa yang akan kita hadapi.
TARULI :Ya,. Kalian beruntung. Aku saja terkadang bermimpi. Pengen
sekali ibu datang kembali. Minimal memarahiku, (tersenyum,
dan mengela nafas). (Mengisap Rokok) ,…. hp berbunyi dan
Taruli mengangkatnya)
Halo,.. ya… oh ya? Boleh. Tempat biasa. Haha ya,.. tentu dong!
Kamu sudah jalan? Berapa menit? (membereskan barang
pribadinya) Oke…. ditunggu ya! (mematikan hp)
CINDY : Siapa?
TARULI : Biasa,… (EKSPRESI)
MARIA : HMMMM,..
TARULI : Namanya juga anak muda. Kamu tau gak?
MARIA : apa?
TARULI : Hidup itu sekali, sekali hidup mesti berarti…. haha (ekspresi
layaknya seorang penyair selesai penampilan)
( terlihat dari sudut panggung kekasih Taruli datang dengan
Motornya)
TARULI : Bye…(mendekat) Woy! (Berteriak )
MARIA : Ya !
TARULI : Kamu ikut?
MARIA : Haha Sial! Yang ada aku jagain kalian dari nyamuk. Dasar!
Pergilah….
ADEGAN 3
SUASANA TRANSISI BERUBAH. PENARI BERGERAK DENGAN POLA ROMANTIS
DENGAN MENGOSONGKAN PANGGUNG DARI PROPERTI YANG ADA (SUASANA
HIBURAN). PENARI KELUAR LANGSUNG MASUK TRANSISI AUDIO VISUAL ADEGAN
SELANJUTNYA. (SUTRDARA MENGELOLA AKTOR UNTUK DAPAT MEMBANGUN SUASANA
ROMANTIS) 5 MENIT.

ADEGAN 4
SUASANA BERALIH KE AUDIO VISAUL TERLIHAT SUASANA ROMANTIS DI PASAR
MALAM. JASTIN DAN TARULI TERLIHAT BAHAGIA. BEBERAPA WAHANA MEREKA
KUNJUNGI.

ADEGAN 5
TARULI : (Sedang memegang leptop terlihat diatas meja beberapa
tumpukan buku)
DUMA : (Duma Keluar) Rajinnya! Bagaimana dengan kuliahmu?
TARULI : hmmm,… ya begitulah! (sambil mengetik)
DUMA :pasti seru ya! Apalagi orang-orang kota. Keren pasti
(menghayal)
TARULI : Awalnya sih kaget! Tapi sudah 3 th jalan perkuliahan ini.
Semua tidak ada yang istimewa!
DUMA : hahaha,.. gak kebayang gimana kamu pertama kali disana.
Pasti susah ya beradaptasi dulu.
TARULI : Banget! Kamu bisa bayangkan? Kota dapat menjelmakan
manusia menjadi seekor anjing! (terdiam). (Duma kaget
heran). kucing! Dan bahkan juga bisa menjadi kambing
(Menirukan suara kambing) haha
DUMA : hmmm… (Heran)
TARULI : Parah,. kita dikota mesti keras! Jika tidak kita bisa menjadi
alat bagi mereka yang oportunis!
DUMA : Bah! Bahasamu,…. apa itu Oportunis?
TARULI : (Tersentak dan sadar ruang) heheh,… kepo! (meletakan
leptop).
DUMA : Loh,… mahasiswa mesti bisa dong menjelaskan apa yang dia
sampaikan! Apalagi seperti kami orang-orang kampung
ini. Agar tidak di bodoh-bodohi (ekspresi tersipu malu)
TARULI : Haha gak apa-apa! bodoh itu sekarang menjadi program…
DUMA : Etsss,… Program? (bingung)
TARULI : Program bagi mereka yang bisa bersiasat! Mencari
keuntungan pribadi. Berladang dipunggung mereka
yang dibodohi. (mempermainkan ekspresinya) Hati-hati
untuk sekarang ini. Kemiskinan dan kebodohan sengaja
diciptakan. Agar apa? Agar ada janji untuk,,…..
DUMA : …… Walah…walah yang ditanyain tapi lho,.. dijawab!
TARULI : ( Menarik nafas) Huummnnn…… baru saja saya ingin
menjelaaskan,..
DUMA : …terlalu lama!
TARULI : Iya,.. iya !…. Oportunis adalah orang yang memiliki paham
yang semata-mata hendak mengambil keuntungan
untuk diri sendiri.Mereka tidak memiliki prinsip. Tidak
sedikit dari mereka mau menjadi apapun. Walaupun
berhubungan dengan rendahnya harga diri ! Mereka
akan tempuh asalkan mereka memiliki keuntungan. Gitu !
( ekspresi menggurui )
DUMA : Ohh,.. gitu…. jadi ngeri juga ya..
TARULI : (HP Berbunyi)….. hallo, sayang! Hmmm iya… udaah!
Balas kok! Lagi ngetik,.. ( menoleh ke Duma) Aku kedalam dulu
ya…. biasa. … hehe ( meninggalkan Duma)… Bye!
DUMA : Hmm,…. (Jutek)….. ini,..nih! Yang gak bagusnya. Pulang
sekali-kali. Sekolah tinggi-tinggi tapi waktu dengan
keluarga rendah! Hp terus…. sampai keluar tu matamu!
(sambil teriaki Ruli).
DUMA : (Terdiam dan menikmati angin malam dari teras lantai 2
rumah)

ADEGAN 6

SUASANA PERKAMPUNGAN TERLIHAT DI TERAS DEPAN RUMAH, BAPAK SEDANG


MENYEDUH KOPI. TIDAK LAMA KEMUDIAN BAPAK MEMANGGIL DUMA.

BAPAK : Duma,….
MADUMA : (Duma datang dan berdiri disamping pintu)
BAPAK : Ya,… bapak memanggil
MADUMA : duduklah! Sudah lama rasanya bapak tidak bercerita
denganmu.
MADUMA : (Mendekat dan duduk)
BAPAK : Tunggu apalagi nak? (Sambil menyeduh kopi dan mengisap
rokok)
MADUMA : Maksudnya? ( ekspresi menerjemahkan maksud bapak )
BAPAK : kita tidak akan pernah mengetahui takdir!
MADUMA : Kenapa dengan takdir? (heran)
BAPAK : Namun kita bisa menjemputnya,..
MADUMA : ,…Aneh! Aku tidak mengerti maksud bapak
BAPAK : Ya! Begitu juga dengan bapak. Tidak mengerti apa yang ada
dalam pikiranmu. Kita tidak kekurangan apapun! Semua dapat
kita peroleh.
MADUMA : Apa maksud bapak?
BAPAK : Usiamu berapa?
MADUMA : ( Tertunduk Sedih, seakan mengetahui arah pembicaraan)
(Musik)
BAPAK : Kamu mengerti? Itulah terkadang yang mengganggu tidurnya
seorang bapak. Ayolah buka setidaknya,…
MADUMA : ,.. jika hanya itu aku tidak ada waktu (bergerak melintasi
bapak)
BAPAK : (Menghentikan Maduma) ,… Tunggu, bapak belum selesai
bicara!
MADUMA : tidak adakah yang mestinya yang lebih diprioritaskan? Selain
kata cinta!
BAPAK : Janganlah kau seakan merasa disudutkan!
MADUMA : tapi tindakan bapak membenarkannya. Lagi-lagi itu? ( kesal)
dunia tidak sesempit itu,. aku sudah mengerti. Tidak lagi anak
ingusan yang mesti dibayangi dari setiap apa yang mesti aku
pilih!
BAPAK : Kau tidak lagi,….
MADUMA : ,… Tidak lagi apa? Tidak lagi mendengarkan apa yang bapak
mau? Tapi pernahkah bapak berfikir sebelum pertanyaan itu
datang? Pernahkah bapak bayangkan betapa getirnya masa itu!
Getaran itu masih teringat jelas. Helaan nafasnya,…. lirih
hatinya. Tangan! (menghayal) Dimana genggaman yang
mestinya menggenggap tangan kekasihnya. Malah ia pergi,…
acuh! Tak peduli. Hancur pak…. (emosional) aku telah
terCINDYh bersama kenangan itu. Aku takut semua orang
hanyalah,…..

BAPAK : Cukup! Tidak pantas ucapan itu kau sampaikan kepada bapak.
Bapak bekerja setiap waktu. Demi apa? Demi memenuhi
semua kebutuhanmu! Ibu dan Ruli! Keringat ku kau balas
dengan ini nak?
MADUMA : Hmm (kesal) begitulah lelaki, hanya mengetahui dan
memaksa semua orang untuk dapat menerima ambisinya!
(diam) Licik… selama ini aku diam. Tidak sedikitpun aku
bagikan apa yang aku rasakan pak? Kesepian, kesunyian adalah
teman hari-hariku. Malam selalu merongrong ingatan. Mimpi
selalu menagih hutang! Pernahkan bapak bayangkan? Siapa
yang dapat membayar hutang kasih yang tidak terbalas.
Seorang ibu menyimpan amarah. Hatinya hancur melihat
penghianatan yang begitu nyata! Lalu sekarang bapak mau
apa? Mau aku mengkikuti jejak ibu! (emosional dan menahan
air mata )
BAPAK : (Terdiam, tidak satu katapun ia keluarkan) .

TARULI : Sudah puaskah kau membentak bapak?


MADUMA : ( menenangkan emosinya)
TARULI : Kurang keras suaramu,… berteriaklah lebih keras agar semua
orang mengetahui . Duma!(menahan amarah)
MADUMA : Tapi,…
TARULI : …..Tidak ada alasan ….
MADUMA : Alasan apa?
TARULI :untuk kau membentak seorang bapak
yang telah…..
MADUMA : Menghancurkan keluarganya sendiri! (tegas)
TARULI : (Kaget heran, mendekat dan bertanya dengan tajam) apa
maksudmu, Duma?
MADUMA :(cuek) Kau hanya mengenal rumah… tapi tidak pernah kau
sedikitpun memahami isinya…
TARULI : (semua terdiam, Ruli melihat bapak) apa maksudnya?
BAPAK : (Berdiri sambil batuk) Duma,. sudah. Jangan diteruskan !
MADUMA : kenapa bapak takut? Bukankah selama ini keberanian selalu
datang dari bapak? Bukankah ketakutan telah bapak
kubur dari beberapa tahun lalu. Kenapa pak? Kenapa harus
bapak hentikan apa yang ingin aku sampaikan? Bapak
Egois….

(berlari kelantai atas rumah, Ruli mengikutinya)

BAPAK : (terdiam)

(Duma dan Ruli berlari keatas dan mereka berdebat dan membongar kisah masa lalu)
(tidak lama kemudian bapak masuk kerumah)

TARULI : Duma,…. tunggu!


DUMA : (terdiam)
TARULI : Apa yang tidak aku ketahui….
DUMA : (terdiam)
TARULI : Duma,.. Jawab!
DUMA : (melihat dengan mata kosong) sepanjang usiamu! Kau tentu
telah mengetahui banyak hal. Namun,….(dengan
keraguan) ketidaktahuanlah membuatmu tidak sadar!
TARULI : Apa maksudmu? Aku tidak mengerti!
DUMA : kamu tidak perlu memikirkannya, Ruli! Kamu fokuslah
CINDYjar dengan baik….. bersungguh-sungguhlah!
TARULI : Jangan kau alihkan pembicaraan! Sampaikanlah dengan jelas!
(tegas)
DUMA : aku tidak ada mengalihkan pembicaraan,… itulah faktanya!
(tegas)
TARULI : Aneh,…. aku sungguh tidak mengerti jalan pikiranmu…
DUMA : ini bukan kemauanku,….
TARULI : …..Lalu kemauan siapa?
DUMA : Ibu ! (suasana berubah musik membangun ruang perenungan
bagi penonton yang menyaksikan)
TARULI : ibu ? (sedih dan heran) ini pertama kali sejak puluhan tahun
aku hidup. Kau mengucapkan kata “seorang ibu”? Apa
yang tidak aku ketahui tentang ibu duma? (Menatap duma ).

TERLIHAT VISUAL YANG MENJELASKAN KRONOLOGIS MASALALU

DUMA : itulah selama ini menjadi alasan ku menyimpan selama


berpuluh tahun kisah pahit dari seorang ibu.

RULI ( RULI TERDIAM )

DUMA : ( DIALOG ) ibu memintamu untuk sekolah lebih tinggi agar


agar kamu bisa menempatkan amarah mu dengan bijak.

RULI : (terdiam dan merepati kesedihannya) (lampu perlahan mati)

ADEGAN 7

BEBERAPA PENARI MASUK MEMBENTUK KOMPOSISI DENGAN MENCIPTAKAN


PERISTIWA BAHAGIA. PENARI MEMBANGUN FORMASI DIMASING-MASING AKTOR.
MEMBENTUK LINGKARAN DENGAN AKTOR BERADA DI TENGAH LINGKARAN. PENARI
MEGELOLA RUANG PANGGUNG DENGAN DUA SISI. MEMBERIKAN INTERAKSI SETIAP
DIALOG AKTOR.

RULI : ( Ruli bergerak menuju sisi panggung depan dengan diIkuti beberapa
penari. Terlihat perubahan ekspresi dari bahagia menuju
murung)
JUSTIN : Ruli,… apa yang sedang kau pikirkan?
RULI :(terdiam)
JUSTIN : apakah ada kata-kata yang menggugurkan sebuah harapan?
RULI :(menatap langit) harapan sepertinya akan tenggelam, bersama
matahari senja nanti….
JUSTIN : ….. bersamaku?
RULI : ini bukan tentang kita,.. namun! Ada sebuah kisah, kisah yang tidak
mengenal tuannya! Seorang aktor yang lupa jalan cerita,
sebuah sandiwara yang mempermalukan tuan rumahnya…..
(sinis) kemarin malam !( menghayal) aku hampir tidak lagi
mengenal jalan pulang! rumah tidak lagi tempat berpulangnya
kasih! Semua rubuh,. bersama kenangan yang tumbuh
didalamnya!
JUSTIN : Ceritalah,… jika kau percaya.
RULI : (melamun) anak kecil yang dulunya merengek,…. terjatuh dan
bangun lagi! Ada sebuah tangan seorang bapak yang selalu
mendorongnya untuk bangkit! Setelah malam itu
(terdiam) aku teringat Maria! Bapak yang selama ini aku
banggakan. Bak hujan yang akan menyuburkan tanah! Tapi malam itu.
Ia menjelma menjadi banjir bandang yang mematahkan setangkai
bunga yang akan tumbuh mekar.
JUSTIN : tidak ada alasan untuk manusia mengutuk dirinya! Semakin dalam
luka yang kau rasakan. Maka sejauh itulah kesempatan yang
mestinya kau menangkan! Kau tidak usah takut,… petaka
hanyalah bagi mereka yang berfikir sempit….. (mendekati Ruli).
sayang! Jika kita akan terus berjalan. Pantang bagi seorang lelaki.
Membiarkan senyuman orang yang dicintainya. Dirampas
keadaan!
RULI : serius?
JUSTIN : setiap baris perjalanan kata, kau adalah akhir dari sebuah tanda
baca. Berbaringlah dalam paragraf terakhirku. Kita berkelana dalam
singgah sana bumi. Kita menua bersama, menjadi bahtera
dalam harmoni. (mereka berpelukan) semua penari bergerak
membangun komposisi suasana yang dinginkan.

ADEGAN 8

LAMPU PERLAHAN HIDUP MENYOROTI RUMAH. TERLIHAT BAPAK DAN RULI SEDANG
BERBICARA DI TAMAN RUMAH. BAPAK TERLIHAT DUDUK DIKURSI RODA

TARULI : Sudah beberapa hari setelah malam itu,…. aku sengaja pergi tanpa
berpamit! Tentu itu membuat bapak bertanya?
BAPAK : ( TERDIAM SEAKAN DIADILI) pertanyaan hanya ada bagi mereka
yang mencari jawaban!
TARULI : Aku kira sudah waktunya kita untuk membicarakan ini,…
BAPAK : tapi,… anakku,..
TARULI : Aku bukan anakmu!
BAPAK : Apa maksudmu?
TARULI : air hanya menagih jalan pulang, Pak!
BAPAK : Siapa yang mengahalanginya?
TARULI : Tidak ada yang menghalanginya untuk tumbuh. Hanya saja ia telah
membesarkan api dalam sekam. Membakar hari-hari. Dan
menjadikan anak-anaknya menjadi abu! Hilang dan tak
berbekas sedikitpun. Rasa telah menjadi hambar,… gaerahpun
telah mati.
BAPAK : Ruli! Apakah itu pantas kau sampaikan kepada seorang bapak?
TARULI : Tidak ada yang jauh lebih baik dan pantas! dari seorang ayah
menyimpan bangkai dalam rumahnya sendiri!
BAPAK : (terdiam) apa yang mesti bapak lakukan untuk menebus semuanya?
TARULI : (Tajam) berikan hak ibu Kepadaku,…. tanah kebun! Dan harta yang
lainnya…. hanya itu yang aku inginkan.
BAPAK : (batuk-batuk menatap dengan sinis Ruli) dalam kondisi seperti ini,…
bapak yang sudah tak berdaya. Masih sanggup kau menyatakan
itu kepada bapak? Ya,… aku adalah pendosa. Tapi tidak ada lebih
hina setalah anak yang dibesarkan! Malah……
TARULI : YA,… kalau begitu akulah anak dari sang pendosa itu….
DUMA :Ruli! Cukup. Tidak ada seorang bapak menginginkan bencana untuk
rumahnya. Tidak ada hak kita membenci. Semua orang berhak
untuk berubah Ruli. Bencilah dengan kesalahan dan dosanya bapak!
Namun jangan pernah kutuk orangnya!(menyesali apa yang
pernah ia lakukan kepada bapak diadegan sebelumnya) Lengkap
sudah kehancuranku. Aku gagal menjadi seorang kakak! Aku
juga gagal telah merawat ibu!Adik, yang satu-satunya diharapkan
mampu menjemput mimpi ibu. Sekarang berbalik untuk menikam
luka. Ruli ! (mendekati Ruli)Dibawah batu nisan,.ibu
berteriak. Meratapi mimpinya untuk kita anaknya…..
TARULI :………..ibu? Jangan lagi kau bicara ibu dihadapanku. Ia telah mati tidak
ada hubungannya dengan kita.
DUMA : keinginanmu adalah sumber penderitaan, Ruli! ( emosi yang begitu
dalam). lihat bapak! (menunjuk bapak, terlihat bapak sudah
lemas. Dan batuk serta kondisinya parah). Jangan sampai kau bangun
dan mimpi buruk itu datang untuk yang kedua kalinya!,…. bapak -
bapak! (mengejar bapak). Memang ini sulit! Awalnya memang
berat untuk menerimanya. Tapi! Itulah alasanku, menyimpan rasa,
ambisi dan amarah selama puluhan tahun! Lagi-lagi harapan itu.
(terdiam) Aku kira jika kau dewasa,. sekolah tinggi dapat
membuatmu lebih bijak dan realistis. Ternayata,. tidak! Aku salah!
TARULI : jangan terlalu berlebihan ( ekspresif) ini realistis! Aku sekolah,.. aku
butuh biaya dan aku butuh banyak uang. Lagian,. ini bukan
ingin seorang anak. Namun ini adalah apa yang telah ditanam
seorang bapak dulunya! (terdiam). bukankah bapak mengajari
kita Duma! Kerja,.. kerja dan mengumpulkan uang. Uang dan uang!
Untuk anaknya? Lalu salahkah? Seorang anak menagihnya? Ya,..
anggaplah warisan sebagai penebus dosa dan waktu yang bapak
korbankan selama ini,….
DUMA : terserah! Semoga kau tidak menyesal dengan apa yang kau pilih.
( mendorong kursi roda dan bapak masuk kerumah).

LAMPU PERLAHAN REDUP DAN PANGGUNG TERLIHAT GELAP. ADEGAN BERUBAH


KEPERISTIWA SELANJUTNYA

BAGIAN 9
LAMPU PERLAHAN HIDUP. TERLIHAT LAMPU TAMAN DAN RUANG BAGIAN ATAS. DARI
PANGGUNG TERLIHAT AKTOR BAPAK BERGERAK (SILUET). BAPAK MENGAMBIL TALI DAN
MENGGANTUNGKAN DIRINYA. BEBERAPA MENIT SETALAH ITU DUMA KELUAR DAN
BERTERIAK HISTERIS. TERDENGAR SUARA BAPAK MENGGEMA DARI TEKS WASIAT YANG
BERADA DISAMPING BAPAK.

VO. Jika surat ini telah sampai ditanganmu,. ini adalah cara bapak menebus dosa.
Selamat tinggal hanya untuk mereka yang mencintai karena apa yang “ mereka
lihat”.
Bagi mereka yang mencintai karena hati dan jiwa tidak ada perpisahan yang harus
disesali…. Selamat tinggal, nak!
Rumah dan surat-surat warisan semua sudah bapak persiapkan untuk kalian
Lepaslah kepergian bapak. … anak kecilku yang dulu tentu sudah besar
Tentu sudah tau kemana arah yang akan kalian tuju.

DUMA : (SUARA PERLAHAN HABIS, DUMA MERAUNG KESEDIHAN),….. tidak! Tidak


bapak! Bapaklah harta terakhirku. …. tuhan! Bangun,… bangun pak!

ADEGAN 10
TRANSISI PERISTIWA BERUBAH DENGAN MENGGUNAKAN KOSTUM AWAL OPENING
MELALUI KOMPOSISI (PENARI) SESUAI SUASANA AKHIR PERTUNJUKAN

~SELESAI~

Anda mungkin juga menyukai