Anda di halaman 1dari 9

Bank Naskah Teater_matahri

SAKSI MATI
Karya
Erhammudin, S.H.

HANYA TELINGA SETAJAM KESUNYIAN


YANG MAMPU MENDENGAR SUARANYA
HANYA TELINGA SETAJAM KESUNYIAN
YANG MAMPU MENDENGAR GUGATANNYA

Cerita naskah ini Berangkat dari Cerpen “ Percakapan Patung-Patung “, dalam Antologi Cerpen “ Iblis
Ngambek “ karya Indra Tranggono. Dinaskahkan dalam bentuk teater oleh R. Gendel Mayev.

Indra Tranggono,

Banjarmasin, 24 November 2003


Repro. By M. Zakir M

SAKSI MATI

R. GENDEL MAYEV

Pentas SAKSI MATI : Sebuah proses yang sarat pembelajaran, kesakitan, kenekadan dan
persahabatan. Tidak ada yang lebih indah selain kebersamaan memikul SAKSI MATI. Tidak ada senior
dan junior karena kami berupaya untuk bisa lebur. Lewat proses ini kami berharap dapat memberikan
yang berbeda, dari sisi artistik maupun nilai-nilai di dalamnya. Kami berharap dapat menampilkan
sesuatu yang baru untuk dapat “berbicara” dalam festival ini, sekaligus menepis pandangan negatif
mengenai lesunya teater kampus.
Baik buruknya sebuah pementasan adalah penilaian anda, namun kami senantiasa berusaha
menampilkan yang terbaik. Semoga dimasa yang akan datang kami dapat lebih meningkat, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas.

Pemain :

- Syaiful :
- Burhan :
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
- Sidik :
- Ramli :
- Imah :
- Mami :
- Birokrat :
- Assisten Birokrat :
- Petugas I :
- Petugas II :
- Petugas IV :
- Petugas V :
- Orang I :
- Orang II :
- Orang III :
- Orang IV :

BULAN SEBESAR SEMANGKA TERSAPUH PERAK, TERGAN-TUNG DI LANGIT KOTA DINI HARI.
CAHAYANYA YANG LEMBUT, TIPIS BERSELAPUT KABUT, MENERPA LIMA SOSOK PATUNG YANG
BERDIRI DI ATAS MONUMEN JUANG YANG TAK TERAWAT DAN MENJADI SARANG
GELANDANGAN. CAHAYA BULAN ITU SEPERTI MEMBERI TENAGA KEPADA MEREKA UNTUK
BERGERAK-GERAK, DARI POSISI MEREKA YANG BERDIRI TEGAK. MEREKA SEPERTI MENCURI KE-
SEMPATAN DARI GENGGAMAN WARGA KOTA YANG TER-LELAP DIRAJAM KANTUK DALAM
RINGKUS SELIMUT. LIMA PATUNG YANG TERIDIRI DARI EMPAT ORANG LELAKI DAN SEORANG
PEREMPUAN ITU, MENGOYANG-GOYANGKAN KAKI, MENGGERAKKAN TANGAN, KEMUDIAN
DUDUK BAHKAN ADA YANG TIDURAN. WAJAH MEREKA TAMPAK LETIH KARENA SELAMA LEBIH
DARI EMPAT PULUH TAHUN BERDIRI DI SITU. WAJAH MEREKA YANG KAKU, DENGAN LIPATAN-
LIPATAN COR SEMEN BEKUPUN KERAP BERGERAK-GERAK SEPERTI ORANG MENGADUH,
MENGELUH, MENJERIT DAN BER-TERIAK.

Syaiful Dulu… ketika jasad kita terbujur di sini, kota ini sangat sunyi. Hanya beberapa lampu berpendar
bagai belasan kunang-kunang yang membangunkan malam, kini… lihatlah… puluhan bahkan
ratusan lampu ber-pendar-pendar seterang siang… kota ini benar-benar megah….

Burhan Tapi lihatlah di sana Bung Syaiful… puluhan gelan-dangan tumpang tindih bagai jutaan cendol,
sedang makan bangkai anjing dengan lahapnya… dan coba lihatlah di sana.. lihatlah.. perhatikan
deretan gubug-gubug reyot menyatu dengan gelandangan yang berjejal bagai benalu yang
menempel digedung-gedung megah… mulut mereka menganga menyem-burkan bau busuk serupa
aroma mayat.. mengundang jutaan lalat terjebak di dalamnya.. dan lihatlah… lihatlah.. ya Tuhan..
mereka mengunyah lalat-lalat itu…

Ramli Itu biasa rekan Burhan.. dalam negeri yang gemerlap selalu dirawat kemiskianan sebagai ilham
bagi kemajuan.. seharusnya kita mesti bangga... negeri ini sangat kaya.. coba lihatlah di sana…
deretan rumah mewah menyimpan jutaan keluarga-keluarga bahagia ada mobil-mobil mewah.. ada
lapangan golf pribadi… bahkan ada pesawat terbang yang dijadikan milik pribadi… dan lihatlah
disana.. orang-orang berdansa-dansi sampai pagi, ya ampun, malah ada yang sampai orgi…

Sidik Ternyata mereka hanya sanggup mengurus perut dan kelamin mereka sendiri… aku jadi
menyesal.. kenapa turut memerdekan negeri ini…

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Burhan Akupun jadi tidak lagi bangga sebagai pahlawan… selama lebih dari empat puluh tahun kita
berdiri di sini .. kita tak lebih dari hantu sawah… ternyata mereka tak sungkan apalagi hormat
kepada kita… buktinya.. mereka menggaruk apa saja… dasar manusia-manusia serakah.. manusia
tidak tau ber-terima kasih..

Syaiful Kamu jadi orang jangan terlalu sentimentil begitulah Bur… aku rasa mereka tetap hormat kepada
kita… buktinya.. mereka membangunkan kita monumen yang sangat megah… apakah itu bukan
suatu peng-hargaan yang sangat besar bagi kita…

Imah Tapi kenapa kita hanya dilletakkan di sini… di tempat sempit seperti ini, masak monumen
pahlawan harus terjepit di sini…

PARA PATUNG KEMUDIAN KEMBALI KETEMPATNYA. TIBA-TIBA PARA GELANDANGAN YANG


TIDUR MELINGKAR DI KAKI MONUMEN MENGGELIAT TERBANGUN, MULUT MEREKA MENGUAP
KOMPAK. KEMUDIAN MENGOREK BAK SAMPAH MENCARI SISA MAKANAN UNTUK PENGGANJAL
PERUT YANG LAPAR. MUNCUL SEORANG WANITA SETENGAH TUA DIIRINGI OLEH BEBERAPA
ORANG YANG MENBUNTUTINYA DARI BELAKANG. MEREKA BERJALAN MENGELILINGI
MONUMEN SAMBIL MEMBACA MANTRA. LALU MEREKA DUDUK TAKZIM DI KAKI MONUMEN.
TANGANNYA DI ANGKAT DI ATAS KEPALA, LALU MEREKA MELAKUKAN SEBUAH PROSESI
UPACARA, SAMBIL TERUS MENERUS MULUT MEREA MENG-UCAPKAN MANTRA-MANTRA.

Syaiful Aku mendengar ada banyak orang mendoakan kita… mereka memberi kita sesaji, ada bunga-
bunga, ada jajan pasar, ada juga rokok sigaret…

Burhan Kurang ajar… kita dianggap dhemit.. malah ada yang minta nomer buntut segala… ini apa-apaan
Syaiful…

Syaiful Sssstt… tenanglah.. apa susahnya kita membikin mereka sedikit gembira…anggap saja ini
intermezzo dalam perjalanan panjang kita menuju jagat ke-abadian..

Imah Tapi kalau pahlawan sudah disuruh mengurusi togel, ini sudah betul-betul keterlaluan…

Ramli Hidup mereka gelap rekan Imah… mereka hanya bisa mengadu kepada kita… karena yang hidup
tak pernah mengurusi nasib mereka… justru menghardik mereka…

ORANG-ORANG TERSEBUT TERUS MENGUCAKAN MANTRA-MANTRA DENGAN IRAMA CEPAT.


SETELAH ITU DIAM DAN KEADAAN MENJADI HENING. PEREMPUAN YANG MEMIMPIN PROSESI
ITU KEMUDIAN BERBALIK.

Org I Mii… saya ada satu permintaan kepada Datu Syaiful, tolong katakan kepada beliau akhir-akhir ini
rejeki saya tidak selancar dulu… jarang sekali tamu-tamu yang mau ngamar dengan saya…
bagaimana caranya bisa seramai seperti dulu.. apapun syaratnya akan saya penuhi… dan ada satu
lagi mi.. bagaimana cara-nya agar saya waktu jualan di pinggir jalan tidak kena tangkap petugas…

Mami Wah… kalau pahlawan disuruh mengurusi garukan pelacur itu sangat sulit sekali… kalau bisa
perminta-an itu yang wajar-wajar saja, yang sopan begitu lho….
Org I Habis… saya selalu kena garuk.. jadinya dagangan saya menjadi sepi… eh siapa tahu para petugas
ketertiban kota itu menjadi takut dengan datu syaiful dan semua pahlawan di sini… tolong ya
mi… ini ada uang sedikit untuk mami…

Mami Yaah… akan saya usahakan. Semoga datu syaiful dan rekan bisa mempertimbangkannya….
Org II Saya juga ada permohonan kepada mereka mi…
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

Mami Kamu mau memohon apa kepada para datu pahlawan ini…

Org II Begini mi… akhir-akhir ini tembakan nomor saya selalu lepas, jadi tolong mintakan kepada para
beliau-beliau ini agar bisa memberikan nomor yang jitu…. Kalau tidak empat angka ya minimal
dua angkalah..

Mami Baiklah kalau begitu, sesajen yang kalian bawa letak-kanlah di dekat kaki para pahlawan itu…
Sekarang kalian boleh pergi. Saya akan melakukan tapa lebih dahulu… agar bisa berkomunikasi
dengan ruh para datu di sini.. mudah-mudahan permintaan kalian bisa dikabulkan… pergilah
kalian semua…

GELANDAGAN, PELACUR DAN ORANG-ORANG MENINGGALAN TEMPAT TERSEBUT, SEMENTARA


PEREMPUAN TUA DUDUK MENGHADAP PARA PATUNG DAN MELAKUKAN SEMEDI.

Burhan Mereka ini payah… garuk menggaruk inikan bukan urusan kita.. mestinya mereka mengadu ke
anggota dewan…

Sidik Ah.. anggota dewan kan lebih senang kasak kusuk untuk saling menjatuhkan…

Syaiful Tampung saja keluhan itu…

Burhan Tapi urusan kita masih banyak bung.. kita masih harus mempertang- gung jawabkan seluruh perbuatan
kita selama hidup.. jujur saja, waktu berjuang dulu.. aku menembaki musuh tanpa ampun seperti
aku mem-basmi tikus…

Syaiful Perang memungkinkan segalanya bung… kita tidak mungkin bersikap lemah lembut terhadap
musuh yang mengincar nyawa kita.. kita membunuh bukan demi sebuah kepuasan melihat mayat-
mayat mengerjat-ngerjat karena nyawanya meloncat.. kita hanya mempertahankan hak yang harus
digenggam…

Ramli Kita yakin saja… malaikat penghitung pahala pasti mencatat seluruh kebaikan kita…

Syaiful (MELIHAT HERAN KEARAH IMAH) Saudari Imah… dari tadi aku melihat kau selalu diam
saja.. apa yang kau dapat dari koran itu…

Imah Di halaman utama koran ini tempat kita disebut-sebut.. coba kalian dengar… (MEMBACA
KORAN) Monumen juang untuk mengenang lima pahlawan yang gugur dalam pertempuran untuk
memper-tahankan kota ini karena melawan pasukan Belanda akan dipugar, status merekapun
sedang diusulkan untuk ditingkatkan dari pahlawan kota menjadi pahlawan nasional, dan pihak
pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar lima milyar…

TIBA-TIBA SYAIFUL MELONCAT-LONCAT KEGIRANGAN, SEDANGKAN RAMLI IKUT MENARI-


NARI.

Syaiful Ini namanya kemerdekaan.. hidup kemerdekaan.. hidup kemerdekaan… hidup kemerdekaan.. hei..
hei.. kenapa kalian hanya diam.. hai Sidik kenapa kau berdiri mematung seperti itu… meskipun
kau sudah lama hidup menjadi patung… berita ini mesti kita rayakan… hidup kemerdekaan
(MERAIH TANGAN SIDIK MENGAJAK) Hid...

Sidik (MELEPASKAN PEGANGAN TANGAN SYAIFUL) Aakh... Untuk apa.. aku sendiri tidak
begitu bangga menjadi pahlawan.. karena ternyata Negeri yang kumerdekakan ini akhirnya hanya
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
menjadi meja prasmanan besar bagi segelintir orang.. sedang jutaan mulut yang lain hanya
menjadi tong sampah yang mengunyah sisa-sisa pesta…

Syaiful Itu bukan urusan kita bung.. tugas kita sudah selesai.. kita tinggal ber-syukur melihat anak cucu
kita hidup bahagia…

Sidik Tapi jutaan orang-orang bernasib gelap itu terus menjerit… jeritan mereka memukul-mukul
rongga batinku…

Syaiful Ah… sudah jadi arwah kok masih perasa…

Sidik Tapi perasaanku masih hidup…

Ramli Untuk apa memikirkan semua itu... kalau masih ada yang kurang beruntung itu biasa… hidup itu
per-lombaan, ada pemenang ada juga pecundang, jangan- jangan kamu kurang ikhlas berjuang
bung Sidik..

Sidik kurang ikhlas bagaimana… Ramli.. hati-hati kalau kau bicara.. demi Tuhan.. lihatlah kakiku yang
pengkor ini telah kuberikan kepada hidup.. bahkan jantungku telah menjadi sarang peluru-peluru
musuh mereka memberondongku tanpa ampun hingga tubuhku luluh lantak bagai dendeng…

Syaiful Oooo.. kalau soal itu.. penderitaanku lebih dahsyat.. kalian tahu.. ketika aku merebut kota yang
dikuasai oleh musuh.. puluhan peluru me rejamku.. tapi aku puas… karena berkat keberanianku,
nyali kawan-kawan kita terpompa… dan akhirnya berhasil memenangkan pertempuran.. ini semua
berkat aku…

Burhan Enak saja kau bilang.. Aku.... dalam pertempuran merebut kota ini… aku dan Sidik yang berdiri
paling depan, mengahadapi musuh satu lawan satu, kau sendiri.. lari terbirit-birit kehutan dan
kegunung… dan tanpa malu menyebut sedang bergerilya…
Syaiful Tapi akulah yang punya ide untuk menyerang… aku juga yang memimpin serangan fajar itu…

Burhan Siapa yang mengangkatmu jadi pemimpin Syaiful… siapa.. waktu itu kita tak lebih dari pemuda
yang bermodal nyali.. tak ada jabatan.. tak ada hirarki… apalagi pimpinan produksi perang…

Syaiful Tapi perang tidak hanya pakai otot bung… perang juga pakai otak… pakai strategi…

Burhan Tapi strategi tanpa nyali bagai kepala tanpa kaki….

Sidik Bung Syaiful.. kenapa kamu menghitung-hitung jasa yang sesungguh- nya hampa…

Syaiful Sidik… belajarlah kamu mengahargai jasa orang lain… jangan anggap kamu paling pahlawan
diantara para pahlawan…

Sidik Kapan aku membangga-banggakan diri.. kapan.. kamu ingat, waktu berjuang dulu.. aku justru
menghilang ketika ada panglima mengunjungi kawan-kawan kita yang berhasil menggempur
musuh, kalau aku mau… bisa saja aku mencatatkan diri sebagai prajurit resmi… dan aku yakin
ketika negeri ini merdeka, aku mampu jadi petinggi yang bisa menangani proyek-proyek besar..
tapi Maha Besar Tuhan.. maut keburu menjemputku…

Burhan Begitu juga aku… aku berpesan kepada anak-anakku.. kepada seluruh keturunanku.. untuk tidak
mengungkit-ungkit jasa kepahlawananku, demi uang tunjangan yang tak seberapa banyak…
itupun masih banyak potongan…
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

Syaiful Munafik… Kalian ini munafik…

TIBA-TIBA SUASANA MENJADI SANGAT HENING. PATUNG-PATUNG KETEMPATNYA MASING-


MASING. KEMUDIAN MUNCUL BEBERAPA ORANG GELANDANGAN DAN PELACUR KETEMPAT
TERSEBUT.

Org III Mii.. Mami.. permisi sebentar mi… saya minta maaf kalau mengganggu semedi sampeyan… ada
suatu berita yang sangat penting yang harus se- gera saya sampaikan…

Mami Berita apakah itu min…

Org III Begini mi….. para petinggi pejabat di kota ini berencana memugar monumen tempat tinggal kita
ini… dan saya yakin…. kalau monumen ini jadi dipugar… kita akan kehilangan tempat..

Mami Baiklah… kita harus turun kejalan.. kita kerahkan semua pelacur dan gelandangan di kota ini…
kita demo besar-besaran…

SUASANA SEKETIKA MENJADI RIUH, PEMBICARAAN MEREKA TERHENTI DENGAN MUNCULNYA


SEORANG GELANDANGAN.

Org II Kabar gembira..kabar gembira..kabar gembira teman-teman.. kesedihan kita berubah menjadi
kebaha-giaan.. saya baru lewat dari balai kota.. dan men-dengar pembicaraan orang-orang di sana..
katanya bapak walikota membatalkan rencana pemugaran meonumen juang ini…Dan menurut
mereka juga….. proyek itu mubazir….bertentangan dengan asas kemanfaatan publik… apalagi
pengajuan perubahan status menjadi pahlawan nasional... masih menurut mereka….ditolak oleh
tim pakar sejarah nasional… dan dana sebesar lima milyar dialihkan untuk memberikan bantuan
pangan kepada masyarakat miskin seperti kita…

SELURUH GELANDANGAN PELACUR BERSORAK SORAI GEMBIRA, MEREKA MERAYAKAN


DENGAN CARANYA MASING-MASING.

Mami Tenang.. tenang saudara-saudara… saudara-saudara sekalian, kita memang layak merayakan
kemenangan kita ini… tapi perlu saudara-saudara ketahui.. semua ini berkat pertolongan
pahlawan-pahlawan kita ini.. aku yakin ruh-ruh.. yang bersemayam pada patung ini telah mem
-pengaruhi para petinggi kota ini… sehingga pikiran mereka berubah… untuk itu kita harus lebih
sering memberikan sesajen dan peng-hormatan kepada pahlawan-pahlawan kita ini…

SELURUH GELANDANGAN DAN PELACUR LALU DUDUK DENGAN KHIDMAT MENGELILINGI


MONUMEN ITU. LALU MEREKA MELAKUKAN PROSESI UPACARA SERTA MEMBACA MANTRA-
MANTRA.

Mami Datu-datu yang bersemayam, di tubuh patung-patung pahlawan ini.. serta ruh-ruh yang
mengelilinginya, terimalah sesajen dan sesembahan kami ini... terima kasih atas pertolongan
kalian.. terima kasih datu syaiful sebagai pimpinan patung-patung pahlawan di sini.. yang telah
sudi memimpin rekan-rekan sekalian untuk menyadarkan para petinggi kota ini, terima kasih datu
burhan.. terima kasih datu sidik.. terima kasih datu ramli... terima kasih datu imah.. terima kasih
kami ucapkan kepada kalian semua.. pahlawan-pahlawanku.. yang telah sudi memberikan
pertolongan kepada kami para kaum tidak mampu ini…

TERDENGAR SUARA RAUNGAN MESIN, PROSESI ITUPUN TERHENTI

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Mami Suara-suara apakah itu.. coba kau syah.. lihat dan cari tahu suara apa yang ada di balik tombok
sana…

SEORANG GELANDANGAN MENINGGALKAN TEMPAT ITU

Mami Saudara-saudara kita tetap tenang… kita tetap melakukan penghormatan kepada pahlawan kita
ini... hal apapun tidak ada yang boleh mengganggu konsentrasi kita…
MEREKA MELANJUTKAN PROSESI, TIDAK BEGITU LAMA MASUK GELANDANGAN DENGAN
TERGOPOH-GOPOH.

Org IV Kiamat... kiamat saudara-saudara.. bencana itu datang lebih cepat dari yang kita perkirakan..

Org I Maksudmu apa…

Org IV Buldoser... buldoser dan orang-orang berseragam itu mereka datang menuju ketempat kita.. untuk
meng-hancurkan tempat ini…

Mami Apa katamu…

Org IV Sumpah.. demi Tuhan mereka datang untuk meng-hancurkan tempat ini..

PARA GELANDANGAN DAN PELACUR ITU PANIK, MEREKA LARI DAN SEMBUNYI DIBELAKANG
PATUNG-PATUNG.

Syaiful Culas… licik… dan sombong… penghianat…penguasa demi penguasa datang, ternyata hanya
bertukar rupa. Mereka tetap saja menikamkan penghianatan demi penghianatan di tubuh kita…

Ramli Mereka menganggap kita sekedar bongkahan batu yang beku... mereka hendak menggerus kita
menjadi butiran-butiran masa silam yang kelam

Syaiful Kenapa kalian hanya diam… kita ini hendak diluluh lantakkan.. lihatlah buldoser-buldoser itu
datang berderap-derap.. kita harus bertahan.. bertahan…

Mami Kita harus bertahan…! Kita lawan buldoser-buldoser itu.. Mansyah.. Minah.. Mian.. di mana
kalian…

Koor Kami di sini di belakangmu…

Mami Kita lawan mereka… kita pertahankan liang-liang kita.. lebih baik mati daripada selamanya
dikutuk menjadi kecoa…
Syaiful Lihatlah… mereka yang hanya gelandangan saja membela kita.. mesti- nya kalian malu…

Sidik Syaiful….kalau kami akhirnya melawan mereka, itu bukan untuk membela kepongahan kita
sebagai pahlawan.. tapi membela mereka yang juga punya hak hidup…

Syaiful Aku tak butuh penjelasan… tapi butuh kejelasan sikap kalian untuk melawan mereka.. Ramli…
meloncatlah kamu, dan masuklah keruang kemudi.. cekik leher sopir-sopir itu.. Imah.. tahan
moncong buldoser itu.. ganjal dengan tubuhmu… Sidik dan kamu Burhan… hancurkan mesin dan
buldoser-buldoser itu… cepaaat…

TIBA-TIBA MASUK PARA GELANDANGAN, PELACUR DAN MAMI

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Mami Hei.. kenapa kalian mundur semua… kalian benar-benar pengecut….

Org I Sia-sia melawan mereka… mereka ternyata banyak sekali…

Org II Kita menyingkir saja.. pahlawan saja ingin mereka gilas.. apalagi kecoa macam kita…
menyingkir… menyingkir saja…

PARA GELANDANGAN DAN PELACUR TERSEBUT MENCOBA UNTUK MENGAJAK PIMPINANNYA,


TETAPI DIA TETAP BERTAHAN DI TEMPAT ITU SENDIRIAN, SEDANGKAN PARA GELANDANGAN
ITU MENINGGALKAN TEMPAT TERSEBUT.

Mami Kalian memang pengecut semua… demi tempatku dan pahlawanku.. aku harus mempertahankan
tempat ini walaupun aku harus melawan dengan caraku sendiri…

KEMUDIAN DIA PERGI DARI TEMPAT TERSEBUT.

Imah Lihatlah… apa yang dilakukan oleh wanita itu… dia berjuang sendirian untuk mempertahankan
tempat kita….. Lihat….. dengan mantapnya dia berjalan menghadang laju rangkak buldoser…
tiada rasa takut maupun gentar sedikitpun.. dialah pahlawan sejati… menghadapi musuh yang
pasti….. hei apa yang dilakukannya….. dia melepas kain dan baju yang membungkus tubuhnya..
dan oh tidak… ya Tuhan… dia melepas kutang dan celana dalamnya.. lihatlah… demi kita
sekarang dia telanjang bulat sambil mengibar-ngibarkan kain dan kutangnya… dia berdiri di
tengah jalan.. dan buldoser-buldoser itu semakin bergairah ingin melumat tubuhnya…

Sidik Bu.. menyingkirlah dari tempat jahanam itu… cepat menyingkir bu, menyingkir, menyingkir,
menyingkir..

Patung (Koor) Tidaaaakk……

Ramli Tidak…tidak.. aku melihatnya.. tubuh wanita itu… tubuh wanita itu… buldoser-buldoser itu
derngan bergairahnya menggilas tubuhnya…

Burhan Biadab.. jahanam kalian.. dasar binatang… buang saja seragam kalian itu… tampakkan wujud
kalian yang berlindung baju kemanusiaan…

BULAN DIANGKASA MENGERJAP ANGIN MATI. PATUNG-PATUNG KEMBALI KETEMPATNYA


SEMULA. BEBERAPA ORANG PETUGAS DAN BIROKRAT MASUK KE-TEMPAT ITU.

Birokrat Monumen usang ini sudah tidak lagi berharga… harus diganti dengan sesuatu yang lebih meng-
untungkan dan akan membuat orang selalu ingat padaku.. hancurkan patung-patung tak berguna
itu..
SETELAH MENDAPAT PERINTAH DARI BIROKRAT, MEREKA DGN GARANG MENGHANCURKAN
MONUMEN JUANG DAN MENANCAPKAN PAPAN BERTULISKAN “BERKAT DO’A RESTU KITA
SEMUA, DI SINI AKAN DIBANGUN HOTEL BINTANG TUJUH BERTARAP INTERNASIONAL”.
Birokrat Demi suatu kemajuan dan cita-cita kejayaan harus mereka sadari bahwa selalu akan ada korban..
siapa yang jadi korban bukan masalah, karena hukum alam telah menggariskan.. yang kuat
berkuasa dan yang lemah akan tertindas… (BERDIRI GAGAH DI TENGAH MONUMEN).

BIROKRAT ITU TERTAWA, TAWANYA BERGEMA KESOMBONG-AN SEOLAH-OLAH TANDA BAHWA


DIA TELAH MENDAPATKAN KEMENANGAN DARI MAKSUDNYA.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
BULAN SEBESAR SEMANGKA TERSEPUH PERAK, TERGAN-TUNG DI LANGIT KOTA DINI HARI.
CAHAYANYA YANG LEMBUT TIPIS BERSELAPUT KABUT, MENERPA SERPIHAN LIMA SOSOK
PATUNG PAHLAWAN YANG TERKUBUR DI-RERUNTUHAN MONUMEN, CAHAYA BULAN ITU
SEPERTI INGIN MENGHIDUPKANNYA LAGI. TAPI YANG TERDENGAR HANYA SUARA-SUARA YANG
BERGEMA TIADA PUTUSNYA “ KALIAN TELAH MEMBUNUH KAMI UNTUK YANG KEDUA
KALINYA ”. SUARA ITU TERUS SAJA BERGEMA MENEMBUS DINDING-DINDING WAKTU.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9

Anda mungkin juga menyukai