“ PETANG di TAMAN ”
Karya : Iwan Simatupang
Para Pemain
Orang Tua, OT :
Lelaki Separuh Baya, LSB:
Penjual Balon, PB :
Wanita, W :
Pemuda, Pa :
Pemudi, Pi :
Berlaku : Di sebuah taman, dalam jangka waktu kurang lebih satu jam, terus menerus.
Lelaki Mau hujan.
BUNYI GURUH
Lelaki Entah.
Orang Tua Tidak, tidak ! Yang lebih tua mesti tahu diri, dan mengalah. Ini musim kemarau.
BUNYI GURUH
Lelaki (DIAM)
Orang Tua (MERENUNG) Dan kalau segala-galanya sudah ber-tambah jelas, maka kitapun sudah saling
bengkak-bengkak, karena barusan saja telah cakar-cakaran. Dan siapa tahu, salah seorang dari kita
tewas pula dalam cakar-cakaran itu. Atau keduanya kita. Dan ini semua, hanya oleh karena kita
telah mencoba meng-ambil sikap yang agak kasar terhadap sesama kita (TIBA-TIBA MARAH)
Bah ! Persetan dengan segala musim! Dengan segala musim !
BUNYI GURUH. TAK BERAPA LAMA MASUK PENJUAL BALON, BALON-BALONYA BERANEKA
WARNA.
Lelaki Pakai silahkan segala ! Ini kan taman ? (TIBA-TIBA MARAH) Dia duduk, kalau dia mau duduk.
Dan tidak duduk kalau dia memang tidak mau duduk. Habis perkara ! Bah! (MELIHAT
DENGAN GERAM KEPA-DA PB)
BUNYI GURUH. BERHEMBUS ANGIN, BALON-BALON KENA HEMBUS, SEBUAH BALON TERLEPAS,
CEPAT PENJUAL BALON MENANGKAPNYA. LELAKI MENERKAM BALON ITU SUPAYA IA
TERLEPAS TERBANG KEUDARA. PENJUAL BALON DAN LELAKI BERGUMUL, BALON-BALON
LAINNYA KINI LEPAS SEMUA DARI TANGAN PENJUAL BALON TERBANG KEUDARA, SEBUAH
BALON ITU DAPAT TERTANGKAP OLEH ORANG TUA YANG KEMUDIAN BERMAIN-MAIN GEMBIRA,
KEKANAK-KANAKAN DENGAN.
Orang Tua (SAMBIL BERMAIN-MAIN TERUS DENGAN BALONNYA) Karena di memang mau
menangis.
Penj. Balon (BERDIRI) Tidak ! (DUDUK DI BANGKU, TANGIS- NYA MENJADI) Saya tidak mau dibayar
!
OT dan LSB (SEREMPAK) Tak mau ?!
Lelaki Mengapa ?
Penj. Balon Itu hanya alasan saya saja untuk dapat memegang-megang balo. Saya pencinta balon.
Lelaki (MASIH BELUM HABIS HERANNYA) Jadi kau ini sebenarnya bukan penjual balon ?
Penj. Balon Karena saya lihat bahwa bapak juga menyukainya. Saya suka melihat orang yang suka.
Orang Tua (TERTAWA) Ah, ini bukan lagi kesukaan namanya, tapi kenangan. Kenangan pada dulu. Tidak
nak, sebaiknya bila kau sudi, terima kembali balonmu ini.
Penj. Balon Saya tak sudo, dan tak berhak menerima kenangan orang (MENOLAK BALON).
Wanita (MENGGAPAI KEARAH BALON) Berikan kepada saya, kalau tak seorang pun
menghendakinya.
Orang Tua (TIBA-TIBA MEMECAHKAN BALON ITU, LALU MELIHAT GELI KEPADA W)
Wanita (MELERAI) Sudah, sudah! Jangan berkelahi hanya karena itu. Bukan itu maksud saya tadi dengan
meminta balon itu.
Lelaki (KESAL MELIHAT W MENANGIS) Akh, air mata lagi ! Persetan ! Mengapa nyonya datang
kemari !
Lelaki Ooo, baik, baik ! Jadi, nyonya bukanlah nyonya ? kalau begitu, nyonya apa ? Nona
barangkali….?
Orang Tua (KEPADA PB) Aha, pergi dengan kau ? Ahaaai….. Akhirnya sang puteri bertemu dengan
pangerannya di tengah sebuah taman. Dan, Ahaa ! Si anakpun akhir-nya bertemu dengan sang
ayahnya…. (TERBAHAK-BAHAK)
Penj. Balon (TIBA-TIBA MENYADARI MAKNA KATA-KATA DARI OT) Siapa bilang saya…
(MELIHAT SILIH BERGANTI KEPADA OT, W, DAN KEDALAM KERETA) Tidak ! Tidak !
Saya bukan…
Lelaki Menuduh apa bung ? Kau tampaknya begitu bernafsu berbincang tentang suatu tuduhan yang
sebenanya tak ada. Kemudian, kau tampaknya begitu bernafsu menolak suatu tuduhan yang
sebenarnya tak ada itu, ingat! Tuduhan yang tak ada itu, hingga, (TERTAWA) Saya kini benar-
benar mulai curiga dan benar-benar menuduh kau tentang sesuatu yang dengan terus terang saja
kukatakan belum jelas bagiku sendiri.
Penj. Balon (SEMAKIN GUGUP OLEH SIKAP W) Tidak ! Tidak ! Bukan saya ! (MENCOBA MENUTUP
MUKANYA DENGAN KEDUA TANGANNYA)
Wanita (GERAM) Ayo, buka tangamu. Aku mau malihat kau ! Ayo !(MERENGGUT TANGAN PB
DARI MUKANYA)
Wanita Kurang ajar ! Kau telah lari, ha ! Lari, dan kau tinggalkan aku sendirian dengan seluruh keadaan
kedalam mana kau tempatkan aku dengan per-buatanmu. Aku sendirian harus menanggung
semua-nya. Aku, seorang wanita, sendirian, hah ! (ME RENGGUT KEDUA TANGAN PB DARI
MUKA-NYA DENGAN SANGAT KUAT) Ayo, Bukaa !
Penj. Balon Buka saya ! Bukan saya ! Saya Cuma berbuat sekali saja !
Wanita Ayo, buka tanganmu ! (KEPADA OT DAN L) Tolong- lahh saya tuan-tuan !
Lelaki Bah ! Apa pula maksudmu dengan kalimat datar serupa itu. Saya Orang Tua. Semua kami
melihat, bahwa bapak memang seorang tua, dan sedikitpun tak ada memperlihatkan tanda-tanda,
bahwa bapak adalah kebalikan dari ucapan itu.
Orang Tua (GELI) Katakanlah saya hanya ingin mempertegas kedudukan saya dalam peristiwa yang sedang
kita hadapi ini, yakni, ketuaan saya melarang saya terlibat sedikitpun didalamnya. Dan kalau
kalian tanya bagaimana pendirian saya dalam peristiwa kalian yang sedikit rumit ini, maka jawab
saya ; Saya pro kalian berdua, terlepas dari pertanyaan apakah benar atau tidak peristiwa itu telah
benar-benar terjadi. Tegasnya saya pro setiap peristiwa beginian.
Lelaki Kata-kata, hanya kata-kata yang muluk-muluk ! Sedang yang diminta sekarang ini dari bapak
adalah perbuatan !
Orang Tua Kata-kata saya yang mengemukakan pendirian saya itu adalah perbuatan saya !
Lelaki Bagus ! Bagus ! Berkata-katalah terus, dan persaksi- kanlah betapa kedua mereka ini sebentar lagi
bakal saling telan menelan. (MAJU MENOLONG WANITA MERENGGUT TANGAN KEDUA
TANGAN PB DARI MUKANYA).
Penj. Balon (SANGAT DAHSYATNYA) Bukan saya! Bukan saya! Sungguh mati, saya Cuma melakukannya
sekali saja, tak lebih…
Lelaki Diam, bangsat ! Cuma sekali… Itukan sudah cukup ? Maumu berapa kali, ha ? Serakah ! Jadi,
kau menga-ku sekarang ?
Wanita (HISTERIS) Aku, aku ditinggalkannya, dan dia meng- hilang meninggalkan aku menghadapi
semua akibat- nya, (BUAS) Ayo, buka tanganmu !
Wanita (MAJU DEKAT SEKALI MALIHAT KEWAJAH PB) Bangsat ! Laki-laki jahanam ! Kurangaj...
(TIBA-TIBA MEMEKIK) Bukan ! Bukan ! Ya Tuhan, bukan dia…
Orang Tua (REPOT MENGIPASI W) Sudah, cukup ! Biar kau melakukannya lebih dari sekali, sekarang ini
soal soal itu sudah tak penting lagi. Ayo mari, daripada kau berteriak-teriak tak berguna begitu,
lebih baik kau, (MELIHAT L) kalian menolong saya dengan dia ini (TERUS MENGIPASI)
Orang Tua (SANGAT KESAL) Ya, menolong dengan melakukan apa yang lazimnya dilakukan pada setiap
orang yang pingsan seperti dia ini.
Orang Tua ….dan kau laki-laki. Bah ! Lagi-lagi ucapan cemplang. Semua orang melihat, bahwa dia ini
wanita dan kau memang laki-laki. Lalu, mau apa ?
Lelaki Maksud saya, saya…. eh, segan bersentuhan dengan tubuh wanita.
Orang Tua Apa ? Apa-apaan ini ! Ayo, lupakan kelaki-lakianmu dan tolong aku !
Lelaki Saya adalah jenis laki-laki yang bila bersentuhan dengan tubuh wanita bisa terus…
Orang Tua (MEMOTONG) Saya tahu, saya tahu. Tapi, laki-laki mana yang tidak…?
Orang Tua (SANGAT TERCENGANG) Prinsip ? Ah, kata siapa ini soal prinsip. Aku malah lebih cenderung
menye- butnya sebagai penyakit. Ah, persetan dengan semuanya. Bukankah setiap prinsip adalah
penyakit juga ? Dan sekarang kuminta dengan hormat pada kau; hentikan kesukaanmu yang
berlebih-lebihan pada, dan dengan, kata-kata itu. Sadarlah, bahwa dalam peristiwa seperti ini yang
sangat segera dibutuhkan adalah perbuatan, tindakan cepat. Dan tindakan cepat itu disini adalah
menolong aku ber-buat sesuatu dengan wanita pingsan ini.
Lelaki Kalau tak salah, dengan orang pingsan… entah dia perempuan, entah dia laki-laki… kita tak
dapat ber-buat apa-apa selain daripada menantikan pingsannya lewat dengan sendirinya.
Orang Tua Ya, ya, tapi bagaimana bila pingsannyaini tak bakal lewat ?
Lelaki Dalam hal yang demikian, maka dalam arti yang sesungguhnya kita tak lagi berhadapan dengan
seorang wanita pingsan, tapi…
Wanita Sungguh laki-laki kasar, kasaar… (KEPADA BAYI) Sstt, sstt, sstt… diamlah nak, diam. Laki-laki
semua-nya sama saja tanpa kecuali (MENANGIS)
Penj. Balon (BERHASIL MENAHAN L) Apa-apaan ini ? Kau mau membunuh bayi ini barangkali ! Gila,
benar-benar telah gila kau !
Lelaki (DALAM RANGKULAN KASAR PB) Sudah kukata-kan stop ! Berhenti ! Jangan menangis,
jangan ada yang menangis ! Jangan ada agi yang menangis... Aku tak kuat melihatnya…Tak kuat,
Tak kuat melihatnya
Orang Tua Ya, kau sebenarnya telah menyebutkan kata yang setepatnya. Yakni Ibu (KEPADA W) Ya,
sebaiknya ibu pergi saja.
Wanita (AGAK GUGUP) Ibu… Saya Ibu… (MELIHAT BAYI-NYA DALAM KERETA) Baik, baik,
saya kira juga lebih baik bila saya pergi.
Orang Tua Nah, bagus, dan jagalah dia (MELIHAT KEDALAM KERETA) baik-baik. Dia (OT LALU
BERDIRI DI SAMPING W, MELIHAT KEPADA BAYI) sungguh manis, anak yang sehat.
(MENGITIK-NGITIK BAYI, KEDENGARAN SUARA BAYI TERTAWA-TAWA)
Penj. Balon (BERDIRI DI SAMPING OT DAN W, IKUT MELI-HAT LUCU KEPADA BAYI DALAM
KERETA ITU)
BUNYI GEMURUH
Lelaki Kalau ibu berjalan cukup cepat, ibu masih bisa kering sampai di rumah.
Wanita Baiklah (MELIHAT TERHARU KEPADA KETIGA-NYA) Terima kasih, kawan-kawan ! Berkat
kalian bertiga, aku telah menemukan diriku kembali. Per- temuan dengan kalian ini tak akan
mudah dapat kulupakan. (MENJABAT TANGAN PB) Maafkanlah aku, aku telah menempatkan
diri saudara tadi dalam kedudukan yang sangat memalukan. (MENJABAT L, KEMUDIAN OT)
Harap saudara-saudara memaafkan aku. Dan semoga kita saling bertemu lagi (PERGI LENYAP
DARI PENTAS)
L, OT dan PB Sampai bertemu lagu, Bu… (KEMUDIAN MEREKA SALING BERPANDANGAN PENUH
ARTI).
Orang Tua Siapa yang mau main kata-kata ? Lihat tuh, langit justru mulai terang.
Orang Tua (TAMBAH JENAKA) Ya tetap guruh. Soalnya sekarang adalah, bahwa guruh yang barusan saja
kita dengar itu sedikitpun tak ada mempunyai sangkut paut apa-apa dengan hujan. Hujan tak bakal
turun, Jelas…!
Penj. Balon Dan saya… sekiranya ditanyakan secara jujur kepada saya sedikitpun tak memahami persoalan
apa yang sebenarnya yang ada antara kalian berdua. (DUDUK DI BANGKU. MEMUNGUT
BALON YANG DIPECAHKAN OT DARI TANAH, MENIUP SOBEK-AN-SOBEKANNYA
MENJADI BALON KECIL)
Orang Tua Itulah celakanya dari tiap taman. Setiap orang yang datang ataulewat taman, menganggap dirinya
mer-deka untuk mencampuri setiap pembicaraan, ya setiap pembicaraan, ya setiap penghidupan,
yang ke-betulan sedang berlaku disitu.
Lelaki Habis, inikan taman ?! Ini adalah tempat terbuka untuk umum. Disetiap tempat umum, ada
pembicara-an umum. Oleh sebab itu, setiap orang boleh saja terus ikut bicara. Demi pendapat
umum ! Kalau bapak mau punya pendapat tersendiri, yah… jangan datang ke taman !
Orang Tua Kau enak saja bicara. Kemana saja ! (SEDIH, PILU) Saya tak dapat kemana-mana.
Lelaki Mengapa ?
Orang Tua (TIBA-TIBA MENANGIS) Tak ada orang yang meng-inginkan saya. Seorangpun tidak.
Orang Tua Delapan orang. Tapi, tak seorangpun dari mereka yang menyukai saya.
Penj. Balon Oo, katakan begitu sejak tadi, dong. Hh, saya benar- benar dibikin kaget oleh perkataan “ Ibu “
tadi… Ehh, mengapa ibu, eh isteri bapak ini rupanya ?
Lelaki (KEPADA PB) Oo, jadi minah adalah memang isteri-nya, dan rupanya ia minggat.
Orang Tua Minah, minah mengapa kau tinggalkan aku, setelah kita hidup bahagia delapan tahun.
Lelaki Wah, delapan tahun. Kalau begitu, dia setiap tahun dapat seorang anak.
Penj. Balon Hebat juga si Minah, eh isteri bapak kita ini, maksud saya.
Penj. Balon Merongrong gimana, ah ! Kalau si perempuan tidak mau dirongrong, saya kira seluruh persoalan
dan filsafat iseng itu tak aka pernah ada.
Lelaki Ah, kau tahu apa ! Seolah filsafat iseng itu hanyalah filsafat ranjang dan hormon yang berlebihan
saja. Seandainya bapak kita yang terhormat ini punya fantasi sedikit, maka apa yang hendaj
kukatakan adalah ; alangkah baiknya, sekiranya selama delapan tahun di berumah tangga dengan
isterinya yang bernama minah itu, dia cukup membuat dua anak saja dan enam novel misalnya,
(DENGAN SIKAP YANG SANGAT MENYANGSIKAN) Tunggu dulu pak ! Minah ini
sebenarnya siapa ?
Orang Tua (SUARA DATAR) Kucing betina saya. Kucing yang saya sayangi.
Orang Tua Dia senatiasa pulang kembali. Tapi kali ini, dia telah menghilang lebih dari seminggu
(MERAUNG) Minah, minah…!
Penj. Balon (YANG SEJAK TADI MENDENGARKAN) Sudahlah, hentikan segala kebohongan ini, tak
sadarkah bapak, dan kau bung… Kita telah merangkai “ ambigu “ kita menjadi tontonan di taman
indah ini. Saya tidak mau terlalu jauh terlibat, dan memilih menarik diri, maaf-kan saya. Permisi,
pak tua… bung… Semoga Tuhan berkenan untuk tidak mempertemukan kita lagi dalam keadaan
yang serupa ini, disini… selamat tinggal……
Lelaki Pulanglah, pak. Taman ini diadakan kotapraja untuk dapat sekedarnya menghibur warga kotanya
yang letih, yang risau. Apapula kata mereka nanti di koran, bila esok pagi mereka dapati bapat di
sini mati kedinginan ?
Orang Tua (TERISAK-ISAK KECIL) Mati adalah lebih baik bagiku dalam keadaanku seperti sekarang ini,
minah tak ada lagi, minah…..
Lelaki Benar, dan akupun sependapat dengan bapak. Hanya kematian bapak dirumah, akan lebih
menyamankan kotapraja daripada di sini.
Lelaki (TERSENYUM) Tak lebih baik sedikitpun dari bapak. Habis, kita mau berbuat apa lagi ? Seperti
kata Penjual balon tadi ; aku mencoba menjadikan dari kegagalanku suatu barang tontonan indah
di taman. Bapak lihat kembang api itu, di sana, bagus, Bukan ? Dan bapak baca tulisan dipapan
yang dipancangkan oleh kotapraja dihadapannya ? Dilarang memetik bunga. (TERSENYUM).
Orang Tua Ya, kau pengarang dan mahir benar kau membenam-kan deritamu dibalik kata-kata yang sewaktu-
waktu dapat kau hamburkan. Tapi bagaimana nak dengan kesunyianmu ? Ikutlah saya kerumah
saya yang apak itu. Agar adan teman saya. Dan agar ada teman anak.
Orang Tua Maafkan saya…isteri saya sudah delapan tahun meninggalkan saya, tepatnya dua minggu, setelah
saya membawa minah dari jalanan…Oh… minah…! minaaah ! (SADAR DARI
KETERHANYUTANNYA, MEMEGANG TANGAN L, SUARANYA MENINGGI) Ayo, anak
ikut saja kerumah saya…
Lelaki Terima kasih pak. Kebersamaan kita seperti yang bapak gambarkan tadi lebih parah lagi daripada
kesendirian kita masing-masing.
Orang Tua Naluri saya…dan ingat ! Ini naluri orang tua, lho…. berkata keadaan anak tak jauh bedanya dari
keadaan saya.
Lelaki Saya tak akan meningkahinya. Tapi telah saya katakan : Usia yang lebih muda ada pada saya. Ke-
mungkinan-kemungkinan dari kesepian saya jauh lebih banyak.
Lelaki Selamat malam, pak (MENYALAM DGN SANGAT MESRANYA PADA OT) Siapa tahu, besok
kita akan bertemu lagi.
Lelaki (MELIHAT KE LANGIT) Syukurlah, hujan tak bakal turun. Atau…mudah-mudahan hujan tak
bakal turun malam ini. Tidur di bawah jembatan dengan udara yang kotorannya bertumpuk di
situ, membuat bengekku semakin jadi (IA MELIHAT SEKELILING, KALAU-KALAU ADA
ORANG YANG DATANG. KEMUDIAN DIA MEREBAHKAN DIRINYA DI BANGKU ITU).
Lelaki (GELAK TIBA-TIBA) Ya, ya. Bangku ini sudah ada orangnya (DIA DUDUK DI BANGKU) tapi
ini kan taman. Di sana ada bangku kosong (TERTAWA) Kesanalah kalian. Saya tak akan melihat,
sungguh… (GELAK) Lagi pula, saya sangat mengantuk.
Lelaki Ayo, pergilah kesana, jangan sia-siakan kesempatan, selagi kalian masih muda. (GELAK) Saya
benar-benar tak akan melihat. Lagi pula saya amat letih, amat mengantuk….
GADIS DAN PEMUDA, SETELAH RAGU-RAGU SEBENTAR, PERGI KE ARAH YANG TELAH
DITUNJUKKAN OLEH L
TAMAT