Anda di halaman 1dari 199

i

GANDRUNG

Kumpulan Naskah Drama

ii Ilham Zoebazary
VISART GLOBAL MEDIA
adalah lembaga yang menaungi beberapa kegiatan kreatif, yakni
Visart Films (memproduksi film-film cerita dan dokumenter),
Visart Acting School (pendidikan di bidang seni akting), dan
Visart Books (menerbitkan buku-buku bermutu, baik fiksi
maupun non-fiksi).

iii Ilham Zoebazary


GANDRUNG

Kumpulan Naskah Drama

Ilham Zoebazary

VISART
GLOBAL
MEDIA
2 0 0 9

iv Ilham Zoebazary
GANDRUNG
Kumpulan Naskah Drama

Oleh
Ilham Zoebazary

Desain sampul, pemeriksa aksara dan tataletak


Tim Visart (Divisi Penerbitan)

Penerbit
Visart Global Media
Jl. Pangandaran 75 Jember 68125
Telp. 0331-321655
Jawa Timur

ix + 190 halaman; 14 X 21 cm.


ISBN: 978-979-19150-0-7

Cetakan I : Januari 2009

v Ilham Zoebazary
UCAPAN TERIMAKASIH

Kata orang bijak, siapa pun tidak akan pernah bisa sukses
sendirian. Kita selalu memerlukan orang lain untuk meraih
keberhasilan.
Saya selalu menganggap bahwa sebuah karya, betapapun
kecilnya, adalah sebuah pencapaian. Buku antologi ini
adalah kumpulan pencapaian, yang tidak mungkin terlahir
bila saya bekerja sendirian. Banyak pihak yang telah
membantu saya selama masa proses kreatif saya yang
panjang, terutama kawan-kawan yang dahulu tergabung
dalam Grup Kentrung Djos dan Teater Djos Fakultas
Sastra Universitas Jember (Kang Partu, Mas Totok [alm],
Didik Suharijadi, Yos Rudi, Trio Froni, Suyatno, Maryani,
Yatiman, Untung, Kunti, Farida, Joko Moli, Azis, Ketty,
dll. Mereka adalah kawan sejati dalam berkarya.
Tak bisa saya lupakan pendorong semangat kreatif saya,
Ricky Machmud [alm], Pak Didit Supardi, dan Pak
Darmaji HP (beserta pasukannya di BKKBN Surabaya).
Mereka adalah para guru saya yang luar biasa.
Mitra setia sepanjang hidup saya: Rini, dan anak-anak
tercinta (Ullyn, Ogan, Rigas). Mereka adalah nyala api
yang selalu menjadi sumber inspirasi saya
Tentu saja masih banyak kawan saya lainnya yang telah
mewarnai hidup saya, yang dalam kesempatan ini tidak
dapat saya sebutkan satu per satu. Kepada mereka semua
saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

vi Ilham Zoebazary
KATA PENGANTAR

Pentas drama (atau teater) di sekolah-sekolah, kampus-


kampus, gedung-gedung kesenian, bahkan di kampung-
kampung, selalu dapat kita saksikan dari tahun ke tahun.
Intensitasnya mungkin mengalami pasang-naik dan
pasang-surut, entah karena faktor internal atau eksternal,
tapi yang jelas seni drama tidak pernah benar-benar mati.
Banyak pelajar, khususnya di SMA-SMA, yang
menempuh ekstra kurikuler drama atau teater. Biasanya
mereka sangat militan dalam berlatih, dan pihak sekolah
menyediakan (sedikit) anggaran untuk membayar tenaga
pembimbing. Jika sekolah tidak memiliki dana, biasanya
para pelajar tersebut akan berlatih sendiri. Jadi, ada atau
tidaknya tenaga pembimbing tidak terlalu menjadi
hambatan bagi para pelajar untuk bermain drama.
Persoalan baru terasa bila para pelajar tersebut harus
menentukan naskah apa yang harus mereka mainkan.
Sebagian pelajar, pembimbing atau guru drama
memiliki kemampuan untuk menulis sendiri naskah yang
akan mereka mainkan. Sedangkan sebagian lainnya harus
pontang-panting mencari dan belum tentu bisa mendapat-
kannya. Jika ingin membeli buku yang berisi kumpulan
naskah drama, di toko-toko buku besar sekalipun belum
tentu tersedia. Jikalau ada, biasanya naskah-naskah drama
yang dibukukan adalah karya para pengarang besar,
hampir semuanya terjemahan dari luar negri, dengan isi
yang tentunya kelewat berat bagi para pelajar dan para
pemula yang belum memiliki jam terbang mencukupi
dalam dunia panggung. Apabila mereka memaksakan diri
memainkan naskah-naskah berat tersebut, dapat kita
bayangkan bagaimana hasil pementasan mereka.

vii Ilham Zoebazary


Para pelajar, mahasiswa, remaja dan para guru
drama perlu dibantu dalam hal pengadaan naskah. Mili-
tansi mereka dalam bermain drama tidak boleh berantakan
gara-gara ketiadaan naskah untuk dipentaskan. Untuk
tujuan idealis semacam itulah buku yang berisi kumpulan
naskah drama ini diterbitkan.
Dalam buku antologi ini berisi delapan buah
naskah drama, yang kalau dipentaskan masing-masing
membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Durasi ideal untuk
pementasan drama yang bukan pementasan tunggal.
Semua naskah disusun dalam semangat komedi.
Seluruh naskah dalam antologi ini saya tulis dalam
rentang waktu yang cukup panjang. Yang paling awal
adalah Jimat (1986), sedangkan yang lainnya pada sekitar
tahun 1987 hingga 1997. Tema-tema yang diangkat ber-
variasi, dan rasanya tetap relevan untuk dipentaskan pada
saat ini.

Jember, Januari 2009 IZ

viii Ilham Zoebazary


DAFTAR ISI
Halaman
Ucapan Terimakasih ....................................................... v
Kata Pengantar ............................................................... vi
Maling …………………...………...…....……………... 1
Jimat .............................................................................. 21
Eksekusi ........................................................................ 40
Semanggi Suroboyo ......................................................54
Gandrung ....................................................................... 76
Tuan Direktur ................................................................ 94
Tertanggkap Basah .......................................................119
Awas, Isyu! …………………………………………...143
Antri Dulu Dong ……………………………………...167
Biografi Singkat……………………………………… 190

ix Ilham Zoebazary
MALING

Para Pelaku

Abah
Nimrod
Beberapa Orang Kampung

1
Senja hari sepi di taman kota. Matahari tinggal bias
jingganya di langit, dan beberapa bola lampu di pojok-
pojok taman telah dinyalakan. Senyap. Tapi suasana
senyap itu tiba-tiba pecah oleh teriakan marah orang-
orang yang berlari menghambur dari mulut sebuah gang,
mengejar seseorang.

SESEORANG
Maling! Maling!

SESEORANG
Kejar terus!

SESEORANG
Tangkap!

SESEORANG
Jangan sampai lolos!

.....

SESEORANG
Kemana dia?

SESEORANG
Lenyap! Dia lenyap!

SESEORANG
Dia bukan hantu, mana bisa lenyap.

SESEORANG
Pasti ngumpet. Pasti!

2 Ilham Zoebazary
SESEORANG
Cari terus sampai ketemu!

SESEORANG
Cincang saja kalau tertangkap!

.....

SESEORANG
Hei ... ini dia ngumpet di sini!

SESEORANG
Sembunyi seperti tikus! Mampus kau sekarang!

SESEORANG
Mati kau!

.....

Senyap lagi.
Nimrod klenger, tergeletak tak berdaya di atas rumput.

Abah, seorang lelaki tua bertongkat, datang dengan


langkah pendek-pendek, menikmati udara senja di taman
itu. Kemudian ia duduk di sebuah bangku taman. Pada
saat itulah dia melihat Nimrod.

ABAH
Ah, pasti dia maling yang dikejar-kejar orang kampung
tadi. (Mengkutak-kutikkan ujung tongkatnya ke tubuh
Nimrod) Wah, sudah klenger dia ... Kasihan benar, masih
muda begini keburu mati. Keterlaluan orang-orang itu.
Laki-laki semua, tapi beraninya cuma main keroyok.
Banci saja tidak seperti itu.

3 Ilham Zoebazary
Ini sungguh mengganggu senjaku. Padahal langit cerah,
angin lembut memainkan daun-daun ... Aku tidak suka ini.
Bagaimana mungkin aku dapat bercengkerama dengan
angin, bagaimana mungkin aku dapat berbagi rasa dengan
dedaunan, sementara di situ ada seonggok maling yang
mampus karena dikeroyok …

Abah hendak beranjak pergi, namun tiba-tiba dilihatnya


jari-jari tangan Nimrod sedikit bergerak.

ABAH
Eh, jarinya bergerak-gerak ... (Jongkok, mengamati lebih
seksama) Wah, masih hidup dia. Masih bernafas dia.

NIMROD
(Menggeliat, nyengir kesakitan) Ya, saya masih hidup ...
(Dengan susah payah berusaha bangun) Saya belum
cukup berani untuk mati.

ABAH
Kau pingsan tadi.

NIMROD
Bukan pingsan. Tapi setengah mampus.

ABAH
Mereka mengeroyokmu.

NIMROD
Ya.

ABAH
Kenapa?

4 Ilham Zoebazary
Nimrod tidak segera menjawab. Dipandanginya lelaki tua
di hadapannya itu lekat-lekat. Ia bermaksud pergi, tapi
sejenak merasa ragu.

ABAH
Di taman ini, bertahun-tahun sudah aku bercengkerama
dengan matahari dan angin senja. Aku melihat orang-
orang datang, orang-orang pergi ... tidak ada kesetiaan
yang melebihi matahari dan angin senja ...

NIMROD
Bapak ini siapa? Polisi?

ABAH
(Tertawa) Masak polisi karatan begini?

NIMROD
Barangkali polisi yang sedang menyamar?

ABAH
Nada suaramu seperti menuduh. Aku tidak suka dituduh
sebagai seorang polisi.

NIMROD
Oh, syukurlah. Badanku remuk rasanya.

ABAH
Itulah. Kenapa mereka memukulimu?

NIMROD
Saya ... saya lapar.

5 Ilham Zoebazary
ABAH
Orang lapar diberi makan. Bukan dipukuli. Pasti mereka
punya alasan.

NIMROD
(Tertunduk) Saya ... saya mencuri sarung di jemuran.

ABAH
O, pantas.

NIMROD
Hanya sebuah sarung di jemuran, dan saya harus remuk
seperti ini?

ABAH
Kalau tidak ingin remuk ya jangan mencuri jemuran.
Korupsi saja. Cuma dipenjara. Tidak sampai remuk.

NIMROD
Aah, Sampeyan jangan membual dalam keadaan seperti
ini. (Sambil melangkah pergi) Saya pasti akan korupsi
habis-habisan seandainya saya punya kesempatan. Tapi
sekarang, mencuri sarung di jemuran pun saya gagal.

ABAH
Eh, mau kemana? Lihat memar-memarmu itu. Kau tidak
ke rumah sakit?

NIMROD
(Berbalik) Ke rumah sakit ...? Oh ... Sampeyan tidak
mengerti juga rupanya. Berapa harga sebuah sarung
bekas? Saya mencurinya sekedar untuk mengganjal rasa
lapar. Kalau saya harus berobat ke rumah sakit, apa saya
harus mencuri mobil lebih dulu?

6 Ilham Zoebazary
ABAH
Tentu saja tidak. Tapi siapa tahu rumah sakit tidak
menarik biaya bagi orang miskin.

NIMROD
(Melengos) Tai kucing!

ABAH
Atau siapa tahu ada dokter yang menaruh belas kasihan
pada penderita miskin.

NIMROD
(Beranjak pergi lagi) Sampeyan pasti juru kampanye.

ABAH
Lalu bagaimana dengan bekas-bekas pukulan itu? Masih
sakit?

NIMROD
(Berbalik) Sampeyan tahu sendiri bagaimana saya klenger
tadi. Kok masih bertanya.

ABAH
Nah, kalau begitu kau bisa menyeret mereka ke
pengadilan dan menuntut ganti rugi.

NIMROD
(Memandang Abah dengan heran setengah jengkel) Ke
pengadilan ...? Tadi sampeyan menyuruh saya ke rumah
sakit. Sekarang ke pengadilan. Akrobat macam apa yang
harus saya lakukan, agar pengadilan mau berpihak pada
orang tidak berduit? Ahh ... jangan muluk-muluk, Pak
Tua, badanku jadi bertambah nyeri saja.

7 Ilham Zoebazary
ABAH
Maafkan saya. Saya tidak bermaksud berolok-olok.
(Membuka tas plastik kecil yang sedari tadi dijinjingnya.
Dari dalam tas itu dikeluarkannya sebungkus roti kering
dan sebotol air putih) Saya ada sedikit makanan ...
(Menyodorkan roti dan botol air) Cuma roti tawar dan air
putih. Kau mau?

Nimrod melongo.

ABAH
Ayo ambil. Kau lapar, kan?

Air liur Nimrod seperti hendak meleleh begitu disodori


makanan. Tapi hatinya rikuh.

NIMROD
Demi Tuhan, sebelumnya saya tidak pernah mencuri.
Sewaktu kecil saya selalu mengaji di surau setiap sore.
Saya diajari betapa berdosanya mencuri. Tapi sudah sejak
kemaren lusa saya belum makan. Saya benar-benar
kelaparan. Itulah sebabnya saya nekad mencuri.

ABAH
Kalau begitu tunggu apa lagi? Nih!

Tapi Nimrod tetap tidak bergerak. Hanya matanya yang


liar menatap roti di tangan Abah.

ABAH
Anak-anak muda sering merasa sungkan pada hal-hal yang
tidak perlu. Baiklah, kita makan bersama saja, ya?
(Memotong roti itu dan menyodorkannya pada Nimrod
sebagian) Ayolah, tidak usah malu-malu. Kau sudah

8 Ilham Zoebazary
membuktikan, bahwa rasa lapar selalu membuat orang jadi
lupa, jadi tak terkendali.

Dengan malu-malu Nimrod menerima roti itu, lalu


melahapnya. Abah tersenyum memandanginya. Setelah
roti itu habis, mendadak Nimrod memegangi perutnya.

ABAH
Kenapa?

NIMROD
Cacing-cacing dalam perut saya saling berebutan. Sejak
kemaren lusa mereka ikut berpuasa.

ABAH
Oh, kau mau lagi?

Abah mengulurkan sebagian roti yang dipegangnya. Dan


Nimrod melahapnya tanpa sisa. Lalu disodorkan padanya
botol air, langsung direguknya pula separuh. Sesudah itu
Nimrod memeluk botol air itu dengan perasaan puas dan
bahagia.

ABAH
Namamu?

NIMROD
Nimrod.

ABAH
Nimrod?

NIMROD
Hanya Nimrod. Bapak?

9 Ilham Zoebazary
ABAH
Panggil saja Abah.

Lantas keduanya saling membisu. Nimrod menikmati betul


kenyamanan perutnya.

ABAH
Dulu waktu masih muda, aku pernah seperti cacing-cacing
dalam perutmu itu. Suka sekali berebut makanan. Bukan
karena kelaparan, hanya karena serakah saja. Apa-apa
kusikat, asal ada kesempatan. Kertas, mesin ketik, meja,
bahkan tembok kantorpun kugerogoti, asal ada
kesempatan. Apalagi uang!

NIMROD
Juga main perempuan?

ABAH
Perempuan? Ah, perempuan ... hanya kerentaan yang
menghentikanku dari petualangan menggetarkan itu.

NIMROD
Ada berapa perempuan dalam hidup Abah?

ABAH
Mengapa anak muda sepertimu selalu lebih tertarik pada
jumlah? Apakah terkesan lebih hebat bila kusebut 15, 30
atau 50? Banyak laki-laki loyo menutupi kelemahannya
dengan menggandeng banyak perempuan.

Lalu membisu lagi.

ABAH
Mau tambah lagi rotinya? Ini masih ada satu.

10 Ilham Zoebazary
NIMROD
Terima kasih, sudah cukup kenyang.

ABAH
O, bagus. Bagus kalau bisa kenyang. Sebab betapa
bahayanya lapar itu. Di dunia ini mana ada yang bisa
menandingi energi lapar? Seribu bedil, seribu kitab, seribu
pasal undang-undang, seribu khotbah dan pidato,
mampukan menghentikan energi lapar?

NIMROD
Abah ikhlas menolong saya?

ABAH
Ah, kau tanyakan pula itu. Nanti aku jadi beromong-
kosong dan berfilsafat.

Nimrod mengangguk-angguk, meskipun tampaknya


kurang paham.

ABAH
Kau pasti pendatang baru di sini.

NIMROD
Ya.

ABAH
Asalmu?

NIMROD
Jauh.

11 Ilham Zoebazary
ABAH
Iya, jauh di mana. Di laut kek, di langit kek.

NIMROD
Di sebuah desa di lereng gunung. Seminggu jalan kaki dari
sini.

ABAH
Hm, jauh juga. Punya keluarga?

NIMROD
Seorang istri yang minta cerai dan dua anak yang tak
mampu membayar SPP.

ABAH
Seorang istri dan dua anak? Kau tinggalkan mereka hanya
untuk kelaparan dan mencuri?

NIMROD
Seorang istri yang minta cerai dan dua anak yang tak
mampu membayar SPP.

ABAH
Ya, ya, minta cerai dan SPP. Kau tinggalkan mereka
hanya untuk kelaparan dan mencuri?

NIMROD
Tentu saja tidak.

ABAH
O, adu nasib?

NIMROD
Begitulah.

12 Ilham Zoebazary
ABAH
(Tertawa) Alasan kuno. Kau pikir nasib itu seperti
jengkerik, atau ayam jago, bisa dengan gampang diadu-
adu? Gombal.

Nimrod diam sesaat. Dia ingin melihat raut wajah Abah,


tapi lampu yang ada di taman itu tidak cukup memberikan
cahaya.

NIMROD
Sejak kecil saya tidak pernah bermimpi jadi seorang
pencuri. Keadaan yang memaksa saya. Keadaan yang
memojokkan saya.

ABAH
(Sinis) Aku sering dengar orang-orang yang menyalahkan
keadaan. Dan itu biasanya dilakukan oleh orang frustrasi.

NIMROD
Sampeyan bisa ngomong begitu karena Sampeyan orang
yang berkecukupan. Coba kalau Sampeyan kere seperti
saya.

ABAH
Kau tidak tahu, orang kaya justru lebih banyak mengeluh.
Aku kaya, ya. Aku sering mengeluh, ya. Tapi aku tidak
pernah menyalahkan hidup. Hidup tidak pernah bersalah
apa-apa. Keadaan tidak pernah memojok-mojokkan orang.
Kita saja yang gampang frustrasi dan merasa terpojok.

NIMROD
(Tercenung) Abah pasti seorang guru. Atau mungkin
seorang penyair.

13 Ilham Zoebazary
ABAH
Kenapa kau menduga demikian?

NIMROD
Entahlah. Barangkali karena kata-kata Abah terasa sejuk
di telinga saya.

ABAH
Gombal itu. Bukan tugas guru atau penyair untuk
menyejukkan telinga orang. Mereka punya tugas yang
jauh lebih berat dari itu, meskipun sangat jarang yang
berhasil.

NIMROD
Saya tidak paham ...

ABAH
Tidak apa-apa. Aku sendiri juga tidak paham.

Sesaat lamanya keduanya diam.

ABAH
Lihatlah, gelap telah turun. Biasanya saat-saat seperti ini
aku sudah berada di rumah, duduk-duduk di teras atau
nonton TV.

NIMROD
Alangkah indahnya punya rumah dan TV.

ABAH
Kalau hari minggu, kerjaku menunggu telepon dari anak-
anakku dan cucu-cucuku.

14 Ilham Zoebazary
NIMROD
Alangkah indahnya punya telepon.

ABAH
Sesekali aku juga keluar kota dengan mobil antik
kesayanganku. Aku masih cukup kuat untuk pegang setir.

NIMROD
Alangkah indahnya punya mobil.

ABAH
(Jengkel) Hei, tidak adakah hal-hal lain yang menarik
minatmu selain benda-benda?

NIMROD
(Seperti pada diri sendiri) Memang tidak mudah
memahami kemiskinan ... tidak mudah ...

Hening lagi sesaat.

ABAH
Sudah berapa lama kau berada di kota ini?

NIMROD
Sekitar tiga bulan.

ABAH
Dan tinggalmu?

NIMROD
Saya ... e, saya terbiasa dekat dengan alam.

ABAH
O, maksudmu ngere?

15 Ilham Zoebazary
NIMROD
Begitulah. Rumah Abah sendiri di mana?

ABAH
Saya juga mencintai alam. Setiap senja saya selalu duduk-
duduk di bangku taman ini. Menikmati matahari
tenggelam, lalu pulang bila udara telah berubah gelap dan
dingin.

NIMROD
Dan rumah Abah?

ABAH
Tidak jauh dari sini. Kamu tadi sudah mampir ke sana.

NIMROD
Saya? Saya mampir ke rumah Abah?

ABAH
Ya. Yang di halaman belakangnya ada tali jemurannya,
dan kau ambil sarungnya ...

NIMROD
(Terpana, gemetar) Jadi ... Abah ini ...

Nimrod merasa sangat terpukul serta malu, dan


bermaksud pergi dari situ.

ABAH
Hei ... mau kemana? Tetap duduk sajalah di sini.

Nimrod berhenti, bimbang, lalu kembali duduk.

16 Ilham Zoebazary
ABAH
Sekali waktu aku butuh juga seorang teman, untuk sekedar
berbincang menikmati udara yang berubah jadi gelap dan
dingin.

NIMROD
Tapi ... saya telah ...

ABAH
Ah, lupakan saja. Harga sebuah sarung tidaklah seberapa
dibanding pukulan dan tendangan di sekujur tubuhmu.
Kamu tidak mencuri. Sarung itu telah kau beli dengan
amat mahal. (Mengeluarkan sarung dari tas plastiknya,
dan meletakkannya di pangkuan Nimrod) Nih, sarung ini
sudah menjadi hakmu.

Tiba-tiba Nimrod merasa amat terharu, dipeluknya


sarung itu sambil menangis tersedu-sedu.

ABAH
Aku paling tidak suka melihat laki-laki cengeng.

Mendengar Abah berkata begitu, Nimrod malah lebih


keras menangis. Abah menggeser duduknya hingga
membelakangi Nimrod. Beberapa saat lamanya Nimrod
menangis, hingga akhirnya merasa sedikit lega dan
berhenti.

NIMROD
Abah ...

ABAH
Ya?

17 Ilham Zoebazary
NIMROD
Bagaimanakah rasanya menjadi orang kaya?

ABAH
Mengapa kau tidak bertanya, bagaimana rasanya menjadi
orang bahagia?

NIMROD
Sebab saya ingin tahu, mengapa Abah sudi berbaik-baik
dengan seorang kere macam saya?

Abah menggeser lagi duduknya, hingga kembali


menghadap Nimrod. Ia tersenyum.

ABAH
Kamu melihat dirimu sendiri sebagai kere. Tapi aku
melihatmu sebagai manusia.

Nimrod tidak mampu menahan perasaannya. Maka ia


menangis lagi, lebih keras dari yang tadi. Lagi-lagi Abah
menggeser duduknya membelakangi Nimrod.

NIMROD
Saya selalu iri pada orang-orang tua. Ingin rasanya saya
melompati masa muda ini, untuk langsung menjadi tua.

ABAH
Itulah kesalahan anak-anak muda. Padahal kami selalu iri
pada kalian. Hanya saja kami tidak pernah
mengatakannya.

NIMROD
Saya selalu bingung dengan hal-hal semacam itu.

18 Ilham Zoebazary
ABAH
Itu khas anak muda. Bingung memilih, bingung
membedakan, bingung memulai, bingung mengakhiri,
bingung karena ada banyak hal di hadapannya, bingung
karena tidak ada apa-apa di hadapannya ...

Beberapa saat lamanya mereka tak membuka suara.


Senyap.
Tiba-tiba mereka mendengar suara ribut beberapa lelaki
yang berlari-lari sambil berteriak-teriak nyaring.

SESEORANG
Maling ... Maling!

SESEORANG
Kejar ...!

SESEORANG
Tangkap ...!

.....

Kemudian sepi kembali. Abah menekurkan wajahnya


dalam-dalam ke tanah.

NIMROD
Abah ...

ABAH
Ya?

NIMROD
Itu ... ada maling dikejar orang-orang kampung.

19 Ilham Zoebazary
ABAH
(Mengangkat wajahnya) Nimrod, ada manusia dikejar
manusia-manusia.

Sekali lagi Nimrod tak kuasa menahan perasaannya,


menangis tersedu-sedu. Dan Abah kembali
membelakanginya.

Selesai

20 Ilham Zoebazary
JIMAT

Para Pelaku

Mbah Dukun
Badrun
Rokimin
Sengkuni
Romlah
Sri
Bapak
Anak

21 Ilham Zoebazary
MBAH DUKUN sedang menimang-nimang kerisnya.
Tiba-tiba ketenangannya diganggu oleh suara sangat
berisik.

DUKUN
Drun ...! Badrun! Ribut-ribut apa itu, heh?

BADRUN
(OS) Anu, Mbah ... saya lagi latihan.

DUKUN
Latihan? Latihan apa?

BADRUN
(OS) Musik eksperimen.

DUKUN
Jangan neko-neko lho kamu. Mbah lagi semedi. Dengar
ndak?

BADRUN
(OS) Iya, Mbah.

DUKUN
Apanya yang iya?

BADRUN
(OS) Lha iya, jangan semedi ...

DUKUN
(Gemes. Memperagakan dengan kerisnya) Kalau kamu
ndak bisa diatur, nanti saya pegang lehermu, saya angkat,
saya banting, hiaat ... lho?! (Sadar, menyesal) Aduh, Kyai

22 Ilham Zoebazary
... ampunilah cucumu yang kurang ajar ini, sehingga
berani membanting Kyai dengan semena-mena.

ROKIMIN datang.

ROKIMIN
Kulonuwun ...

DUKUN
(Tidak mendengar) Sungguh, Kyai, apa yang telah saya
lakukan tadi hanyalah kekhilafan belaka. Samasekali tidak
mengandung unsur kesengajaan.

ROKIMIN
Kulonuwu .. hu .. hu .. hun!!

DUKUN
Tunggu sebentar. Mbah sedang berdialog dengan Kyai
Walgawil. (Pada keris lagi) Untuk menebus kesalahan
saya tadi, nanti malam Mbah akan saya belikan makanan
kesukaan Mbah, yaitu susu telor madu dan nasi rames.
Matur nuwun. (Menyimpan kerisnya)

ROKIMIN
Sudah selesai dialognya, Mbah?

DUKUN
Wo, sudah ... Mari silahkan duduk.

ROKIMIN
Mbah, keris kok mau dibelikan nasi rames? Apa keris bisa
makan?

23 Ilham Zoebazary
DUKUN
(Pada penonton) Goblog orang ini. Keris kok bisa makan.
(Pada ROKIMIN) Yang makan ya saya. Eh, ada perlu apa
Nak ... o ya, siapa namanya?

ROKIMIN
Roki, Mbak. LengkapnyaRokimin.

DUKUN
Lantas ada perlu apa Nak Roki datang kemari?

ROKIMIN
Begini, Mbah. Saya ini sudah punya pekerjaan tetap,
punya rumah sendiri, dan umur saya 39 tahun. Tapi saya
kok belum dikaruniai pendamping hidup. Jelasnya, saya
ini jejaka tua, Mbah. (Tersedu-sedu) Saya malu, karena
selalu diejek teman-teman sekantor. Mereka bilang saya
tidak berani kawin karena aliran listrik saya bertegangan
rendah. Padahal saya ini bertegangan tinggi lho, Mbah.
220 volt! Karena itu tolonglah saya, Mbah Dukun. Berilah
saya jimat, agar ada wanita yang tertarik pada saya.

DUKUN
Gampang. Itu persoalan gampang bagi seorang dukun
sakti seperti Mbah ini. Lalu Nak Roki ingin istri yang
bagaimana? Yang kuning langsat, yang keibuan, atau yang
betenaga kuda?

ROKIMIN
Yang bagaimanapun saya mau, Mbah. Asal bukan
kambing.

24 Ilham Zoebazary
DUKUN
Baiklah. Dengan memiliki jimat dari Mbah, pasti
keinginan Nak Roki akan segera terkabul. Nah, coba
Mbah lihat garis-garis di telapak tanganmu.

Memeriksa telapak tangan ROKIMIN.

ROKIMIN
Bagaimana nasib perjodohan saya, Mbah?

DUKUN
Jangan khawatir. Sudah dekat dengan jodoh. Tapi ingat
ya, lelaki yang mau berumah tangga itu tidak cukup hanya
punya kerja dan rumah. Tapi lengkapnya harus punya
empat hal.

ROKIMIN
Apa saja itu, Mbah?

DUKUN
Pertama, harus punya karya, alias kerja, supaya bisa
menghidupi anak-istri dengan layak. Kedua harus punya
wismo, artinya rumah, tempat berteduh dari terik matahari
dan dinginnya hujan. Dua hal ini sudah Nak Roki miliki.
Bagus. Yang ketiga, harus punya turonggo, alias kuda. Ini
bahasa kiasan, artinya kendaraan, agar sesekali bisa
mengajak anak-istri berekreasi. Lha yang ke empat, harus
punya kukilo, alias manuk atau burung.

ROKIMIN
Wah, kalau yang itu jelas saya sudah punya, Mbah.

25 Ilham Zoebazary
DUKUN
Ini juga bahasa kiasan. maksudnya hiburan ringan di
rumah, seperti radio, TV atau tape recorder. Ini penting,
supaya ndak terlalu produktif bikin anak. Paham, Nak
Roki?

ROKIMIN
Paham, Mbah.

DUKUN
Bagus. (Memanggil) Badrun!

BADRUN datang dengan langkah tegap a la militer,


kemudian menghormat juga a la militer.

BADRUN
Siap, Bos!

DUKUN
Tolong Bapak ini dibawa ke kamar periksa, lalu periksa
suhu badan, denyut nadi, tekanan darah serta urine atau air
kencingnya. Setelah itu suntik dengan obat kombinasi
chlorophil-vertebrata-zoologi-ensiklopedi dan biologi.
Laksanakan!

BADRUN
Siap, Bos! (Balik kanan, tapi mendadak ragu-ragu.
Berbalik lagi.) Obat apa, Mbah?

DUKUN
Resep tidak bisa diulang!

26 Ilham Zoebazary
BADRUN membawa ROKIMIN memasuki kamar periksa.
Datang pasien lain bernama SENGKUNI membawa
bungkusan.

SENGKUNI
Halo, Mbah Dukun dewa penolongku!

DUKUN
Wo, Nak Sengkuni. Silahkan masuk. Bagaimana kabar
Nak Sengkuni setelah menerima jimat dari Mbah?

SENGKUNI
Fantastis, Mbah. Pertama-tama perkenankan saya
mengucapkan berjuta-juta terimakasih pada Mbah, yang
mana telah berkenan memberi saya sebuah jimat. Kedua,
saya menyampaikan titipan salam dari istri saya untuk
Mbah, salam manis penuh rasa sayang. (Menyerahkan
bungkusan) Dan ini sekedar oleh-oleh untuk Mbah.

DUKUN
Waduh, terimakasih ...

SENGKUNI
Sayalah yang harus berterimakasih pada Mbah, karena
berkat jimat dari Mbah, kini usaha saya sepertinya mau
meroket! Sepertinya.

Keduanya terbahak-bahak. Tiba-tiba ROKIMIN keluar


dari kamar periksa, teler seperti orang gandrung,
berusaha memeluk MBAH DUKUN.

DUKUN
Drun, kenapa dia? Kamu suntik apa dia?

27 Ilham Zoebazary
BADRUN gemetar. MBAH DUKUN masuk kamar periksa,
keluar membawa botol kecil.

DUKUN
Drun, ini kan obat perangsang? Kamu ini bagaimana, kok
dia kamu suntik obat perangsang? Ayo antar dia pulang!
Sampai di rumahnya lho, Drun, sebab kalau tidak, bisa
menyengsarakan kambing tetangga dia!

BADRUN menuntun ROKIMIN exit.

SENGKUNI
Kenapa dia, Mbah?

DUKUN
O, tidak apa-apa. Hanya sedikit kesalahan teknis. O ya,
sampai dimana cerita Nak Sengkuni tadi?

SENGKUNI
O ya. Sebelumnya, saya sudah bertahun-tahun berbisnis
kecil-kecilan, tapi tidak maju-maju. Nah, setelah saya
menerima jimat dari Mbah, usaha saya sepertinya ada
harapan besar untuk maju. Cari kredit kelihatannya sangat
mudah. Kelihatannya.

DUKUN
Masih ingat dengan 3 poin nasehat dari Mbah?

SENGKUNI
Wo, tentu. Bagaimana mungkin saya bisa lupa? Satu,
kejarlah kredit meski bunganya setinggi langit. Dua,
jangan segan memberi komisi, asal kredit bisa terealisasi.
Tiga, banyak-banyaklah cari hutang, soal bayar pikir di
belakang. Wah, sekarang usaha saya kelihatannya akan

28 Ilham Zoebazary
merambah ke mana-mana, Mbah. Dari hulu hingga hilir.
Kelihatannya.

DUKUN
Apakah Juragan Sanemo memberi kucuran dana?

SENGKUNI
Benar. Setelah saya pegang jimat, dia langsung memberi
saya pinjaman modal. Padahal dulu tidak mau memberi,
Mbah.

DUKUN
Kalau begitu Nak Sengkuni perlu tambahan satu jimat
lagi. Biar cepat jadi konglomerat. (Memberi jimat)
Datanglah menemui Juragan Sanemo lagi, dan Nak
Sengkuni akan mendapat kucuran dana lebih banyak lagi.

SENGKUNI
Terimakasih, Mbah. Sekarang saya mohon pamit dulu.
(Mengeluarkan amplop) Ini, Mbah, 20 % dari kredit yang
saya terima dari Juragan Sanemo, sekedar buat beli
kembang dan kemenyan.

DUKUN
Jangan repot-repot ... Mbah ikhlas menolong, kok. (Pura-
pura menolak, tapi amplop diambil juga)

SENGKUNI
Sampai jumpa lagi, Mbah!

SENGKUNI exit, BADRUN muncul.

DUKUN
Beres, Drun?

29 Ilham Zoebazary
BADRUN
Beres, Mbah. Tapi saya tadi hampir diperkosa.

DUKUN
Makanya jangan terlalu gegabah. Sana ke belakang.

BADRUN
O ya, di luar sedang menunggu seorang pasien, Mbah.
Perempuan.

DUKUN
Perempuan? Cantik, ndak? Sudah muda apa masih tua?
Eh, masih muda apa sudah tua?

BADRUN
Masih muda, dan semlohai ....

DUKUN
Cepat suruh masuk, dan bereskan kamar periksa.

BADRUN exit. Pasien bernama ROMLAH masuk.

ROMLAH
Permisi ...

DUKUN
Monggo ...

ROMLAH
Permisi ...

DUKUN
Monggo ...

30 Ilham Zoebazary
ROMLAH
(Keras) Permisi!

DUKUN
(Juga keras) Monggo!
Pakai ndagel segala. Mari silahkan masuk dan duduk.
(Setelah duduk) Maklum, sebagai dukun modern Mbah
harus serba cepat dan cekatan. Seperti kata orangtime is
money ... Nah, Nona ... eh, nona apa nyonya, ya?

ROMLAH
Nyonya, Mbah. Nyonya Romlah.

DUKUN
O, ya, ya ... Keperluan?

ROMLAH
To the point saja ya, Mbah. Saya memang mau minta jasa
pertolongan Mbah Dukun. Saya ini sudah lima tahun
berumah tangga dan dikaruniai lima orang anak. (Mulai
tersedu-sedu) Tapi rumah tangga saya tidak bahagia,
Mbah. Hancur berkeping-keping bagaikan perahu diterpa
topan dan badai. Seumpama layang-layang, saya ini
layang-layang putus benang. Kasihan anak-anak saya,
mereka masih kecil-kecil tapi harus ikut menanggung
beban ... (Menangis)

DUKUN
Tenang, Nyonya. Mbah pasti akan menolong kesulitan
Nyonya. Sekarang sampaikanlah sebab-musababnya
dengan tenang dan jelas.

ROMLAH tambah keras menangis.

31 Ilham Zoebazary
DUKUN
Drun, Badrun!

BADRUN
(Muncul) Siap, Bos!

DUKUN
Ambilkan segelas air putih. Cepat!

BADRUN
(Muncul) Siap, Bos!

BADRUN mengambil air putih. DUKUN membacakan


mantra, lalu memberikannya pada ROMLAH.

DUKUN
Minumlah air bertuah ini agar Nyonya bisa tenang.

ROMLAH
(Setelah minum dan tenang) Begini, Mbah, saya dulu
kawin dengan lelaki bekas teman kuliah berdasarkan
cinta-sama-cinta. Tapi sekarang ...

DUKUN
Sebentar. Apakah suami Nyonya main serong, punya
WIL, mau kawin lagi, atau bagaimana?

ROMLAH
Suami saya minggat bersama seorang janda muda, Mbah.
Tolonglah saya, kembalikan suami saya, Mbah.

DUKUN
Beres. Itu persoalan yang amat sepele bagi Mbah. Mbah
sudah pernah menangani puluhan kasus semacam itu, dan

32 Ilham Zoebazary
tak satupun yang berhasil ... eh, tak ada yang gagal.
Tunggu sebentar ya, Mbah mau semedi dulu. (Semedi)
Nah, jelas sekarang. Menurut bisikan ghoib yang baru saja
Mbah terima, suami Nyonya minggat disebabkan oleh dua
kemungkinan. Pertama, mungkin dasarnya suami Nyonya
berbakat nyeleweng. Kedua, mungkin disebabkan oleh
sikap Nyonya yang kurang bisa momong suami.

ROMLAH hendak menyela.

DUKUN
Maaf, maksud saya begini. Agar rumah tangga itu
sejahtera, harus ada sinkronisasi atau harmonisasi.
Misalnyakalau istri lelah, minta pijit, istri harus ...

PEMUSIK
Dipijiti.

DUKUN
Sebaliknya kalau suami masuk angin, minta kerok, suami
harus ...

PEMUSIK
Dikeroki.

DUKUN
Kalau suami pulang kerja, haus dan minta mimik, suami
harus ...

PEMUSIK
Dimimiki.

DUKUN
Hus, porno! Maksudnya dibuatkan minuman.

33 Ilham Zoebazary
ROMLAH
Kalau begitu saya harus bagaimana, Mbah?

DUKUN
Nyonya, bila seorang lelaki sudah berumah tangga, maka
ia berfungsi sebagai suami, bapak, sekaligus pelindung
organisasi. Lha, ini harus diimbangi oleh istri. Istri tidak
hanya dituntut bisa masak, macak dan manak, tapi lebih
dari itu juga harus mampu berfungsi menjadi jimat ...
menjadi sorganya suami.

ROMLAH
Saya pikir, pengabdian saya pada suami ya ndak kurang,
Mbah. Tapi kalau akhirnya dia nyeleweng begitu ... saya
harus bagaimana lagi?

DUKUN
Baiklah, coba sekarang Mbah lihat dulu telapak tangan
Nyonya.

PEMUSIK
Molai ... molai!

DUKUN
Ssstt, jangan berisik! (Memeriksa telapak ROMLAH, lalu
pada PEMUSIK) Biyuh ... mulus! Hehehehee ...
Dibawah bimbingan Mbah, nampaknya semua akan beres.
Tapi agar diangnose yang Mbah lakukan dapat berjalan
dengan tenang, sebaiknya dilakukan di kamar periksa saja.

ROMLAH
Kenapa tidak disini saja, Mbah?

34 Ilham Zoebazary
DUKUN
Lho, kalau Nyonya saya suntik disini kan kurang etis.
(Menunjuk PEMUSIK) Lihat, banyak kucingnya.

ROMLAH
Saya lebih suka diperiksa disini saja, Mbah.

DUKUN
No, no, that’s impossible. Harus di kamar periksa. Karena
menurut kode etik perdukunan, diagnose itu harus
dilakukan secara luber. Langsung, umum, bebas, tapi
rahasia.

ROMLAH
Kalau begitu saya batalkan saja. Masih banya dukun-
dukun lain yang bisa menolong saya.

ROMLAH bergegas pergi.

DUKUN
Lho, Nyonya ....

PEMUSIK
(Mengejek) Sukur ...!

DUKUN
Tadi kalau ndak ada kalian, pasti sudah kusuntik disini.
Dasar lagi sial.

Baru saja mau duduk, datang pasien bernama SRI.

SRI
Spada!

35 Ilham Zoebazary
DUKUN
O, mari ... mari silahkan masuk. (Pada PEMUSIK) He ...
dapat lagi!
(Pada SRI) Pasti masih nona. Ya, kan?

SRI
Benar, Mbah. Nama saya Sri.

DUKUN
Sri ... O, sungguh sebuah nama yang manis, semanis
orangnya. Lengkapnya? Sri Tanjung, Sri Gonal-ganis, atau
Srigala?

SRI
Sri cahyaning kartikowati eko padmo sari.

DUKUN
Whik, nama cewek sak jawa timur dipakai sendiri. Terus,
kesulitan apakah yang sedang Nona hadapi?

SRI
Begini, Mbah. Saya punya keahlian tata rias wajah dan
potong rambut. Rencananya mau buka salon, tapi saya
tidak punya modal.

DUKUN
Kalau butuh jimat, silahkan kemari. Tapi kalau modal ...
saya sendiri juga butuh.

SRI
Saya cuma ingin dapat jimat, Mbah. Supaya ada orang
yang mau mengalirkan uangnya pada saya, gitu lho.

36 Ilham Zoebazary
DUKUN
(Pada pemusik) Kalau untuk itu, dia sendiri sudah punya
jimat ampuh, ya kan?
(Pada SRI) Baiklah, sekarang silahkan Nona masuk kamar
periksa.

SRI
Apa harus di dalam kamar periksa, Mbah?

DUKUN
Begini, Nona. Untuk kasus semacam ini harus dilakukan
analisis yang kopleks dan akurat, yaitu dengan cara
memeriksa kadar glukose serta kepekatan sel-sel
hemoglobin yang bersenyawa dalam darah Nona. Nah,
ayo ... jangan takut.

SRI masuk kamar periksa, diikuti DUKUN. BADRUN


datang hendak mengintip, tapi DUKUN muncul lagi.

DUKUN
Mau ngintip kan?

BADRUN
Ampun, Mbah ...

DUKUN
Enak saja. Nih uang, belikan kembang dan kemenyan di
Pontianak.

BADRUN
Kok jauh amat, Mbah?

DUKUN
Jangan banyak bertanya. Berangkat!

37 Ilham Zoebazary
DUKUN masuk kamar periksa lagi. BADRUN mau
berangkat, tapi muncul BAPAK anak gadisnya yang
sedang hamil.

BAPAK
Mana dukun palsu itu, heh? Mana?

BADRUN
Lho, ini kan Mbak yang dulu itu, to? Apa mau minta
diagnose lagi?

ANAK
Heh, dulu saya datang kemari minta jimat supaya mudah
cari pekerjaan, saya malah dikerjain! Lihat, saya sekarang
jadi hamil! (Menjewer kuping kanan BADRUN) Kamu
juga terlibat penipuan ini!

Belum sempat BADRUN menyangkal, SENGKUNI datang.

SENGKUNI
(Menjewer kuping kiri BADRUN) He, mana Mbah Dukun?
Saya kena tipu! Saya tidak jadi konglomerat, malah jadi
melarat! Mana dia?

BAPAK
Jadi, Saudara kena tipu juga?

SENGKUNI
Benar. Ternyata orang yang saya datangi untuk pinjam
uang adalah komplotannya. Saya benar-benar tertipu!

BADRUN
Ya salah Bapak sendiri, mestinya kalau pinjam uang ya ke
bank.

38 Ilham Zoebazary
SRI muncul dari kamar periksa dengan berteriak-teriak.

SRI
Tolong ... tolong ...

BAPAK
Ada apa?

SRI
Pak, dia mau memperkosa saya ...!

DUKUN muncul dari kamar periksa, langsung lari dan


dikejar BAPAK dan anak gadisnya, SRI dan SENGKUNI.
BADRUN menimang-nimang uang di tangannya.

BADRUN
Ke Pontianak, ah ....

Selesai

39 Ilham Zoebazary
EKSEKUSI

Para Pelaku

Hakim
Jaksa
Pembela
Dukun
Klowor
Menik
Wartawan

40 Ilham Zoebazary
Di ruang hampa udara, cakrawala kosong. Suara gegap-
gempita orang-orang marah. Seorang lelaki (MBAH
DUKUN DARMO GANDUL) Berlari dikejar ORANG-
ORANG BERTOPENG. Dipojok langit lelaki tersebut
tertangkap dan dipukuli beramai-ramai oleh orang-orang
bertopeng, sambil terbahak-bahak seperti layaknya
sebuah pesta kemenangan.
Terdengar sebuah alunan suara berirama.
Orang-orang bertopeng berhenti memukul dan tertawa
sambil memandang lalu menanggalkan topengnya. mereka
berubah menjadi SANG HAKIM KETUA, JAKSA
PENUNTUT UMUM dan PEMBELA. Sedangkan mbah
dukun didudukkan oleh pembela di kursi terdakwa.

HAKIM
(Mengetuk-ngetukkan palu minta perhatian) Saudara-
saudara ... kalau biasanya yang anda lihat di TV atau anda
baca di koran adalah pengadilan sandiwara, artinya
pengadilan sungguhan yang kegedean unsur
sandiwaranya, maka pengadilan kita ini sebaliknyadigede-
gedein keadilannya, karena keadilan yang gede memang
cuma ada dalam sandiwara. Asyik, kan? Saya mulai, ya?
Nah, atas nama keadilan yang kelihatannya tidak
mengenal kompromi, sogok dan berat sebelah, sidang
pengadilan "kasus jimat" saya nyatakan dibuka! (Ketuk
palu, hadirin tepuk tangan) Hei, tepuk tangannya yang
meriah dong (tepuk meriah) Terimakasih. Terimakasih.
Sekarang saya lanjutkan. Sidang pengadilan ini akan
dihadiri secara komplit oleh terdakwa, penggugat dan satu
rombongan saksi-saksi. Nah, bagaimana Saudara Pembela
dan Saudara Jaksa Penuntut Umum, apakah Saudara-
saudara sudah siap tempur?

41 Ilham Zoebazary
JAKSA dan PEMBELA
Sudaaahhhhh....!!

HAKIM
Bagus. Karena ini adalah persidangan yang amat
istimewa, diliput oleh mass-media internasional, maka
aspek fighting spirit alias semangat tempur harus
ditonjolkan. Antara Saudara Pembela dan Saudara
Penuntut harus pakai gontok-gontokan. Harus aktif dan
agresif, biar pengadilan kasus jimat ini berjalan dengan
hot. Ingat, masyarakat butuh hiburan dan sedikit
ketegangan. Remember? Nah, untuk menyingkat waktu,
karena saya juga banyak obyekan di luar, persidangan
segera dilaksanakan. Saya panggil saudari
penggugatSaudari Menik.

MENIK muncul, tiba-tiba SEORANG WARTAWAN


nyelonong dan memotreti Menik. Hakim marah mengetuk-
ngetukkan palu. wartawan ganti membidik hakim, hakim
pasang aksi, wartawan exit.

HAKIM
Terimakasih, Mas Wartawan! Berikutnya saya panggil
rombongan saksi-saksiBapak Roki! Bapak Badrun! Bapak
Koming! Saudara Klowor! Nona Sri! Dan ... Nyonya
Romlah ...!

Ketika dipanggil, masing-masing menyahut dari dalam.

HAKIM
Dan saya perkenalkan bintang kita dalam persidangan
iniMbah Dukun Darmo Gandul....!

Mbah Dukun berdiri memberi hormat, dengan yakin.

42 Ilham Zoebazary
HAKIM
Baiklah, kesempatan pertama saya persilahkan Saudara
Jaksa Penuntut Umum untuk meng-over-handle!

JAKSA
Terimakasih, YM. Sebagaimana tercantum dalam lemba-
ran pemeriksaan awal, Mbah Dukun Darmo Gandul telah
mengakui segala perbuataanya, bahwa dia telah
melakukan suatu tindakan asusila terhadap Saudari Menik
... Asusila artinyatidak punya susila, atau bisa juga "asu
yang bersila" ... maka ...

PEMBELA
(Memotong) Itu tidak betul, YM. Tuduhan itu fitnah!
Mbah Dukun tidak pernah melakukan tindakan asusila!

JAKSA
Tapi dalam lembaran pemeriksaaan awal ia sudah
mengakui segala perbuatannya!

PEMBELA
Itu karena dia dipaksa untuk mengaku!

JAKSA
Bohong! Tidak ada pemaksaan!

PEMBELA
Ada! Pemaksaan dan penyiksaan!

HAKIM
(Gembira) Bagus! Serbu ... Serang ... Terjang ...!

43 Ilham Zoebazary
PEMBELA
YM, di negeri kita ini tidak ada undang-undang yang
memperbolehkan penyiksaan semena-mena terhadap
terdakwa. Tapi lihat, Yang Mulia ... klien saya ini ...
(Menunjukkan) dia dipukuli para petugas pemeriksa ... ini,
ini, dan ini ... memar-memar dan bengkak-bengkak! Kalau
hal seperti ini dibiarkan, mana yang namanya keadilan?
Mana?!

Hakim malah angkat bahu dan geleng kepala.

JAKSA
YM, soal pemeriksaan awal bukanlah urusan kita. Tugas
kita adalah mengadili orang yang dianggap bersalah. Lha,
Mbah Dukun ini jelas-jelas bersalah, bertindak asusila,
dengan bukti dan saksi yang amat sangat valid!

HAKIM
Oke, oke. Yang penting, Saudara-Saudara harus mentaati
aturan permainan. Sayalah yang berhak menjatuhkan
hukuman. Karena itu saya akan melakukan pemeriksaan
ulang. (Pada Mbah Dukun) Mbah Dukun Darmo Gandul,
betulkah Mbah telah menggitukan Saudari Menik, seorang
mahasiswi yang masih gadis, generasi muda calon penerus
bangsa ini? (Dukun melihat Pembela, Pembela
menggeleng, Dukun ikut menggeleng) Jadi Mbah tidak
menggitukan Saudari Menik dan menolak tuduhan itu?
(Dukun menoleh, Pembela mengangguk, Dukun ikut
mengangguk)

JAKSA
(Gemas) YM, dia itu ...

44 Ilham Zoebazary
HAKIM
(Memotong) Diaaaam...! (Pada Menik) Saudari Menik,
apa Saudari tetap pada tuduhan semula, bahwa Mbah
Dukun yang menggitukan Saudari? (Menik melihat Jaksa.
Jaksa menggeleng, Menik ikut menggeleng)

PEMBELA
(Gemas) YM, dia itu...

HAKIM
(Memotong) Diaaaam ...! (Pada Jaksa) Saudara Jaksa,
sekarang suruh para saksi memberikan kesaksian.

JAKSA
Terima kasih, YM. Saudara-Saudara saksi ... benarkah
Saudara-Saudara pernah berhubungan intim dengan Mbah
Dukun Darmo Gandul? Eh ... maksud saya berhubungan ...
tanpa intim? (Para saksi mengiyakan) Tidak ada keraguan
lagi? (Para saksi berkata tidak) Nah, sudah jelas, YM.
Seluruh saksi memperkuat dakwaan.

HAKIM
Oke. Saudara Pembela, silahkan ganti unjuk gigi.

PEMBELA
(Meringis, unjuk gigi) Terima kasih, YM. (Pada Dukun)
Mbah Dukun, Mbah tidak pernah menggitukan Saudara
Menik, kan? Mbah Dukun tidak pernah berhubungan
dengan para saksi itu, kan? Iya, kan? Iya, kan? (Memaksa
Dukun menggeleng-geleng) Nah, YM, klien saya ini tetap
tidak bisa didakwa. Saya mohon dia dibebaskan dari
segenap dakwaan.

45 Ilham Zoebazary
HAKIM
Sebentar. Saya akan mewawancarai para saksi dulu. (Pada
para saksi) Siapa di antara Saudara-Saudara yang
meninggalkan tempat kejadian peristiwa paling akhir?
(Klowor mengacungkan tangan dan mau mendekat) Eit,
Saudara bicara dari situ saja!

JAKSA
Maaf, YM. Dia adalah Saudara Klowor. Dia saksi bisu.

KLOWOR
Bha ... Bha ... Bha ... (Hakim mendekat. Komunikasi tanpa
suara. Ilustrasi. Dilanjutkan komunikasi dengan saksi-
saksi lain. Selesai)

HAKIM
Mbah Dukun, ternyata keterangan para saksi makin
memberatkan Saudara. Bagaimana, apakah Mbah tetap
menyangkal?

PEMBELA
YM, Saya keberatan. Bagaimana klien saya ini harus
mengaku, kalau kenyataannya dia tidak berbuat apa-apa?
(Pada Dukun) Benar kan Mbah, Mbah tidak berbuat
asusila, kan? Ya, kan? Ya, kan? (Kaget) Oh ... maaf, YM,
klien saya celananya basah ...

HAKIM
(Emosional) Saudara terdakwa! Saudara ngompol di
pengadilan. Itu berarti Contempt of Court. Penghinaan
besar-besaran terhadap lembaga peradilan! Penghinaan ...!
(Kumat jantungnya. Pembela menolong menenangkan)

46 Ilham Zoebazary
PEMBELA
Tenang, YM ... Tenang ...

HAKIM
(Setelah tenang kembali) Oh, baiklah ... kalau demikian
sidang kasus jimat ini saya nyatakan ditunda. Kita akan
mengadakan rekronstruksi.

JAKSA
Saya tidak perlu rekronstruksi, YM. Keterangan para saksi
sudah lebih dari cukup.

HAKIM
Saudara Jaksa jangan ngeyel, lho. Kalau hakim bilang
rekronstruksi, ya rekonstruksi. Ngerti? Bukti-bukti otentik
kadang-kadang diperlukan bagi tegaknya keadilan! Maka
dengan demikian persidangan saya nyatakan ditunda
(Pukul palu).

Hakim, Jaksa dan Pembela mengenakan topeng lagi,


menggelar tabir. Dukun merayu menik dan mengajaknya
masuk ke balik tabnir. Mula-mula menik menolak, tapi
akhirnya setuju. Tabir bergetar. Beberapa saat kemudian
Menik menjerit-jerit dan muncul dari balik tabir. Gaduh.
Hakim, Jaksa dan Pembela melepas topeng. Kembali
kesuasana persidangan.

HAKIM
Nah, pelaksanaan rekonstruksi telah kita saksikan
bersama. Sekarang Saudara Jaksa saya persilahkan bicara.

JAKSA
Terima kasih, YM. Dari pelaksanaan rekonstruksi dapat
saya simpulkan bahwa kesalahan Mbah Dukun jauh lebih

47 Ilham Zoebazary
berat dari pada yang tertulis di lembar pemeriksaan awal.
Karena itu tuntutan saya semula, yakni agar Mbah Dukun
dihukum 20 tahun, saya naikkan jadi 40 tahun penjara.

HAKIM
Bagaiman, Saudara Pembela?

PEMBELA
Justru menurut saya, klien saya ini tidak bersalah apa-apa.
Saudara Menik hanya mencemarkan nama baik klien, saya
karena itu saya minta Mbah Dukun dibebaskan dari
segenap tuduhan, serta diberi uang ganti rugi.

JAKSA
Tidak bisa! Saudara Pembela, Anda jangan memanipulisir
fakta! Klien anda jelas bersalah!

PEMBELA
Saudara ini jaksa goblok! Mendramatisir keadaan!

JAKSA
Saudara yang goblok! Pembela yang ngawur!

PEMBELA
Saudara yang goblok!

JAKSA
Saudara yang goblok!

HAKIM
(Senang) Teruss ... sikat... ciat... hiaa ... (Sadar) Eh, maaf.
Saya benar-benar menghargai setinggi-tingginya semangat
Saudara-Saudara. Sekarang giliran saya untuk unjuk gigi.

48 Ilham Zoebazary
(Pada Menik) Saudara Menik, benarkah kandungan
Saudari sudah ada isinya?

MENIK
(Malu) Sudah, YM.

HAKIM
Mbah dukun Darmo Gandul yang men-supplay-nya?

MENIK
Benar, YM.

JAKSA
Nah ... itu dia, YM!

HAKIM
Diaaam...! (Pada Menik lagi) Saudari kan seorang
mahasiswi, seorang gadis yang terpelajar. Kenapa pergi ke
dukun?

MENIK
Saya ingin mendapat jimat agar lulus ujian.

HAKIM
O ... begitu. Saudari Menik, bagi seorang mahasiswi
seperti Saudari ini, jimat yang paling ampuh adalah buku,
serta keyakinan para diri sendiri. Sebenarnya hanya itu.
Tapi akan jadi lebih yahud lagi kalau ditambah dengan
bersikap sedikit genit terhadap bapak-bapak dosen dan
sedikit memberi peluang untuk dilecehkan secara seksual
... Coba sekarang, jimat apa yang telah anda peroleh dari
Mbah Dukun?

49 Ilham Zoebazary
MENIK
Saya tidak mendapat jimat, YM. Tapi mendapat ini ...
(Menuding perutnya)

HAKIM
(Pada Mbah Dukun) Mbah Dukun, benarkah Mbah yang
men-supplay jimat pada kandungan Menik?

DUKUN
Tidak, YM. Sumpah, tidak! (Menangis) Saya tidak berbuat
apa-apa ... saya hanya melakukan diagnosa.

PEMBELA
Nah ... itu dia, YM!

HAKIM
Diaam..! (Pada Dukun) Jadi Mbah tetap menolak,
meskipun sudah diadakan rekonstruksi serta saksi-saksi
yang valid?

DUKUN
Tentu saja saya menolak, YM. Saya hanya melakukan
diagnosa. Apakah seorang dukun tidak boleh melakukan
diagnosa? Apakah diagnosa itu hanya monopoli para
dokter? Apakah begitu, YM?

HAKIM
(Bimbang) Ya tentu saja tidak ...

DUKUN
Nah, kalau demikian mengapa saya dituduh bertindak
asusila, hanya karena melakukan diagnosa? Mengapa,
YM? (Menggebrak meja. Hakim mengkeret)

50 Ilham Zoebazary
MENIK
(Bangkit dengan geram) YM, mengapa YM jadi begini?
Saya sudah menderita lahir batin, baik oleh perbuatan
dukun cabul itu, oleh publikasi koran yang semena-mena,
maupun oleh jalannya pengadilan yang bertele-tele!
Penderitaan saya semakin berlipat-lipat, dan YM tidak
juga berbuat apa-apa untuk saya, untuk tegaknya keadilan.
YM tidak peduli pada penderitaan saya, karena saya cuma
perempuan yang konon katanya tidak berdaya ... mengapa
demikian, YM? Coba jawab. Mengapa? Apakah karena
saya tidak pakai suap, apa begitu?

HAKIM
(Bimbang) Bisa jadi. Eh ... ya tentu saja tidak.

MENIK
Nah, kalau demikian mengapa YM tidak segera mengam-
bil keputusan yang jelas? (Semua melongo. Hakim
mengkeret. Menik merebut palu dan memukul-mukul
meja) Jelas ini cuma dagelan! Hakim, Jaksa, Pembela,
semuanya hanya badut-badut! Hanya membanyol!

HAKIM
Tenang, Saudari Menik. Maksud saya ...

MENIK
(Memotong) Apa maksudmu? Main ping-pong? Pukul ke
sana pukul ke mari, agar mental saya jatuh dan saya
pasrah pada segala keputusan pengadilan? Begitu
maksudmu?

PEMBELA
AJangan begitu, Saudari Menik. Ini masih proses ...

51 Ilham Zoebazary
MENIK
(Memotong) Proses! Proses! Proses permainan akrobat,
begitu? Tidak ada yang berbuat apa-apa di sini kecuali
main akrobat! Dan saya yang menjadi pelengkap
penderita!

JAKSA
Saudari Menik, Mbah Dukun akan saya tuntut hukuman
yang berat, agar supaya ...

MENIK
(Memotong) Supaya apa? Supaya gombal semuanya?
Hakim, Jaksa, Pembela, semuanya gombal tak ada habis-
habisnya! (Pada Dukun) Dan kaulah biang keladi semua
banyolan yang tidak lucu ini! Kamu harus dihukum
gantung! (Menyerahkan palu pada Hakim) Ayo, kalau
YM memang tidak sedang main akrobat, vonis dukun
cabul itu dengan hukum gantung! Ayo!

HAKIM
(Kebingungan) Baik ... baik ...

DUKUN YM, Saya tidak mau dihukum gantung. Saya


tidak bersalah ... saya cuma melakukan diagnosa!

MENIK
(Mendorong-dorong Dukun) Kurang ajar! Dasar dukun
palsu ... perusak kehormatan orang.

PEMBELA
(Bermaksud membela Dukun) Hei, Saudari Menik, jangan
sembarangan bertindak pada klien saya!

52 Ilham Zoebazary
JAKSA
(Menghalangi Pembela) Saudara jangan ngotot membela
dan melindungi orang yang benar-benar bersalah ...

Maka terjadilah kekacauan. Menik mendorong-dorong


Dukun ke arah kiri, sedang Jaksa mendorong-dorong
Pembela ke arah kanan. Semua mengeluarkan
argumentasinya. Hakim hanya kebingungan tanpa bisa
mencegah apa yang sedang terjadi. Muncul Wartawan
mengabadikan keributan itu. Setelah semua exitWartawan
memotret Hakim yang pasang aksi.

HAKIM
(Pada orang-orang yang bertengkar) Saudara-saudara ...
persidangan belum selesai ... oh, bagaimana kok bisa jadi
begini? Pak Polisi, tolong ... Mas Wartawan, tolong ...
(Dipotret, pasang aksi) Pak Polisi, tolong ... tolong ...

Hakim lari, wartawan mengikuti di belakangnya. Slow


motion.

Selesai

53 Ilham Zoebazary
SEMANGGI SUROBOYO

Para Pelaku

Toyib
Sakam
Pak Guno
Bu Guno
Sinyo

54 Ilham Zoebazary
Ruang tamu rumah keluarga Gunoseco, kelas menengah
atas. Sakam dan Toyib muncul, celingukan dan kagum
pada isi ruangan.

TOYIB
Wah ... wah ... sudah jadi orang kaya rupanya dia, ya?
Hebat ... sejak dulu bakat bisnisnya memang menonjol.

SAKAM
Jangan-jangan kita salah alamat.

TOYIB
Ndak mungkin, feeling saya mengatakan bahwa memang
inilah rumahnya. Kamu ingat masa-masa berjuang dulu,
feeling saya ndak pernah meleset. Ya, kan? Kalau feeling
saya bilang Belanda mau menyerang, kenyataannya
Belanda segera menyerang.

SAKAM
Selalu tepat apanya, dulu pernah kamu bilang"Saya ada
feeling desa ini mau dijatuhi bom oleh musuh," tapi
ternyata tidak to?

TOYIB
Tapi besoknya kamu kan kejatuhan genting, ya to?

SAKAM
Itu sih bukan karena feelingmu. Malam harinya aku sudah
mimpi ..... kejatuhan gelungan.

TOYIB
(Mencoba empuknya sofa) Whik ... empuknya! Feeling
saya mengatakan, kursi ini pasti memakai per di
dalamnya.

55 Ilham Zoebazary
SAKAM
Jangan Ndesit begitu to. Ada kursi empuk saja nggumun.
Kan memalukan kalau sampai ada orang yang tahu ....
(Ikut duduk) ... sama kursi empuk saja herannya ndak
ketulungan ... Wah, empuknya memang lain ya? Ini pasti
karet busa dicampur per ... hi ... hi ... hi ... empuk banget!

TOYIB
Wo, kamu malah lebih ndesit dari saya.

Muncul Sinyo, pembantu Pak Guno, dengan mengendap-


endap mendekati keduanya, lalu dari belakang meno-
dongkan tangannya.

SINYO
Angkat tangan! Jangan bergerak!

SAKAM
Waduh, kita ditodong! Bagaimana ini?

TOYIB
Tenang ... dulu kita sering ditodong musuh pakai meriam.
Ini paling pistol. Tenang saja ...
SINYO
Diam! Kalau banyak omong saya tembak beneran! Sudah
tiga hari ini saya tidak nembak cewek ... eh, nembak
orang. Badan saya jadi pegal semua kalau tidak nembak.

TOYIB
Waduh ... (Gemetar) ... rupanya ini sungguh-sungguh, kita
mau ditembak. Oh ... nasib ...

56 Ilham Zoebazary
SINYO
Ayo pelan-pelan berputar menghadap kemari ... awas,
tangan tetap diatas ... ciluk bha ...

TOYIB
Oalah, tiwas jantungku hampir mrotoli. Jangan keterlaluan
begitu tho kalau guyon.

SINYO
Sekedar salam perjumpaan, he ... he ... he ....

SAKAM
Permisi ya, kami mencari rumah Pak Gunoseco. Apakah
benar ini rumahnya?

SINYO
Apa? Rumah ini bangunan kuno? Wah ... jangan ngenyek,
Pak. Ini bangunan model baru.

SAKAM
Wo, rodok budeg arek iki. (Keras) Apa benar ini rumah
pak Gunoseco?

SINYO
O, rumah Gunoseco, to. Kalau bukan?

SAKAM
Nah, kita salah alamat, kan? Mana feelingmu yang tidak
pernah meleset itu?

TOYIB
Sebentar to, ditanya dulu baik-baik. Teknik interogasi
harus diterapkan.

57 Ilham Zoebazary
SAKAM
O, ya .. ya. Teknik interogasi ... dipukuli sampai mau
mengaku.

TOYIB
Hus, bukan itu. (Pada Sinyo) Jadi rumah ini bukan rumah
Pak Gunoseco?

SINYO
Kalau iya?

TOYIB
Edan tenan arek iki ... Kalau memang ini rumah Pak
Guno, apakah beliau ada? Apakah kami boleh bertemu?

SINYO
Wo... tidak semudah itu. Harus melalui prosedur. Sebelum
bertemu dengan beliau, tamu harus diinterview dulu.
Maaf, ini demi security. Bapak-bapak jangan tersinggung,
saya hanya menjalankan tugas. Nah, nama Bapak?

TOYIB & SAKAM


(Bersamaan) Toyib/Sakam ....

SINYO
Giliran dong. Kalau bareng begitu saya kan ndak jelas.
Ayo, siapa yang duluan?

Sakam dan Toyib sut.

TOYIB
Nah... saya menang! Nama saya Toyib.

58 Ilham Zoebazary
SAKAM
Saya Sakam.

SINYO
Alamat?

TOYIB & SAKAM


(Bareng lagi) Jl. Sumatra 21/Jl. Arjuno 64.

Sut lagi, lalu satu per satu.

SINYO
Keperluan? (Mengacungkan tinju) Hayo barengo lagi!

SAKAM
Sudahlah, jangan bertele-tele. Pokoknya sampaikan saja
pada bosmu, ada dua orang kawan lama yang ingin
bertemu. Bilang penting, tidak bisa ditunda.

SINYO
Sekali lagi maaf, Pak. Ndak bisa semudah itu. Bapak-
bapak harus menyadari bahwa saya ini berada dalam suatu
struktur birokrasi rumah tangga. Jadi segala sesuatu harus
jelas apa tujuannya. Kalau saya tidak melaksanakan tugas
dengan baik, PHK!

SAKAM
Sebentar. Sebenarnya Sampeyan ini apanya Pak Guno?

SINYO
Saya Aspri. Asisten Pribadi.

TOYIB
O, pembantu.

59 Ilham Zoebazary
SINYO
Bukan, asisten. Dibilang asisten kok ngeyel.

TOYIB
Lha iya, asisten itu bahasa Jawa. Bahasa
Inggrisnyapembantu.

SINYO
Wo, lain dong. Kalau penbantu, diperintah. Kalau asisten
... menerima perintah .... Wah iya, podo tibake. Tunggu
sebentar, ya?

Sinyo exit. Bu Guno datang dari bepergian.

BU GUNO
Wah, ada tamu rupanya.

SAKAM
Aha ... ini pasti Bu Guno. Masih ingat kami?

BU GUNO
Tentu saja. Bapak-bapak ini tukang tambal ban yang
kemaren nambal ban mobil saya yang bocor itu to? Lha
sekarang datang kemari apakah ongkos yang saya berikan
kemarin kurang?

SAKAM
Bukan, Bu. Kami ini ... wah, masak Bu Guno lupa pada
dua pemuda kampung yang kalau sore suka ngidung ...
(Menyanyi dengan Toyib)
Semanggi Suroboyo
Lontong Balap Wonokromo .....

60 Ilham Zoebazary
BU GUNO
O iya ... saya ingat. Jadi sampai sekarang sampeyan masih
tetap ngamen, ya?

SAKAM
Wo... ngamen! Kami ini teman lama Pak Guno dan Bu
Guno. Saya Sakam, ini Kang Toyib.

BU GUNO
Ya Tuhan ... jadi ini Kang Sakam dan Kang Toyib?
Waduh, saya pangling. Maaf lho ya, soalnya kan kita
sudah puluhan tahun tidak ketemu ... 30 tahun kira-kira
ya? Bagaimana kabarnya? Apakah Mbakyu Sakam dan
Mbakyu Toyib sehat-sehat saja? Berapa orang putranya?
Tinggal dimana sekarang ... dst.

Bu Guno bicara nerocos sehinghga Sakam dan Toyib


gelagepan, saling berpandangan sambil mringis.

BU GUNO
Lho, memangnya kenapa Kang Toyib, Kang Sakam?

SAKAM
Ah, ndak apa-apa. Berkat doa restu Bu Guno, kami semua
senantiasa sehat wal afiat. Sebaliknya bagaimana kabar Bu
guno dan Pak Guno sekeluarga?

BU GUNO
Sebenarnya kami ya tidak kurang suatu apa. Tapi,
bapaknya anak-anak sekarang jadi aneh. Masak pada
setiap orang dia bilang bekas pejuang, padahal dulu kan
tidak mau ikut berjuang. Ada pertempuran malah ngungsi.
Gitu sekarang ngakunya pernah ikut berbagai pertempuran

61 Ilham Zoebazary
... berpuluh-puluh musuh dia sikat ... Lha saya kan malu
to, Kang.

SAKAM
Mungkin saja hal itu disebabkan oleh rasa menyesal,
kenapa dulu tidak ikut berjuang seperti kawan-kawan yang
lain.

TOYIB
Atau mungkin dia terlalu banyak nonton film perang.

SAKAM
Hus, bukan. Hal semacam itu disebut obsesi ... ingin
melakukan sesuatu, tapi tidak bisa atau tidak berani
melakukannya.

BU GUNO
Kalau begitu mbok saya ini ditolong, bagaimana caranya
agar bapaknya anak-anak tidak bersikap seperti itu lagi.

SAKAM
Gampang. Bagaimana kalau kita ....

Sakam membisiki Bu Guno dan Toyib. Keduanya setuju.


Sinyo muncul.

SINYO
Maaf, apakah Bapak harus dipanggil sekarang?

TOYIB
Woo ... anu, sebaiknya dipanggil tahun depan saja, biar
kami jadi fosil dulu.

62 Ilham Zoebazary
SINYO
Orang struktural seperti saya ini harus berpegang pada
kejelasan. Sebenarnya tadi Bapak sudah hampir saya
panggil. Tapi saya ragu dan bimbang, apakah benar harus
saya panggil sekarang, ataukah sesudah sekarang?

BU GUNO
Nyo, kalau kamu cengengesan pada tamu, tak pecat lho
kamu nanti.

SINYO
Jangan dong, Bu ... kalau saya dipecat, anak dan istri saya
makan apa.

BU GUNO
Makanya panggil Bapak sekarang, mumpung belum saya
pecat kamu.

SINYO
Baik, Bu. (Nggrundel) Memang repot jadi orang struk-
tural. Berinisiatif ndak boleh, tidak berisiatif dibilang tidak
loyal ...

BU GUNO
Sinyo, pecaaatt ... !!

SINYO
(Sambil melompat pergi) Bapaaaakk ... ada tamuuu!

BU GUNO
Kalau ndak pakai ancaman begitu dia akan cengengesan
terus. Maklum, dia dulu memang punya cita-cita jadi
pejabat, tapi gagal.
Tunggu dulu ya, Kang, saya bikin minum dulu.

63 Ilham Zoebazary
Bu Guno exit, Pak Guno muncul dengan gaya penuh
wibawa dan percaya diri.

SAKAM & TOYIB


(Berdiri) Selamat pagi, Pak Guno.

PAK GUNO
Selamat pagi anak-anak ... hus, guyon. Mari silahkan
duduk.

Sakam & Toyib duduk dengan keras.

PAK GUNO
Waduuhh ... jangan keras-keras begitu, ini sofa made in
luar negri dengan busa dan per spesial, harganya sangat
mahal. Jadi kalau duduk harus terkontrol seperti ini ...
(Duduk pelan sekali)

TOYIB
O, jadi kalu duduk di sofa mahal harus terkontrol, tidak
boleh keras-keras begini? (Mengulangi duduk keras. Pada
Sakam) Kang, duduknya harus terkontrol, ndak boleh
keras seperti ini ... (Duduk keras lagi)

SAKAM
Iya dong, duduk di kursi mahal harus pelan. Ndak boleh
keras-keras begini ... (Duduk keras)

PAK GUNO
Hansip ... tolong ....!!

TOYIB
Maaf, Pak. Ini tadi cuma percobaan.

64 Ilham Zoebazary
PAK GUNO
Enak saja percobaan! Ada perlu apa saudara-saudara
datang kemari? Mau minta sumbangan? Minta sedekah?
Terus terang sajalah ... Orang kalau penampilannya tidak
menyakinkan, paling-paling minta sumbangan.

TOYIB
Kami tidak minta sumbangan, Pak. Kami adalah wartawan
yang mau mewawancarai Bapak.

PAK GUNO
(Berubah manis) O, wartawan to ... he ... he ... sudah saya
duga sejak tadi, pasti bapak-bapak ini wartawan. Memang
banyak kok wartawan yang suka berpenampilan sederhana
seperti bapak berdua. sederhana tapi bersahaja ... he ... he
... Jadi bapak-bapak ini benar-benar wartawan?

TOYIB
Benar. Dari majalah mingguan 'GOSIP'.

PAK GUNO
Waduh, kenapa bapak-bapak wartawan tidak disambut
dengan layak? Mestinya kan ada penghormatan ... (Sambil
mengeluarkan dompet) Sinyo ....!!

SAKAM & TOYIB


Jangan repot-repot ... kami sudah sarapan.

PAK GUNO
O, tidak. Ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai tuan
rumah. Jangan khawatir, saya tidak merasa direpoti kok.

65 Ilham Zoebazary
SINYO
(Muncul) Boss memanggil saya?

PAK GUNO
Ini uang dua ratus ribu. Segera belikan ....

SAKAM
Gigi saya banyak yang sudah copot, jadi saya hanya
makan yang lunak-lunak saja ....

TOYIB
Saya ndak boleh makan yang manis-manis ... sudah dua
tahun ini kena kencing manis ...

PAK GUNO
Jangan khawatir ... (Pada Sinyo) Nyo, belikan semen dan
batu bata, lalu panggil tukang untuk nggarap kamar mandi
belakang, ya?

SAKAM & TOYIB


Ealah ......

PAK GUNO
Bapak-bapak jangan khawatir. Pasti ada suguhan. Apa
tadi? Yang lunak-lunak ... dan tidak manis? Nyo, ini lima
ratus rupiah, belikan krupuk.

SAKAM & TOYIB


Ealah ......

Sinyo exit.

66 Ilham Zoebazary
SAKAM
Boleh saya memotret Bapak? (Menggunakan alat
seadanya sebagai kamera)

PAK GUNO
O, silakan. Eh .... kameranya kok aneh begitu?

SAKAM
Ini justru kamera model mutakhir, Pak. Yak, silakan
akting ... dua lutut ditekuk, dua tangan diangkat ...
meringis ... Yak, jalan!

PAK GUNO
Lho, lak malih koyok komedi ketek.

SAKAM
Mencari pose terbaik, Pak.

TOYIB
Boleh saya mulai mewawancarai Bapak?

PAK GUNO
Tentu. Tapi wawancaranya apa cukup disini? Apa tidak
lebih baik di restoran kelas satu, sambil menikmati
santapan terlezat serta alunan musik syahdu?

TOYIB
Nah, itu lebih asyik, Pak.

PAK GUNO
Oke, wawancara di restoran kelas satu. (Berdiri, Sakam
dan Toyib ikut berdiri) Tapi yang mbayari siapa?

67 Ilham Zoebazary
SAKAM & TOYIB
Ealah ..... (Duduk kembali)

PAK GUNO
Sebaiknya di sini saja. Buat apa kita menghambur-
hamburkan uang untuk hura-hura ... kan lebih baik kita
sumbangkan pada yang tidak mampu.

TOYIB
Hebat ... Bapak benar-benar berhati mulia.

PAK GUNO
Jelas. Saya dulu kan pejuang.

TOYIB
Dan sekarang, sebagai bekas pejuang ....

PAK GUNO
Wah, jangan pakai istilah "bekas" dong ... kesannya kok
kurang menghargai ... seperti koran bekas, baju bekas ...
ya, to? Sebaiknya pakai istilah "mantan". Mantan pejuang
... kan manis, to?

TOYIB
Baiklah. Sebagai mantan pejuang, apakah Bapak masih
memegang teguh kedisiplinan?

PAK GUNO
O, jelas. Dalam situasi apapun, disiplin harus ditegakkan.
Lha, disiplin itu bisa dibina melalui banyak hal, misalnya
baris-berbaris .....

SAKAM
Bapak bisa baris-berbaris?

68 Ilham Zoebazary
PAK GUNO
Jelas dong ... mantan pejuang! Silakan dites kalau kurang
percaya.

SAKAM
Oke, sambil saya potret. Siap ... grak. Lencang kiri ... grak.
Lencang kanan ... grak, balik kanan ... grak, balik kanan ...
grak ... dst.

PAK GUNO
Bapak belum pernah dikampleng orang sampai balik
kanan, ya?

SAKAM
Mencari pose terbaik, Pak.

TOYIB
Saya lanjutkan ya, Pak. Apakah Bapak ini asli kelahiran
daerah ini?

PAK GUNO
O, tidak. Saya ini berdarah campuran. Bapak berdarah
Sumatra, Ibu berdarah Jawa.

TOYIB
Wah, sama. Saya juga berdarah campuran. Bapak berdarah
muda, ibu berdarah dingin, he...he...he... Oh ya, dalam
menyerbu musuh tentunya Bapak menggunakan senjata.
Apa senjata Bapak?

PAK GUNO
Tang.

69 Ilham Zoebazary
TOYIB
Tank? Wah, hebat! Jadi bapak menembaki musuh dengan
naik tank?

PAK GUNO
Bukan. Maksud saya "Tang" ... saudaranya obeng, palu.
Itu perlu juga lho untuk medhoti kawat berduri.

TOYIB
O, pagar berduri yang mengelilingi markas musuh?

PAK GUNO
Anu, rumahnya Markasan. Waktu saya mau nyuri mangga,
pagar kawatnya saya putus pakai tang.

TOYIB
Tapi Bapak benar-benar berjuang, kan? Bapak tidak lari
sembunyi mencari selamat sendiri, kan? soalnya saya
dengar ada pemuda namanya Guno, tapi kalau ada
pertempuran malah ngumpet.

PAK GUNO
Wo, itu kan Guno wetan kali ... saya Guno kulon kali,
tengah-tengah gak nok uwote ... wetan gati kulon gati,
barang tak timbang podo gembrote .....

SAKAM
Ngomong-ngomong, pangkat Bapak dulu apa?

PAK GUNO
Ndak mesti. Kadang mayor, kadang kopral ....

SAKAM
Lho, pangkat kok kadang-kadang?

70 Ilham Zoebazary
PAK GUNO
Soalnya situasinya kan berubah-ubah terus. Pertama saya
diangkat jadi mayor, lalu dinaikan jadi kolonel. Lha,
karena prestasi tempur saya bagus, saya dinaikkan lagi
jadi kopral!

SAKAM
Wo, naik terus ya? Habis jadi kolonel, naik jadi kopral?
He .. he ... he ... bagus.

PAK GUNO
Bagus memang. Musuh berapa pun saya sikat. Kadang
lewat darat, kadang njedul dari laut ... malah pernah lewat
udara. Yang ini saya terjun payung ... clorooot ... eh,
celakanya payung terjun saya macet, sama sekali ndak
mau mengembang. Untungnya saya kok bawa payung
hujan. Ya selamat.

TOYIB
Pernah tertangkap musuh, Pak?

PAK GUNO
Pernah. Wah, pokoknya masa perjuangan saya dulu
banyak duka nestapanya. Saya pernah dikampleng Belan-
da ... pernah disaduki Jepang ... iya, benar itu. Pernah
sampeyan dikampleng Belanda dan disaduki Jepang?
Belum to? Saya pernah he .. he ...

TOYIB
He ... he ... dikampleng musuh kok malah bangga.

PAK GUNO
Eh, ngomong-ngomong, kapan potret dan wawancara saya
ini dimuat?

71 Ilham Zoebazary
TOYIB
Kalau terbit ya dimuat, Pak. Soalnya majalah kami adalah
majalah berkala. Kala-kala terbit kala-kala enggak.

PAK GUNO
(Curiga) Wah ... ini aneh. Jangan-jangan ... (Teriak) Sinyo
....!! (Sinyo muncul dari depan) Coba kamu cek, apakah
ada majalah yang namanya majalah GOSIP. Cepat!

SINYO
O, ada Pak. Butuh berapa? Satu peleton?

PAK GUNO
Lho kok satu peleton?

SINYO
Di RW kita ini hansipnya cuma satu peleton, Pak.

PAK GUNO
Majalah GOSIP, Nyo. Bukan hansip!

SINYO
Jangan teriak-teriak begitu dong, Pak. Sama pembantu kok
teriak-teriak, ndak sopan. Pelan sedikit kenapa sih?

PAK GUNO
(Pelan) Coba dicek, apa ada majalah GOSIP?!

SINYO
Lha, begitu malah kedengaran .... Okey Bos!

Sinyo exit, Bu Guno muncul membawa minuman.

72 Ilham Zoebazary
BU GUNO
Mari, silahkan diminum kopinya. Saya sendiri kok yang
membuat.

TOYIB
Bu Guno sejak dulu kalau membuat kopi memang selalu
istimewa. Rasanya lain dari yang lain. Makanya saya dulu
sering mampir ...

PAK GUNO
Lho kok sudah kenal istri saya?

SAKAM
Wah ... kamu diajak sandiwara malah cerita soal mampir
segala ...

BU GUNO
Pak, sebenarnya bapak-bapak ini bukan wartawan. Itu tadi
cuma pura-pura. Masak sih sampeyan lupa sama kawan
lama, teman sepermainan?

PAK GUNO
Ah, teman lama? Siapa ya, saya kok tidak ingat?

SAKAM & TOYIB


(Menyanyi)
semanggi Suroboyo
lontong balap Wonokromo
dijual serta didukung
masuk kampung keluar kampung
mari, Bung, beli ..... dst.

73 Ilham Zoebazary
PAK GUNO
(Menangis sesenggukan) Kang Toyib ... Kang Sakam ...
Saya tidak merngira kita akan bertemu lagi ... Saya
menyesal ... menyesal ...

SAKAM
Sudahlah ... ndak usah menyesali masa lampau. Percuma
saja disesali, biarkan saja menjadi kenangan bagi hari tua,
walaupun itu kenangan pahit.

PAK GUNO
Bagaimana saya tidak dihantui rasa penyesalan. Pada saat
Kang Toyib, Kang Sakam, serta kawan-kawan kita lainnya
berangkat ke medan juang, mempertahankan jiwa dan raga
demi kehormatan bangsa, saya malah melarikan diri ...
Bayangkan, Gunoseco lari ngumpet seperti tikus dikejar
kucing!

BU GUNO
Pakne, apa yang dikatakan Kang Sakam tadi benar.
Lupakan saja masa lalu, petiklah hikmahnya.

PAK GUNO
Hikmah apanya. Lari bersembunyi itu masak ada hikmah-
nya?

SAKAM
Ada. Misalnya sampeyan benar-benar merasa menyesal,
lalu tidak lagi menutup-nutupi masa lalu dengan segala
macam kebohongan. Apalagi jika kebohongan itu
Sampean maksudkan untuk mencari keuntungan pribadi.
Biarlah dulu sampeyan tidak berjuang ... tapi sekarang kan
bisa?

74 Ilham Zoebazary
TOYIB
Sebaiknya Pak Guno merenung-renung dahulu, berpikir
dengan jernih.

Sinyo dengan langkah pasti, masuk.

SINYO
Lapor, Pak. Pesanan Bapak sudah dikirim kemari. Satu
truk penuh!

PAK GUNO
Satu truk penuh? Dikirim kemari? Lho, apa itu?

SINYO
Bagaimana to Bapak ini? Katanya tadi saya disuruh pesan
satu truk biskuit ...

PAK GUNO
Satu truk biskuit? Mati aku!!

Selesai

75 Ilham Zoebazary
GANDRUNG

Para Pelaku

Gimun
Samod
Sanemo
Panjikawuk
Jali
Lasmi
Ayu Jumilah

76 Ilham Zoebazary
Seorang gandrung sedang menari. Sesaat kemudian
datang MAS PANJI, ikut menari. Tarian diakhiri dengan
adegan seolah-olah Si Gandrung jatuh ke dalam pelukan
MAS PANJI.
***

WARUNG BU LASMI, SORE HARI. Gimun memasuki


warung itu. Lengang.

GIMUN
mBakyu ...? mBakyu Lasmi ...?

Tidak ada sahutan. GIMUN langsung mengambil ceret air


putih dan gelas, mau minum. BU LASMI muncul dari
luar, menepuk pundak GIMUN.

LASMI
Maling!

GIMUN, yang dasarnya memang latah, kaget, air di gelas


tumpah.

GIMUN
Maliing! Maliiing ...! Eh, mana malingnya?

LASMI
(Terpingkal-pingkal) Malingnya ya di dalam penjara sana,
Dik Gimun.

GIMUN
Oalah, mBakyu ... sukanya bikin kaget.

LASMI
Makanya jadi orang itu jangan suka latah.

77 Ilham Zoebazary
GIMUN
Dari sononya ya sudah begini ini. Untung tadi mBakyu
tidak bilangTelan gelas! Bisa-bisa saya klenger kleleken
gelas!

LASMI
Sudah, jangan sewot. Silahkan duduk sana, saya buatkan
kopi gratis.

GIMUN
Biyuh, tumben hari ini mBakyu kok baik hati?

LASMI
Apa biasanya saya ini jahat?

BIMUN
Bukan begitu. Maksud saya, kenapa kok tidak setiap hari
gratisan .. he .. he .. he ...

LASMI
Wo, enaknya! Kali ini hanya membagi rasa syukur, Dik
Gimun. Hari ini Jumilah kan genap 17 tahun, sudah boleh
dibilang sebagai gandrung sejati.

GIMUN
Wo iya, ya. Biyuh, ndak terasa si kembang dusun kini
telah mekar. Yah, saya turut gembira, mBakyu. Ternyata
mBakyu bukan saja telah berhasil menjadi seorang ibu,
tetapi sekaligus menjadi bapak. Hebat lho itu, mBakyu!

LASMI
Ssstt! Jangan keras-keras. Kalau Jumilah sampai men-
dengar, bisa gawat. Akhir-akhir ini dia sering bertanya-
tanya soal bapaknya lho, Dik.

78 Ilham Zoebazary
GIMUN
Dia kan sudah dewasa, mBakyu. Jawab saja dengan
jujurBapakmu bernama Regul, mungkin sekarang menjadi
duta besar di Irak.

LASMI
Hu ... kayak sudah tahu Irak saja.

GIMUN
Lho, saya ini kan masih keponakan Saddam Hussein,
mBakyu.

LASMI
Sudah, ngomong yang lain saja. Jangan menyinggung-
nyinggung lagi soal bapaknya Jumilah. Nanti malah jadi
ruwet.

SAMOD muncul mengendap-endap dari belakang


GIMUN.

GIMUN
Saya sebenarnya kasihan sekali pada mBakyu Lasmi.
Hanya karena seorang lelaki yang tidak bertanggung
jawab ...

SAMOD
(Mengageti) Merdeka, Bung!

GIMUN
(Berdiri Tegap) Merdeka juga!

SAMOD
Tek-ding ... tek-ding-ding ... tek-ding ... tek-ding-ding ...
dst.

79 Ilham Zoebazary
GIMUN menari-nari mengikuti irama.

LASMI
Sudah ... sudah! Dik Samod, kalau nggoda orang mbok ya
jangan keterlaluan.

SAMOD
Sekedar salam perjumpaan, mBakyu.

GIMUN
Kenapa aku tidak kau suruh minum racun saja, Moood?!

SAMOD
Jangan marah dong, Gimun sahabatku. Kita kan telah
berikrar sejak kecil untuk selalu menjadi sahabat seia-
sekata. Makanya kita harus ... tepuk setan!

SAMOD dan GIMUN bertepuk setan. (Puk ami-ami,


belalang kupu-kupu--siang makan nasi kalau malam
mimik cucuuu ...)

GIMUN
(Mancal-mancal seperti anak kecil) Tobat, Mod ... saya
tobat!

SAMOD
Tenang, Mun. Ayo duduk sini, aku punya berita besar.
(Pada LASMI) mBakyu, kopi susu dua! Jangan khawatir,
saya ndak ngutang. (Menepuk-nepuk saku) Nih, duwit nih!

LASMI
Kalian ini sudah gerang gaplok, mbok ya jangan
cengengesan terus seperti anak kecil. Terus itu duwit dari
mana, Dik Samod? Ngutil, ya?

80 Ilham Zoebazary
SAMOD
Wo, ngutil! Rejeki halal, mBakyu. Hasil berspekulasi di
bursa saham. Maklum pasaran telur sedang lesu, sehingga
saya banting stir. Ayam-ayam saya pada malas bertelur,
mBakyu, kena krismon.

LASMI
Edan. Ayam kok kena krismon.

SAMOD
Iya, mBakyu. Ayam bangkok sih makan dollar, tapi ayam
kampung kan makan rupiah? He ... he .. he .... Lha, segaja
hari ini saya bekerja ekstra keras, supaya nanti bisa njoget
dan minta gending.

LASMI
Ya begitu itu seharusnya kalau pingin senang, pingin
sejahtera, harus berusaha dulu mendapatkan sarananya.

GIMUN
Jer basuki mawa duwit.

LASMI
Bukan cuma duwit. Sarana itu banyak macamnya. Kejuju-
ran juga bisa. Kesetiaan juga bisa.

GIMUN
Jujur tok ...

SAMOD
Setia thok ...

GIMUN
Tanpa duwit ...

81 Ilham Zoebazary
SAMOD & GIMUN
Klenger!

LASMI
(Sambil menyuguhkan dua gelas kopi susu) Jangan terlalu
mata duwitan. Ingat kata pepatahberakit-rakit ke hulu /
berenang ke tepian / bersakit-sakit dahulu ...

SAMOD & GIMUN


Sekaratnya kemudian ... he .. he ..he ...

LASMI
Betul-betul wong edan.

GIMUN
(Pada SAMOD) Berita besar apa yang tadi mau kau
katakan?

SAMOD
Ya soal rejeki yang baru kuperoleh itu tadi. Sebagian
sudah saya masukkan celengan, lha yang sebagian lagi
kita gunakan buat njoget sampai klenger. Kamu mau ikut
njoget juga, to?

GIMUN
Kamu yang nraktir? Asyik ...!

SAMOD
Lebih asyik lagi kalau ditambah pil koplo. Nanti Edi
Kenop datang ke sini bawa pil koplo. Aku sudah ngasih
porsekot. Kamu mau saya kasih gratisan?

GIMUN
Emoh, Mod. Hidup cuma sekali kok mau dibikin susah.

82 Ilham Zoebazary
SAMOD
Dibikin susah bagaimana to? Pil koplo itu bangsanya
ecstacy, lagi ngetren dimana-mana. Mbok kamu jangan
ketinggalan jaman.

GIMUN
Emoh, Mod … aku emoh! Gak ngoplo gak pateken.
Dibilang ketinggalan jaman yo ben, sing penting slamet
ndonya-akhirat. (Pada Lasmi) Bener nggak, Mbakyu?

LASMI
Ya jelas, to. Ngoplo dan sebangsanya itu kan cuma
kerjaan orang yang nggak punya tujuan hidup, nggak
punya pegangan hidup.

SAMOD
(Menyela) Mana si Jumilah, kok dari tadi tidak kelihatan?

LASMI
(Tertawa) Wah, Sampeyan kok mengalihkan pembicaraan.
Si Jumilah masih di dalam, dandan. Maklum malam ini
kan saat yang bersejarah bagi dia. Tapi tolong ya Dik
Samod, Dik Gimun, bantu mBakyu menjaga Jumilah.
Bagaimanapun juga mBakyu ini hanyalah seorang
perempuan, sedang Jumilah sudah menjadi dewasa.
Sebagai gandrung yang mulai mekar, tentu akan banyak
godaan. mBakyu takut kisah lama akan terulang lagi.

GIMUN
Beres, mBakyu. Sejak dulu saya sudah menganggap
Jumilah sebagai anak sendiri.

83 Ilham Zoebazary
SAMOD
Ho-oh, mBakyu. Sejak Mas Panji minggat, meninggalkan
mBakyu yang sedang mengandung ...

LASMI
(Memotong) Sudah ah, nanti kedengaran Jumilah.

SAMOD
Lebih baik kita bergembira saja. Para penonton, Si Gimun
mau pergi ke pasar!

GIMUN menirukan gerak komedi monyet, SAMOD


mengiringi dengan musik mulut. Muncul Juragan
Sanemo. Lasmi mempersilahkan duduk.

LASMI
Maaf lho, Juragan, warung kami sudah reot, kurang pantas
untuk dimasuki orang kaya macam Juragan Sanemo.

SANEMO
Ah, tak usahlah mBakyu merendahkan diri seperti itu.
Juragan Sanemo bukanlah lelaki yang rewel. Justru saya
lebih krasan di sini, karena penuh taburan senyum manis
mBakyu Lasmi dan Jumilah. Daripada di rumah, mBakyu.
Istri satu, tapi kalau lagi kumat crewetnya, cret ... cret ...
cret ... persis seratus ekor bebek ... he .. he .. he ... Tapi,
mBakyu, yang diperbolehkan masuk kemari mbok ya
jangan sembarang orang. Masak wedus gibas-wedus gibas
yang baunya apek dibiarkan saja datang kemari.

LASMI
Wedus gibas? Siapa yang Juragan maksudkan?

84 Ilham Zoebazary
Samod dan Gimun merasa tersindir, segera berdiri dan
bermaksud pergi.

SAMOD & GIMUN


Permisi, mBakyu .... permisi ...

LASMI
Lho, mau kemana, Dik Samod dan Dik Gimun? Katanya
mau ikut njoget?

SAMOD
Enak njoget di dalam kandang, mBakyu. (Menonjok
Gimun) Wedus gibas!

GIMUN
Embeekk ... embeekk ... embeeekkk .... (Keduanya exit)

SANEMO
Ha .. ha .. ha ... mana berani wedus gibas njoget di depan
singa? Ha .. ha .... O ya, saya mengucapkan terima kasih
atas undangannya, mBakyu. Segala aktifitas bisnis saya
tunda sementara, demi memenuhi undangan mBakyu
Lasmi. Saya ini biasanya hanya mau menghadiri undangan
orang-orang penting saja lho. Paling tidak undangan
Gubernur atau Bupati. Kalau ingin hiburan, biasanya saya
datang ke Night Club, nonton konser musik di Australia
atau nonton film Barat di Holliwood. Maklum, mBakyu,
saya agak alergi dengan tontonan produksi dalam negri.
Habis mutunya rendah sih. Tapi khusus Gandrung, saya
menaruh minat dan perhatian yang luar biasa besar,
mBakyu. Asal dengan catatanpenarinya harus secantik
Ayu Jumilah, he ... he ... he ... Eh, kira-kira Si
Panjikawuk bakal datang apa tidak ya, mBakyu?

85 Ilham Zoebazary
LASMI
Yah, mungkin saja. Dia itu kan penguasa baru. Sebagai
penguasa baru, pasti mau diundang kesana-kemari,
meskipun yang mengundang hanya orang kecil seperti
saya ini. Simpati masyarakat kan perlu. Memangnya
kenapa, Juragan? Nampaknya Juragan tidak
menyukainya?

SANEMO
Wo, dia itu penyakit, mBakyu. Saya punya seribu mata
seribu telinga. Tahu tidak, Panjikawuk itu dimutasikan
kemari karena di daerahnya sana terlalu sering bikin
kasus. Bikin skandal. Nah, bisa saja to dia melakukan hal
yang sama di sini?

LASMI
Ah ... itu bukan urusan orang kecil macam saya ini,
Juragan. (Memanggil) Jum, Jumilah ... Sini, nduk!

JUMILAH
(Muncul) Ada apa, Bu?

LASMI
Juragan ini dilayani dulu. Ibu mau membereskan yang di
dapur. (Exit)

JUMILAH
Mau minum apa, Pak Juragan?

SANEMO
Ah, mbok ya jangan panggil Pak. Mas, gitu lho. Mas
Nemo. Lebih merdu, to? Lagi pula saya kan belum terlalu
tua?

86 Ilham Zoebazary
JUMILAH
Ada-ada saja Juragan ini. Minum kopi apa kopi susu?

SANEMO
Minum racun pun Mas Nemo suka, asal yang bikin gadis
secantik Jumilah ... he..he..he...

PANJIKAWUK datang, langsung duduk tanpa


menghiraukan SANEMO.

PANJI
Wah, wah, wah … kok sumuk? Di sini ndak ada AC-nya,
ya?

JUMILAH
Jelas ndak ada, nDara.

PANJI
Besok akan saya kirim beberapa insinyur kemari, supaya
memasang AC. Panjikawuk yang bayar.

SANEMO
Jumilah, kamu kalau ke pasar naik apa sih?

JUMILAH
Ya jalan kaki, Juragan. Kan dekat.

SANEMO
Kasihan. Besok pagi sebelum matahari terbit, di depan
pintu sana sudah siap mobil sedan, plus sopirnya. Hadiah
dari Mas Nemo, juragan tembakau terkaya, untuk Jumilah.

Jumilah cuma bengong.

87 Ilham Zoebazary
PANJI
Jumilah! Besok jalan-jalan di seluruh desa ini akan saya
dipasangi ranjau, biar segala macam kendaraan ndak bisa
lewat. Kalau kamu mau ke pasar, akan saya sediakan
helikopter.

SANEMO
Jumilah ... supaya kamu ndak usah repot-repot, besok
pasar tempatmu belanja itu akan saya beli dan saya taruh
di belakang warung ini.

JUMILAH tertawa geli.

PANJI
Jumilah! Saya akan segera mengeluarkan undang-undang
larangan merokok bagi semua orang di wilayah ini, supaya
tembakau tidak laku.

PEMUSIK
Modar!!

JUMILAH
Bapak-bapak datang kemari mau cari hiburan apa mau
bertengkar? Kalau mau bertengkar, nanti saja di lapangan
sana, sesudah pertunjukan gandrungnya selesai.

PANJI
Jangan khawatir, Jumilah. Segala sesuatu di wilayah ini
kan apa kata Panjikawuk. Karena itu kamu jangan
khawatir. Saya jamin pertunjukan gandrung malam ini
seratus persen berjalan mulus, tanpa ada huru-hara
sedikitpun.

88 Ilham Zoebazary
SANEMO
(Mendekati Panjikawuk, merendah) Maaf beribu maaf,
Bapak Panji yang terhormat. Saya harap Bapak tidak
tersinggung dengan guyonan saya tadi.

PANJI
Wo, tidak. Kenapa harus tersinggung? Orang-orang besar
macam kita harus pinter bersandiwara. Anda tahu, pemain
sandiwara bukanlah orang besar, tetapi orang besar harus
pinter bersandiwara. Artinya, sandiwara itu kita permain-
mainkan, kita rekayasa sedemikian rupa demi kepentingan
performance kita.

Keduanya tertawa-tawa, kemudian minum-minum.


Jumilah exit. Samod, Gimun dan Jali datang diam-diam.

SANEMO
Saya tidak menyangka, ternyata Bapak memiliki wawasan
yang amat luas.

PANJI
Wo, Panjikawuk! Saya ini lahir dan dibesarkan di
lingkungan kraton, berlatar belakang pendidikan Neder-
landse Economische Hogeschool di negeri Belanda. Tapi
walaupun begitu, saya lebih suka berkiprah di daerah,
karena lebih leluasa bertatap muka dengan rakyat kecil
seperti saudara ini, he .. he .. he ...

SANEMO
Luar biasa ... Tapi yang saya herankan, orang penting
seperti Bapak kenapa kok sudi menghadiri pertunjukan
gandrung?

89 Ilham Zoebazary
PANJI
Wo ... anda tidak tahu, betapa sulitnya menjadi orang
penting seperti saya. Setiap saat selalu tegang, selalu
bergulat melawan hati nurani. Karena apa? Karena apa
yang baik bagi kita, belum tentu baik bagi bos. Apa yang
kita rancang dengan susah-payah, belum tentu direstui
bos. Itu benar-benar menegangkan dan bikin stres. Nah,
pada titik inilah pertunjukan gandrung menjadi penting,
yakni untuk sekedar mengendorkan ketegangan. Tariannya
sebagai santapan rokhani, dan sesudah itu penarinya
menjadi santapan jasmani.

Keduanya kembali terbahak-bahak.

SAMOD
Nak Jali, menurut dongeng Mbah saya, pada jaman dahulu
kala ada orang takabur. Pangkatnya kroco, tapi gayanya
seperti mentri. Lha, ndilalah umurnya kok ya pendek.
Matinya sepele, hanya karena kejatuhan semut.

GIMUN
Ah, masak cuma kejatuhan semut kok bisa mati?

SAMOD
Iya, lha wong semutnya nempel di genteng ... ha .. ha .. ha
...

GIMUN
mBah saya juga ndongeng, nak Jali. Konon ada orang
yang besar mulut dan hobi membual. E ... matinya juga
sepele. Waktu dia makan, besar mulutnya kumat, terus
kleleken sendok!

Keduanya tertawa. Pajikawuk merasa tersinggung.

90 Ilham Zoebazary
PANJI
Nyindir ya ... nyindir!

SANEMO
Tenang, nDara ... tenang. Ini masalah kecil yang
dilontarkan orang-orang kecil pula. Tidak perlu ditanggapi
secara serius. (Berpikir) E, bagaimana jika pertunjukan
gandrungnya segera dimulai saja?.

PANJI
Ya, sebaiknya segera dimulai saja. (Pada pemusik) Ayo,
segera dimulai!

Pertunjukan pun segera dimulai. Sementara itu


Panjikawuk dan Sanemo terus menenggak minuman,
sambil berbincang dan tertawa-tawa. Beberapa saat
kemudian keduanya sudah mulai mabok.

PANJI
(Berdiri di tengah arena) Stop ... stop! Semua minggir!
Saya mau njoget ... saya mau njoget dengan Ayu Jumilah.
Mana Jumilah? Saya mau Jumilah!

Musik dan tarian berhenti, semua minggir. Bu Lasmi


maju, berhadapan dengan Panjikawuk.

PANJI
Kamu mau njoget? He .. he ... he ... aku tidak mau njoget
denganmu. Aku hanya mau njoget dengan Jumilah,
sampai pagi ...

LASMI
Orang sepertimu tidak pantas menari dengan anakku!

91 Ilham Zoebazary
PANJI
Heh? Apa kau bilang? Siapa kamu ini ... berani benar
bicara lancang seperti itu pada Panjikawuk?

LASMI
Regul ... buka matamu lebar-lebar! Aku ibunya Ayu
Jumilah.

PANJI
Lho, kok kamu tahu nama kecilku ... Siapa kamu
sebenarnya?

LASMI
Akulah Lasmini ... penari gandrung yang dulu pernah
terbuai janji-janjimu. Akulah Lasmini, penari gandrung
yang kau tinggal pergi setelah kau tanam benih di
rahimku! (Di antara tangis dan usaha menguatkan diri)
Akulah Lasmini ... ibu Jumilah ... benihmu itu. Kau pikir
aku tidak tahu siapa Panjikawuk yang sesungguhnya?
Orang lain boleh terkecoh, tapi aku tidak, Regul ... dan
itulah sebabnya kau kuundang kemari ...

PANJI
(Kebingungan) Oh ... aku tidak tahu ... aku tidak tahu
bahwa Jumilah itu anakmu.

LASMI
Anakmu juga!

Sambil menangis LASMINI lari pergi.

PANJI
Las, Lasmini ... dulu saya tidak bermaksud lari. Saya cuma
...

92 Ilham Zoebazary
SAMOD
Mun, ayo kita panggil wartawan. Kalau kasus ini dimuat
di koran, pasti rame.

GIMUN
Ho-oh!

PANJI
Aduh, jangan. Saya sudah punya anak-istri, punya karir.
Jangan sampai ada wartawan yang tahu. Bisa hancur
rumah tangga dan karir saya.

SAMOD
Sebodo amat ya Mun, ya ...?

GIMUN
Ho-oh.

SAMOD dan GIMUN dengan gaya kemenangan berjalan


pergi. PANJIKAWUK jadi panik sendirian.

Selesai

93 Ilham Zoebazary
TUAN DIREKTUR

Para Pelaku

Direktur
Sekretaris
Komat
Gultom
Linda
Ibu
Kampret

94 Ilham Zoebazary
RUANG DIREKTUR. PAGI HARI. ADA DUA MEJA
SATU MEJA DIREKTUR, YANG SATU LAGI MEJA
SEKRETARIS.

SEKRETARIS MUNCUL, DUDUK DI KURSINYA.


KEMUDIAN DATANG DUA KARYAWAN (KOMAT &
GULTOM), MEMBERI SALAM PADA SEKRETARIS,
LANGSUNG EXIT KE BAGIAN DALAM. TELEPON
BERDERING.

SEKRETARIS
(SETELAH MENGANGKAT TELEPON) Komat! (KOMAT
MUNCUL) Biasa, kontrol.

KOMAT
(MENGANGKAT TELEPON) Selamat pagi, Nyonya. Ya.
saya sendiri ... O, jelas, saya datang tepat pada waktunya
... sebagai sekretaris harus memberi contoh pada karyawan
lain. (PAUSE) Wah, Bapak belum datang, Nyonya ... O..
maaf, Nyonya, saya kurang tahu. Mungkin jalanan lagi
macet, sehingga Bapak datang terlambat. (PAUSE) Baik,
Nyonya, akan saya sampaikan. (MELETAKKAN
TELEPON)

SEKRETARIS
Beres, Mat?

KOMAT
Beres, dong. Ongkosnya?

SEKRETARIS
(MEMBERI UANG RECEH PADA KOMAT) Tanggal tua.
Segini saja ya?

95 Ilham Zoebazary
KOMAT
Kok cuma segini? Tambah dong ... daripada rahasia
bocor.

SEKRETARIS
(MEMBERI TAMBAHAN) Mau memeras kamu, ya.

KOMAT
Kalau sama-sama untung. itu bukan pemerasan. Tapi ...

SEKRETARIS
Simbiosis mutualisme ... huh, sampai hapal alasanmu,
Mat. Sudah, sana.

(KOMAT MAU PERGI, TELEPON BERDERING LAGI.


SEKRETARIS MENGANGKATNYA, LANGSUNG
MENYERAHKANNYA PADA KOMAT)

SEKRETARIS
(BERBISIK) Mat, kecoak itu lagi! Nih ...

KOMAT
Halo, selamat pagi, Nyonya. Ya ... Bapak belum datang
juga. Yaitu tadi, mungkin jalanan macet, gara-gara si
Komo lewat. Pak Polisi jadi bingung ... eh, maaf,
Nyonya, maaf ... Apa? Suara perempuan? Ya, ya ... benar,
Nyonya ... anu, suara penyiar radio. Benar, Nyonya.
Kantor ini tidak ada makhluk yang namanya wanita. Iya,
semuanya laki-laki. Buat apa kantor ada perempuannya.
Kan perempuan itu makhluk brenghek! Eh ... maaf,
maksud saya semua perempuan kecuali Nyonya ... ya ...
selamat pagi, Nyonya. (MELETAKKAN TELEPON,
BERGIDIG) Hiii ... amit-amit. Lebih baik aku kawin

96 Ilham Zoebazary
sama tiang listrik daripada sama makhluk sadis kayak dia
... (BAPAK DIREKTUR DATANG)
Sebenarnya yang goblog itu Bapak. Kaya, jadi direktur,
tapi kok milih istri cerewet seperti burung beo. Kalau aku
jadi Bapak, istri seperti itu tak tekuk-tekuk-tekuk ...
(MELIHAT BAPAK, SALAH TINGKAH) O, Bapak ...
selamat pagi, Pak. Nyonya barusan nelpon menanyakan
Bapak. Wah, suara Nyonya merdu sekali, seperti suara ...

DIREKTUR
Seperti suara apa, heh?!

KOMAT
(GUGUP) Seperti suara beo ... eh, maksud saya seperti
penyanyi ... (SEMBIL MUNDUR, DIPANDANGI
DIREKTUR) ... penyanyi keroncong ... keroncong
bengawan solo ... solo balapan ... balapan kuda ... kuda
lumping ...

DIREKTUR
Komaatt!

KOMAT
Bapaakk! ... Eh, maaf. (DIPERHALUS) Saya, Bapak?

DIREKTUR MENGGERAKKAN KEPALA, KODE


MENYURUH PERGI. KOMAT MELAKUKAN HAL
YANG SAMA DAN DIBENTAK BAPAK, LANGSUNG
MENGGELOYOR PERGI

SEKRETARIS
(MENYODORKAN BERKAS UNTUK DITANDA-
TANGANI) Kemaren relasi baru kita dari Singapura, Miss

97 Ilham Zoebazary
Linda, menelepon kemari, dan menyetujui kontrak
pembuatan pesawat.

DIREKTUR
Pesawat? Pesawat terbang?

SEKRETARIS
Bukan. Pesawat radio. Ini perjanjian kontraknya, mohon
Bapak tandatangani. Siang ini beliau akan datang kemari,
Pak.

DIREKTUR
(MENANDATANGANI, BOLPOIN YANG DIAMBIL DARI
TAS TERNYATA KELIRU PEMUKUL GAMELAN) Lho,
ada apa ini pemukul gamelan kok ikut masuk dalam tas
direktur? (MELEMPARKANNYA PADA PEMUSIK)
Sorry, saya tadi tergesa-gesa, sehingga serba kacaho-
balaho. Beginilah akibatnya kalau salah memilih istri, tapi
apa daya daku tak bisa berbuat apa-apa.

SEKRETARIS
Mungkin Ibu bermaksud baik, ingin menjaga keamanan
dan kesehatan Bapak.

DIREKTUR
Lha kalau dia ingin menjaga keamanan saya, sebaiknya
dia ndak jadi istri saya, tapi jadi satpam.

SEKRETARIS
Mungkin hal itu disebabkan terlalu cintanya Ibu pada
Bapak. Ibu takut kehilangan Bapak.

98 Ilham Zoebazary
DIREKTUR
Bukan itu sebabnya. Ibu takut kalau saya macam-macam
di luaran sehingga bisa kena AIDS.

SEKRETARIS
Lho, kan bagus kalau Bapak kena AIDS.

DIREKTUR
Heh?!

SEKRETARIS
Eh, maksud saya, bagus kalau Ibu mencegah supaya
Bapak tidak kena AIDS.

DIREKTUR
Iya, bagus, tapi aku jadi sinting ...

SEKRETARIS
Memangnya Bapak suka macam-macam nggak sih di
luaran?

DIREKTUR
Menyeleweng, maksudmu? Wo, sorry. No. Nehik. Aku ini
tipe laki-laki anti menyeleweng, anti serong. Kecuali kalau
kepepet ...

SEKRETARIS
Tuh, makanya Ibu berjaga-jaga.

DIREKTUR
Soal kepepet itu tadi aku cuma bergurau. Apa kamu
percaya kalau aku mudah terjebak oleh hiburan murahan,
sehingga bisa tertular virus HIV?

99 Ilham Zoebazary
SEKRETARIS
Saya percaya, orang seperti Bapak pasti nggak suka dekat-
dekat dengan sumber HIV. Tapi kalau Ibu berjaga-jaga,
kan lumrah, Pak.

DIREKTUR
Kalau berjaga-jaganya wajar-wajar saja sih nggak
persoalan. Ini sudah over dosis. Makanya aku jadi
senewen. Lha kalau dia mau memerangi AIDS, mestinya
kan bisa ikut bergabung dengan organisasi-organisasi yang
mengadakan penanggulangan AIDS, biar lingkungan kita
terbebas dari virus HIV. Kok malah aku yang
dikerangkeng. Lagi pula penularan virus HIV itu kan
bukan hanya lewat kontak seksual. Lewat jarum suntik
bisa ... itu lho yang dipakai anak-anak muda biar teler itu,
apa namanya ...?
(TELEPON BERDERING, DIREKTUR MENGANGKAT-
NYA, TAPI KELIRU MEMEGANG TANGAN
SEKRETARIS)
Ya, halo eh, sorry, tidak sengaja. Ya ... halo ... Oh, aku
sendiri, Mam. Tadi terlambat sampai di kantor karena
ban mobil kempes. (PAUSE) Iya, lha karena aku takut
lama terlambatnya, aku terus naik taxi. (PAUSE) Hah? Oh
iya, maaf, (DENGAN PANIK MENCARI-CARI BOTOL
VITAMIN) Aku teledor, vitaminnya belum kuminum
(MANGGIL KOMAT) Komaaatt ... ! Komaatt ...

KOMAT
(MUNCUL) Saya, Pak?

DIREKTUR
Vitamin, Mat ... vitamin! Cepat!

100 Ilham Zoebazary


KOMAT
(IKUT PANIK) Vitamin? Oh baik, Pak. (MENGAMBIL
SEBUAH BOTOL DAN MEMBERIKANNYA PADA
DIREKTUR) Ini. Pak.

DIREKTUR
(SEGERA MEMBUKA TUTUPNYA DAN LANGSUNG
MEMINUM) Hah?! Kok vitamin rasanya begini? Astaga
... ini kan tinta, Mat! Kamu sengaja mau meracuniku, ya?
Bbrrr ....

KOMAT
Oh, maaf, Pak. Saya panik, jadinya salah ambil.

SEKRETARIS
(MENGAMBIL BOTOL VITAMIN) Ini Pak vitaminnya.

DIREKTUR
(DIREKTUR SEGERA MEMINUM, LALU MENELEPON
LAGI) Halo ... sudah, Mam, sudah kuminum vitaminnya.
Ya, aku di kantor terus kok, kebetulan nanti ada kolega
dari Singapura yang datang kemari. Ya, Mam, jangan
khawatir .... (MELETAKKAN TELPON) Hh, kalau begini
terus, lama-lama aku bisa senewen. (BERJALAN
MONDAR-MAND1R, SETIAP BERBALIK SELALU
MENGGO-YANG BADAN, DIIKUTI KOMAT.
KELATAHAN ITU AKHIRNYA DIKETAHUI DIREKTUR)
Ada apa, heh? Meledek. ya ...

KOMAT
O, tidak, Pak. Cuma sedikit kena efek.

TELEPON BERDERING LAGI

101 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Komat, angkat!

KOMAT
(DENGAN SIGAP MENGANGKAT TELEPON) Ya, hallo
... (PADA DIREKTUR) Aman, Pak ... (MENYERAHKAN
PADA SEKRETARIS)

SEKRETARIS
Hallo. Selamat pagi, GUREM & Co. disini..... O, ada.
Sebentar, Nona ... (PADA DIREKTUR) Dari Miss Linda,
Pak.

DIREKTUR
Hallo? Yes ..! O, good morning selamat pagi, si lencir
kuning menarik hati ... Thank you Miss Linda ... saya akan
memenuhi permintaan Anda. What? Model yang baru?
O, kami sedang merancang sebuah pesawat radio yang
tidak menggunakan tenaga baterai, juga tidak
menggunakan tenaga listrik, tapi pakai bahan bakar nasi
pecel ... What? No? Yes? .... Lha iyes! Oke, oke ... thank
you very much. (MELETAKKAN TELEPON)

SEKRETARIS
Ada berita menarik rupanya, Pak?

DIREKTUR
Yak, tepat sekali. Produck kita memiliki peluang yang
sangat baik di pasaran internasional. Kita dituntut agar
semakin professional dalam bidang riset dan management.
Nah, untuk itu saya akan mengadakan penataran bagi para
karyawan dibidang tersebut.

102 Ilham Zoebazary


KOMAT
Saya kira tidak perlu, Pak. Penataran bagi karyawan
semacam itu akan menghabiskan dana yang sangat besar,
sementara hasil yang dicapai sangat minim.

SEKRETARIS
Benar, Pak. Selain itu kesibukan penataran akan
menghambat jalannya produksi. Den ini secara otomatis
akan menurunkan jumlah produksi.

DIREKTUR
Wah, pikiran kalian ini primitif. Dalam dunia bisnis
modern kalian harus peka, harus bisa menangkap
fenomena atau tanda-tanda zaman. Tanda-tanda zaman itu
biasanya berbentuk gelombang trend zaman, semangat
zaman, gairah zaman. (MENGGUNAKAN SEKRETARIS
SEBAGAI MEDIA) Gelombang itu kadang bisa berujud
sesuatu yang bisa kau tangkap dengan indra
penglihatanmu, atau pendengaranmu, atau bahkan indra
perasa den perabamu ... lha dari situ, rutenya begini ...
terus diproses dalam otak atau pikiranmu, setelah itu
mengendap dalam perasaanmu ... (PINDAH PADA DADA
KOMAT) ... yang berada disini. Sorry, pindah lokasi.
Sebab kalau lokasinya tetap disana, nanti terkesan mesum
.. he .. he. Nah, dalam dunia bisnis modern, kepekaan
itulah yang harus kita miliki. Dan itu bisa kita asah lewat
penataran-penataran. Sebab ....

TELEPON BERDERING, DIREKTUR MENYERGAPNYA.


SETELAH TAHU SIAPA YANG MENELEPON,
DIREKTUR MENYURUH KOMAT AGAR BICARA

103 Ilham Zoebazary


KOMAT
Hallo, saya sekretaris GUREM & Co. Oh ... Ibu, maaf
saya agak terlambat mengangkat telpon, soalnya di kantor
sedang ada kesibukan luar biasa. (PAUSE) Wah, Bapak
sedang mengadakan checking produk-produk yang akan
diekspor, Bu. Ya, beliau berada di ... (BAPAK MEMBERI
KODE) .. anu, beliau berada di gudang. (PAUSE) Hah?
Ibu akan datang kemari? Checking langsung? Oh ...
(BAPAK DIREKTUR MEMBERI KODE KALAU HAL ITU
TIDAK MUNGKIN) Anu, Bu, kata Bapak ... eh ... begini,
Bu ... di kantor sedang terjadi kesibukan untuk
mempersiapkan ekspor itu. Jadi tidak mungkin Ibu datang
kemari, soalnya kata Bapak ... eh, maksud saya kata saya
sendiri ... ruang kantor sedang penuh barang-barang dan
kertas-kertas laporan ... Hah? Ibu akan tetap datang?
Sekarang juga? Lho, Bu ... Bu ... Wah, sudah ditutup,
Pak.

DIREKTUR
Waduh, celaka kalau sampai dia datang kemari. Pasti
akan terjadi keributan besar. Dan kalau dia tahu bahwa
sebenarnya sekretaris disini seorang wanita, aku pasti
digantungnya

SEKRETARIS
Terus saya harus bagaimana, Pak? Kalau saya di-PHK ...
hu hu huuu ... bagaimana saya harus membiayai adik-adik
saya ... huu ...

DIREKTUR
Jangan memperkeruh suasana begitu, to! Aku ini lagi
bingung. (MEMANGGIL) Komaatt!!

104 Ilham Zoebazary


KOMAT
Bapaakk! ... Eh .. (DILEMBUTKAN) Ya, Bapak?

DIREKTUR
Bagaimana menurut pendapatmu?

KOMAT
Bagaimana apanya, Pak?

DIREKTUR
Lho kok bagaimana apanya. Yang harus kita lakukan itu
lho apa?

KOMAT
Ya biar saja berjalan seperti apa adanya.

DIREKTUR
Kalau aku sampai digantung istriku?

KOMAT
Ya jelas mampuslah Bapak.

DIREKTUR
Apa?!

KOMAT
Oh, maaf, Pak. Hal ini memang harus secepatnya kita
atasi. Lha yang paling ahli di bidang strategi di
perusahaan kita ini adalah Gultom.

DIREKTUR
Kalau begitu panggil Gultom. Cepat!

105 Ilham Zoebazary


KOMAT EXIT MEMANGGIL GULTOM. GULTOM
MUNCUL DENGAN PENAMPILAN AMAT TENANG

GULTOM
Bapak Direktur memanggil diri Gultom?

DIREKTUR
Ya. Kita dalam keadaan darurat, Gultom.

GULTOM
O, tidak sejelek itu, Pak. Bapak dan Bu Sekretaris yang
dalam keadaan darurat. Yang lainnya tidak.

DIREKTUR
E, baiklah, memang begitu. Tapi bagaimana menurut
pendapatmu? Kamu kan ahli strategi?

GULTOM
Begini, Pak. Menurut Gultom, hal ini mudah diatasi dan
diselesaikan. Ini persoalan yang tidak rumit.

DIREKTUR
Jangan menyepelekan istriku, lho. Dia itu jenis makhluk
berbahaya. Kalau sampai rahasia ini terungkap, aku akan
benar-benar digantung.

GULTOM
Bapak pernah digantungnya?

DIREKTUR
Memang belum.

GULTOM
Lha kalau begitu apa salahnya sesekali mencoba?

106 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Aduh, Gultom ... aku tidak bercanda. Ayolah tunjukkan
kemahiranmu mengatasi persoalan.

GULTOM
O, baik. (MENGGUNAKAN PAPAN CATUR) Seumpama
Ibu adalah ratu hitam, dan Bapak ratu putih ...

DIREKTUR
Jangan. Dia boleh jadi ratu, tapi aku jangan disejajarkan
dengan dia. Kalau dia sampai tahu, aku akan digantung
dua kali.

GULTOM
Kalau begitu Bapak jadi mentri saja. Nah, bila mentri
berhadapan dengan ratu, pertahanan terbaik adalah
pertahanan Sicilia. Mentri disini, pasang dua benteng
disini ... satu kuda disini, dan majukan pion-pion sampai
garis depan. Pion-pion ini hanya berfungsi sebagai umpan.
Serangan yang sebenarnya adalah dari sini .... kuda maju,
benteng menjepit, dan terakhir mentri melakukan manuver
yang mematilkan ... Schaak mat! Nah, sederhana bukan?

DIREKTUR
Gultom, kamu ini sedang memberiku jalan keluar atau
mengajariku bermain catur?

GULTOM
Lho, Bapak ini bagaimana sih? Membaca perlambang
saja kok tidak mampu. Direktur itu harus cerdas. Kalau
Bapak tidak memenuhi syarat kecerdasan, sebaiknya
Bapak mengundurkan diri saja biar posisi direktur saya
ganti.

107 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Heh?!

GULTOM
Oh, maaf, itu hanya guyon, Pak. Tidak serius. Maksud
saya, penerapan strategi pertahanan Sicilia dalam catur
tersebut adalah dengan cara ....... (BERBISIK) Bagaimana?
Jelas, Pak?

DIREKTUR
Luar biasa! Aku setuju! Sekarang ayo kita buat
persiapan. Pertama, Sekretaris Yuni ... Namamu diganti
Joni, dan segera ganti pakaian laki-laki. Kedua, Komat ...
mana Komat? (KOMAT MUNCUL) Komat, kau
menduduki posisi di garis depan. Jadi begitu Ibu
memasuki pintu, kamu yang menyambut. Jabatanmu
sekarang adalah sekretaris. Ketiga, saya berangkat
menghubungi Kampret. Keempat, Gultom harus membuat
kamar kerja ini seolah-olah sedang dilanda kerja hebat.
Yak, laksanakan!

DIREKTUR EXIT. GULTOM MENATA RUANG –


MENJADIKANNYA BERANTAKAN. KOMAT
MENDANDANI SEKRETARIS.

SEKRETARIS
Apa yang harus kulakukan, agar benar-benar nampak
sebagai laki-laki?

KOMAT
Gampang. Munculkan bagian-bagian yang khas laki-laki,
dan lenyapkan bagian-bagian yang khas perempuan.

108 Ilham Zoebazary


SEKRETARIS
Bagian yang mana, Mas Komat? Bantu aku dong.

KOMAT
Oke. Rambut disembunyikan dalam topi. Lalu pasang
kumis ... (KOMAT MEMBANTU MEMASANGKAN) Nah,
sudah mirip penampilan laki-laki. Dan demi
kesempurnaan, harus berlatih cara berjalan dan cara
ngomongnya laki-laki.

KOMAT MELATIH SEKRETARIS BERJALAN DAN


BERBICARA DENGAN VOCAL BESAR. SETELAH
BERES, SEMUA EXIT KECUALI KOMAT. TIBA-TIBA
KOMAT MELIHAT ADA YANG DATANG, DIKIRANYA
IBU. KONTAN DIA BERSIAP SAMBIL GEMETAR.
TERBNYATA MISS LINDA YANG DATANG.

LINDA
Good morning selamat pagi ...

KOMAT
Slamet, slamet ...

LINDA
Maaf, apakah saya bisa bertemu dengan Bapak Direktur?

KOMAT
Bapak Direktur sedang pergi. (MENGULURKAN
TANGAN) Kenalkan, saya wakil direktur. Drs. Komat bin
Kamarudin.

LINDA
Saya Linda.

109 Ilham Zoebazary


KOMAT
O, Nona Linda yang dari Singapura itu?

LINDA
Benar. Ini tadi saya baru saja tiba, dari air port langsung
menuju kemari. O ya, kapan Bapak datang?

KOMAT
Wah, saya tidak tahu, Nona. Tapi sebaiknya sekarang
Nona pergi dulu, nanti kembali lagi kemari.

LINDA
Kenapa saya harus pergi? Sebaiknya saya menunggu saja
disini.

KOMAT
O, jangan, Nona. Keadaan sedang genting. Siaga Satu.

LINDA
Apakah akan ada demonstrasi dan kerusuhan lagi?

KOMAT
Bukan. Tapi ini lebih mengerikan dari itu. Karenanya
sebaiknya Nona pergi dulu sekarang. Demi keselamatan
kita semua.

LINDA
Apakah kantor ini akan diserbu para perusuh?

KOMAT
Bukan para perusuh, tapi ratunya perusuh.

110 Ilham Zoebazary


LINDA
Wah, kalau begitu saya pergi sekarang, ya? Nanti kalau
keadaan sudah terkendali, saya akan datang lagi. Permisi.

KOMAT
(MENGELUS DADA) Slamet, slamet ...

LINDA PERGI. SEBENTAR KEMUDIAN IBU DATANG

IBU
(LANGSUNG MASUK DAN MENDATANGI KOMAT
YANG GEMETAR, MENELITINYA DENGAN SEKSAMA)
Kamu sekretarisnya?

KOMAT
(GEMETAR) Saya .. saya ... saya ...

IBU
(MENGGEBRAK MEJA) Saya apa?!

KOMAT
(KARENA TERKEJUT, BICARANYA NGEBUT) Saya Drs.
Komat bin Kamarudin, jabatan sekretaris PT. GUREM &
Co. Umur 35 tahun, sudah kawin, anak 3 orang,
perempuan semua, yang mbarep sekolah SD, yang nomor
dua ...

IBU
(MENGGEBRAK MEJA) Komaat!!

KOMAT
(IKUT MENGGEBRAK MEJA) Nyonyaaa!! Eh. maaf. ...
ada yang bisa saya bantu. Nyonya?

111 Ilham Zoebazary


IBU
Bapak dimana?

KOMAT
Bapak sedang meeting dengan Tn. Frederick yang baru
saja datang dari Singapura.

IBU
Kebetulan kalau begitu. Saya mau ngecek semua hal yang
ada di perusahaan ini, apakah beres atau tidak. Kalau
sampai ada yang tidak beres, awas! (MENELITI) Staf
direktur laki-laki semua?

KOMAT
Seratus persen laki-laki, Nyonya.

IBU
Coba suruh berkumpul biar saya periksa!

KOMAT
(MEMANGGIL) Gultom! Joni!

GULTOM DAN SEKRETARIS MUNCUL.

IBU
(MENELITI DENGAN SEKSAMA. CURIGA PADA
SEKRETARIS) Siapa namamu?

SEKRETARIS
(SUARA BESAR) Joni.

IBU
Siapa?

112 Ilham Zoebazary


SEKRETARIS
Joni.

IBU
Siapa?

SEKRETARIS
Joni.

IBU
Siapa?

SEKRETARIS
(JENGKEL, LUPA MEMBESARKAN SUARA) Joni, Joni!!
Eh ... maksud saya ... (SUARA BESAR) Joni.

IBU
Aduh, kumisnya bagus ya ... (BEBERAPA KALI
BERUSAHA MEMEGANG KUMIS SEKRETARIS, TAPI
SEKRETARIS TERUS MENGHINDAR. TAPI AKHIRNYA
TERPEGANG JUGA, DAN SEKRETARIS BERSIN
HINGGA KUMIS TERLEPAS) Hah? Kumis palsu? Kamu
perempuan ya ... pembohong! Semua pembohong! Huu ..
hu .. hu ... ayo pergi semua! Pergi!!

IBU MENANGIS SEPERTI ANAK KECIL. GULTOM


DAN SEKRETARIS PERGI. MISS LINDA DATANG.

LINDA
O, sudah aman rupanya. Apakah Bapak Direktur sudah
datang?

IBU
Anda ini siapa?

113 Ilham Zoebazary


LINDA
Saya Linda, kolega Bapak Direktur dari Singapura.

IBU
Kolega dari Singapura? (PADA KOMAT) Mat, katanya
kolega dari Singapura laki-laki, namanya Mr. Frederick?

KOMAT
Saya ... saya tidak tahu, Nyonya. Mungkin ini kolega yang
satunya lagi ...

LINDA
O, tidak mungkin. Kolega yang dari Singapura hanya
saya. Tidak mungkin ada pihak lain yang diajak kerja
sama.

IBU
(MENANGIS LAGI) Aku ditipu lagi ... huu ... huu ... pasti
Anda ada main dengan suami saya.

LINDA
Nyonya jangan sembarangan menuduh. Nyonya bisa saya
adukan ke polisi. Hubungan saya dan suami Nyonya
hanya sebatas bisnis. Tidak lebih!

DIREKTUR MUNCUL DIPAPAH DEN MAS KAMPRET

KAMPRET
Siapa istri laki-laki ini?

IBU
Saya. Ohh kenapa dia? Kenapa suamiku?

114 Ilham Zoebazary


KAMPRET
Tenang, Nyonya. Suami Nyonya sedang terkena
gangguan roh halus.

IBU
Roh halus? O, itu pasti karena dia kualat pada saya.
Katanya dikantor ini semua karyawannya laki-laki, tetapi
ternyata ada perempuannya. Dia bilang koleganya yang
dari Singapura laki-laki, ternyata perempuan!

KAMPRET
Nah, justru dari persoalan itulah roh halus ini akhirnya
bersemayam dalam tubuh suami Nyonya. Begini, Nyonya
... saya ini adalah paranormal, yang bisa melihat hal-hal
ghoib yang berada di dunia makhluk halus. Kerajaan
makhluk halus sedang membutuhkan tumbal, yaitu
seorang laki-laki yang hidupnya dijajah istrinya dengan
semena-mena. Nah, ternyata suami Nyonya adalah laki-
laki yang dipilih sebagai tumbal itu.

IBU
Oh, benarkah demikian? Apakah suami saya tidak bisa
disembuhkan? Saya sangat mencintainya.

KAMPRET
O, bisa saja, Nyonya. Tapi ada syaratnya.

IBU
Apapun syaratnya akan saya penuhi, Mbah.

KAMPRET
Pertama, Nyonya harus belajar menjadi istri yang baik,
tidak merampas hak-hak yang menjadi milik suami.

115 Ilham Zoebazary


IBU
Sebenarnya saya tidak bermaksud begitu, Mbah. Saya
hanya berusaha agar dia tidak macam-macam di luaran.
Mbah kan tahu, sekarang ini AIDS ada di mana-mana.
Kalu sampai dia terkena penyakit itu, bagaimana?

KAMPRET
Kalau itu yang Nyonya khawatirkan, mudah saja. Cobalah
ciptakan keluarga yang lebih harmonis, ada jalur
komunikasi yang lancar, pasti keluarga Nyonya akan tahan
gempuran musuh yang berupa godaan. Mengerti?

IBU
Iya, Mbah.

KAMPRET
Kalau ada penderita AIDS, jangan dimusuhi, jangan
diasingkan. Mereka juga manusia seperti kita. Kita harus
peduli, karena kepedulian kita sangat mereka butuhkan.
Mengerti?

IBU
Iya, Mbah.

KAMPRET
Jangan iya, iya, tapi dalam hati bilang tidak. Bisa kualat
jadi kodok lho. Mau jadi kodok?

IBU
Tidak, Mbah.

KAMPRET
Kalau jadi kadal, mau?

116 Ilham Zoebazary


IBU
Tidak, Mbah.

KAMPRET
Nah, sekarang yang kedua ... ini yang terpenting Nyonya.
Agar para makhluk halus tidak marah, nyawa suami
Nyonya ini harus ditebus dengan sebuah mobil. Jadi
sebaiknya mobil suami Nyonya yang ada di luar itu saya
bawa, untuk kemudian saya serahkan secara langsung
pada raja makhluk halus. Apakah Nyonya tidak
keberatan?

IBU
Tidak, Mbah. Saya tidak keberatan.

KAMPRET
Betul-betul ikhlas lahir-batin?

IBU
Ikhlas, Mbah.

DIREKTUR
(LANGSUNG BERDIRI) Saya yang keberatan! Saya yang
tidak ikhlas! (PADA KAMPRET) Sampeyan jangan curang
begitu, jangan memanfaatkan kesempatan ...

KAMPRET
Tenang, Bos, saya tidak serius. Saya cuma guyon. Masak
sih mbantu begini saja saya minta mobil.

IBU
O, jadi ini semua cuma sandiwara untuk mengelabui aku?
(MEMUKULI SUAMI) Dasar laki-laki, maunya seenaknya
sendiri! Nih, rasakan!

117 Ilham Zoebazary


DIREKTUR JADI LEMAS DAN ROBOH. SEMULA IBU
MENGIRA ITU SANDIWARA LAGI, TAPI KAMPRET
CURIGA DAN MEMERIKSANYA

KAMPRET
Waduh, kalau yang sekarang ini ... dia pingsan beneran!

IBU
Hah ... ?!

Selesai

118 Ilham Zoebazary


TERTANGGKAP BASAH

Para Pelaku

Pak Rustam
Bu Rustam
Monot
Direktur
Sekretaris
Pak Glewor

119 Ilham Zoebazary


Di ruang tamu rumah keluarga PAK RUSTAM. PAK
RUSTAM sedang ngetheti burung perkututnya.

PAK RUSTAM
Sinyo ... Sinyo ... ayo ngoceh Le, jangan males-malesan
gitu. Sinyo ... (burung berbunyi) Bagus... ayo lagi, Le,
Sinyo ... (berbunyi lagi) Hebat ... suaramu makin bagus
lho, Le, sudah waktunya mengikuti festival pop singer.
Ayo lagi, yang lebih merdu ... Sinyo ... (berbunyi lagi, tapi
kali ini kesleo) Wah pasti masuk angin ini ... tenang, Le,
nanti tak keroki, wes-hewes-hewes, bablas angine.

BU RUSTAM datang membawa secangkir kopi dan


meletakkannya di meja.

BU RUSTAM
Kalau perkutut yang sakit, ribut. Coba kalau yang masuk
angin aku, pasti ndak direken. Nggak ku-ku ... deh!

PAK RUSTAM
(Tetap ngeteti burung) Jangan ribut, Sinyo sedang training
on the job, perlu ketenangan. Ayo, Le, konsentrasi lagi ...
Sinyo ... (BU RUSTAM mendekat ke belakang PAK
RUSTAM, menirukan bunyi perkutut) Lho, suaramu kak
agak aneh to, Nyo? Sinyo ... (BU RUSTAM menirukan
lagi) Wah gawat, kok suaramu jadi seperti suara
kuntilanak?

BU RUSTAM
(Mencubit PAK RUSTAM) Ngenyek! Suaraku dibilang
seperti suara kuntilanak!

120 Ilham Zoebazary


PAK RUSTAM
Lho itu tadi suaramu to, saya kira suara kuntilanak
beneran ... he ... he ...

BU RUSTAM
Mbok jangan nguthek-uthek manuk thok, si Monot itu
juga perlu pemikiran, Pakne.

PAK RUSTAM
Mikir kok mikir si Monot. Anak sudah besar tapi
pikirannya ndak dewasa-dewasa. Tiwas spaneng kepalaku.

BU RUSTAM
Lho, Sampean ini bagaimana to, Pakne? Kalau bukan kita,
orang tuanya, siapa lagi yang mau mikir masa depan si
Monot? Apa tetangga-tetangga itu yang disuruh mikir?
Ndak mungkin, to?

PAK RUSTAM
Sebenarnya kurang apa sih kita ini dalam memperlakukan
si Monot? Minta apa-apa ya kita beri. Ya salahnya sendiri
kalau sekarang luntang-lantung ndak dapat pekerjaan.
Wong yang sarjana saja cari kerja sulit kok, apa lagi yang
ndak sekolah.
(Minum kopi) Hm, pas susunya ...
Sekarang kembali soal susunya Monot ... eh, soal si Monot
... kupikir itu salahmu kok, Bune. Terlalu kau manjakan
anakmu itu.

BU RUSTAM
Lho, kok aku yang disalahkan. Mbok ndak usah
menyalahkan siapa-siapa, tapi segera saja bertindak
membantu mencarikan pekerjaan.

121 Ilham Zoebazary


PAK RUSTAM
Mau kerja apa. Wong SMP saja ndak tamat. Ya biar nanti
ngurusi sawah-sawah kita itu saja. Atau bikin peternakan
ayam sayur ....

BU RUSTAM
Jangan begitu to, Pakne. Kasihan kalau Monot harus
bekerja di sawah atau ngurusi ayam. Sampeyan kan
banyak koneksi. Mbok dihubung-hubungkan sana, sekali-
sekali nepotisme kan ndak apa-apa, biar dapat kerjaan di
kantor.

PAK RUSTAM
Kantor apa. Kantor Camat? Kantor Bupati? Kantor
Gubernur? Paling-paling diterima jadi tukang sapu, wong
disuruh sekolah ndak mau.

BU RUSTAM
Sampeyan ini memang repot. Diajak mikir anak malah
ngersulo, tapi kalau mikir perkutut kuat seharian sampai
lupa makan, lupa anak, lupa istri. Nanti kalau aku jengkel,
burung Sampeyan itu tak brondoli wulune.

PAK RUSTAM
Hus, ngomong apa itu.

BU RUSTAM
Habis Sampeyan sih. Aku ini kan pingin segera
nggendong cucu, Pak. Kalau Monot sudah kerja, pasti
segera mau dikawinkan, dan kita punya cucu. Seneng,
kan?

122 Ilham Zoebazary


PAK RUSTAM
Monot itu baru berapa sih umurnya, kok sudah disuruh-
suruh kawin.

BU RUSTAM
Alah, Sampeyan dulu kawinnya juga umur berapa?

PAK RUSTAM
Itu kan dulu. Sekarang jamannya sudah lain.

MONOT muncul, menyanyi, setelah selesai langsung


duduk metingkrang, minum kopi bapaknya.

MONOT
Bu, saya mau minta duit.

BU RUSTAM
Buat apa to, Not?

MONOT
Buat beli jaket dan celana jeans. Wah, modelnya bagus
lho. Kawan-kawan saya semuanya sudah pakai, tinggal
saya yang belum. Ndak mahal kok, harganya satu stel
cuma 175.000.

BU RUSTAM
175.000 dolar apa rupiah, Not?

MONOT
Ya rupiah, Bu. Makanya saya bilang murah.

PAK RUSTAM
Not, gue minta Lu ngerti deh ... Kamu sekarang ini bukan
anak kecil lagi. Sudah waktunya kamu bekerja,

123 Ilham Zoebazary


memperoleh penghasilan sendiri dan belajar hidup
mandiri.

BU RUSTAM
Iya, Le, mbok coba-coba bikin surat lamaran kerja, nanti
biar bapakmu membantu dari belakang. Kalau sudah kerja,
kamu segera menikah, bapak-ibu punya cucu.

MONOT
Bu, Pak ... justru saya berlaku seperti ini karena saya
sangat menghormati eksistensi Bapak dan Ibu sebagai
orang tua. Lha kalau saya butuh sesuatu, uang saya cari
sendiri, itu kan berarti saya tidak menghormati eksistensi
orang tua? Lalu apa kata orang-orang nanti... lihat itu si
Monot, orang tuanya masih kuat membiayai, tapi dia sok
mandiri ... lho, bagaimana?

PAK RUSTAM
Wo, yang ngomong gitu pasti wong edan. Mandiri kok
dibilang tidak menghormati orang tua.

BU RUSTAM
Sudah to, Pakne. Kalau anak ndak tahu ya jangan
dimarahi, tapi dikasih tahu. (Pada MONOT) Soal jaket dan
celana nanti Ibu kasih uangnya. Tapi janji lho ya, kamu
harus membeli jaket dan celana sungguhan, jangan
dibelikan pil koplo.

PAK RUSTAM
Kemaren minta sepatu dari kulit rusa, jreng dikasih.
Sekarang jaket dan celana, jreng dikasih. Besok mau minta
apa? Minta mobil? Ibumu itu jualen kiloan di pasar sana.

124 Ilham Zoebazary


MONOT
Oke, kalau Bapak tidak ikhlas memberi uang pada saya,
dimana sebenarnya itu merupakan tanggung jawab Bapak,
kewajiban Bapak ... saya ndak jadi minta. Saya mau kerja,
cari uang sendiri.

BU RUSTAM
Kerja, Le? Kerja dimana? Jadi apa?

MONOT
Saya punya koneksi, seorang direktur perusahaan terkenal.
Dia mau datang kesini untuk berkenalan dengan Ibu dan
Bapak.

BU RUSTAM
Wah, jadi kamu mau kerja di perusahaan, Le? Dan pak
direkturnya mau kesini?

MONOT
Iya, Bu. Pokoknya dalam waktu singkat saya akan
dikabari dimana saya akan ngantor.

PAK RUSTAM
Wah... wah, ibuke sak anake podo ndleming kabeh. Dari
pada katut menclek, mending latihan vokal sama Sinyo.
(Mengambil kurungan dan membawanya exit)

BU RUSTAM
Lho, Pak ... sampaeyan ini bagaimana, to? Diajak
rundingan soal kerjanya si Monot kok malah nguthek-
uthek manuk lagi? Tak brondoli tenan lho manuk Sam-
peyan! Awas ya!

DIREKTUR dan SEKRETARIS datang.

125 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Permisi!

BU RUSTAM
Not! (Memberi kode pada MONOT agar membuka pintu)

MONOT cuma menoleh ke pintu, habis itu cengengesan.

SEKRETARIS
Kulonuwun!

BU RUSTAM
Not, Not! (Memberi kode pada MONOT agar membuka
pintu)

MONOT cuma menoleh ke pintu, habis itu cengengesan


lagi.

DIREKTUR
Sepeda!

BU RUSTAM
Not, Not, Not! (Memberi kode pada MONOT agar
membuka pintu)

MONOT cuma menoleh ke pintu, habis itu cengengesan


lagi.

SEKRETARIS
Sampurasun!

BU RUSTAM
Monoooottt!!!

126 Ilham Zoebazary


MONOT
Oke, oke, okee!!! (Membuka pintu) Waduh, Pak
Direktur... mari silakan masuk, Pak. (Memperkenalkan)
Bu, ini pak direktur yang saya ceritakan tadi.

DIREKTUR
Benar, Bu, saya Direktur Utama. Di sebelah kiri saya ....

SEKRETARIS
Sekretaris direktur.

DIREKTUR
Dan di sebelah kanan saya ... oh, maaf, tidak ada.

BU RUSTAM menyalami. MONOT juga, tapi waktu


menyalami SEKRETARIS tidak segera dilepaskan. Baru
dilepaskan setelah DIREKTUR meniup sempritan.

BU RUSTAM
Wah, benar-benar merupakan suatu kehormatan bagi
kami, karena Pak Direktur dan Bu Sekretaris berkenan
mampir ke gubuk kami ini.

DIREKTUR
Yah, kami memang ingin menjalin persaudaraan. Selain
itu, saya melihat adanya bakat terpendam dalam diri Dik
Monot ini, sehingga saya merasa eman bila bakat tersebut
tidak diolah hingga menjadi potensi yang kelak berguna
bagi proses pembanguna nusa dan bangsa, dalam rangka
mengantisipasi era globalisasi, serta menyongsong
terwujutnya pasar bebas ... he...he...

127 Ilham Zoebazary


BU RUSTAM
Kami tidak menyangka bila ada orang berkedudukan
tinggi seperti Pak Direktur yang mau memperhatikan
orang lain. Tapi ngomong-ngomong, anak saya ini mau
diberi pekerjaan apa, Pak?

DIREKTUR
Kalau melihat bakatnya, dia berpotensi untuk dijadikan
Branch Manager. Artinya pemimpin cabang yang berada
di daerah.

BU RUSTAM
Wah, hebat sekali. (Pada Monot) Le, kamu akan jadi
menejer breng!

DIREKTUR
Bukan menejer breng, Bu. Tapi branch manager. Sekali
lagi jangan sampai keliru, branch manager. Sekali lagi,
branch manager. Coba Ibu tirukan ...

IBU
Breng menejer.

DIREKTUR
Terserah wis.

MONOT
Maaf, Pak. Kalau saya nanti menjadi pemimpin cabang,
apa ya punya sekretaris?

DIREKTUR
Ya jelas to, namanya saja menejer.

128 Ilham Zoebazary


MONOT
Sekretarisnya ya cantik seperti sekretaris Bapak ini?

DIREKTUR
Bahkan Dik Monot boleh memilih sendiri, dan mengang-
kat sendiri.

MONOT
Asyiiik... (Pada ibu) Bu, bagaimana kalau Rike yang saya
angkat jadi sekretaris?

BU RUSTAM
Rike? Rike anak di ujung gang itu? Huh anak liar dia itu,
Le.

MONOT
Liar bagaimana to, Bu? Dia itu justru jinak.

BU RUSTAM
Hush!

SEKRETARIS
Udaranya panas, ya? Udara seperti ini biasanya bikin haus.

DIREKTUR
Ho-oh ... ada pepatah mengatakanteh gulane
batu...omongane kemreceh suguhane nggak metu. Pepatah
lho itu ...

BU RUSTAM
Ya ampuuun... maaf, Pak Direktur dan Bu Sekretaris, saya
sampai lupa menghormati tamu. Sebentar ya saya buatkan
minuman dulu, sekalian saya panggilkan bapaknya anak-
anak....

129 Ilham Zoebazary


BU RUSTAM exit. DIREKTUR memberi kode pada
SEKRETARIS agar berbicara pada MONOT.

SEKRETARIS
Dik Monot, soal pekerjaan sudah bisa dipastikan. Namun
segala sesuatu itu ada syaratnya. Sepada motor saja supaya
bisa lari perlu bahan bakar, dan mesinnya harus diberi
olie. Nah dalam hal ini kami membutuhkan olie agar
proses pengurusan pekerjaan untuk Dik Monot bisa lancar.

MONOT
O, jadi saya harus beli olie? Berapa liter?

DIREKTUR
(Pada sekretaris) Wah, arek iki rodok bento, ndak bisa
diajak ngomong pakai kiasan. Kalau begitu ya terus terang
saja.

SEKRETARIS
Dik Monot, maksudnya bukan olie beneran. Tapi pelicin
alias uang semir.

MONOT
O, jadi pekerjaan saya nanti nyemir, to. Katanya branch
manager, kok nyemir?

DIREKTUR
(Pada sekretaris) Kira-kira anak ini sudah bento sejak
dalam kandungan.

SEKRETARIS
Sudah, terus terang saja ya, Dik Monot. Untuk mendapat
pekerjaan itu Sampeyan harus membayar demi kelancaran
administrasi. Paham?

130 Ilham Zoebazary


MONOT
O, mbayar to. Mau bilang mbayar saja mbulet kemana-
mana. Berapa ribu?

SEKRETARIS
Kok berapa ribu. Mau jadi loper koran, tah? Jumlahnya
yang harus Sampeyan bayar ... sini tak bisiki.

MONOT
(Belum dibisiki sudah kaget) Hah !?

SEKRETARIS
Hus, belum dibisiki kok sudah kaget?

MONOT
Bukan kaget, kerih. Kuping diemut.

SEKRETARIS
(Membisiki lagi) Nah sekarang silakan kaget.

MONOT
(Kaget) Hah?! Lima puluh juta? Saya harus membayar
lima puluh juta? Whik!

SEKRETARIS
Uang segitu tidaklah besar dibanding kedudukan dan
fasilitas yang akan Dik Monot peroleh. (Pada
DIREKTUR) Iya kan, Mas ... eh, Pak?

DIREKTUR
Iya. Lagi pula jaman sekarang sulit cari kerja seenak itu
secara gratis. Bayangkan, Dik Monot tidak lulus SMP tapi
dapat kerja enak. Kebanggaan nomor satu seorang lelaki

131 Ilham Zoebazary


adalah pekerjaan. Percuma saja punya pacar atau istri
secantik bidadari, bila tidak punya pekerjaan. Percuma
saja kita berwajah tampan dan berotak cemerlang, bila
tidak punya pekerjaan. Nah, kebanggaan apa yang bisa
menandingi sebuah pekerjaan?

SEKRETARIS
Dan hal paling awal yang dilihat oleh sesorang wanita
terhadap laki-laki adalah pekerjaannya. Gagah-tampan
seperti James Bond tapi luntang-lantung? Ah, buat apa.
Berpendidikan tinggi dan berotak cemerlang tapi tidak
punya pekerjaan ... ihh amit-amit!!

MENIK muncul membawa minuman. DIREKTUR


langsung tertarik. SEKRETARIS menyikutnya.

MENIK
Mari, silahkan diminum.

DIREKTUR
O, ya, ya ... terima kasih. (Menyalami) Perkenalkan,
Freddy, Direktur Utama PT Sehat Wal Afiat. Nama Adik?

MENIK
Menik.

DIREKTUR
Putrinya Pak Rustam?

MENIK
Iya. Adiknya Mas Monot.

132 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
O, kebetulan kalau begitu. Bagaimana kalau Dik Menik
juga bekerja di perusahaan saya? Ada lowongan untuk
menjadi sekretaris saya.

MONOT
Lho, kan Bapak sudah punya sekretaris, Bu Mince ini?

DIREKTUR
Bisa diatur. Dik Menik menjadi sekretaris saya, Mince jadi
sekretarismu. Bagaimana?

SEKRETARIS menginjak kaki DIREKTUR hingga


meringis kesakitan. Sementara itu sejak tadi PAK
RUSTAM sudah muncul dan mendengarkan pembicaraan
itu.

PAK RUSTAM
Menik, masuk.

MENIK
Saya ditawari pekerjaan, Pak.

DIREKTUR
Betul, Pak. Langsung saya angkat jadi ... (Kakinya diinjak
SEKRETARIS lagi) ... wadow!

MENIK
Katanya tadi jadi sekretaris direktur, Pak. Boleh ya, Pak?

PAK RUSTAM memberi kode dengan kepalanya agar


MENIK masuk. MENIK merajuk. PAK RUSTAM mendelik
dan sekali lagi memberi kode dengan kepalanya agar

133 Ilham Zoebazary


MENIK masuk. Ini terjadi beberapa kali. Akhirnya
MENIK exit.

DIREKTUR
Senang sekali hati saya bisa bertemu secara langsung
dengan Bapak Rustam Jengglong Baruno. Sudah sejak
lama saya menunggu-nunggu kesempatan ini.

PAK RUSTAM
Lho, saudara ini siapa kok sudah mengenal saya?

DIREKTUR
Siapa yang tidak mengenal Bapak Rustam Jengglong
Baruno, orang terkaya di daerah sini? O ya, kenalkan, Pak
... saya Direktur Utama PT Sehat Wal Afiat. Di sebelah
kiri saya ...

SEKRETARIS
Mince. Sekretaris Direktur.

DIREKTUR
Dan di sebelah kanan saya ... wah, maaf, lupa lagi ... O ya,
nama saya.... (pada sekretaris) Sopo jenengku?

SEKRETARIS
Ngadimin.

DIREKTUR
Itu nama pemberian orang tua, Pak. Saya biasa dipanggil
Freddy. Jabatan saya Direktur Utama, membawahi hampir
1500 karyawan, dan memiliki beberapa cabang di
beberapa daerah. Perusahaan saya stabil, tidak terkena
krisis ekonomi dan tidak ada PHK. Nah, kedatangan saya
kemari ada hubungannya dengan putra Bapak, yang saya

134 Ilham Zoebazary


nilai punya potensi luar biasa untuk memimpin cabang
perusahaan yang akan saya buka di kota ini.

BU RUSTAM muncul membawa makanan ringan.

PAK RUSTAM
Jabatan yang lowong itu mau sampeyan jual pada anak
saya?

DIREKTUR
O, tidak, Pak. Masak jabatan kok dijual. Ndak etis itu,
Pak.

PAK RUSTAM
Berapa tadi uang pelicinnya?

DIREKTUR
Istilah itu juga kurang tepat, Pak. Yang benar ...

SEKRETARIS
Uang administrasi.

DIREKTUR
Nah, itu. Tidak besar kok, cuma lima puluh juta rupiah
saja. Saya tidak mengambil keuntungan dari situ, Pak.
Niat saya ikhlas menolong putra Bapak, yang saya
pandang memiliki bakat terpendam.

PAK RUSTAM
Wah, maaf saja, Saudara. Uang sejumlah itu bukanlah
uang kecil bagi kami. Maaf, kami menolak tawaran
Saudara itu. Silahkan saudara makan kue dan minum
suguhan kami, lalu tinggalkan rumah ini.

135 Ilham Zoebazary


BU RUSTAM
Pak, Bapak ini bagaimana sih? ada orang datang baik-baik
mau menolong anak kita kok malah di usir. Mestinya kita
harus bersyukur dan berterima kasih.

MONOT
Pak, ini kesempatan emas buat saya. Branch Manager,
Pak! Pemimpin cabang! Kapan lagi saya memperoleh
pekerjaan di kantor, dengan sekretaris cantik, kalau bukan
sekarang?

PAK RUSTAM
Lalu yang lima puluh juta tadi, dapat duit dari mana kamu,
heh?

MONOT
Lho, Bapak ini bagaimana sih? Kan sudah saya katakan
bahwa bentuk penghormatan seorang anak kepada orang
tua adalah minta dipenuhi segala kebutuhan kepada orang
tua.

PAK RUSTAM
Penghormatan itu namanya? Penghormatan dengkulmu
menclek itu! Bapak tidak suka bila kamu kerja pakai
sogok-sogokan.

DIREKTUR
Maaf, sekali lagi saya ralat, bukan uang sogok, Pak. Tapi
...

SEKRETARIS
Uang administrasi.

136 Ilham Zoebazary


PAK RUSTAM
Apapun namanya saya tetap tidak setuju. Jangankan 50
juta, satu sen pun saya tidak mau.

DIREKUR
Begini, Pak, kalau jumlah 50 juta itu terlalu besar untuk
dibayar kontan, saya bisa memberi keringanan untuk
dicicil beberapa kali. Dicicil plus dapat diskon 10 persen.

PAK RUSTAM
O, begitu? Bisa dicicil plus diskon 10 persen? (Berubah
manis) Kalau begitu tunggu sebentar, saya hitung dulu
uang saya yang ada di dalam. Silahkan Bapak Direktur
duren cangkokan ... leren rokokan .... (Exit)

SEKRETARIS
(Pada ibu) Saya gembira Bapak bisa berubah pendirian.
Soalnya ini tawaran langka lho, Bu. Dik Monot nanti akan
memperoleh fasilitas istimewa berupa perumahan, mobil
dinas, serta tiket pesawat terbang untuk berlibur ke luar
negri setahun sekali.

BU RUSTAM
Wow, keluar negri? Naik pesawat? Wah....apa saya dan
bapaknya Monot boleh ikut?

SEKRETARIS
Boleh saja, Bu. Memang jatahnya untuk sekeluarga kok.

BU RUSTAM
Waduh, Not, kita akan naik montor mabur, Le.

PAK RUSTAM muncul.

137 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Bagaimana, Pak? Apakah jumlahnya mencukupi?

PAK RUSTAM
Ternyata kurang sedikit. Uang kontan saya tidak sampai
50 juta.

DIREKTUR
Berarti nyicil.

PAK RUSTAM
O, tidak. Memalukan, kaya kok nyicil. Saya sudah
menelepon kawan saya agar membawa sejumlah uang
kemari untuk menggenapinya. Sebentar lagi dia datang.

DIREKTUR
Saya benar-benar puas bekerjasama dengan Bapak.
Lancar, meskipun sempat ada sedikit ketegangan. Nah,
untuk kelancaran ini, diskon saya naikkan menjadi 20
persen. Mari silahkan diminum ....

Dengan penuh semangat DIREKTUR dan SEKRETARIS


meminum dan makan kue. Muncul PAK GLEWOR.

PAK GLEWOR
(Setelah dibisiki PAK RUSTAM, mendekati DIREKTUR,
memandangnya, mengangguk-angguk) Saudara benar-
benar direktur?

DIREKTUR
Direktur Utama.

PAK GLEWOR
Perusahan saudara bergerak di bidang apa?

138 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
E... anu, pemasok obat-obatan.

PAK GLEWOR
Nama perusahan Saudara?

DIREKTUR
PT Sehat Wal Afiat. (Curiga) Eh, memangnya Bapak ini
siapa sih? Kok pertanyaan Bapak bernada curiga?

PAK GLEWOR
Bagaimana kalau saya ini polisi?

DIREKTUR
Ah, Bapak jangan goyon.

PAK GLEWOR
Saya tidak guyon. (Menepuk pinggang) Lihat, yang
mbendol dipinggang saya ini apa?

DIREKTUR
Wah, itu pasti pistol ya, Pak.

PAK GLEWOR
O, bukan. (Mengeluarkan) Saya tadi dititipi istri saya
untuk beli ulek-ulek.
Terus terang saja saudara ini direktur gadungan, kan?
Saudara berniat menipu, kan?

DIREKTUR
Lho, menipu bagaimana to, Pak? Saya ini benar-benar
direktur, dan saya sedang mengadakan rekruitment tenaga

139 Ilham Zoebazary


kerja untuk memimpin cabang perusahaan yang akan saya
buka di kota ini.

PAK GLEWOR
(Kepada semua) Sudah sejak lama dua orang ini saya
kejar-kejar. Dia direktur dan sekretaris gadungan.
Pekerjaannya yang asli adalah penjual obat keliling di
pasar-pasar. Untung Pak Rustam menilpon saya.

MONOT
(Mencekal baju direktur) O, jadi kamu mau menipuku ya?
Kurang ajar!

DIREKTUR
Lho, sabar... saya ndak nipu, Mas. Tadi kan sudah saya
jelaskan kalau usaha saya bergerak di bidang pemasuk
obat-obatan. Saya tidak bohong, mas.

MONOT
Tapi kok ngakunya direktur PT Sehat Wal Afiat?

DIREKTUR
Ini asli, Mas, saya ndak ngapusi. PT yang saya maksudkan
bukan perseroan terbatas, tapi pedagang tidak tetap, alias
pedagang keliling.

MONOT
(Dengan gaya pesilat, diiringi musik pencak) Dasar
penipu, rasakan jurus-jurus mautku...

PAK RUSTAM
Heh, Not ...mau apa kau ini?

140 Ilham Zoebazary


MONOT
Saya mau menghajarnya, Pak.

PAK RUSTAM
Kok tumben, apa kamu berani sama dia?

MONOT
Kenapa tidak? Kan ada Bapak dan Pak Polisi.

PAK GLEWOR
Sudah, sudah... sekarang serahkan permasalahan ini pada
saya. Saya akan membawa pasangan penipu ini ke kantor
....

DIREKTUR
(Memelas) Ampuni saya, Pak ... saya dan istri saya
terpaksa melakukan hal ini karena terpaksa.

PAK RUSTAM
Yang memaksa?

DIREKTUR
Keadaan, Pak. Anak saya empat, masih kecil-kecil
semuanya. Sekarang mau nambah lagi satu, baru setengah
jadi. Ampuni kami ya, bapak-bapak ...

PAK RUSTAM
Mbok ya mikir to. Anak itu kan amanah, harus kita
pelihara dan kita besarkan dengan sebaik-baiknya. Kalau
Sampeyan ngerti soal itu, anak satu atau dua saja kan
sudah cukup. Kok memaksakan diri beranak lima, tapi
kerjaannya menipu.

141 Ilham Zoebazary


DIREKTUR
Lho, yang memaksa punya anak banyak bukan saya, Pak.

PAK RUSTAM
Lha siapa?

DIREKTUR
Keadaan.

PAK GLEWOR
O, keadaan, keadaan ... ayo ikut saya!

PAK GLEWOR membawa DIREKTUR dan SEKRETARIS


exit.

PAK RUSTAM
Bagaimana, Bune... masih kepingin naik pesawat terbang?

BU RUSTAM
Jangan nyindir. Biar ndak dapat naik pesawat terbang, aku
masih bisa naik pesawat telepon!!

MONOT tertawa lebar. BU RUSTAM secepat kilat


mengambil kue dan memasukkan ke mulut MONOT.

Selesai

142 Ilham Zoebazary


AWAS, ISYU!

Para Pelaku

Pak Jasmo
Bu Jasmo
Samin
Lik Dulah
Sanemo
Neneng
I‟is

143 Ilham Zoebazary


SAMIN
Mumpung bos lagi tidak ada di rumah, anggap saja ini
rumah sendiri. Masak mulai dulu jadi pembantu terus,
pangkat ndak pernah ik-naik. Lha, ini ada kopi, ada koran
... buh, duduk santai sambil minum kopi dan baca koran,
rasanya pasti nikmat. (Dilagukan) Ini kursi, ini kursi ...
duduk! Ini kopi, ini kopi, diminum! Ini koran, ini koran,
dibaca! ... Wah, rasanya benar-benar nikmat seperti jadi
orang kaya. Makanya bos saya itu krasan jadi orang kaya,
tidak pernah berminat jadi orang miskin. (Membaca
koran, tapi korannya terbalik) I-n-i i-b-u b-u-d-i ... ini
ibu budi ... ; s-a-p-u ... sapu.

PAK JASMO datang diam-diam. SAMIN tidak tahu.

PAK JASMO
Ibu budi makan sapu.

SAMIN
O, Bapak. Tumben kok sudah datang, Pak?

PAK JASMO
Kamu senang kalau saya tidak cepat-cepat datang, bisa
santai seperti bos ... Apa pekerjaanmu sudah selesai, kok
kamu nak-enakan begitu?

SAMIN
Soal pekerjaan, Bapak jangan khawatir. Semua sudah
beres. Mulai dari nyapu, ngepel, mencuci, memasak,
menyirami bunga ... apa Bapak mau saya sirami?

PAK JASMO
Hus, ngawur saja. Sekarang siapkan stelas jasku yang
baru. Sterika sampai licin, ya?

144 Ilham Zoebazary


SAMIN
Beres, bos. Tapi ada bonusnya, kan?

PAK JASMO
Jangan khawatir. Begitu selesai menyetrika, kamu saya
kasih bonus 200 ribu.

SAMIN
Buh, 200 ribu? Tumben Bapak baik hati?

PAK JASMO
Seandainya ...

SAMIN
Bonus seribu rupiah saja ndak pernah ngasih, apalagi 200
ribu. Tapi ngomong-ngomong Bapak mau pergi kemana
sih?

PAK JASMO
Mau tahu saja kamu. Aku mau melamar.

SAMIN
O, melamar? Melamar pekerjaan?

PAK JASMO
Buat apa melamar pekerjaan? Orang kaya kok melamar
pekerjaan. Menghitung kekayaanku saja sulit, saking
banyaknya. Perusahaan, banyak. Perkebunan, sawah,
perumahan, ada di berbagai pulau. Deposito, ada di
berbagai bank dalam dan luar negri.

SAMIN
Buh, jadi ternyata Bapak ini seorang konglomerat?

145 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Siapa yang bilang?

SAMIN
Lha itu tadi?

PAK JASMO & SAMIN


Seandainya ...

PAK JASMO
Ngomong-ngomong soal „seandainya‟ ... seandainya kamu
kaya, punya uang satu trilyun, apa yang akan kamu
lakukan, Min?

SAMIN
Seandainya saya punya uang satu trilyun ... satu trilyun itu
nol-nya berapa, pak?

PAK JASMO
Nol-nya 12.

SAMIN
Wow! Saya langsung beli rumah mewah 2, mobil mewah
3, beli sawah, sapi 100 ekor, mendirikan perusahaan ...
asyik ... Bapak mau jadi pembantu saya?

PAK JASMO
Hus, ngawur saja.

SAMIN
Kan cuma seandainya. O ya, Pak ... Kita kembali pada
soal melamar tadi. Kalau tidak melamar pekerjaan, Bapak
mau melamar apa, sih?

146 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Ya melamar cewek.

SAMIN Abbuh! Bapak mau melamar cewek?

PAK JASMO
Ada orang melamar perempuan kok heran. Kalau aku
melamar sapi, kamu boleh heran.

SAMIN
Terus ... Ibu bagaimana, Pak?

PAK JASMO
Ibu ya biar di rumah. Sudah, jangan banyak tanya. Segera
strika jasku sampai licin. Kalau sudah selesai, masukkan
dalam tas, ya?

SAMIN
Siap, Bos .... Wah , gawat. Sebentar lagi pasti terjadi
perang dunia III.

SAMIN mau pergi tapi tidak jadi karena dilihatnya ada


tamu cantik (I’IS) datang.

I’IS
Assalamualaikum ...

SAMIN
Waalaikumsalam. Mari silahkan masuk. Mau mencari
Samin, kan? Kebetulan, saya sendiri orangnya.

I’IS
Saya ingin ketemu Pak Jasmo.

147 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
(Ngejek SAMIN) Whee ....! (Pada I’IS) Mari, silahkan
duduk.

I’IS
Pak, keluarga kami sudah berkumpul semua. Kami
menunggu Pak Jasmo.

PAK JASMO
Setengah jam lagi saya sudah sampai di sana. Jangan
khawatir.

SAMIN
Apa Mbak ini yang mau dilamar?

I’IS
O, bukan. Adik saya.

SAMIN
Kalau Mbak sendiri, apa sudah bersuami?

I’IS
O, belum. Nggak tahu ya, saya kok agak sulit dapat jodoh.

SAMIN
O ya? Kalau begitu kenalkan, saya Samin. Masih bujang,
juga agak sulit cari jodoh.

I’IS
Saya I‟is. Nasib kita kok sama, ya?

SAMIN
Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau saya datang
kesana untuk melamar?

148 Ilham Zoebazary


I’IS
Sungguh? Ndak bohong?

SAMIN
Kalau situ memang serius, mau menerima saya apa
adanya, saat ini juga saya siap berangkat.

I’IS
Jelas serius, Mas. Sudah dua tahun ini Bik Iyem menjanda
ditinggal mati suaminya.

SAMIN
Buh, siapa itu Bik Iyem?

I’IS
Pembantu saya.

SAMIN
Abbuh! Saya kira melamar Sampiyan, ndak tahunya
dikasih pembantunya. Status saya pembantu, dapat istri
pembantu, ndak memperbaiki keturunan namanya.

PAK JASMO
Pembantu itu kan cuma pekerjaan. Manusianya tetap
sama. Serius mau melamar Bik Iyem apa nggak?

SAMIN
(Sambil exit) Mikir-mikir dulu, Pak. Kalau disuruh
melamar Mbak I‟is, ndak usah pakai mikir saya.

I’IS
Maaf lho, Pak. Kalau memang Pak Jasmo sudah siap
berangkat, ya saya mohon pamit dulu.

149 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Silahkan. Setengah jam lagi saya sampai di sana.

I’IS exit. BU JASMO datang sambil menangis.

PAK JASMO
Pasti dapat kenaikan gaji ya, pulang dari kerja sambil
menyanyi.

BU JASMO
Bapak ini bagaimana sih? Ini bukan menyanyi. Nangis!

PAK JASMO
O, nangis ... Ada apa kok menangis?

BU JASMO
Aku di-PHK ...

PAK JASMO
(Tertawa) Ha .. ha ... di-PHK saja kok menangis. Eh, apa
sih PHK itu?

BU JASMO
PHK itu Pemutusan Hubungan Kerja, alias dipecat!

PAK JASMO
O, dipecat? Memangnya sampeyan punya salah apa kok
dipecat?

BU JASMO
Aku di-PHK bukan karena melakukan kesalahan. Tapi
karena perusa-haannya bangkrut.

150 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Para pemilik perusahaan itu memang banyak hutangnya,
makanya mudah bangkrut. Sudahlah, ndak usah ditangisi.
Sejak dulu saya kan sudah bilang, sebaiknya sampeyan
ndak usah kerja. Tinggal saja di rumah, ngurus rumah
tangga dan anak-anak.

BU JASMO
Soal rumah tangga dan anak-anak aku kan tidak pernah
melupakan.

PAK JASMO
Iya, tapi kan tidak bisa maksimal, karena masih harus
mikir pekerjaan. Karena itu biar aku saja yang bekerja.

BU JASMO
Saya tahu penghasilan sampeyan sudah cukup untuk
kebutuhan rumah tangga kita. Tapi nanti kalau aku tidak
bekerja, tidak membantu ngurusi ekonomi keluarga,
sampeyan cem-macem di luar.

PAK JASMO
Ndak mungkin saya cem-macem di luar, kecuali kepepet
...

BU JASMO
Nah, itu!

PAK JASMO
Cuma bergurau. Anak-anak sekarang kan sudah mulai
besar-besar, membutuhkan perhatian dan bimbingan yang
lebih besar dari orang tua, khususnya dari ibunya. Jadi ibu
rumah tangga itu juga pekerjaan yang terhormat.

151 Ilham Zoebazary


BU JASMO
Jadi sampeyan lebih senang kalau aku tinggal di rumah?

PAK JASMO
Jelas.

BU JASMO
Betul sampeyan ndak akan cem-macem diluar?

PAK JASMO
Sudah saya bilang, ndak mungkin saya cem-macem di
luar. Yang satu macem di rumah saja sudah ndak ngatasi.

BU JASMO
Jangan buka rahasia.

SAMIN
(Muncul membawa tas) Ini, Pak, sudah selesai.

PAK JASMO
(Mengambil tas) Bu, saya mau pergi dulu. Ada urusan
bisnis yang sangat penting.

BU JASMO
Bisnis apa sih, Pak?

PAK JASMO
Rahasia. Kalau urusannya sudah selesai, nanti saya
ceritakan. (Exit)

BU JASMO
Min, Bapak kok mencurigakan begitu, ya ... pakai rahasia-
rahasiaan segala. Mau pergi kemana sih dia?

152 Ilham Zoebazary


SAMIN
Gawat ... gawat ...

BU JASMO
Min, kamu ini bagaimana sih, ditanya kok „gawat-gawat‟.
Apanya yang gawat?

SAMIN
Pokoknya saya tidak terlibat, Bu. Saya tidak ikut-ikutan ...

BU JASMO
Aduh, Samin ... jelaskan pada saya, ada apa ini
sebenarnya, heh?

SAMIN
Begini, Bu ... Bapak mau k-a-w-i-n l-a-g-i, kawan lama ...

BU JASMO
Heh? Bapak mau apa?

SAMIN
Kawin lagi, Bu. Bapak pergi untuk melamar seseorang.

BU JASMO
Min, kamu jangan bikin isyu-isyu yang tidak bertanggung
jawab lho. Kamu senang di rumah ini terjadi kerusuhan?

SAMIN
Ibu tadi minta diberi penjelasan. Setelah saya jelaskan,
saya dituduh bikin isyu. Kalau memang Ibu sudah bosan
pada saya, pulangkan saja aku pada orang tuaku ...

BU JASMO
Samiiin!

153 Ilham Zoebazary


SAMIN
Ibuuu!

BU JASMO
Jadi kamu tidak benar-benar tidak bikin isyu, tidak
berbohong, tidak memfitnah?

SAMIN
Ini bukan fitnah bukan sihir. Haqul yaqin Bapak mau
kawin lagi.

BU JASMO
Memang aku sudah curiga. Dasar laki-laki, lain di mulut
lain di hati. Min, sini kamu!

SAMIN
Aduh, mati aku! Biasanya kalau juragan marah, lalu
memanggil pembantu, ada dua kemungkinan yang akan
terjadikemungkinan pertama, pembantu dijadikan sasaran
kemarahan; kemungkinan kedua, kemarahan diarahkan
pada pembantu ... (Mendekat) Ya, Bu?

BU JASMO
(Menjewer telinga SAMIN) Kenapa kamu tidak segera
cerita soal itu, heh? Kalau kamu cerita sejak kemaren-
kemaren, kan saya bisa mencegah ...

SAMIN
Ya, kan? Benar, kan? Sasaran pertama telinga, sasaran
yang kedua ...

154 Ilham Zoebazary


BU JASMO
(Mencubit SAMIN) Kamu pasti bersekongkol dengan
Bapak. Kamu pasti diajak kerja sama, biar ndak mau cerita
...

SAMIN
Sasaran yang ketiga ...

BU JASMO
(Memukuli SAMIN) Kalau mengetahui Bapak mau
macem-macem begitu, mestinya kamu ikut menasehati,
jangan diam saja ...

SAMIN
Mumpung belum sampai yang keempat, saya harus
menyelamatkan diri ... (Pura-pura pingsan) Aachhh .....

BU JASMO
Pokoknya saya tidak akan tinggal diam. Awas ya,
tunggulah pembalasanku. Pembalasan lebih kejam
daripada penganuan ...

BU JASMO lasung masuk dengan sewot. SAMIN


mengiringi dengan tabuhan jula-juli mulut. LIK DULAH
datang.

LIK DULAH
Assalamualaikum ...

SAMIN
Waalaikumsalam ... O, Lik Dulah, mari silahkan duduk.

LIK DULAH
Terima kasih. Kok masih hidup kamu, Min?

155 Ilham Zoebazary


SAMIN
Buh, Lik Dulah ini bicaranya sedikit, tapi mengandung
H2SO4.

LIK DULAH
Bukan begitu. Maksudku, kamu kok kelihatan segar dan
ceria. Berati kamu sehat wal afiat.

SAMIN
Apa yang kelihatan di mata, belum tentu sama dengan
kenyataannya, Lik. Kelihatannya saja saya segar ceria, tapi
sesungguhnya hati saya sedang remuk redam.

LIK DULAH
Kelincipen bicaramu itu.

SAMIN
Saya serius, Lik. Karena itu, biar Lik Dulah tidak
mengalami penderitaan seperti yang saya alami, saya
mohon untuk kali ini Lik Dulah extra hati-hati.

LIK DULAH
Saya tahu. Situasi dan kondisi dalam masyarakat kadang-
kadang tidak menentu. Siapa saja harus lebih berhati-hati
menjaga diri.

SAMIN
Benar, Lik. Khususnya bila Anda memasuki rumah ini ...

LIK DULAH
Buh, memangnya kenapa kalau saya masuk rumah ini?

156 Ilham Zoebazary


SAMIN
Sebab ... Anda memasuki Daerah Operasi Militer ...
Permisi, saya panggilkan Kon-DOM ... Komandan Daerah
Operasi Militer. (Exit)

LIK DULAH
Ada-ada saja Samin itu. Mungkin dia terlalu banyak baca
koran.

BU JASMO
(Muncul) O, Kak Dulah. Dari rumah saja, Kak?

LIK DULAH
Iya. Kok kelihatannya segar ceria kamu?

BU JASMO
Apa yang kelihatan di mata, belum tentu sama dengan
kenyataannya, Kak. Kelihatannya saja saya segar ceria,
tapi sesungguhnya hati saya sedang remuk redam.

LIK DULAH
Rupanya kamu sama Samin sedang latihan main drama ya,
kok ngomongnya sama?

SAMIN
(Menyuguhkan kopi) Mari, Lik, diminum kopinya.

BU JASMO
Min, nanti kalau Bapak datang, biar saya sendiri yang
membuatkan kopi, ya?

LIK DULAH
Bagus itu. Memang begitulah istri yang baik. Harus mau
melayani suami, contohnya ya membuatkan kopi itu tadi.

157 Ilham Zoebazary


BU JASMO
Suami yang baik memang harus dilayani, disuguhi kopi
campur madu. Tapi suami yang suka cem-macem,
disuguhi kopi campur racun. (Exit)

LIK DULAH
Min, kok kelihatannya juraganmu agak sewot? Apa salah
kalau aku menasehati soal nyuguhi kopi itu tadi?

SAMIN
Memang tidak salah, tapi itu kalau di wilayah aman ... dan
disini adalah zona perang.

LIK DULAH
Min, kamu sejak tadi kok bicara hal-hal yang mengerikan.
Daerah Operasi Militer, zona perang ... apa maksudmu,
heh?

SAMIN
Saya ndak in-main, Lik. Keadaan memang sangat
mengerikan. Karena itu Lik Dulah saya beri dua
opsisegera meninggalkan rumah ini dengan damai, atau
memilih terlibat perang saudara ...

LIK DULAH
Kamu ini benar-benar terlalu banyak membaca koran dan
lihat TV. Makanya bicaramu berbau isyu.

SAMIN
Dikasih tahu demi keselamatan, kok dibilang isyu.

PAK JASMO datang.

158 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
O, Kak Dulah. Sudah lama, Kak?

LIK DULAH
Baru saja.

SAMIN
Pak, apa diperbolehkan kalau saya minta cuti satu
minggu?

PAK JASMO
Minta cuti? Kan kamu baru saja minta cuti lebaran. Kok
sekarang minta cuti lagi?

SAMIN
Soalnya ini demi keamanan diri saya, Pak. Saya tidak mau
terlibat perang saudara.

PAK JASMO
Kamu ini bicara apa, heh? Tidak ada perang saudara
disini. Kalau di Bosnia sana memang ada.

LIK DULAH
Mungkin Samin ini sudah mulai menclek. Neh-aneh saja
omongannya.

SAMIN
Dibilang menclek ya ndak pa-apa, asal saya selamat.
Makanya saya dikasih cuti ya, Pak?

PAK JASMO
Ndak boleh. Ayo ke belakang sana.

159 Ilham Zoebazary


BU JASMO muncul menyuguhkan kopi untuk PAK
JASMO, lalu exit.

SAMIN
(Sambil berjalan masuk) Perang saudara dimulai ....

LIK DULAH
Saya senang sekali kalau datang kemari. Suasananya
benar-benar terasa rukun. Suami datang, istri menyambut
dengan kopi ...

PAK JASMO
Saya ini kan cuma mencontoh keluarga sampeyan.
Hubungan antara suami-istri, antara anak-anak dan orang
tua, dijaga keharmonisannya. Hasilnya ... enak tenaaan ...
Mari Kak, silahkan diminum kopinya.

LIK DULAH
(Minum kopi) Hmm, nikmaaat ...

PAK JASMO
Kopi bikinan adik sampeyan itu memang luar biasa.
(Minum, langsung gebres-gebres)

LIK DULAH
Kenapa? Katanya kopi bikinan istrimu luar biasa.

PAK JASMO
Iya, saking nikmatnya sampai lidah saya hancur.

BU JASMO muncul lagi membawa dua lepek berisi kue.


Satu untuk PAK JASMO satu untuk LIK DULAH.

160 Ilham Zoebazary


BU JASMO
Ini kue spesial bikinan saya sendiri, silahkan dicoba.

PAK JASMO
Soal masakan, apalagi kue, istri saya jagonya. Kue jenis
apapun kalau yang bikin adik sampeyan ini, pasti nikmat.

PAK JASMO dan LIK DULAH langsung memakan


kuenya. Sekali lagi PAK JASMO gebres-gebres.

LIK DULAH
Saking nikmatnya sampai lidah sampeyan hancur lagi ...

PAK JASMO
Bu, kamu ini mau menyenangkan aku, atau mau
membunuhku? Kopi ndak pakai gula, tapi pakai garam.
Kue juga penuh garam.

LIK DULAH
Kalau yang ini jelas sampeyan ndak niru saya. Cara saya
memuji istri ndak seperti itu, tapi langsung dengan kata-
kata manis.

PAK JASMO
Ini bukan memuji, tapi protes.

BU JASMO
Ini baru babak pembukaan. Sekarang cuma garam yang
saya masukkan kedalam kopi dan kue sampeyan. Sebentar
lagi racun!

LIK DULAH
Nah ... ini benar-benar mesra-mesraan model baru. Pura-
pura berantem, tapi hatinya mesra.

161 Ilham Zoebazary


BU JASMO
Ini bukan mesra-mesraan, Kak. Tapi berantem beneran.

PAK JASMO
Ada apa ini sebenarnya, Bu? Ndak biasanya sampeyan
bertindak kejam seperti ini padaku.

BU JASMO
(Menangis) Saya tidak menyangka kalau sampeyan tega
mengkhianati saya. Saya memang sudah tua, tidak cantik
lagi seperti dulu ...

LIK DULAH
Asyik, pura-pura bertengkar dulu, sesudah itu, assooiii ....

BU JASMO
Dibilang bukan pura-pura kok ngeyel saja sampeyan ini!
Pokoknya aku tidak mau dimadu. Lebih baik minggat saja
...

PAK JASMO
Lho, Bu ... sampeyan ini nglindur apa ketempelan jin?

BU JASMO
Dasar laki-laki! Di rumah istri disayang-sayang, di luar
ternyata mau kawin lagi!

PAK JASMO
Heh? Kawin lagi? Siapa yang mau kawin lagi?

BU JASMO
(Sambil mencubiti PAK JASMO) Jangan pura-pura tidak
tahu ... rasakan pembalasanku ... hayo, mau mengaku apa
tidak?

162 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Ampun, ampun ...

LIK DULAH
(Meniup peluit, mengeluarkan kartu kuning untuk BU
JASMO) Harus fair play, tidak boleh main kayu ...

BU JASMO
Dia yang tidak fair play, makanya aku main kayu. (Siap
memukul lagi) Hayo, kalau tetap tidak mengaku, aku main
kasar lagi ...

PAK JASMO
Aku harus mengaku soal apa, Bu ... Jelaskan dulu, ada
masalah apa ini sebenarnya.

BU JASMO
(Memanggil) Samiin!

SAMIN
(Datang, ketakutan) Saya tidak terlibat, Bu ...

BU JASMO
Sekarang jelaskan duduk persoalannya, seperti yang tadi
kamu katakan pada saya.

PAK JASMO
Bikin isyu apa kamu, Min?!

SAMIN
Saya tadi hanya menceritakan soal rencana Bapak untuk
kawin lagi.

163 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Heh? Aku mau kawin lagi? Siapa yang bilang begitu?

SAMIN
Lho, kan Bapak sendiri yang bilang. Bapak menyuruh
saya menyetrika jas karena Bapak mau pergi melamar ...

PAK JASMO
Wah, kamu ini benar-benar bento. Kalau tidak tahu
permasalahan yang sebenarnya, jangan cerita yang tida-
tidak. Memang benar aku pergi melamar, tapi bukan untuk
saya. Saya melamarkan Neneng untuk si Dul Kipo
temanku itu.

BU JASMO
Tapi kalau belum ada bukti nyata, saya tetap tidak
percaya.

PAK JASMO
Min, panggil Pak Dul Kipo kemari. Kalau bisa, Bu
Neneng suruh datang juga. Cepat, bilang keadaan sedang
siaga satu!

SAMIN
Siap, bos! (Exit)

LIK DULAH
Saya yakin ini hanya kesalah pahaman belaka. Dan karena
ini masalah dalam negri kalian berdua, sebaiknya saya
pergi saja. (Exit)

BU JASMO
Awas ya, kalau ternyata yang dikatakan Samin tadi benar,
tidak ada ampun lagi!

164 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Kalau ternyata salah, aku dikasih bonus lho ya.

BU JASMO
Huh, bonus apa. Ndak bonus-bonusan!

DUL KIPO dan NENENG datang.

DUL KIPO & NENENG


Permisi ...

BU JASMO
Mas Dul, benarkah Sampeyan mau menikah dengan Dik
Neneng?

DUL KIPO
Benar, Bu. Rencananya bulan depan.

BU JASMO
Suami saya yang melamarkan?

DUL KIPO
Benar, Bu. Soalnya saya kan sudah tidak punya orang tua
lagi. Dan saya malu untuk melamar sendiri, soalnya saya
merasa sudah tua ...

BU JASMO
Dik Neneng, benarkah suami saya melamar sampeyan
bukan untuk dirinya sendiri?

NENENG
Benar, Bu. Saya kan tahu kalau Pak Jasmo sudah
berkeluarga, dan anaknya sudah besar-besar. Mana
mungkin saya mau.

165 Ilham Zoebazary


PAK JASMO
Nah, sekarang bagaimana? Masih mau ngasih kopi
dicampur racun?

BU JASMO jadi tersipu malu.

Selesai

166 Ilham Zoebazary


ANTRI DULU DONG

Para Pelaku

Ninik
Neman
Pak Klebun
Yayuk
Hansip 1 (Manap)
Hansip 2 (Ro‟im)
Mbah
Beberapa orang penduduk

167 Ilham Zoebazary


Di Pendopo Balai Desa.

HANSIP 1 datang (sambil menari dan menyanyi mengikuti


irama musik).

HANSIP 1
Hansip jaman sekarang harus pandai menari dan
menyanyi. Ini sangat penting bagi stabilitas nasional.
Kenapa demikian? Masalahnya, dimana-mana terjadi
kerusuhan dan penjarahan. Hansip sebagai ujung tombak
keamanan masyarakat harus siap setiap saat. Ada
kerusuhan, hansip harus turun mengatasi. Ada penjarahan,
hansip harus turun mengamankan warga. Kalau terus-
terusan, lama-lama bisa stres. Padahal hansip tidak boleh
stres. Nah, supaya tidak stres, hansip harus bisa menyanyi
dan menari.

HANSIP 2 datang diam-diam.

HANSIP 2
Maliiing ... maliiing ... !

HANSIP 1 bersembunyi. HANSIP 2 tertawa.

HANSIP 1
Sampeyan ini sukanya bikin kaget. Datangnya terlambat,
bikin kaget.

HANSIP 2
Kamu ini ndak cocok dengan omongannya sendiri. Saya
dengar dari jauh, kamu berkata siap mengatasi segala
kerusuhan dan penjarahan. Ndak tahunya dengar ada
teriakan maling sudah bersembunyi.

168 Ilham Zoebazary


HANSIP 1
Siapa yang bersembunyi? Itu tadi bukan bersembunyi, tapi
strategi pengamanan. Iya kalau malingnya ndak bawa
senjata. Lha kalau bawa celurit? Padahal saya cuma bawa
pentungan.

HANSIP 2
Yang penting bukan masalah clurit atau pentungan, tapi
strateginya. (Memperagakan) Begitu berhadapan dengan
maling yang membawa celurit, kita harus bicara sopan
padanya“Abbuh, kok bagus celurit sampeyan? Ini pasti
mahal. Coba saya pinjam sebentar ...” Nah, setelah celurit
ada di tangan kita, dia kita todong“Ayo menyerah!” Beres,
kan?

HANSIP 1
Itu kalau pas ketemu dengan maling goblok. Lha kalau
malingnya pinter, ndak mau nyerahkan cluritnya malah
langsung menyerang kita. Hayo, bagaimana?

HANSIP 2
Kita harus mengelak, melompat mundur.

HANSIP 1
Kalau di belakang kita ada tembok?

HANSIP 2
Gampang. Kita menghilang.

HANSIP 1
He, kita ini hansip apa Mr. Blek? Enak saja bicara.
Sekarang tugas kita adalah menyiapkan pembagian
sembako. Ayo kita kerja.

169 Ilham Zoebazary


HANSIP 2
Yang jadi komandan aku. Jadi yang memerintah juga aku.
Ngerti?

HANSIP 1
Siap, komandan!

HANSIP 2
Segera laksanakan tugas!

HANSIP 1
Siap, komandan! (Hormat, balik kiri, pergi)

HANSIP 2
Enak sekali jadi komandan, apa-apa tinggal perintah.
Anak buah menyiapkan meja-kursi, ngangkuti beras,
komandan ngejung ...

paling nyaman rokok apa, lik


kabih rokok mon gratis rasana sip
paling nyaman norok sapa, lik
se paling nyaman norok komandan hansip

sampang rumah sakek


tuan dokter aklambi poteh
tak gempang dadi reng lakek
mon tak pinter nyare pese

pamekasan bhenyak oranga ... aduh, dik!

HANSIP 2 terkejut karena iba-tiba beberapa orang


warga datang untuk antri sembako sambil mengacung-
acungkan kupon mereka.

170 Ilham Zoebazary


HANSIP 2
Saudara-saudara, demi ketertiban bersama saya mohon
Saudara-saudara antri secara tertib. Urut satu persatu.

Orang-orang berbaris, kemudian bergerak-gerak seperti


di atas bis kota. HANSIP 2 melibatkan diri, jadi sopir.
HANSIP 1 datang juga melibatkan diri jadi kernet.

HANSIP 1
Sudah, sudah, ini waktunya kerja kok malah in-main. Jam
berapa ini tan-tretan kok sudah pada ngumpul? Pembagian
sembako dilak-sanakan satu jam lagi. Panitianya belum
datang. Ayo bubar dulu.

Para warga bubar sambil ngedumel.

HANSIP 2
Apa sudah kamu siapkan meja-kursi untuk Pak Klebun
dan panitia?

HANSIP 1
Siap. Sudah, komandan!

HANSIP 2
Kok ndak segera dibawa kemari?

HANSIP 1
Berat, komandan. Harus diangkat dua orang.

HANSIP 2
O, jadi saya kamu suruh membantu ngangkat meja-kursi
itu? Masak komandan kok disuruh. Ayo laksanakan
sendiri!

171 Ilham Zoebazary


HANSIP 1
Siap, komandan! (Pergi sambil ngedumel) Jadi hansip
ndak mesti dapat bayaran, disuruh-suruh terus. Oh, nasib!

YAYUK datang. HANSIP 2 tidak melihat.

YAYUK
Permisi.

HANSIP 2
(Melihat ke arah lain) Manap ndak ada!

YAYUK
Permisi.

HANSIP 2
Dibilang Manap ndak ada kok ngeyel. (Menoleh, terkejut)
O, mari, silahkan ... saya kira yang datang tadi istrinya
Manap. Makanya baunya kok lain. Ini berbau harum.
Kalau istrinya Manap berbau embik.

MANAP muncul lagi.

HANSIP 1
Istrinya siapa yang berbau embik?

HANSIP 2
Ya istrinya embik. Embik jantan punya istri embik betina.
Nah, embik betina ini baunya seperti embik ...

HANSIP 1
Kalau ada pekerjaan, semua diserahkan saya. Tapi kalau
ada perempuan cantik, saya ndak dikasih.

172 Ilham Zoebazary


HANSIP 2
Lho, kok begitu kamu bicaranya pada komandan?!

HANSIP 1
Siap, maaf, Komandan.

HANSIP 2
Kamu istirahat saja di belakang sana. Nona ini biar saya
layani.

HANSIP 1
Komandan tidak boleh bekerja. Anak buah yang kerja.
Nanti Komandan tinggal terima laporan.

HANSIP 2
Saya saja yang melayani.

HANSIP 1
Saya saja.

HANSIP 2
Saya saja.

HANSIP 1
Saya saja.

HANSIP 1 dan 2 eyel-eyelan, dorong-mendorong.

YAYUK
Heh, kalian ini bagaimana sih? Ada tamu datang kok ndak
dilayani, malah ribut sendiri.

HANSIP 2
Maaf, saya ambilkan dulu sembakonya.

173 Ilham Zoebazary


HANSIP 1
Saya saja yang mengambilkan.

HANSIP 2
Saya saja.

HANSIP 1
Saya saja.

YAYUK
Kok mau ngambil sembako, untuk siapa?

HANSIP 2
Ya untuk Nona ... siapa nama Nona?

YAYUK
Nama saya Yayuk. Tapi saya datang kemari bukan untuk
antri sembako. Saya justru mau menyumbang beras untuk
dibagikan pada masyarakat.

HANSIP 1 & 2
(Saling berpandangan) Heh?!

YAYUK
(Memberi kartu nama) Ini alamat saya. Tolong nanti
berasnya diambil, ya?

HANSIP 2
Biar saya saja yang mengambil. Akan saya angkut sendiri.

HANSIP 1
Saya saja. Saya juga kuat kok ngangkut beras.

174 Ilham Zoebazary


YAYUK
Silahkan kalau mau diangkut sendiri. Tidak banyak kok,
cuma 2 ton.

HANSIP 1 & 2
(Saling berpandangan) Heh?!

YAYUK
Permisi. (Pergi)

HANSIP 2
(Pada MANAP) Heh, kamu kok masih di sini? Ayo kerja!

MANAP pergi sambil ngedumel. NEMAN datang,


celingak-celinguk. HANSIP 2 memberi kode agar pergi,
tapi NEMAN tidak beranjak dari situ sambil celingat-
celinguk.

HANSIP 2
Cong, pembagian sembakonya masih kurang satu jam lagi.
Sekarang kamu pergi dulu.

NEMAN
Ssssttt ... jangan ramai-ramai. Saya tidak butuh sembako.

HANSIP 2
Lha untuk apa sampeyan datang kemari?

NEMAN
Sssstt ... jangan ramai-ramai, ini rahasia. Ini urusan orang
dewasa, anak-anak tidak boleh ikut-ikutan.

HANSIP 2
Wah, gila anak ini. Komandan hansip dianggap nak-anak.

175 Ilham Zoebazary


He, Mas ... saya ini komandan hansip, bertanggung jawab
atas keamanan disini. Kalau kamu tidak mau berterus
terang, saya tangkap lho.

NEMAN
Sssstt ... jangan ramai-ramai ...

NEMAN berjalan seperti mencari sesuatu di atas,


kemudian di lantai. HANSIP 2 mengikuti gerakan
NEMAN, sampa akhirnya HANSIP 2 menabrak PAK
KLEBUN yang datang bersama NINIK. NEMAN terus
berjalan exit.

PAK KLEBUN
He, ada apa ini?

HANSIP 2
O, Pak Klebun. Kepada Pak Klebun hormat senjataaa ...
grak! (Mengangkat pentungannya, mengenai kepalanya
sendiri)

PAK KLEBUN
Jangan bergurau, ini bukan dagelan. Bagaimana, Saudara
Ro‟im, apa beras yang akan dibagikan sudah ipersiapkan?

HANSIP 2
Siap. Sudah, Pak Klebun.

PAK KLEBUN
Kamu sudah sarapan?

HANSIP 2
Siap. Belum, Pak Klebun.

176 Ilham Zoebazary


PAK KLEBUN
Sama. Saya juga belum.

HANSIP 2
Abbuh ... saya kira mau diajak sarapan.

PAK KLEBUN
Saudara Ro‟im, karena Si Ninik, anak saya ini, sekolahnya
sedang libur maka dia ingin membantu kita membagikan
sembako pada masyarakat..

HANSIP 2
Bagus itu. Memang seharusnya anak muda itu belajar
tanggap pada persoalan lingkungan. Sebab kalau tidak,
akan jadi apa bangsa dan negara ini. Oleh sebab itu ...

PAK KLEBUN
Ro‟im ...!

HANSIP 2
Siap, Pak Klebun!

PAK KLEBUN
Kamu saja yang jadi klebun, ya?

HANSIP 2
Maaf, Pak Klebun, saya terlalu bersemangat.
Persoalannya, anak muda jaman sekarang kalau tidak
mendapat bimbingan yang baik, bisa melenceng dari jalan
yang benar. Oleh sebab itu ...

177 Ilham Zoebazary


PAK KLEBUN
Tiaraaapp ...! Bicara kok tidak ada titik-komanya. Kalau
omongan kamu borong semua, kapan Pak Klebun dapat
giliran? Apakah beras yang akan dibagi sudah disiapkan?

HANSIP 2
Siap. Sudah, Pak Klebun. Tapi masih ada di gudang.

PAK KLEBUN
Kalau begitu semuanya bawa kemari.

HANSIP 2
Siap, Pak Klebun. (Berteriak) Manap!

HANSIP 1
(Datang) Siap, komandan!

HANSIP 2
Bawa kemari semua beras yang akan dibagi.

HANSIP 1
(Ngedumel) Mulai tadi main perintah terus.

HANSIP 2
Sor mejo keh ulane, ojo gelo wis carane. Aturan dari pusat
memang begitu. Gubernur memerintah bupati, bupati
memerintah camat, camat memerintah klebun, klebun
memerintah komandan hansip, komandan hansip
memerintah anak buah.

HANSIP 1
(Sambil pergi) Anak buah memerintah embik ...

178 Ilham Zoebazary


PAK KLEBUN
Jadi pimpinan itu ndak boleh cuma main perintah. Kalau
bisa malah bekerja paling giat. Ayo kita bantu Si Manap.
(Pada NINIK) Nik, kamu urusi administrasinya, ya?

NINIK
Ya, Pak.

PAK KLEBUN dan HANSIP 2 exit. NEMAN muncul lagi.

NEMAN
Ninik ...

NINIK
Mas Neman ...? Aduh ... kapan datang, Mas?

NEMAN
Besok ... eh, kemaren. Sebenarnya aku ingin langsung
datang ke rumahmu, tapi takut sama bapakmu. Apakah
bapakmu masih galak seperti dulu, ataukah sudah jinak?

NINIK
Mas Neman ini ada-ada saja. Sebenarnya Bapak tidak
galak, tapi memang begitulah sifatnya. Kelihatannya
galak, tapi hatinya sangat baik. O ya, bagaimana kabarmu,
Mas Neman, baik-baik saja, kan?

NEMAN
Aduh, Nik ... selama setahun aku bekerja di Malaysia,
siang malam aku teringat wajahmu. Melihat bulan, aku
ingat kamu. Melihat pohon, aku ingat kamu. Tapi anehnya
kalau melihat cewek cantik, aku ndak ingat kamu ...

179 Ilham Zoebazary


NINIK
Ih, kok begitu sih, Mas Neman?

NEMAN
Cuma bergurau, Nik. O ya, kedatanganku ke tanah air ini
tidak hanya untuk melepas rindu, tapi juga mengandung
maksud yang lebih penting.

NINIK
Maksud penting apa itu, Mas?

NEMAN
Begini, Nik. Sebentar lagi kamu kan lulus SMU.
Bagaimana kalau ... (Malu) Bagaimana kalau ...

NINIK
Bagaimana apanya sih, Mas?

NEMAN
Bagaimana kalau ... ah, malu, Nik, banyak orang ...
(Menunjuk para pemusik)

NINIK
Anggap saja mereka itu kucing ...

NEMAN
Baiklah. Begini, Nik ... bagaimana kalau kita segera
menikah, terus kamu ikut saya ke Malaysia.

NINIK
Waduh bagaimana, ya ... aku belum berpikir soal
pernikahan. Aku merasa belum siap berumah tangga, Mas.
Aku bercita-cita ingin jadi guru. Karena itu sesudah lulus
SMU aku akan kuliah dulu.

180 Ilham Zoebazary


NEMAN
Aduh, Nik ... kalau kamu kuliah, berarti aku harus
menunggumu lebih lama lagi ... bisa jadi akik aku, Nik.

NINIK
Semua ini demi masa depan kita juga, Mas. Kalau Mas
Neman memang mencintaiku, Mas Neman harus bersabar
menunggu. Tapi kalau tidak sabar, sebaiknya cari saja
calon yang lain.

NEMAN
Jangan begitu, Nik. Tidak mungkin aku mencari yang
lainnya. Pepatah mengatakan:

kalau tidak memetik bunga


lebih baik tunggu menjadi buah
kalau tidak dengan adinda
lebih baik kakanda mati berkalang tanah

NINIK
Jangan begitu dong, Mas. Apa Mas Neman senang kalau
punya istri cuma pinter mencuci baju, menanak nasi,
menyapu rumah ... Apa Mas tidak ingin punya istri yang
bisa membantu mengangkat ekonomi keluarga?

NEMAN
Masalah ekonomi keluarga, itu tanggung jawabku, Nik.
Aku yang bekerja mencari uang. Jauh-jauh aku bekerja di
Malaysia, itu semua demi kita berdua. Kamu tidak usah
ikut-ikutan memikirkan.

181 Ilham Zoebazary


Diam-diam ternyata PAK KLEBUN dan HANSIP 1 & 2
sudah ada di tempat itu, dan sempat mendengarkan
sebagian pembicaraan mereka.

PAK KLEBUN
Ninik ... siapa pemuda itu?

HANSIP 2
Ditangkap saja, Pak. Sejak tadi saya curiga pada dia.
Jangan-jangan dia ini provokator.

NEMAN
(Pada HANSIP 2) Ssstt ... jangan ramai-ramai ...

HANSIP 2
Mulai tadi “Sstt jangan ramai-ramai, sssttt jangan ramai-
ramai ... “ Sampeyan ini jelas provokator yang mau bikin
kerusuhan.

PAK KLEBUN
Jangan tergesa-gesa menuduh kalau tidak ada bukti.
Curiga boleh, menuduh jangan. (Pada NEMAN) Kamu ini
siapa, kok kelihatannya sudah akrab dengan anak saya?

NEMAN
Saya Neman, Pak. Lengkapnya Bambang Seneman. Saya
dulu kakak kelasnya Ninik. Setelah lulus saya bekerja di
Malaysia, jadi ahli bangunan.

PAK KLEBUN
Wah, hebat sekali, lulusan SMA langsung bisa jadi ahli
bangunan?

182 Ilham Zoebazary


NEMAN
Betul, Pak. Jelasnya, tukang bangunan.

PAK KLEBUN
Tadi saya dengar kalian bicara soal pernikahan.
Pernikahan siapa itu?

NEMAN
Anu ... pernikahan anu ...

HANSIP 2
Anu, anu ... yang omongannya tidak jelas begini pasti
provokator. Kalau bukan provokator, pasti ninja. Tangkap
saja, Pak.

PAK KLEBUN
Kamu ini jadi petugas kok hobinya main tangkap.
Dengarkan dulu bicaranya, biar jelas duduk persoalannya.
(Pada NEMAN) Terus bagaimana anumu tadi ... eh,
pernikahannya tadi?

NEMAN
Begini, Pak ... anu saya ... eh, maaf ... saya kan sudah lama
kenal dengan Ninik. Saya bermaksud melamarnya, Pak.

PAK KLEBUN
Apa? Kamu mau melamar anak saya? Berani-beraninya
kamu ...

HANSIP 2
Tangkap saja, Pak!

PAK KLEBUN
Ya, tangkap dia!

183 Ilham Zoebazary


Dengan bersemangat HANSIP 2 menangkap NEMAN.
NINIK menangis.

NEMAN
Ampun, Pak ... saya bukan ninja, bukan provokator. Saya
ini ahli bangunan.

PAK KLEBUN
Coba ulangi sekali lagi soal keinginanmu melamar anak
saya tadi. Ayo diulangi!

NEMAN
Ampun, Pak ... saya memang ingin melamar anak Bapak.
Saya ingin segera mengajaknya menikah. Tapi kalau tidak
boleh ya tidak apa-apa ... asal saya jangan ditangkap ...

PAK KLEBUN
Kamu berani-beraninya melamar anak Klebun, ingin
menikah dengan anak Klebun, karena itu ... kamu saya
ijinkan!

NEMAN
Apa? Bapak mengijinkan?

PAK KLEBUN
Ya, saya ijinkan.

NEMAN langsung pingsan. HANSIP 2 cuma ndomblong.

NINIK
Pak, apa maksud Bapak sebenarnya?

184 Ilham Zoebazary


PAK KLEBUN
Kan sudah jelas ... Neman sudah bekerja, kamu sebentar
lagi sudah lulus SMA. Cocok kalau dinikahkan.

NINIK
Pak, yang menjalani kan saya. Kenapa Bapak tidak
bertanya dulu pada saya? Iya kalau saya mau. Kalau
menolak?

HANSIP 2
Iya, Bapak jangan sewenang-wenang begitu. Itu ndak
baik, Pak. Kalau Ninik dipaksa kawin, padahal dia belum
siap, terus dia bunuh diri, apa Bapak mau bertanggung
jawab? Jangan begitu, ndak baik itu, Pak. Masak begitu
saja ndak ngerti.

PAK KLEBUN
(Sungkem) Baik, Bapak hansip ... ampunilah segala
kesalahan hamba.

HANSIP 2
Ya, saya ampuni. Lain kali jangan diulangi, ya?

PAK KLEBUN
O, kurang ajar! (Pada NINIK) Kamu kok merasa
keberatan untuk segera menikah, alasanmu apa?

NINIK
Tadi sudah saya katakan pada Mas Neman kalau saya
masih ingin meraih cita-cita saya. Saya ingin jadi guru,
Pak. Karena itu saya ingin kuliah.

185 Ilham Zoebazary


PAK KLEBUN
Nanti kalau kamu dibilang perawan tua, bagaimana?
Dalam masyarakat kita kan masih berlaku anggapan,
bahwa anak gadis seusiamu sebaiknya segera menikah,
biar tidak jadi perawan tua.

NINIK
Umur saya kan baru 17 tahun, Pak. Kalau kuliahnya 4
tahun, berarti umur saya Jaman sekarang umur 21 bukan
perawan tua.

PAK KLEBUN
O, begitu. Jadi kamu ingin kuliah dulu, biar bisa jadi guru?
Baiklah, kalau alasanmu masuk akal begitu ya Bapak
setuju saja.

NEMAN sadar dari pingsannya.

NEMAN
Terima kasih, Pak ... saya tidak menyangka kalau
diijinkan. Saya kaget sampai pingsan. Sekali lagi saya
ucapkan terima kasih yang tak terhingga karena Bapak
mengijinkan saya segera menikahi Ninik.

PAK KLEBUN
Siapa yang mengijinkan?

NEMAN
Tadi Bapak bilang ...

PAK KLEBUN
Iya, saya mengijinkan kalian menikah, tapi nanti sesudah
Ninik selesai kuliah dan jadi guru. Jelasnyaantri dulu dong
...

186 Ilham Zoebazary


NEMAN
Aduh, pingsan lagi saya ...

HANSIP 2
He, kalau pingsan jangan di situ, nanti terinjak orang
ngantri sembako. Sana, pingsan di pinggir sana.

NEMAN
Terima kasih. (Minggir, lalu pingsan) Aaahhh ....

Seorang MBAH datang untuk antri sembako.

HANSIP 2
Mbah, pembagian sembakonya belum dimulai. Masih
kurang setengah jam lagi.

MBAH
Kasihanilah, Pak. Saya ini sudah tua. Tolong diberi
prioritas jalan tol.

HANSIP 2
Jangan mengada-ada. Disini ndak ada jalan tol, masak
minta lewat jalan tol.

MBAH
Sampeyan ini hansip ndak pernah makan sekolahan.
Maksudnya, saya minta diberi prioritas.

HANSIP 2
Ndak bisa, Mbah. Semua warga akan diperlakukan sama.
Tua, muda, laki-laki, perempuan ...

187 Ilham Zoebazary


MBAH
Sampeyan jangan in-main sama saya. Sampeyan jadi
komandan hansip sukanya ruh-nyuruh anak buah, ndak
mau kerja, gaji minta lebih banyak. Dulu ada komandan
hansip seperti itu, akhirnya saya sulap jadi embik ...

HANSIP 2
Maaf, Mbah ... saya jangan dijadikan embik ...

PAK KLEBUN
(Pada NINIK) Nik, coba Mbah ini dilayani dulu. Kasihan
kalau ikut antri. (Pada HANSIP 2) Ambilkan berasnya.
Saya mau keliling dulu.

PAK KLEBUN exit. NINIK mencatat, HANSIP 2


mengambilkan beras dan menyerahkannya pada MBAH.

HANSIP 2
Ini berasnya, Mbah. Kuponnya mana?

MBAH
Saya ndak bikin klepon. Kalau nde-onde ada di rumah.

HANSIP 2
Kupon, Mbah, bukan klepon!

MBAH
Sampeyan jangan menghina ya. Meskipun miskin saya
punya rumah. Masak saya disuruh tidur di bekupon. Saya
sihir jadi embik lho.

HANSIP 2
(Di telinga MBAH) Bukan klepon, bukan bekupon, tapi
kupon! Kupon! Kupon!!!

188 Ilham Zoebazary


Wig yang dikenakan MBAH jatuh. Ternyata dia adalah
HANSIP 1.

HANSIP 2
Kurang ajar, ternyata kamu!

Selesai

189 Ilham Zoebazary


BIOGRAFI SINGKAT

Ilham Zoebazary lahir di desa Kandangan,


Kediri, pada tahun 1962. Menyelesaikan SD
dan SMP di desanya, kemudian melanjutkan
ke SMAN I Malang. Pada tahun 1982 hijrah
ke Jember, dalam rangka menempuh studi
S1 di Fak. Sastra (Jurusan Sasra Inggris)
Universitas Jember. Studi S2 yang ditempuhnya adalah di
bidang Kajian Media dan Komunikasi, FISIP, Universitas
Airlangga Surabaya. Hingga kini memilih menetap di
Jember dan menjadi dosen di Alma Maternya. Saat ini
menjabat sebagai ketua jurusan di Jurusan Sastra Inggris.
Sejak masih di SMA sudah aktif bermain teater.
Dia juga menulis naskah sekaligus menyutradarainya.
Pada waktu kuliah mulai menulis naskah drama untuk
televisi. Bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam
Grup Kentrung Djos, selama lebih dari 10 tahun, menjadi
pengisi tetap acara Siaran Pedesaan TVRI Surabaya.
Cukup banyak skenario sinetron yang ditulisnya,
antara lain Maling Aguna (2004), Sate Madura (2005) dan
Dewi Rengganis (2006). Serial Sang Duda dan Luka di
Atas Luka yang ditulisnya telah diproduksi sebuah PH
Malaysia pada tahun 1998.
Selain menulis naskah drama panggung, dia juga
menulis cerpen, puisi, novel, dan skenario film pendek.
Skenario yang ditulis dan disutradarainya antara lain
Rumah Putih di Kaki Langit (2001), terpilih sebagai film
terbaik FFII 2001, sekaligus memenangkan Sutradara
Terbaik dan Aktris Terbaik; Gaco (2002), masuk dalam
10 besar FFII SCTV 2002; Sepenggal Kepala di
Sepenggal Waktu (2003), dan Nyanyian Sebilah Pedang
(2005), menjadi film pilihan FFII Global TV 2005.

190 Ilham Zoebazary

Anda mungkin juga menyukai